Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN LANSIA DENGAN KATARAK

DI PANTI WERDA

KELOMPOK 1O

DISUSUN OLEH:

MARIA MARNINGSIH MALO

2018610059

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS TRIBUWANA TUNGGAEWI

MALANG

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dampak ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama dalam bidang kedokteran,
termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotika yang mampu ”melenyapkan” berbagai
penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka kematian, memperlambat kematian, memperbaiki
gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan umur harapan hidup meningkat (Nugroho, 2008). Usia
Harapan Hidup (UHH) adalah salah satu indikator pembangunan kesehatan. Berdasarkan laporan
Perserikatan Bangsa-bangsa (2011), pada tahun 2005-2010 UHH adalah 69,1% dan pada
tahun 2010-2015 UHH meningkat menjadi 70,1%, angka ini akan meningkat pada tahun 2045-
2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6% (kemenkes, 2013).

Saat ini, diseluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10
orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, usia lanjut akan mencapai 1,2 milyar.
Indonesia salah satu Negara berkembang yang mengalami peningkatan penduduk lanjut usia.
Jumlah penduduk berusia 60 tahun keatas makin meningkat. Pada tahun 2016 jumlah lansia
mencapai 25 juta, pada tahun 2020 menjadi 28,7 juta atau 11,34 %, sedangkan pada tahun 2050
diperkirakan akan terdapat 80 juta lansia, dengan rasio 60-69 tahun berjumlah 35,8 juta dan 80
tahun keatas berjumlah 11,8 juta. Berdasarkan BPS, Susenas (2014), prevlensi lansia dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan terdapat empat provinsi dengan proporsi lansia terbesar yaitu
Yogyakarta 13,05 %, Jawa Tengah 11,11 %, Jawa Timur 10,96 % dan Bali 10,05 %. Sementara
itu terdapat tiga provinsi dengan proporsi terkecil yaitu Papua 2,43 %, Papua Barat 3,62 %, dan
Kepulauan Riau 3,75%. Dengan meningkatnya jumlah Lanjut usia (lansia) harus mendapatkan
perhatian khusus untuk kesejahteraan baik dari pemerintah, lembaga masyarakat, maupun dari
masyarakat itu sendiri. Perhatian yang diberikan dapat bersumber dari berbagai aspek, baik aspek
kehidupan, sosial, ekonomi, dan kesehatan.

Menurut Pasal 1 ayat 2, 3, 4 UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa
usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Nugroho, 2012).
Proses menua adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-
menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomi fisiologis,
dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan. Menua atau menjadi tua bukanlah suatau penyakit tetapi merupakan suatu peroses
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam atau luar tubuh yang
masih dikatagorikan sebagai hal alamiah (Aspiani, 2014).

Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia dan ditandai oleh
gagalnya seorang untuk mempertahankan keseimbangan kesehatan dan kondisi stres fisiologis
nya. Berdasarkan karakteristik sosial masarakat yang mengangap bahwa orang telah tua jika
menujukan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Dalam peran
masyarakat tidak biasa lagi melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi
terikat dalam kegiatan ekonomi produktif, dan untuk wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah
tangga. Kriteria simbolik seseorang dianggap tua ketika cucu pertamanya lahir. Dalam
masyarakat kepulauan pasifik, seseorang dianggap tua ketika dia berfungsi sebagai kepala dari
garis keturunan keluarganya (azizah, 2011). Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan
secara negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini
mendorong semakin berkembangnya anggaapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin
banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia cenderung di pandang
masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit- sakitan. Berbagai masalah kesehatan
yang muncul di lansia akibat regenerative atau akibat usia yang semakin bertamabah yaitu salah
satunya katarak. Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina (istiqomah, 2012).

Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat mengakibatkan
kebutaan.(Menurut WHO, 2011) katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di
dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang
di dunia menderita kebutaan akibat katarak. Angka kebutaan di Indonesia tertinggi di Wilayah
Asia Tenggara. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara insiden (kejadian baru)
katarak yang besarnya 210.000 orang per tahun dengan jumlah operasi katarak yang hanya
80.000 orang per tahun. Kondisi ini mengakibatkan jumlah katarak yang cukup tinggi (Depkes,
2011). Tanda gejala yang biasa muncul pada lanjut usia yang mengalami katarak adalah
pandangan mata yang kabur, suram atau seperti ada bayangan awan atau asap, sulit terdapat
lingkaran cahaya saat memandang sinar, membutuhkan cahaya yang terang untuk membaca atau
ketika beraktifitas, warna memudar atau cenderung menguning saat melihat, dan pandangan
ganda jika melihat dengan satu mata. persepsi sensori mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk saling berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan
yang baru, berespon terhadap bahaya, dan menginterprestasikan masukan sensori dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari (AKS). Persepsi sensoris juga memberikan pertahan sebagai respon
terhadap lingkungan serta bertindak sebagai sistem keamanan seseorang terhadap sesuatu yang
dapat mengakibatkan permasalahan. Penyebab dari katarak seperti usia, trauma terjadi oleh
karena pukulan benda tajam atau tumpul, terpapar sinar X atau benda-benda radioaktif, penyakit
mata, penyakit DM, dan infeksi virus di masa pertumbuhan janin. Dampak katarak pada lanjut
usia dapat mengakibatkan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar manusia, seperti kebutuhan
mobilisasi dapat terjadinya resiko jatuh karena penglihatan yang tidak jelas karena terdapat kabut
yang menghalangi objek ( Sarif La Ode, 2012).

Banyaknya khasus bahaya dan dampak yang ditimbulkan akibat dari katarak peran
perawat sangat penting dalam pelayanan terhadap lanjut usia yang mengalami katarak
diantaranya aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabililatif. Aspek promotif pada
keperawatan dalah dengan memberikan penyuluhann kesehatan tentang katarak pada lanjut usia,
aspek preventif yaitu upaya pencegahan terjadinya resiko jatuh karena penglihatan yang tidak
jelas karena terdapat kabut yang menghalangi objek dan kebutaan, aspek kuratif yaitu upaya
untuk pengobatan dan oprasi terhadap katarak, aspek rehabilitative yaitu upaya untuk
memulihkan fungsi mata setelah tinakaan pembedahan.
Tujuan

Tujuan umum

-Diperoleh pengalaman nyata dalam memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada lansia Tn. M
dengan katarak.

Tujuan Khusus

-Melakukan pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn. M dengan katarak

-Mampu menentukan diagnosa Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn. M dengan katarak

-Mampu merencanakan tindakan keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn. M dengan
katarak

-Mampu melaksanakan tindakan keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn. M dengan
katarak.

-Mampu mengevaluasi tindakan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn. M dengan Katarak.

-Mampu mengidentifikasi perbedaan yang terjadi amtara teori dan kasus.

-Mampu mengidentifikasi faktor pendukung, faktor penghambat, serta dapat mencari solusi yang
baik.

-Mampu mendokumentasi semua kegiatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn. M dengan
Katarak yang telah di laksanakan sesuai proses asuhan keperawatan.
BAB II

TINJAUN TEORITIS

Konsep Dasar Penuan

Pengertian

Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau menggati dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita ( Aspiani, 2014). WHO dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteran
lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan
tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang bengangsur-angsur
mengakibatkan perubahan yang komulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian
(Nugroho, 2008).

Lanjut usia adalah sebagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba
menjadi tua, tetapi berkembangdari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menajdi tua. Hal yang
normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua
orang saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan
suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami
proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap. (Azizah, 2012).

Klasifikasi Lanjut Usia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, ada 4 tahap yakni:

-Usia pertengahan ( Middle age, 45- 59 tahun).

-Lanjut Usia (Elderly 60-74 tahun)

-Lanjut Usia Tua ( Old 75-90)

-Usia Sangat Tua ( Verry Old, diatas 90 tahun).


Menurut Dep. Kes.RI Departemen kesehatan republik Indonesia membagi lanjut usia menjadi
sebagai berikut:

-Kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 tahun), keadaan ini dikatakan sebagai masa virilitas.

-Kelompok usia lanjut (55 – 64 tahun) sebagai masa pensiunan.

-Kelompok-kelompok usia lanjut (> 65 tahun) yang dikatakan sebagai masa senium.

Menurut prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, SpKJ, lanjut usia dikelompokan sebagai berikut:

-Usia dewasa muda (elderly adulthood) (18/20-25 tahun).

-Usia dewasa penuh (middle years) atau maturasi (25-65 tahun).

-Lanjut usia (geriatric age) (lebih dari 65/70 tahun).

-Young old (70-75 tahun).

-Old (75-80 tahun).

-Very old (usia lebih dari 80 tahun).

Teori-teori Proses Penuaan

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi, psikososial, teori
lingkungan. (Aspiani, 2014).

1. Teori Biologis

2. Teori Genetik

Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetic/jam biologis sendiri dan
setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda beda yang tela di putar menurut replikasi
tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia akan mati.
3. Teori Non Genetik

-Teori Penurunan system imun tubuh (auto immunetheory)

mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemapuan system imun tubuh mengenai
dirinya sendiri (Self Recognition). Jika mutasi yang merusak membrane sel, akan menyebabkan
system imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan
penyakit auto imun pada lanjut usia.

-Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory)

Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas
yang terdapat di lingkungan seperti ;Asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet
makanan, radiasi, Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigment dan
kolagen pada proses menua.

-Teori menua akibat metabolism bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat
petumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan
kegemukan dapat memperpendek umur (Darmojo, 1999).

4. Teori rantai silang

Teory ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam
nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang
menyebabkan perubahan pada membrane plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang
kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.

5. Teori fisiologis

Teori ini merupakan teori intrinsic dan ekstrinsik, terdiri atas teori oksidasi stress, dan teori
dipakai aus (wear and tear theory). Disini terjadi kelebihan usai dan stress menyebabkan sel
tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kastabilan lingkungan
internal).

6. Teori Sosiologis

7. Teori interaksi social


Pokok pokok social exchange theory antara lain ;

a) Masyarakat terdiri atas aktor social yang berupaya mencapai tujuannya masing masing.

b) Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi social yang memerlukan biaya dan waktu.

c) Untuk mencapai tujuan yang hendak di capai,seorang actor mengeluarkan biaya.

2) Teori aktivitas atau kegiatan

a) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara langsung.Teori ini


menyaatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta
dalan kegiatan social.

b) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan
aktivitas tersebut selama mungkin.

c) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut usia.

d) Mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan sampai lanjut usia.

3) Teori kepribadian berlanjut ( Continuity theory)

Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi
oleh tipe personalitas yang dimilikinya.Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam
siklus kehidupan lanjut usia.

4) Teori pembebasan/ penarikan diri ( disengagement theory)

teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran
individu dengan individu lainnya.

5) pokok-pokok disengagement theory

a) Pada pria, kehilangan peran hidup utam terjadi pada masa pensiun. Pada wanita, terjadi pada
masa peran dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa dan meninggalkan
rumah untuk belajar dan menikah.
b) Lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini karena lanjut usia dapat merasakan
tekanan social berkurang, sedangkan kaum muda memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik.

c) Ada 3 aspek utamadalam teori ini yang perlu diperhatikan:

1. Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup.

2. Prosestersebut tidak dapat di hindari.

3. Hal ini di terima lanjut busia dan masyarakat.

4. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia

a. Sel

Jumlah sel menurun/ lebih sedikit, ukuran sel lebih besar, jumlah cairan tubuh dan cairan
intraseluler berkurang, proporsi protein di otak, otot ginjal, darah dan hati menurun, jumlah sel
otak menurun, mekanisme perbaikan sel terganggu, otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-
10%, lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.

b. Sistem Persarafan

Menurun hubungan persarafan, Berat otak menurun 10-20% (sel saraf setiap orang berkurang
setiap harinya), respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stress, saraf panca
indra mengecil, penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa
mengecil, lebih sensitive terhadap perubahan, kurang sensitive terhadap sentuhan, defisit
Memori.

c. Sistem Pendengaran

Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50% terjadi
pada usia di atas 65 tahun,Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis, terjadi
pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin, fungsi pendengaran
semakin menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan atau stress, tinitus (bising yang
bersifat mendengung, bisa bernada tinggiatau rendh, bisa terus menerus atau intermiten), vertigo
(perasaan tidak stabilyang terasa seperti bergoyang atau berputar).
d. Sistem Penglihatan

Sfingter pupil timbul sclerosis dan respons terhadap sinar menghilang, kornea lebih berbentuk
sferis (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjdai katarak, jelas menyebabkan
gangguan penglihatan, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap, Penurunan atau hilangnya daya akomodasi,
dengan manifestasi prebiosfia, seseorang sulit melihat dekat yang di pengaruhi berkurangnya
elastisitas lensa, lapang pandang menururn, luas pandang berkurang, daya membedakan warna
menurun, terutama warna biru atau hijau pada skala. mata adalah organ sensorik yang
mentrasmisikan rangsang melalui jaras pada otak ke lobus oksipital dimana rasa penglihatan ini
diterima. Sesuai dengan proses penuaan yang terjadi tentunya banyak perubahan yang terjadi:

Perubahan Normal yang b.d Penuaan Implikasi Klinis

Penurunan kemampuan akomodasi. 1. Kesukaran dalam membaca huruf-huruf


Kontriksi pupil sinilis. yang kecil.
Peningkatan kekeruhan lensa dengan 2. Penyempitan lapang pandang
perubahan warna menjadi menguning. 3. Sensitivitas terhadap cahaya Penurunan
penglihatan pada malam hari.
Gangguan penglihatan

1. Perubahan struktur kelopak mata

Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh jaringan kelopak mata.
Perubahan ini yang juga disebut dengan perubahan involusional terjadi pada :

1) M.orbicular

2) Retractor palpebra inferior

3) Tartus

4) Tendo kantus medial/lateral


5) Aponeurosis muskulus levator palpebral

6) Kulit

2. Perubahan sistim lakrimalis

Pada usia lanjut seringkali dijumpai keluhan nrocos. Kegagalan fungsi pompa pada system
kanalis lakrimalis disebabkan oleh karena kelemahan palpebra, eversi punctum atau malposisi
palpebra sehingga akan menimbulkan keluhan epifora. Namun sumbatan system kanalis
lakrimalis yang sebenarnya atau dacryostenosis sering dijumpai pada usia lanjut, diman
dikatakan bahwa dacryostenosis akuisita tersebut lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding
pria. Adapun patogenesia yang pasti terjadinya sumbatan ductus nasolakrimalis masih belum
jelas, namun diduga oleh karena terjadi proses jaringan mukosa dan berakibat terjadinya
sumbatan.

3. Proses penuaan pada kornea

Arcus Senilis (Gerontoxon, Arcus Cornea)

Merupakan manifestasi proses penuaan pada kornea yang sering dijumpai. Keberadaan arcus
senilis ini tidak memberikan keluhan, hanya secara kosmetik sering menjadi masalah. Kelainan
ini berupa infiltrasi bahan lemak yang berwarna keputihan, berbentuk cincin dibagian tepi
kornea. Mula-mula timbulnya dibagian inferior kemudian diikuti bagian superior berangsung
meluas dan akhirnya membentuk cincin.

4. Perubahan muskulus siliaris

Dengan bertambahnya usia, bentuk dari pada muskulus siliaris akan mengalami perubahan. Pada
masa kanak-kanak muskulus tersebut cenderung flat, namun semakin bertambah usia seseorang
maka serabut otot dan jaringan ikatnya bertambah sehingga muskulus tersebut menjadi lebih
tebal, terutama bagian interior. Proses tersebut berlanjut dan mencapai tebal maksimal pada usia
+ 45 tahun. Setelah itu terjadi proses degenerasi pengerutan dan ini diduga untuk
mempertahankan bentuk. Dengan usia makin lanjut selain muskulus siliaris mengalami proses
atropi, juga terjadi hialinisasi. Tampak peningkatan jaringan ikat diantara serabut-serabut
muskulus siliaris dan nukleusnya menipis. Tampak pula butiran-butiran lemak dan deposit
kalsium diantara serabut muskulus tersebut.

5. Produksi humor aqueous

Pada mata sehat dengan pemeriksaan Fluorofotometer diperkirkan produksi H.Aqueous 2.4 +
0,06 micro liter/menit. Beberapa factor berpengaruh pada produksi H.Aqueous. dengan
pemeriksaan fluorofotometer menunjukkan bahwa dengan bertambahnya usia terjadi penurunan
produksi H.Aqueous 2% (0,06 mikro liter/menit) tiap decade. Penurunan ini tidsak sebanyak
yang diperkirakan, oleh karena dengan bertambahnya usia sebenarnya produksi H.Aqueous lebih
stabil disbanding perubahan tekanan intra okuler atau volume COA.

6. Perubahan refraksi

Pada orang muda, hipermetrop dapat diatasi dengan kontraksi muskulus silisris. Dengan
bertambahnya usia hipermetrop laten menjadi lebih manifest karena hilangnya cadangan
akomodasi. Namun bila terjadi sclerosis nucleus pada lensa, hipermetrop menjadi berkurang atau
terjadi miopisasi karena proses kekeruhan di lensa dan lensa cenderung lebih cenbung.
Perubahan astigmat mulai terlihat pada umur 10-20 tahun dengan astigmat with the rule 75,5%
dan astigmat against the rule 6,8%. Pada umur 70-80 tahun didapatkan keadaan astigmat with the
rule 37,2% dan against the rule 35%. Factor-faktor yang mempengaruhi perubahan astigmat
antara lain kornea yang mengkerut oleh karena perubahan hidrasi pada kornea, proses penuaan
pada kornea.

7. Perubahan struktur jaringan dalam bola mata

1) Lensa Cyrstallina

Bentuk cakram biconvex ; berukuran diameter 9mm dan tebal bagian sentral 4mm.

Susunan anatominya :

a) Kapsul

b) Korteks
c) Nucleus

Pada usia muda lensa tidak bernukleus, pada usia 20tahun nucleus mulai terbentuk. Semakin
bertambah umur nucleus makin membesar dan padat, sedangkan volume lensa tetap, sehingga
bagian korteks makin menipis, elastisitas lensa berkurang, indeks bias berubah (membias sinar
jadi lemah). Lensa yang mula-mula bening transparan, menjadi tampak keruh (Sklerosis).

2) Iris

Mengalami proses degenerasi, menjadi kurang cemerlang dan mengalami depigmentasi tampak
ada bercak berwarna merah muda sampai putih.

3) Pupil

Kontriksi, mula-mula berdiameter 3mm, pada usia tua terjadi 1mm, reflek direk lemah.

4) Badan Kaca (Vitreous)

Terjadi degenerasi, konsistensi lebih encer (Synchisis), dapat menimbulkan keluhan Photopsia
(melihat kilatan cahaya saat ada perubahan posisi bola mata).

5) Retina

Terjadi degenerasi (Senile Degeneration). Gambaran fundus mata mula-mula merah jingga
cemerlang, menjadi suram dan ada jalur-jalur berpigment (Tigroid Appearance) terkesan seperti
kulit harimau. Jumlah sel fotoreseptor berkurang sehingga adaptasi gelap dan terang memanjang
dan terjadi penyempitan lapang pandang.

8. Perubahan fungsional

Proses degenerasi dialami oleh berbagai jaringan di dalam bola mata, media refrakta menjadi
kurang cemerlang dan sel-sel reseptor berkurang, visus tajam dibandingkan pada usia muda.
Keluhan silau (foto-fobi) timbul akibat proses penuaan pada kornea dan lensa.
9. Aspek Klinik

1) Katarak

Katarak adalah kekeruhan pada lensa atau kapsul lensa mata, penyebab umum kehilangan
penglihatan yang bertahap. Lensa yang keruh menghalangi cahaya menenbus kornea, yang pada
akhirnya mengamburkan tangkapan bayangan pada retina. Sebagai hasilnya, otak
menginterprestasikan bayangan yang kabur. Katarak umumnya mempengaruhi kedua mata,
tetapi katarak di masing-masing mata memburuk sendiri-sendiri. Pengecualian pada katarak
traumatic, yang biasanya unilateral, dan katarak congenital, yang kondisinya dapat tidak
berubah. Katarak merupakan penyakit yang paling banyak terjadi pada orang diatas usia 70
tahun. Pembedahan memperbaiki penglihatan pada sekitar 95% pasien. Tampa pembedahan,
katarak akhirnya menyebabkan kehilangan penglihatan total.

Sistem Kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan menjadi kaku, Elastisitas dinding aorta menurun, Kemampuan
jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun. Hali ini
menyebabkan kontraksi dan volume menururn (frekuensi denyut jantung maksimal = 200-umur),
curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun), kehilangan elastisitas pembuluh darah,
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke
duduk( duduk ke berdiri), kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan,
tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer meningkat.sistole normal ±95
mmHg.

f. Sistem pengaturan suhu tubuh

Temperatur tubuh menurun (hipotermi) secara fisiologis ± 35◦c ini akibat metabolism yang
menurun, pada kondisi ini, Lansia akan merasa kedinginan dan dapat pula menggigil, pucat, dan
gelisah, keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi penurunan aktifitas otot.
g. Sistem Pernapasan

Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
aktivitas silia menurun, paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik napas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dengan kedalaman bernafas menurun,
ukuran alveoli melebar dan jumlah berkurang, berkurangnya elastisitas bronkus, oksigen pada
arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbondioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas
tergnggu, refleks dan kemampuan batuk berkurang, sensitifitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia
menurun, sering terjadi emfisemia similis, kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot
pernafasan menurun seiring petambahan usia.

h. Sistem Pencernaan

Kehilangan gigi, penyebab utama kehilangan periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur
30 tahun, indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lender yang kronis, atrofi indra
pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah, terutama rasa manis dan asin,
hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam, dan pahit, esofagus melebar, rasa
lapar menurun, asam lambung menurun, motilitas dan waktu pengososngan lambung menurun,
peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi
terganggu, terutama karbohidrat), hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun,
aliran darah berkurang.

i. Sistem Reproduksi

1) Wanita

a) Vagina mengalami kontraktur dan mengecil

b) Ovari menciut,uterus mengalami atrofi

c) Atrofi payudara

d) Atrofi viva

e) selaput lendir vagina menurun,permukaan menjadi halus,sekresi berkurang,sifatnya menjadi


alkali dan terjadi peubahan warna
2) Pria

a) Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurunan berangsur-angsur.

b) Dorongan seksual menetap sampai usia 70 tahun,asal kondisi kesehatannya baik,yaitu:

c) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.

d) Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual.

e) Tidak perlu cemas karena prosesnya alamiah.

f) Sebanyak 75% pria usia di atas 65 tahun mengalami pembesaran prostat.

j. Sistem genitourinaria

1) Ginjal.

Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolism tubuh, melalui urine darah yang
masuk ke ginjal,disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
glomerulus). Mengecilnya nefron akibat atrofi,aliran darah ke ginjal menurun samapi 50%
sehingga fungsi tubulus berkurang. Akibatnya kemampuan mengonsentrasi urine menurun, brat
jenis urine menurun , proteinuria (biasanya +1), BUN (Blood urea nitrogen) meningkat sampai
21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Keseimbangan elekrtolit lebih mudah
terganggu bila di bandingkan dengan usia muda. Renal Plasma flow (RPF) dan Glomerular
filtration rate (GFR) atau klirens kreatinin menurun secara linier sjak 30 tahun (cox Jr.
dkk.,1985). Jumlah darah yang di filtrasi oleh ginjal berkurang.

2) Vesika Urinaria.

Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang
air seni meningkat. Pada pria lanjut usia , Vesika urinaria sulit di kosongkan sehingga
mengakibatkan retensi urine meningkat.
3) Pembesaran Prostat.

Kurang lebih 75% dialami oleh pria pada usia diatas 65 tahun.

4) Pembesaran Prostat.

1. Seseorang yang semakin menua, Kebutuhan seksualnya masih ada. Tidak ada batasan
umur tetentu kapan fungsi seksual seseorang berhenti. Frekuensi hubungan seksual
cenderung menurun secara bertahap setiap tahun. tetapi kapasitas untuk melakukannya
dan menikmatinya berjalan terus sampai tua.

k. Sistem Endokrin

Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang memproduksi hormone.
Hormon pertumbuhan berperan sangat penting dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan,
dan metabolism organ tubuh yang termasuk hormone kelamin adalah :

1) . Estrogen, progesterone, dan testosterone yang meelihara alat reproduksi dan gairah seks.
Hormon ini mengalami penurunan.

2). Kelenjar pancreas, yang memproduksi insulin dan sangat penting dalam pengaturan gula
darah.

3). Kelenjar adrenal/ anak ginjal yang memproduksi adrenalin

4). Produksi hamper semuaa hormone menurun

5). Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

6). Hipofisis; pertumbuhan hormone ada, tetapi rendah dan hanya ada di pembuluh darah,
berkurangnya reproduksi ACTH, TSH, FSH, dan LH.

7). Aktivitas tiroid, BMR (Basal metabolic rate) dan daya pertukaran zat menurun.

8). Produksi oldesteron menurun

9). Sekresi hormone kelamin, misalnya progesterone, ekstrogen, dan testosterone menurun.
10. Sistem Integumen

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit cenderung
kusam, kasar, bersisik (karena kehilangan proses kreatinasi serta perubahan ukuran bentuk sel
epidermis), timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata pada
permukaan kulit sehingga tampak bintik-bintik atau noda cokelat, terjadi perubahan pada daerah
sekitar mata, tumbuhnya kerut kerut halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis, respon
terhadap trauma menurun, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis
verwarna kelabu, ambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitasakibat
menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras
dan rapuh, kuku menjadi pudar, kurang bercahaya, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan
seperti tanduk, jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.

11. Sistem Muskuloskeletal

Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh, gangguan tulang, yakni mudah
mengalami demineralisasi, kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra,
pergelangan, dan paha, kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan
aus, kifosis, gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas, gangguan gaya berjalan,
kekakuan jaringan penghubung, diskus intervetebralis menipis dan menjadi pendek, persendian
membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sclerosis, atrofi serabut otot,
komposisi otot berubah sepanjang waktu, aliran darah keotot berkurang sejalan dengan proses
menua, otot polos tidak begitu berpengaruh.

1. Perubahan kognitif

Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, (dalam bukunya “keperawatan lanjut usia” (Menurut
Lilik Ma’rifatul Azizah).

a. Memory (daya ingat, ingatan)

Daya ingat adalah kemampuan untuk menerima, menyimpan dan menghadirkan kembali
rangsangan/peristiwa yang pernah dialami seseorang. Pada lanjut usia, daya ingat merupakan
salah satu fungsi kognitif yang seringkali paling awal mengalami penurunan.
Ingatan jangka panjang (long term memory) kurang mengalami perubahan, sedangkan ingatan
jangka pendek (short term memory) atau seketika 0-10 menit memburuk. Lansia akan kesulitan
dalam mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu menarik perhatiannya dan
informasi baru seperti TV dan film. Keadaan ini sering menimbulkan salah paham dalam
keluarga. Oleh sebab itu dalam proses pelayanan sangat perlu dibuatkan tanda-tanda atau rambu-
rambu baik berupa tulisan, atau gambar untuk membantu daya ingat mereka. Misalnya dengan
tulisan JUM’AT, TANGGAL 15 MEI 2021 dan sebagainya, ditempatkan pada tempat yang
strategis yang mudah terlihat/dibaca.

b. IQ (intellegent quocient)

Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi matematika (analisa, linier, sekuensial) dan
perkataan verbal. Tetapi persepsi dan daya membayangkan (fantasi) menurun. Walaupun
mengalami kontrofersi, tes intelegensia kurang memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan
pada lansia. Hal ini terutama dalam bidang vokabulari (kosakata), keterampilan praktis, dan
pengetahuan umum. Fungsi intelektual yang stabil ini disebut sebagai crystallized intelligent.
Sedangkan fungsi intelektual yang mengalami kemunduran adalah fluid intelligent seperti
mengingat daftar, memori bentuk geometri, kecepatan menemukan kata, penyelesaian masalah,
kecepatan berespon, dan perhatian cepat teralih.

c. Kemampuan pemahaman

Kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian pada lansia mengalami penurunan. Hal ini
dipengaruhi oleh konsentrasi dan fungsi pendengarannya lansia yang mengalami penurunan.
Dalam pelayanan terhadap lanjut usia agar tidak timbul salah paham sebaiknya dalam
komunikasi dilakukan kontak mata (saling pandang). Dengan kontak mata, mereka akan dapat
membaca bibir lawan bicaranya, sehingga penurunan pendengarannya dapat diatasi dan dapat
lebih mudah memahami maksud orang lain. Sikap yang hangat dalam komunikasi akan
menimbulkan rasa aman dan diterima, sehingga merka akan lebih tenang, lebih senang merasa
dihormati.
d. Pemecahan masalah (problem solving)

Pada lanjut usia masalah-masalah yang dipahami tentu semakin banyak. Banyak hal yang
dahulunya dengan mudah dapat dipecahkan menjadi terhambat karena terjadinya penurunan
fungsi indara pada lanjut usia. Hambatan yang lain dapat berasal dari penurunan daya ingat.,
pemahaman dan lain-lain,yang yang berakibat bahwa pemecahan masalah menjadi lebih lama.
Dalam menyikapi hal ini pendekatan pelayanan kesehatan jiwa lanjut usia perlu diperhatikan
ratio petugas kesehatan dan pasien lanjut usia.

e. Pengambilan keputusan (decision making)

Pengambilan keputusan termasuk dalam proses pemecahan masalah. Pengambilan keputusan


pada umumnya berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dianalisa, dipertimbangkan, dan
dipilih alternatif yang dinilai positif (menguntungkan), kemudian baru diambil suatu keputusan.
Pengambilan keputusan pada lanjut usia sering lambat atau seolah-olah menjadi tertunda. Oleh
sebab itu, merka membutuhkan petugas dan pendamping yang dengan sabar sering
mengingatkan mereka. Keputusan yang diambil tanpa dibicarakan dengan mereka, akan
menimbulkan kekecewaan dan mungkin dapat memperburuk kondisinya. Oleh karena itu
pengambilan keputusan, kaum tua tetap dalam posisi yang dihormati.

f. Kebijaksanaan (wisdom)

Kebijaksan (wisdom) adalah aspek kepribadian (personality) dan kombinasi dari aspek kognitif.
Kebijaksaan menggambarkan sifat dan sikap individu yang mampu mempertimbangkan antara
baik dan buruk serta utung ruginya sehingga dapat bertindak secara adil da bijaksana. Pada lansia
semakin bijaksana dalam menghadapi suatu permasalahan. Kebijaksanaan sangat tergantung dari
tingkat kematangan kepribadian seseorang dan pengalaman hidup yang dijalani. Atas dasar hal
tersebut, dalam melayani lanjut usia harus degan penuh bijaksana sehingga kebijaksanaan yang
pada masing-masing individu yang dilayani tetap terpelihara.
g. Kinerja (performance)

Pada lanjut usia akan terlihat penurunan kinerja baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Perubahan yang membutuhkan kecepatan dan waktu mengalami penurunan. Penurunan itu
bersifat wajar sesuai perubahan organ-organ biologis ataupun perubahan yang sifatnya patologis.

h. Motivasi

Motivasi atau fenomena kejiwaan yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku demi
mencapai sesuatu yang diinginkan atau yang dituntut oleh lingkunganya. Motivasi dapat
bersumber dari fungus kognitif dan fungsi afektif. Motif kognitif lebih menekankan pada
kebutuhan manusia akan informasi dan untuk mencapai tujuan tertentu.motif ini kan mendorong
manusia untuk mencari dan mencapai kesenangan dan kepuasan baik fisik, psikis dan social,
dalam kehidupannya dan individu akan menghayatinya secara subjektif. Pada lanjut usia,
motivasi baik kognitif maupun afektif akan mencapai/memperoleh sesuatu cukup besar, namun
motivasi tersebut seringkali kurang memperoleh dukungan kuat fisik maupun psikologis,
sehingga hal-hal diinginkan banyak berhenti ditengah jalan.

2. Perubahan spiritual

Agama atau kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam kehidupanya. Lansia makin teratur
dalam kehidupan keagamaanya. Hal ini dapat terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.
Spiritualitas pada lansia bersifat universal, interinsik dan merupakan proses individu yang
berkembang sepanjang rentan kehidupan. Karena aliran siklus kehilangan tersebut. Lansia yang
telah mempelajari cara menghadapi perubahan hidup melalui mekanisme keimanan akhirnya
dihadapkan pada tantangan akhir yaitu kematian. Harapan memunginkan individu dengan
keimananspiritual atau religius untuk bersikap untuk menghadapi krisis kehilangan dalam hidup
sampai kematian.
3. Perubahan psikososial

a. Pensiun

Bila seorang pensiun, ia akan mengalami kehilangan-kehilangan antara lain:

1) Kehilangan finansial

2) Kehilangan status ( dulu punya jabatan yang tinggi dan segala fasilitasnya)

b. Keluarga (emptiness): kesendirian, kehampaan.

c. Teman: ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaankapan akan meninggal. Berada
di rumah terus-menerus akan cepat pikun (tidak berkembang).

d. Abuse: kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal (dicubit, tidak diberi makan).

e. Masalah hukum: berkaitan dengan perlindungan aset dan kekayaanpribadi yang dikumpulkan
sejak masih muda.

f. Pensiun: kalau menjadi pns akan ada tabungan (dana pensiun).Kalau tidak, anak dan cucu yang
akan memberi uang.

g. Ekonomi: kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocokbagi lansia dan income
security.

h. Rekreasi: untuk ketenangan batin.

i. Keamanan: jatuh, terpeleset.

j. Transportasi: kebutuhan akan sistem transportasi yang cocok bagilansia.

k. Politik: kesempatan yang sama untuk terlibat dan memberikanmasukan dalam sistem politik
yang berlaku.

l. Pendidikan: berkaitan dengan pengentasan buta aksara dankesempatan untuk tetap belajar
sesuai dengan hak asasi manusia.

2. Agama: melaksanakan ibadah.


3. Panti jompo: merasa dibuang/ diasingkan.

4. Perubahan mental pada lansia

Dalam pekembangan lansia dan perubahan yang dialaminya akibat proses penuaan digambarkan
oleh hal-hal berikut :

a. Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harusbergantung pada orang lain.

b. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasanuntuk melakukan berbagai


perubahan besar dalam pola hidupnya.

c. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahanstatus ekonomi dan kondisi fisik.

d. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yangtelah meninggal atau pergi jauh
dan/ atau cacat.

e. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luangyang semakin bertambah.

f. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagaiorang dewasa.

g. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khususdirencanakan untuk orang
dewasa.

h. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuklansia dan memiliki kemauan
untuk mengganti kegiatan lama yang berat dengan yang lebih cocok.

B. Konsep Dasar Katarak

1. Pengertian

Katarak berasal dari bahasa yunani katarrhakies, inggeris cataract, dan latin cataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air
terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-
duanya (utama, 2015).
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang
diproyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara
bertahap, derajat disabilitas yang di timbulkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan denistasi
keburaman (istiqomah, 2012).

Katarak adalah kekeruhan pada lensa atau kapsul lensa mata, penyebab umum kehilangan
penglihatan yang bertahap. Lensa yang keruh menghalangi cahaya menenbus kornea, yang pada
akhirnya mengamburkan tangkapan bayangan pada retina. Sebagai hasilnya, otak
menginterprestasikan bayangan yang kabur.

Katarak umumnya mempengaruhi kedua mata, tetapi katarak di masing-masing mata memburuk
sendiri-sendiri. Pengecualian pada katarak traumatic, yang biasanya unilateral, dan katarak
congenital, yang kondisinya dapat tidak berubah. Katarak merupakan penyakit yang paling
banyak terjadi pada orang diatas usia 70 tahun. Pembedahan memperbaiki penglihatan pada
sekitar 95% pasien. Tampa pembedahan, katarak akhirnya menyebabkan kehilangan penglihatan
total.

2. Klasifikasi katarak

a. Katarak konginetal

Katarak konginetal merupakan kekeruhan lensa yang di dapatkan sejak lahir. Katarak konginetal
terbagi atas :

1. Katarak remetar dan zonular

Bila pada permulaan perkembangan serat lensa normal dan kemudian menjadi gangguan
perkembangan serat lensa.

2. Katarak polaris posterior

Katarak ini terjadi karena akibat arteri siloid yang menetap pada saat tidak di butuhkan lagi oleh
lensa untuk metabolismenya.
3. Katarak Polaris anterior

Katarak ini akibat gannguan perkembangan lensa pada saat mulai terbentuknya plakoda lensa.

4. Katarak sentral

Katarak ini merupakan katarak halus yang terlihat pada bagian nucleus embrional.

b. Katarak senile

Katarak senil adalah katarak yang semua kekeruhan lensa yg terdapat pada usia lanjut yaitu usia
di atas 30 tahun, katarak senile terbagi atas :

1. Katarak insipiens

Dimana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa kekeruhan, akan mengeluh
gangguan pengelihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya

2. Katarak ematur

Dimana pada stadium ini lensa yang degenerative mulai terserap cairan mata kedalam lensa
sehingga lensa menjadi cembung.

3. Katarak matur,

Dimana merupakan proses degenerasi lanjut lensa dimana terjadi kekeruhan seluruh lensa.

c. Katarak traumatic

Adalah katarak yang terjadi akibat trauma lensa mata,serta robekan pada kapsul sebagai akibat
taraum dari benda tajam.

d. Katarak juvenile

Adalah katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir.

e. Katarak komplikata

Katarak yang terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa,factor fisik atau kimiawi
sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa
. f. Katarak diabetika

Katarak yang disebabkan oleh penyakit diabetes (aspiani, 2014)

3. Etiologi

Penyebab pertama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat mengalami katarak yang biasanya
merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan didalam kehamilan, keadaan ini disebut
sebagai katarak congenital. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes mellitus dapat
menyebabkan katarak komplikata.

Katarak dapat disebabkan oleh beberapa faktor :

a. Fisik

Dengan keadaan fisik seseorang semakin tua (lemah) maka akan mempengaruhi keadaan lensa.

b. Kimia

Apabila mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia atau akibat paparan ultraviolet
matahari pada lensa mata dapat menyebabkan katarak.

c.Usia

Dengan bertambahnya usia seseorang, maka fungsi lensa juga akan menurun dan mengakibatkan
katarak.

d. Infeksi virus masa pertumbuhan janin

Jika ibu pada saat mengandung terkena atau terserang penyakit yang disebabkan oleh virus.
Virus tersebut akan mempengaruhi tahap pertumbuhan janin. Misal ibu yang sedang
mengandung menderita rubella.

e. Penyakit

Meliputi penyakit diabetes dan trauma mata seperti uveitis.


4. Patofisiologi

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti
kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung 3 komponen
anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya transportasi, perubahan pada searabut halus multiple (zunula) yang
memanjang dari badan selier ke sekitar daerah diluar lensa misalnya dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalan cahaya ke retina. Salah
satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air kedalam
lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda, dapat disebabkan
oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi
dari proses penuaan yang normal. Katarak dapat bersifat kongenital dan dapat diidentifikasi
awal, karena bila tidak dapat didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan
penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak
meliputi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama. Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan
mineral penting. Katarak merupakan kondisi penurunan ambulan oksigen, penurunan air,
peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat
larut. Pada proses penuaan ,lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan
dalam usuran dan densitasnya.Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi central serat lensa
yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi dikortek, serat lensa ditekan menjadi
central. Serat-serat lensa yang padat lama-lam menyebabkan hilangnya tranparansi lensa yang
tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan
ganguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan
kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan
lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini
sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini
mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak menginterprestasikan
sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih
susu, kemudian berubah kuning, bahkan menjadi coklat atau hitam dan klien mengalami
kesulitan dalam membedakan warna ( Istiqomah, 2012).

5. Manisfestasi Klinis

a. Penglihatan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, buram. Bayangan benda terlihat
seakan seperti bayangan semu atau seperti asap.

b. Kesulitan melihat ketika malam hari.

c. Mata terasa sensitif bila terkena cahaya.

d. Bayangan cahaya yang di tangkap seperti sebuah lingkaran.

e. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup yang terang untuk membaca atau beraktivitas
lainnya.

f. Sering menganti kaca mata atau lensa kontak karena sudah merasa tidak nyaman
mengunakannya.

g. Warnah cahaya memudar dan cenderung berubah warnah saat melihat, misalnya cahaya putih
yang di tangkap menjadi cahaya kuning.

h. Jika melihat dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya terlihat ganda.

6. Komplikasi

Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit katarak adalah
sebagai berikut :

a. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea, sehingga
menimbulkan reaksi radang / alergi.
b. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga mengganggu
aliran cairan bilik mata depan

Pemeriksaan Diagnostik

1) Uji mata

2) Keratometri

3) Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis

4) A-scan ultrasound (echography)

5) Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan.

7. Penatalaksanaan

Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan laser. Namun,
masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan
untuk mencairkan lensa sebelum dil akukan pengisapan keluar melalui kanula. Bila penglihatan
dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ketitik dimana pasien melakukan
aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan biasanya konservatif. Penting dikaji efek katarak
terhadap kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari,
aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk menentukan terapi
mana yang paling cocok bagi masing - masing penderita. Pembedahan diindikasikan bagi mereka
yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan
bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk
lagi. Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia
lebih dari 65 tahun keatas. Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar
atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata). Obat penghilang cemas dapat diberikan
untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.

Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak :


ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya
penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabkan
glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati
diabetika.

8. pathway
9. data penunjang PQRS pada mata katarak

a. Kartu mata snellen / mesin telebinokuler : mungkin terganggu denang kerusakan kornea, lensa,
akueus/vitreus humer, kesalahan refraksi, penyakit system saraf, penglihatan ke retina.

b. Lapang penglihatan : penurunan mungkin karna masa tumor, karotis, glukoma.

c. Pengukuran tonografi : TIO (12-25 mmHg)

d. Pengukuran gonioskop membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.

e. Tes provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma.

f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internalokuler, atrofi lempeng optik, papiledema, pendrahan.

g. Darah lengkap, LED : menujukan anemis sistemik/ infeksi.

h. EKG, kolestrol serum, lipid, tes tolernsi glukoma : control DM.

C. Konsep Dasar Kebutuhan menurut Abraham Maslow

Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham Maslow dalam Potter dan
Perry, dapat dikemukakan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia sebagai berikut :

a. Kebutuhan fisiologi, merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu kebutuhan fisiologis seperti
oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makanan), keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat
tinggal, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual, stimulus / rangsangan.

b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan
psikologis.

1) Perlindungan fisik, meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup. Ancaman
tersebut dapat berupa penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan, dan sebagainya.
2) Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan
asing. Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena
merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya.

c. Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan di miliki, antara lain memberi dan menerima
kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok
sosial, dan sebagainya.

d. Kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini terkait
dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya diri, dan
kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.

e. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, berupa
kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/ lingkungan serta mencapai potensi diri
sepenuhnya (Aziz Alimul, 2014)

Masalah kebutuhan yang muncul pada kasus katarak yang mencakup pada kebutuhan dasar
menurut maslow adalah sebagai berikut :

1. kebutuhan rasa nyaman

mengungkapkan kenyamanan /rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusis yaitu kebutuhan atau kententraman (suatu kepuasan yg meningkatkan
penamapilan sehari-hari), kelegaaan (kebutuhan yang terpenuhi) dan transeeden

(keadaan tentang sesuatau yang melebihi masalah dan nyeri). kenyaman mesti dipandang secara
holistik yg mencakup empat aspek:

a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh

b. Sosial, berhubungan dengan hubungan internasional

c. Psikospiritual, berhubungan denagan keawaspadaan internal dalam diri sendiri meliputi harga
diri sendiri, seksualaiatas, makna kehidupan)

d. lingkungan,berhubungan dengan latara belakang pengalaman eksternal manusia seperti


cahaya, tempratur, bunyi, unsur alamiah
meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan kekuatan, Harapan,
Dukungan, dan bantuan. secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyam
adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, hipo/hipertemia. hal ini disebabakan karena
mempengaruhi kondisi tidak nyaman pasien dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien.

D. Konsep Proses Keperawatan Lansia

1. Pengkajian Keperawatan

a. Anamnesis

1) Umur, katarak bias terjadi pada semua umur tetapi umumnya pada usia lanjut.

2) Riwayat trauma, trauma tembus atau tumpul dapat merusak kapsul lensa.

3) Riwayat pekerjaan, pada pekerja laboratorium atau yang berhubungan dengan bahan kimia
atau terpapar radio aktif/sinar x.

4) Riwayat penyakit : trutama mata, penggunaan obat kortikosteroid, penyakit diabetes melitus,
hipotiroid, uveitis, glaucoma.

5) Riwayat keluhan gangguan : stadium katarak

6) Psikososial : kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh, berkendara.

b. Pengkajian khusus mata

1) Dengan pelebaran pupil, ditemukan gambaran kekeruhan lensa (berkas putih) pada lensa.

2) Keluhan terdapat diplopia, pandangan berkabut

3) Penurunan tajam penglihatan (miopia).

4) Bila mata depan menyempit.

5) Tanda glaukoma (akibat komplikasi).


c. Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi untuk
mengetahui perubahan fungsi system tubuh

2) Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik adalah head to toe (dari ujung kepala
sampai ke ujung kaki) dan system tubuh

d. Psikologis

1) Apakah mengenal masalah utamanya

2) Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaannya

3) Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak

4) Apakah memandang kehidupan dengan optimis

5) Bagaimana mengatasi stress yang dialami

6) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri

7) Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan

8) Apakah harapan pada saat ini dan akan dating

9) Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif, daya ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi,
dan kemampuan dalam penyelesaian masalah.

e. Social-ekonomi

1) Sumber keuangan lanjut usia

2) Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang

3) Dengan siapa ia tinggal

4) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia


5) Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya

6) Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain diluar rumah

7) Siapa saja yang biasa mengunjungi

8) Seberapa besar ketergantungannya

9) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.

f. Spiritual

1) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya

2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan

3) Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa

4) Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal.

g. Pengkajian dasar

Perawat harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yang sangat mendasar pada psoses menua
yang meliputi seluruh organ tubuh, dalam melakukan pengkajian, perawat memerlukan
pertimbangan khusus. Pengkajian harus dilakukan terhadap fungsi semua system, status gizi, dan
aspek psikososialnya.

1. Temperature/suhu tubuh

a. Mungkin (hipotermi) ± 35ºC

b. Lebih teliti diperiksa di sublingual

2. Denyut nadi

a. Kecepatan, irama, volume

b. Apical, radial, pedal

3. Respirasi (pernapasan)
a. Kecepatan, irama, dan kedalaman

b. Pernapasan tidak teratur

4. Tekanan darah

a. Saat berbaring, duduk, berdiri

b. Hipotensi akibat posisi tubuh

5. Berat badan perlahan hilang pada beberapa tahun terakhir

6. Tingkat orientasi

7. Memori (ingatan)

8. Pola tidur

9. Penyesuaian psikososial

h. System persarafan

1) Kesimetrisan raut wajah

2) Tingkat kesadaran, adanya perubahan dari otak

a. Tidak semua orang menjadi senil

b. Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah

3) Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak

4) Pupil : kesamaan, dilatasi

5) Ketajaman penglihatan menurun karena menua :

a. Jangan diuji didepan jendela

b. Gunakan tangan atau gambar

c. Cek kondisi kacamata


6) Gangguan sensori

7) Ketajaman pendengaran

a. Apakah menggunakan alat bantu dengar

b. Tinnitus

c. Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan

8) Adanya rasa sakit atau nyeri

i. System Kardiovaskuler

1) Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan

2) Auskultasi denyut nadi apical

3) Periksa adanya pembengkakan vena jugularis

4) PusingSakit/nyeri

5) Edema

j. System Gastrointestinal

1) Status gizi

2) Asupan diet

3) Anoreksia, tidak dapat mencerna, mual, muntah

4) Mengunyah, menelan

5) Keadaan gigi, rahang, dan rongga mulut

6) Auskultasi bising usus

7) Palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon


8) Apakah ada konstipasi (sambelit), diare, inkontinensia alvi

k. System Genitourinaria

1) Urine (warna dan bau)

2) Ditensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk buang air)

3) Frekuensi, tekanan, atau desakan

4) Pemasukan dan pengeluaran cairan

5) Dysuria

6) Seksualitas

a. Kurang minat melakukan hubungan seks

b. Adanya disfungsi seksual

c. Gangguan ereksi

d. Dorongan/daya seks menurun

e. Hilangnya kekuatan dan gairah seksualitas

f. Adanya kecacatan social yang mengarah ke aktivitas seksual.

l. Sistem Kulit

1) Kulit

a. Temperature, tingkat kelembapan

b. Keutuhan kulit: luka terbuka, robekan

c. Turgor (kekenyalan kulit)

d. Perubahan pigmen

2) Adanya jaringan parut


3) Keadaan kuku

4) Keadaan rambut

5) Adanya gangguan umum

m. Sistem Muskuloskeletal

1) Kontraktur

a. Atrofi otot

b. Tendon mengecil

c. Ketidakadekuatan gerakan sendi

2) Tingkat mobilisasi

a. Ambulansi dengan atau tanpa bantuan peralatan

b. Keterbatasan gerak

c. Kekuatan otot

d. Kemampuan melangkah atau berjalan

3) Gerakan sendi

4) Paralisis

5) Kifosis

6) Psikososial

a. Menunjukan tanda meningkatnya ketergantungan

b. Fokus pada diri bertambah

c. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian

d. Membutuhkan bukti nyata rasa kasih sayang yang berlebihan


2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia ( status
kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau kelompok. Dimana perawat secara
kontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah

Menurut Doenges diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien dengan penyakit katarak
adalah:

a.Nyeri akut b.d pembedahan katarak pada mata kiri

b. Resiko cidera b.d keterbatasan penglihatan

c. Resiko infeksi b.d peningkatan kerentanan sekunder terhadap intruksi pembedahan katarak
BAB V

KESIMPULAN

Pada bab ini, penulis akan memaparkan kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan Asuhan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada lansia Ny I dengan Katarak selama 3 tahun di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng, Penulisan mengambil kesimpulan baik dari tinjauan
teoritis maupun tinjaun kasus yaitu:

A. Kesimpulan

Berdasarkan diagnosa yang ada pada teori ada 6 diagnosa, sedangkan yang ada pada teori dan
ada pada tinjauan kasus terdapat 3 diagnosa untuk klien dengan gangguan sistem persepsi sensori
penglihatan: katarak yaitu:

a.Nyeri akut b.d pembedahan katarak pada mata kiri

b. Resiko cidera b.d keterbatasan penglihatan

c. Resiko infeksi b.d peningkatan kerentanan sekunder terhadap intruksi pembedahan katarak

Pada tahap perencanaan sesuai dengan kosep teori serta disesuaikan dengan kondisi klien.
Setelah rencana keperawatan di buat kemudian di implementasikan sesuai dengan intervensi
yang telah dibuat penulis. Dari semua intervensi yang telah dibuat semua dapat dilaksanakan.

Tindakan keperawatan yang yang telah dilakukan pada Ny.I yaitu mengkaji keluhan klien,
mengkaji keadaan umum klien, memonitor tanda –tanda vital, modifikasi lingkungan klien,
melakukan penkes mengenai penyakit Katarak selain itu juga penulis melakukan perawatan mata
pada klien dan teknik relaksasi napas dalam pada klien agar klien tidak lagi cemas dan takut, dan
fungsi yang lainnya yaitu untuk merileksasikan klien agar tenang. 98

Evaluasi yang didapatkan setelah diakukan tindakan keperawatan selama 3 hari adalah 2
diagnosa yang teratasi sebagai berikut:
B. Saran

Setelah penulis melakukan observasi selama 3 hari di Panti dan berdasarkan kesimpulan
yang telah dibuat oleh penulis, maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai
berikut :

1. Tim perawat dan klinik di panti diharapkan dapat melengkapi alat-alat kesehatan khususnya
untuk penyakit Katarak untuk mempermudah lansia di panti untuk memeriksakan kesehatannya,
menyediakan alat-alat untuk melakukan perwatan mata pada klien dengan Katarak.

2. Untuk institusi pendidikan diharapkan dapat menyediakan sumber-sumber buku yang lengkap
dengan edisi terbaru, khususnya tentang Katarak dan pemenuhan kebutuhan dasar lansia dengan
Katarak.

3. Untuk penulis diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta kemampuan dalam


memberikan pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan kondisi klien.
DAFTAR FUSTAKA

Ilyas, Sidarta .2007. Ilmu penyakit Mata. Edisi Ke-3. Jakarta : Balai Penerbit

Istiqomah, N Indriani. 2012. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta: EGC

Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC

Martono, Hadi. 2011. Buku ajar Boedhi-Darmojo, GERIATRI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Kusharyadi. 2010. Asuhan Keperawatan Pada klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika.

Padila, Haikhi. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha medika

Pranaka, Kris. 2010. Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 4.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Stanley M, Patricia GB.2010. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC

Tamsuru, Anas. 2011. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC

Yuli Aspiani, Reny. 2014. Asuhan Keperawatan Gerontik, Aplikasi SDKI, SLKI dan SIKI- jilid
1. Jakarta: TIM

Anda mungkin juga menyukai