DENGAN HIPERTENSI
DI SUSUN OLEH :
ERLINA SERU PABANNU
P2003011
II. Tujuan
A. Tujuan Umum
Mendeskripsikan Konsep Dasar Lanjut Usia dengan Kasus Hipertensi
B. Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan Konsep Dasar Lanjut Usia
2. Mendeskripsikan Konsep Dasar Penyakit Hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Konsep Dasar Lanjut Usia
A. Pengertian
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh,
seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan
bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin
membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut
usia makin bertambah.
Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu
berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya
merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa. Menua
atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui
tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).
Gerontology adalah ilmu yang mempelajari proses menua dan
masalah yang mungkin terjadi pada lanjut usia. Keperawatan gerontik atau
keperawatan gerontology adalah praktik perawatan yang berkaitan dengan
penyakit pada proses menua yang dapat menjalankan perannya pada tiap
tatanan pelayanan (dirumah sakit, rumah dan panti) dengan menggunakan
pengetahuan, keahlian, dan ketrampilan merawat untuk meningkatkan
fungsi optimal para lansia secara komprehensif. Tujuan keperawatan
gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan fungsi
tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan
damai melalui ilmu dan
teknik keperawatan gerontik (Maryam, 2008).
D. Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan
manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir
kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa
tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi
sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap
penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk
hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan
perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-
paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif
yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma
dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk
menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan teori,
namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak
ditemukan pada faktor genetik.
2. Etiologi Hipertensi
Faktor-faktor risiko hipertensi terbagi dalam 2 kelompok yaitu faktor
yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah :
a. Faktor penyebab yang dapat diubah
1) Gaya hidup modern Kerja keras penuh tekanan yang
mendominasi gaya hidup masa kini menyebabkan stres
berkepanjangan. Kondisi ini memicu berbagai penyakit
seperti sakit kepala, sulit tidur, gastritis, jantung dan
hipertensi. Gaya hidup modern cenderung membuat
berkurangnya aktivitas fisik (olah raga). Konsumsi alkohol
tinggi, minum kopi, merokok. Semua perilaku tersebut
merupakan memicu naiknya tekanan darah.
2) Pola makan tidak sehat Tubuh membutuhkan natrium untuk
menjaga keseimbangan cairan dan mengatur tekanan darah.
Tetapi bila asupannya berlebihan, tekanan darah akan
meningkat akibat adanya retensi cairan dan bertambahnya
volume darah. Kelebihan natrium diakibatkan dari kebiasaan
menyantap makanan instan yang telah menggantikan bahan
makanan yang segar. Gaya hidup serba cepat menuntut segala
sesuatunya serba instan, termasuk konsumsi makanan.
Padahal makanan instan cenderung menggunakan zat
pengawet seperti natrium berzoate dan penyedap rasa seperti
monosodium glutamate (MSG). Jenis makanan yang
mengandung zat tersebut apabila dikonsumsi secara terus
menerus akan menyebabkan peningkatan tekanan darah
karena adanya natrium yang berlebihan di dalam tubuh.
3) Obesitas Saat asupan natrium berlebih, tubuh sebenarnya
dapat membuangnya melalui air seni. Tetapi proses ini bisa
terhambat, karena kurang minum air putih, berat badan
berlebihan, kurang gerak atau ada keturunan hipertensi
maupun diabetes mellitus. Berat badan yang berlebih akan
membuat aktifitas fisik menjadi berkurang. Akibatnya
jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah.Obesitas
dapat ditentukan dari hasil indeks massa tubuh (IMT). IMT
merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi
orang. dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan
dan kelebihan berat badan.
b. Faktor penyebab yang tidak dapat diubah :
1) Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga itu mempunyai resiko menderita
hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
Sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara Potassium
terhadap Sodium, individu dengan orang tua yang menderita
hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar daripada
orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi (Anggraini dkk, 2009)
2) Usia
Hipertensi bisa terjadi pada semua usia, tetapi semakin
bertambah usia seseorang maka resiko terkena hipertensi
semakin meningkat. Penyebab hipertensi pada orang dengan
lanjut usia adalah terjadinya perubahan– perubahan pada,
elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan
jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh
darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi, meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer (Smeltzer, 2009).
3) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama,
akan tetapi wanita pramenopause (sebelum menopause)
prevalensinya lebih terlindung daripada pria pada usia yang
sama. Wanita yang belum menopause dilindungi oleh oleh
hormone estrogen yang berperan meningkatkan kadar High
Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolestrol HDL yang
tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah
terjadinya proses aterosklerosis yang dapat menyebabkan
hipertensi (Price & Wilson, 2006).
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014)
menyebutkan gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi
atau tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap orang, bahkan
terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang
dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
f. insomnia
4. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla
diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap 14 norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana
system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula
adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor
kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi. Untuk pertimbangan gerontologi perubahan
struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung ( volume sekuncup), mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Brunner & Suddarth, 2002 ).
5. Komplikasi
1) Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi
di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh
non otak otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat
terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya
berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami aterosklerosis
dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma. Gejala terkena stroke adalah sakit
kepala secara tiba-tiba, seperti orang bingung, limbung atau
bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian
tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah,
mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara
jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
2) Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang
arteroklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.
Hipertensi 18 kronik dan hipertensi ventrikel, maka
kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang
menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel
dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran
listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia,
hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan
bekuan (Corwin, 2000).
3) Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus.
Dengan rusaknya membrane glomerulus, darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus, protein
akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid
plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering
dijumpai pada hipertensi kronik.
4) Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung
bekerja lebih berat untuk memompa darah yang
menyebabkan pembesaran otot jantung kiri sehingga jantung
mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri
disebabkan kerja keras jantung untuk memompa darah. 5)
Kerusakan pada Mata Tekanan darah yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan saraf
pada mata.
B. Pemeriksaan Penunjang
Menurut NIC-NOC, 2015
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor
resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN/ kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/
fungsi ginjal.
c. Glucosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah,protein,glukosa,mengisaratkan disfungsi
ginjal.e. Kolestrol total serum.
f. Kolestrol LDH dan HDL serum.
g. Trigliserida serum (puasa).
2. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
penyakit jantung hipertensi.
4. IUP : Mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti :
batu ginjal, perbaikan ginjal.
5. Foto dada : Menunjukan distruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
C. Komplikasi
Menurut Priscilla Lemone, 2015
1. Gagal Jantung
Hipertensi menetap mempengaruhi sistem kardiovaskuler, saraf dan
ginjal. Laju aterosklerosis meningkat, menignkatkan resiko penyakit
jantung coroner dan stroke. Beban kerja ventrikel kiri meningkat,
menyebabkan hipertropi ventrikel yang kemudian meningkatkan
resiko penyakit jantung coroner, disritmia, dan gagal jantung.
2. Stroke
Percepatan aterosklerosis yang terkait dengan hipertensi
meningkatkan resiko infark cerebral (stroke). Peningkatan tekanan
pada pembuluh serebral dapat menyebabkan perkembangan
mikroneurisme dan peningkatan resiko hemoragi cerebral.
3. Ensefalopati hipertensi
Suatu sindrom yang di tandai dengan tekanan darah yang sangat tinggi,
perubahan tingkat kesadaran, peningkatan tekanan intracranial,
papilledema,dan kejang dapat berkembang.
4. Nefrosklerosis dan insufisiensi ginjal
Proteinuria dan hematuria mikroskopik berkembang, serta gagal ginjal
kronik
BAB III
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS
Nama : Ny. H
Umur : 61 Tahun
Jenis kelamain : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Jln. Jakarta Blok A1 No. 29
II. Status Kesehatan Saat ini : Perut kembung
III. Penyakit Saat Ini : Klien mengeluhkan perut
kembung dan susah untuk tidur. klien juga mengatakan sering
terbangun malam hari pada saat mau BAK.
IV. Penyakit Masa Lalu :
1. Penyakit :-
2. Alergi :-
3. Kebiasaan : Klien tidak minum kopi atau
teh
V. Riwayat Kesehatan Keluarga : klien Mengatakan dari
keluarga punya riwayat penyakit Hipertensi
VI. Genogram :
61
2. Psikososial
Hubungan interaksi klien dengan keluarga, anak, cucu terjalin
dengan baik dan klien merupakan orang yang dikenal dalam
lingkungan sekitar karen klien mudah bersosialisasi dengan tetangga
sikap klien terhadap orang lain sangat ramah,
Pertanyaan Tahap II
1. keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali ? Ya ( 1
Tahun )
2. Ada Masalah atau Banyak Pikiran ? Ya ( Banyak Pikiran )
3. Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain ? Tidak
4. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter ? Tidak
5. Cenderung mengurung diri ? Tidak
Kesimpulan :
Bila lebih dari satu atau sama dengan satu jawaban “Ya” maka Masalah
Emosional Positif (+)
4. Fungsional ( KATZ Indeks dan Bartel Indeks )
KATZ Indeks
Termasuk kategori yang manakah klien ?
a. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK, BAB), menggunakan
pakaian, pergi ke toilet, berpindah, dan mandi
b. Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
c. Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain
d. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain
e. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu fungsi
yang lain
f. Mandiri, kecuali mandiri berpakaian, ke toilet, berpindah, dan
satu fungsi yang lain
g. Ketergantungan untuk semua fungsi di atas
Keterangan :
Mandiri : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan
aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan
fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap
mampu.
Bartel Indeks
Termasuk yang manakah klien ?
No. Kriteria Dengan Mandiri Keterangan
Bantuan
1. Makan 5 10 √ Frekuensi : 2-3x sehari
Jumlah : 1 porsi
Jenis : lauk, sayur, nasi
2. Minum 5 10√ Frekuensi : 7-8 gelas(250)
/hari
Jumlah : 2000 cc/hari
Jenis : air mineral
3. Berpindah dari kursi roda ke 5-10 15√ -
tempat tidur, sebaliknya
4. Personal toilet (cuci muka, 0 5√ Frekuensi : 2x sehari
menyisir rambut, gosok gigi)
5. Keluar masuk toilet (mencuci 5 10√ Frekuensi : 1x sehari
pakaian, menyeka tubuh,
menyiram)
6. Mandi 5 15√ 2x sehari
7. Jalan dipermukaan datar 0 5√ Frekuensi : Sering
( Ubin )
8. Naik turun tangga 5 10√ Jarang
9. Mengenakan pakaian 5 10√ Frekunsi : 2-3x sehari
10. Kontrol bowel (BAB) 5 10√ Frekuensi : 1-2 x sehari
Konsistensi : Lembek
11. Kontrol bladder (BAK) 5 10√ Frekuensi : 4-5x sehari
Warna : warna kuning
12. Olah raga/latihan 5 10√ Frekuensi : -
Jenis :-
13. Rekreasi/pemanfaatan waktu 5 10√ Jenis : Nonton Tv dan
luang main hp
Frekuensi : -
Total 130
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 – 125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total
Kesimpulan :
Dari hitungan Bartel Indeks didapatkan skor klien 130 jadi klien
termasuk Mandiri melakukan aktivitas
a. Postural Hipertensi
Ukur tekanan darah klien 3 posisi, yaitu :
1. Tidur : 130/80 mmHg
2. Duduk : 130/80 mmHg
3. Berdiri : 140/90 mmHg
b. Fungsional Reach (FR) Test
1. Mintalah usia lanjut berdiri menempel di tembok
2. Mintalah usia lanjut mencondongkan badannya ke depan tanpa
melangkah
3. Ukur jarak condong ke depan selama 1-2 menit
4. (nilai < 6 inchi risiko roboh)
c. The Timed Up and Go (TUG) Test
Mintalah usia lanjut melakukan hal sebagai berikut :
a. Berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah, kembali ke kursi,
mengangkat 1 kaki setinggi langkah, duduk kembali.
b. Ukur waktu dalam detik
- < 10 detik : mobilitas bebas
- < 20 detik : mostly independent
- 20 – 29 : variable mobility
- > 30 : gangguan mobilitas
d. Faktor Resiko Jatuh Akibat Mobilisasi
KETERANGAN KRITERIA SKOR
Usia 60 – 70 2√
> 70 1
Status mental* Bingung terus-menerus 3
Kadang-kadang bingung 2√
Penurunan tingkat kooperatif 1
Riwayat jatuh dalam 1 - 2 kali 5
Berulang 4
1 bulan
Pakai kateter / ostomi 3
Kebutuhan eliminasi dibantu 2
Incontinensia /urgensi 1
Gangguan 1√
penglihatan*
Mobilisasi Tidur berbarig di tempat tidur / duduk di kursi 6
Gaya berjalan, melangkah lebar 5
Kehilangan keseimbangan berdiri atau berjalan* 4
Penurunan koordinasi otot 3
Kesukaran berjalan, sempoyongan 2
Menggunakan alat bantu : kruk, walker 1
Obat berisiko Menggunakan 1 obat 1
(lihat daftar di bawah Menggunakan 2 atau lebih 1
tabel)
Hospitalisasi 3 hari dirawat sejak masuk/dirujuk 2
2 hari pembedahan atau melahirkan 1
Persiapan alat IV line 2
Therapy anti embolitik 1
TOTAL SKORE 5
Daftar Obat (beri tanda ✓di belakang nama obat, jika pasien
mengkonsumsi):
Alkohol Sedative
Anti kejang Benzodiazeplines
Diuretic Narcotic
Psycotropika Hypoglicemic agent
Antihistamin Antihipertensi
Untuk skore jatuh :
Keterangan : Pasien diobservasi selama 24 jam, jika hasil
skore >10 atau yang diberi tanda * pasien tersebut beresiko jatuh.
Lakukan tindakan pencegahan.
Kesimpulan :
hasil skrining resiko jatuh didapatkan hasil skor 5 tidak berisiko
h. Kognitif
1. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan
Short Postable Status Mental Questioner (SPSMQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
BENAR SALAH NO PERTANYAAN
√ 01
Tanggal berapa hari ini ?
√ 02
Hari apa sekarang ini ?
√ 03
Apa nama tempat ini ?
√ 04
Dimana alamat anda ?
√ 05
Berapa umur anda ?
√ 06
Kapan anda lahir ? (minimal tahun terakhir)
√ 07
Siapa presiden Indonesia sekarang ?
√ 08
Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?
√ 09
Siapa nama Ibu anda ?
5 4 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun
Interpretasi hasil :
a. Salah 0 – 3 = fungsi intelektual tubuh
b. Salah 4 – 5 = Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 = Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 = Kerusakan intelektual berat
Kesimpulan :
Hasil dari Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan
menggunakan Short Postable Status Mental Questioner (SPSMQ)
maka didapat hasil jawaban yang benar ada 5 dan jawaban yang
salah 4 maka interprestasinya terjadi kerusakan intelektual ringan
2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan
menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam) :
a. Orientasi
b. Registrasi
c. Perhatian
d. Kalkulasi
e. Mengingat kembali
f. Bahasa
Interpretasi Hasil:
> 23 = Aspek kognitif dari fungsi mental baik
≤ 23 = Terdapat kerusakan aspek fungsi mental
Kesimpulan :
Keterangan:
Skor 5 atau lebih menunjukkan adanya depresi
Kesimpulan :
Tidak terdapat adanya depresi
g. Gangguan Tidur
Alat ukur insomnia
Kuesiner Insomnia
Berdasarkan Insomnia Rating scale
Keterangan :
Pasien yang total nilai : < 16 mempunyai resiko terjadi dekubitus
15/16 resiko rendah
13/14 resiko sedang
< 13 resiko tinggi
Kesimpulan :
Hasil Pengkajian skala resiko dekubitus menurut Braden didapatkan
skor 23 poin maka klien tidak mempunya resiko terjadi dekubitus
2) Pengkajian skala resiko dekubitus menurut Norton
1 2 3 4
KONDISI FISIK
Sangat Buruk Buruk Sedang Baik
1 2 3 4
KESADARAN
Soporus Delirium Apatis CM
3
1 2 4
AKTIVITAS Dengan
Hanya Tidur Hanya Duduk Mandiri
Bantuan
1 3
2 4
MOBILITAS Tidak Bisa Sedikit
Sangat Terbatas Bebas
Bergerak Terbatas
1 2 3 4
INKONTINENSIA
Selalu Sering Kadang Tidak ada
TOTAL SCORE : 20
Keterangan :
Nilai < 12 : Resiko Tinggi
Nilai < 14 : Beresiko
Kesimpulan :
Hasil dari Pengkajian skala resiko dekubitus menurut Norton
didapatkan skor 20 maka klien tidak mempunya resiko decubitus.
b. Kualitas hidup
Sf-36
1. Kualitas hidup
1. Bagaimana anda mengatakan kondisi Kesehatan anda saat ini ?
- Sangat baik sekali = 1
- Sangat baik =2
- Baik =3
- Cukup baik =4
- Buruk =5
2. Bagaimana Kesehatan anda saat ini dibandingkan satu tahun yang
lalu ?
- Sangat baik sekali = 1
- Sangat baik =2
- Baik =3
- Cukup baik =4
- Buruk =5
Dalam 4 minggu terakhir apakah keadaan Kesehatan anda sangat
membatasi aktifitas yang anda lakukan dibawah ini ?
Keterangan :
SM = sangat membatasi
SdM = sedikit membatasi
TM = tidak membatasi
No Pernyataan SM SdM TM
No Pernyataan Ya Tidak
20. dalam 4 minggu terkahir seberapa besar Kesehatan fisik anda atau
masalah emosional mengganggu aktifitas social anda seperti biasa
dengan keluarga, teman, tetangga atau perkumpulan anda ?
- tidak mengganggu =1
- sedikit menganggu =2
- cukup mengganggu =3
- mengganggu sekali =4
- sangat mengganggu =5
- Tidak mengganggu =1
- Sedikit mengganggu =2
- Cukup mengganggu =3
- Sangat mengganggu =4
- Sangat mengganggu sekali = 5
Pertamyaan pertanyaan, dibawah ini adalah tentang bagaimana
perasaan anda dalam 4 minggu terakhir, untuk setiap pertanyaan
silahkan beri 1 jawban yang paling sesuai dengan perasaan anda.
Keterangan :
S = selalu
HS = hampir selalu
CS = cukup sering
KK = kadang-kadang
J = jarang
TP = Tidak pernah
No Pernyataan S HS CS KK J TP
Keterangan:
B = Benar
BS = Benar Sekali
TT = Tidak tahu
S = Salah
SS = Salah Sekali
No Pernyataan B BS TT S SS
Analisa Data
1. Kes :Composmentis
2. Ku : Sedang
3. TTV :
a. TD : 180/100 mmHg
b. N : 98 x/menit
c. T : 36,3 C
d. RR: 20 x/menit
4. Klien tampak gelisah
5. Lesu
6. Masalah emosional :
mengalami kesulitan tidur,
gelisah, banyak pikiran,
keluhan sudah 1 tahun
setelah pensiun,
7. kantung mata klien tampak
terlihat hitam
8. sering menguap
1. Kes :Composmentis
2. Ku : Sedang
3. TTV :
a. Td : 160/100
b. N : 84 x/m
c. T:36,5 C
d. RR:20 x/m
4. Riwayat penyakit saat ini :
hipertensi
5. Riwayat penyakit masa lalu :
Hipertensi 180/100 mmHg
6. Riwayat kesehatan keluarga :
Hipertensi
7. Klien tampak masih gemar
makan ikan goreng
I. Diagnosa Keperawatan
Tindakan :
Observasi
2 Nyeri Akut bd agen Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I. 08238)
cidera fisiologis
(Inflamasi) Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 1x4 jam tingkat
nyeri Menurun dengan kriteria 1. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
hasil : nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri 5 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Meringis 5 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
3. Sikap protektif 5 nyeri
4. Gelisah 5 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
5. Kesulitan tidur 5 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
Interpretasi : diberikan
5 : menurun 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
1.memburuk Edukasi
Kolaborasi
3 : sedang
4 : cukup meningkat
5 : meningkat
5. Pertanyaan tentang
masalah yang dihadapi 5
6. Persepsi yang keliru
terhadap masalah 5
Keterangan:
1.meningkat
2.cukup meningkat
3.sedang
4.cukup menurun
5.menurun
III. Implementasi Keperawatan
Hari 1
Hari,
No Diagnosa Tangga Jam Implementasi Evaluasi Paraf
l
1 Gangguan Senin, 09.30 Observasi S = Klien mengatakan masih susah Erlina
Pola tidur tidur, tidur hanya 4 jam, klien
bd 28-6-2021 1.1 Mengidentifiaksi pola aktivitas dan tidur terbangun karena cucunya menangis
Hambatan Ds : klien mengatakan kegiatan sehari-hari dan susah untuk tidur kembali
lingkungan melakukan tindakan rumah tangga, namun
(kebisingan) untuk pola tidur klien tidur jam 22.00 dan
sering terbangun jam 02.00 terbangun dan
susah utuk tidur kembali O=
Do : kantung mata klien tampak menghitam,
1. TTV :
sering menguap, gelisah, lesu, ttv Td:140/80
mmHg, N:80x/m, RR:20x/m, T:36.9C a. Td : 160/100
1.2 Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur
(fisik dan/ psikologis) b. N : 84 x/m
Ds: klien mengatakan sering terbangun karena
mendengar suara bising dan susahtidur c. T:36,5 C
kembali.
2. d. RR:20 x/mkantung mata
Do: kondisi lingkungan ada anak kecil usia 14
klien tampak hitam
bulan.
3. klien tampak menguap
1.3 Mengidentifikasi makanan dan minuman
4. klien tampak lesu
yang mengganggu tidur (kopi,teh)
Ds: klien mengatakan idak pernah
mengkonsumsi minuman kopi atau teh. A=
1.4 Identifikasi obat tidur yang di konsumsi
Ds: klien mengatakan tidak ada mngkonsumsi 1. Keluhan sulit tidur 3 sedang
obat tidur jenis apapun 2. Keluhan sering terjaga 3
sedang
3. Keluhan tidak puas tidur 3
Terapeutik sedang
4. Keluhan pola tidur berubah 3
1.5 Memodifikasi lingkungan (mis.pencahayaan, sedang
kebisingan) 5. Keluhan istirahat tidak cukup 3
Do : menganjurkan menggunakan penutup sedang
telinga dan mematikan lampu saat tidur
1.6 Membatasi waktu tidur siang, jika perlu
Ds : Klien tidak pernah tidur siang
1.7 Memfasilitasi menghilangkan stres sebelum P = Intervensi dilanjutkan
tidur
Ds : klien mengatakan biasanya
mendengarkan musik rohani dan berdoa untuk
menenangkan pikirannya
1.8 Menetapkan jadwal tidur rutin
Ds : Klien mengatakan tidur jam 22.00
Do : klien tampak telah mengatur jam tidurya
dengan baik
1.9 Melakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (mis.pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur)
Ds : klien mengatakan posisi paling nyaman
ialah tengkurap
Edukasi
2 Nyeri Akut Senin, 10.00 Manajemen Nyeri (I. 08238) S = Klien mengatakan nyeri masih Erlina
bd agen hilang timbul
cidera 28-6-2021 Observasi
fisiliogis
2.1 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
(Inflamasi)
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri O=
Ds: klien mengatakan nyeri pada tengkuk
hilang timbul 1. TTV :
Do: klien tampak memegang area yang sakit ,
e. Td : 160/100
wajah klien tampak meringis
f. N : 84 x/m
g. T:36,5 C
2.2 Mengidentifikasi skala nyeri
h. RR:20 x/m
Ds: klien mengatakan skala nyeri 5 sedang
Skala nyeri 5
dari 1-10
Do: klien tampak memegang area yang sakit 2. Klien tampak memegang area
bila nyeri muncul yang sakit
2.3 Mengidentifikasi respon nyeri non verbal 3. Klien tampak meringis
Do: klien memegang area yang sakit
2.4 Mengidentifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri A=
Ds:Klien mengatakan nyeri muncul bila
keadaan panik seperti cucu menangis tengah 1. Keluhan nyeri 3
malam, dan mereda jika tenang dan 2. Meringis 3
beristrirahat 3. Sikap protektif 3
2.5 Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan 4. Gelisah 3
tentang nyeri 5. Kesulitan tidur 3
Ds: klien mengatakan nyeri karena tekanan 6. Frekuensi nadi 3
darah naik
2.6 Mengidentifikasi pengaruh budaya terhadap
P = Intervensi dilanjutkan
respon nyeri
Ds: klien mengatakan tidak ada pengaruh
budaya terhadap respon nyeri
2.7 Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
Ds:klien mengatakan nyeri hilang timbul jadi
tidak terlalu menganggu
2.8 Memonitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
Do: mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam
2.9 Memonitor efek samping penggunaan
analgetik
Ds: klien tidak mengkonsumsi obat
Terapeutik
Edukasi