Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN MASALAH HIPERTENSI

Disusun oleh :
NUR ARISA
202214098

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2022/2023
PENDAHULUAN

A. KONSEP LANSIA

1. PENGERTIAN LANSIA

Lansia ialah proses usia tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh
kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap
kondisi stres fisiologis. Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60
tahun dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari (Ahmad, 2018).

Usia lanjut dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada


daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU
No.13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun .Menurut WHO dan
Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada
pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia
permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan
proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif,
merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian
(Padila, 2019).

2. KLASIFIKASI LANSIA
Klasifikasi lansia menurut Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015) :

a. Young old (usia 60-69 tahun)

b. Middle age old (usia 70-79 tahun)

c. Old-old (usia 80-89 tahun)

d. Very old-old (usia 90 tahun ke atas)


3. KARAKTERISTIK LANSIA

Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017) yaitu :

a. Usia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, lansia
adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun.

b. Jenis kelamin

Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin


perempuan. Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan hidup
yang paling tinggi adalah perempuan.

c. Status pernikahan

Penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar


berstatus kawin (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun
perinciannya yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai mati
sekitar 56,04 % dari keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-
laki yang berstatus kawin ada 82,84%. Hal ini disebabkan usia
harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia
harapan hidup laki-laki, sehingga presentase lansia perempuan
yang berstatus ceraimati lebih banyak dan lansia laki- laki yang
bercerai umumnya kawinlagi.

d. Pendidikan terakhir

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo menunjukkan


bahwa pekerjaan lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih dan
sangat sedikit yang bekerja sebagai tenaga professional. Dengan
kemajuan pendidikan diharapkan akan menjadi lebih baik.

e. Kondisi kesehatan

Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes


RI (2016) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengukur derajat kesehatan penduduk. Semakin rendah angka
kesakitan menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang
semakin baik. Angka kesehatan penduduk lansia tahun 2014
sebesar 25,05%, artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia
terdapat 25 orang di antaranya mengalami sakit. Penyakit
terbanyak adalah penyakit tidak menular (PTM) antar lain
hipertensi, artritis, strok, diabetes mellitus.

f. Pekerjaan

Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia sehat


berkualitas adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial
dan mental sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan tetap
berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai
anggota masyarakat. Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI 2016 sumber dana lansia sebagian besar pekerjaan/usaha
(46,7%), pensiun (8,5%) dan (3,8%) adalah tabungan, saudara atau
jaminan sosial.

4. PERUBAHAN PADA USIA LANJUT

Menurut Noviyanti (2015) proses menua mengakibatkan terjadinya


banyak perubahan pada lansia yang meliputi :

a. Perubahan fisiologis

Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung pada


persepsi pribadi atas kemampuan fungsi tubuhnya. Lansia yang
memiliki kegiatan harian atau rutin biasanya menganggap dirinya sehat,
sedangkan lansia yang memiliki gangguan fisik, emosi, atau sosial yang
menghambat kegiatan akan menganggap dirinya sakit.

Perubahan fisiologis pada lansia bebrapa diantaranya, kulit kering,


penipisan rambut, penurunan pendengaran, penurunan refleks batuk,
pengeluaran lender, penurunan curah jantung dan sebagainya.
Perubahan tersebut tidak bersifat patologis, tetapi dapatmembuat lansia
lebih rentan terhadap beberapa penyakit. Perubahan tubuh terus menerus
terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi kesehatan,
gaya hidup, stressor, dan lingkungan.

b. Perubahan fungsional

Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial, kognitif, dan


sosial. Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan
dengan penyakit dan tingkat keparahannya yang akan memengaruhi
kemampuan fungsional dan kesejahteraan seorang lansia.

Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan perilaku


aman dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk

menentukan kemandirian lansia. Perubahan yang mendadak dalam ADL


merupakan tanda penyakit akut atau perburukan masalah kesehatan.

c. Perubahan kognitif

Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan


gangguan kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar
neurotransmiter) terjadi pada lansia yang mengalami gangguan kognitif
maupun tidak mengalami gangguan kognitif. Gejala gangguan kognitif
seperti disorientasi, kehilangan keterampilan berbahasa dan berhitung,
serta penilaian yang buruk bukan merupakan proses penuaan yang
normal.

d. Perubahan psikososial

Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan


proses transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia
seseorang, maka akan semakin banyak pula transisi dan kehilangan yang
harus dihadapi. Transisi hidup, yang mayoritas disusun oleh pengalaman
kehilangan, meliputi masa pensiun dan perubahan keadaan finansial,
perubahan peran dan hubungan, perubahan kesehatan, kemampuan
fungsional dan perubahan jaringan sosial.

Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat kaitannya


dengan keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia yang
memasuki masa-masa pensiun akan mengalami kehilangan- kehilangan
sebagai berikut:

• Kehilangan finansial (pedapatan berkurang).

• Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas).

• Kehilangan teman/kenalan atau relasi

• Kehilangan pekerjaan/kegiatan.

Kehilangan ini erat kaitannya dengan beberapa hal sebagai berikut :

• Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan bahan cara


hidup (memasuki rumah perawatan, pergerakan lebih sempit).
• Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan.

• Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.

• Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.


• Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan kesulitan.

• Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

• Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman


dan keluarga.
• Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri)
5. PERMASALAHAN LANJUT USIA

Menurut Suardiman (2011) usia lanjut rentan terhadap berbagai


masalah kehidupan. Masalah umum yang dihadapi oleh lansia diantaranya
: a. Masalah ekonomi

Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja,


memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Disisi lain,
usia lanjut dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang semakin
meningkat seperti kebutuhan akan makanan yang bergizi seimbang,
pemeriksaan kesehatan secara rutin, kebutuhan sosial dan rekreasi.
Lansia yang memiliki pensiun kondisi ekonominya lebih baik karena
memiliki penghasilan tetap setiap bulannya. Lansia yang tidak memiliki
pensiun, akan membawa kelompok lansia pada kondisi tergantung atau
menjadi tanggungan anggota keluarga (Suardiman, 2011).

b. Masalah sosial

Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya kontak


sosial, baik dengan anggota keluarga atau dengan masyarakat.
kurangnya kontak sosial dapat menimbulkan perasaan kesepian,
terkadang muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung
diri, serta merengek-rengek jika bertemudengan orang lain sehingga
perilakunya kembali seperti anak kecil (Kuntjoro, 2007).

c. Masalah kesehatan

Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya masalah


kesehatan. Usia lanjut ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan rentan
terhadap penyakit (Suardiman, 2011).

d. Masalah psikososial

Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan


gangguan keseimbangan sehingga membawa lansia kearah kerusakan
atau kemrosotan yang progresif terutama aspek psikologis yang
mendadak, misalnya, bingung, panik, depresif, dan apatis. Hal itu
biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling
berat seperti, kematian pasangan hidup, kematian sanak saudara dekat,
atau trauma psikis. (Kartinah, 2008).

6. TEORI PERUBAHAN PSIKOSOSIAL LANSIA

Psikososial berasal dari kata psiko dan sosial. Kata psiko mengacu
pada aspek psikologis dari individu (pikiran, perasaan dan perilaku)
sedangkan sosial mengacu pada hubungan eksternal individu dengan orang-
orang di sekitarnya Psikososial merupakan hubungan antara kondisi sosial
seseorang dengan kesehatan mental atau emosionalnya yang melibatkan
aspek psikologis dan aspek sosial. Psikososial menunjuk pada
hubunganyang dinamis antara faktor psikis dan sosial, yang saling
berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain. Teori yang berkaitan dengan
perubahan psikososial lansia menurut Aspiani (2014) yaitu: a. Teori
psikologi

• Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan


kesehatan
• Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya
penghasilan
• Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup

• Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya

• Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan

• Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes

b. Teori individual jung

Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran


seseorang dan ketidaksadaran bersama. Kepribadian digambarkan
terhadap dunia luar atau kearah subjektif dan pengalaman-pengalaman
dari dalam diri

(introvert). Keseimbangan antara kekuatan tersebut merupakan hal


penting bagi kesehatan mental.

c. Teori delapan tingkat kehidupan

Teori perkembangan menurut Erickson tentang penyelarasan


integritas diri dapat dipilih dalam tiga tingkat yaitu pada perbedaan ego
terhadap peran perkerjaan preokupasi, perubahan tubuh terhadap pola
preokupasi, dan perubahan ego terhadap ego preokupasi. Pada tahap
perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, tugas
perkembangan yang harus dijalani oleh lansia adalah menerima
identitas diri sebagai orang tua dan mendapatkan dukungan yang
adekuat dari lingkungan untuk menghadapi adanya peran baru sebagai
orang tua (preokupasi). Adanya pensiun dan atau pelepasan pekerjaan
merupakan hal yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang menyakitkan
dan menimbulkan penurunan harga diri.

7. PERUBAHAN FISIOLOGIS SISTEM PERNAFASAN LANSIA

a. Gerak pernafasan

Distribusi gas adanya perubahan hentuk, ukuran dada, maupun


volume rongga dada akan merubah mekanika pernafasan, amplitudo
pernafasan menjadi dangkal, timbul keluhan sesak nafas. Kelemahan
otot pernafasan menimbulkan penurunan kekuatan gerak nafas, lebih-
Iebih apabila terdapat deformitas rangka dada akibat penuaan. Perubahan
struktur anatomik saluran nafas akan menimbulkan penumpukan lendir
dalam alveolus (air trapping) ataupun gangguan pendistribusian udara
nafas dalam cabang- cabang bronkus.
b. Volume dan kapasitas paru menurun

Hal ini disebabkan karena beberapa faktor: kelemahan otot nafas,


elastisitas jaringan parenkim paru menurun, resintensi saluran nafas.
Secara umum dikatakan bahwa pada usia lanjut terjadi pengurangan
ventilasi paru.
c. Gangguan transport gas

Pada usia lanjut terjadi penurunan Pa02 secara bertahap, yang


penyebabnya terutama disebabkan adanya ketidakseimhangan ventilasi-
perfusi. Selain itu diketahui bahwa pengambilan 02 oleh darah dari
alveoli

(difusi) dan transport 02 ke jaringan-jaringan

berkurang, terutama terjadi pada saat melakukan olah raga. Penurunan


pengambilan 02 maksimal disebabkan antara lain karena berbagai
perubahan pada jaringan paru yang menghambat difusi gas, dan
berkurangnya aliran darah ke paru akibat turunnya curah jantung.
d. Gangguan perubahan ventilasi pain
Pada usia lanjut terjadi gangguan pengaturan ventilasi paru, akibat
adanya penurunan kepekaan kemoreseptor perifer, kemoreseptor sentral
ataupun pusat-pusat pernafasan di medulla oblongata dan pons terhadap
rangsangan berupa penurunan Pa02, peninggian PaCO2, perubahan pH
darah arteri dan sebagainya.

8. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN PSIKOSOSIAL


LANSIA
a. Penurunan kondisi fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi


adanya penurunan kondisi fisik yang berganda (multiple pathology).
Menurut Ratnawati (2017) perubahan fisik terdiri dari :

 Perubahan pada kulit: kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi
lebih kering dan keriput. Kulit dibagian bawah mata berkantung dan
lingkaran hitam dibawah mata menjadi lebih jelas dan permanen.
Selain itu warna merah kebiruan sering muncul di sekitar lutut dan di
tengah tengkuk. Rambut rontok, warna berubah menjadi putih, kering
dan tidak mengkilap.
 Perubahan otot: otot orang yang berusia madya menjadi lembek dan
mengendur di sekitar dagu, lengan bagian atas dan perut.
 Perubahan pada persendian: masalah pada persendian terutama pada
bagian tungkai dan lengan yang membuat mereka menjadi agak sulit
berjalan.
 Perubahan pada gigi: gigi menjadi kering, patah, dan tanggal
sehingga lansia kadang-kadang menggunakan gigi palsu.
 Perubahan pada mata: mata terlihat kurang bersinar dan cenderung
mengeluarkan kotoran yang menumpuk di sudut mata, kebanyakan
menderita presbiopi, atau kesulitan melihat jarak jauh, menurunnya
akomodasi karena penurunan elastisitas mata.
 Perubahan pada telinga: fungsi pendengaran sudah mulai menurun,
sehingga tidak sedikit yang menggunakan alat bantu pendengaran.
 Perubahan pada sistem pernapasan: napas menjadi lebih pendek dan
sering tersengal-sengal, hal ini akibat penurunan kapasitas total paru-
paru, residu volume paru dan konsumsi oksigen nasal, ini akan
menurunkan fleksibilitas dan elastisitas paru.
b. Penurunan fungsi dan potensi seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti :

 Gangguan jantung.

 Gangguan metabolisme.

 Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi

 Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu


makan sangat kurang.
 Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antihipertensi atau
golongan steroid.
c. Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain

 Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual


padalansia.
 Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang
sertadiperkuat oleh tradisi dan budaya.
 Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam
kehidupannya.
 Pasangan hidup telah meninggal.

 Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah


kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dan
sebagainya.
d. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun.


Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati
hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyatannya sering
diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran,
kegitan, harga diri dan status. Lansia yang memiliki agenda
kerja yang tidak terselesaikan dan menganggap pensiun sebagai
sesuatu yang tidak mungkin. Pensiun merupakan suatu proses bukan
merupakan suatu peristiwa. Orang-orang lanjut usia yang
menunjukkan penyesuaian yang paling baik terhadap pensiun, adalah
mereka yang sehat, memiliki keuangan yang memadai, aktif, lebih
terdidik, memiliki jaringan sosial yang luas yang meliputi kawan-
kawan dan keluarga,serta biasanya puas dengan kehidupannya
sebelum mereka pensiun (Santrock, 2012).

e. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

Peran merupakan kumpulan dari perilaku yang secara relatif


homogen dibatasi secara normative dan diharapkan dari seseorang
yang menempati posisi sosial yang diberikan. Peran berdasarkan pada
pengharapan atau penetapan peran yang membatasi apa saja yang
harus dilakukan oleh individu di dalam situasi tertentu agar memenuhi
pengharapan diri atau orang lain terhadap mereka (Friedman, 2014).
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain. Akibat berkurangnya fungsi indera
pendengaran, penglihatan kabur, gerak fisik dan sebagainya maka
muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia, dan
sebagainya sehingga menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya
dicegah dengan selalu mengajak lansia melakukan aktivitas, selama
lansia masih sanggup, agar tidak merasa diasingkan. Keterasingan
yang terjadi pada lansia dapat membuat lansia semakin menolak untuk
berkomunikasi dengan orang lain dan dapat muncul perilaku regresi,
seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-
barang tidak berguna, dan merengek-rengek seperti anak kecil
sehingga lansia tidak bisa menjalankan peran sosialnya dengan baik
(Friedman, 2014).
B. HIPERTENSI

1. Definisi Hipertensi

Pengertian hipertensi menurut Chobanian di dalam Kurnia (2021) adalah kondisi


peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg berdasarkan dua atau lebih pengukuran tekanan darah.

2. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer.
Hipertensi diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu :

a. Hipertensi primer (esensial)


Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya,
diderita oleh sekitar 95% orang. Oleh karena itu,penelitian dan pengobatan lebih
ditunukan bagi penderita esensial.

Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini :


1) Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi.

2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah
meningkat), jenis kelamin (pria lebih tinggi dari perempuan), dan
ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).

3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan
atau makan berlebih, stress, merokok, minuman alcohol, minum
obat- obatan

(efedrin, prednisone, epinefrin).


b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang
terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat
kongenital atau akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis
menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan
baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan
angiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan
darah tekanan darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis
andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan
perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di
angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.

Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain


ferokromositoma, yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal,
yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume
sekuncup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan peningkatan
volume sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena
hipersensitivitas system saraf simpatis aldosteronisme primer
(peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebabnya) dan hipertensi
yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai
kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2019).

Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Dewasa (>18 tahun)

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Stadium I Hipertensi 140-159 90-99
Stadium II Hipertensi ≥ 160 ≥ 100
Sumber : Kayce Bell et al., 2015
3. Manifestasi Klinis

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,


meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing wajah kemerahan; yang bisa saja terjadi
pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah
yang normal.

Rokhaeni menyebutkan manifestasi klinis hipertensi secara umum dibedakan


menjadi dua yaitu :

a. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah.
b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyak pasien yang mencari
pertolongan medis (Manuntung, 2018).

4. Pathway
5. Komplikasi
Corwin dalam Manuntung (2018) menyebutkan ada beberapa komplikasi yang
dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu :

a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi.
b. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.

c. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerolus. Rusaknya glomerolus
mengakibatkan darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal,
nefronakan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.

d. Gagal jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah
kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di
paru, kaki, dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan di dalam paru-
paru menyebabkan sesak nafas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan
kaki bengkak.

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

a. Penatalaksanaan non farmakologis


Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan
darah. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines
adalah :
1) Penurunan berat badan
Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayuran
dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain
penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan
dislipidemia.

2) Mengurangi asupan garam


Makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan tradisionalpada
kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari kandungan
garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan
sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk
mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2.

Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari.


3) Olahraga
Olahraga ang dilakukan secara teratur sebanyak 30 sampai 60 menit/ hari,
minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah. Terhadap
pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus,
sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda
atau menaiki tanggadalam aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya. 4)
Mengurangi konsumsi alcohol

Konsumsi alkohol walaupun belum menjadi pola hidup yang umum di


negara kita, namun konsumsi alkohol semakin hari semakin meningkat
seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di
kota besar. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau

1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan
demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol sangat
membantu dalam penurunan tekanan darah.

5) Berhenti merokok
Merokok sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat
menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor
risiko utama penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknyadianjurkan
untuk berhenti merokok (PERKI, 2015).
b. Penatalaksanaan farmakologis
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi. Berikut penggunaan
obat-obatan sebagai penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi

1) Diuretik
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh,
sehingga volume cairan tubuh berkurang, tekanan darah turun dan beban
jantung lebih ringan.

2) Penyekat beta (beta-blockers)


Mekanis kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan laju nadi
dan daya pompa jantung. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
penggunaan obat ini yaitu tidak dianjurkanpada penderita asma
bronchial, dan pengunaan pada penderita diabetes harus hati-hati karena
dapat menutupi gejala hipoglikemia.

3) Golongan penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) dan


Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE inhibitor/ACEi)
menghambat kerja ACE sehingga perubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II (vosokontriktor) terganggu. Sedangkan Angiotensin
Receptor Blocker (ARB) menghalangi ikatan angiotensin II pada
reseptornya. ACEI maupun ARB mempunyai efek vasodilatasi,
sehingga meringankan beban jantung.

4) Golongan Calcium Channel Blockers (CCB)


Calcium Channel Blockers (CCB) menghambat masuknya kalsium ke
dalam sel pembuluh darah arteri, sehingga menyebabkan dilatasi arteri
koroner dan juga arteri perifer

(Kemenkes RI, 2013)

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
laboratorium (darah rutin, ureum, kreatinin, glukosa darah dan elektrolit),
elektrokardiografi (EKG) dan foto dada. Bila terdapat indikasi dapat dilakukan
juga pemeriksaan ekokardiografi dan CT scan kepala (Dwi Pramana, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, N. 2018. Cara Mencegah dan Mengobat Hipertensi.


Ansar J, Dwinata I, M. A. (2019). Determinan Kejadian Hipertensi Pada Pengunjung Posbindu Di
Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota Makassar. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan, 1, 28–
35.

Anthony, J.S., dan Edward M. S., 2011, Infections of The Urinary Tract: CampbellWalls Urology 10th
ed, England: Saundres Elseiver; 257-269.

Aspiani, R. Y. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler Aplikasi NIC &
NOC.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2018). Laporan NasionalRiset Kesehatan Daerah
2018. In Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (p. 198)

Dinas Kesehatan Kota Balikpapan. (2020). Profil Kesehatan Kota Balikpapan 2019.
Dwi Pramana, K. (2020). Penatalaksanaan Krisis Hipertensi. Jurnal Kedokteran, 5(2), 91–96.

Dwi Sapta Aryantiningsih, & Silaen, J. B. (2018). Profil Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2015.
Hipertensi Pada Masyarakat Di Wilayah KerjaPuskesmas Harapan Raya Pekanbaru.Jurnal
keperawatan. 1(14).

Esti Amira & Johan, Ritra Trimona. (2020) Asuhan Keperawatan AskepStroke.Padang: Pustaka Galeri
Mandiri.

Fadilah, I. L. (2018). Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. A Dan Tn. J Yang Mengalami Hipertensi
Dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Manajemen Regimen

Terapeutik Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas Rogotrunan Lumajang Tahun 2018.Jurnal


Kesehatan .2 (5)

Fitriana, Rahmatul. 2015. Cara Cepat hipertensi . Yogyakarta: Medika.


Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, &
Praktik, Edisi 5. Editor Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC Jakarta:Rineka Cipta.

Noviyanti, (2015). Perubahan Pada Lanjut Usia. Yogyakarta: Notebook (Perpustakaan Nasional RI).

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Padila, (2019). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika; 2013.

Sustrani, (2019). Lanjut usia . Jakarta; PT. Gramedia Utama


Ratnawati, (2017). Buku Ajar Keperawatan Gerontik 2, Jakarta : CV Sagung Seto
Sri Setyowati, S.Kep & Arita Murwani, S. K. (2018). Asuhan keperawatan konsep dan aplikasi kasus.
LAPORAN KASUS PRAKTIK KEPERAWATAN GERONTIK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. B DENGAN HIPERTENSI DI
KELURAHAN TEGALHARJO JEBRES SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

NAMA : NUR ARISA


NIM : 202214098

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2022/2023
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn. P DENGAN

HIPERTENSI

PENGKAJIAN

A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Diri Klien
Nama lengkap : Tn.B
Tempat/ Tgl Lahir : Surakarta, 01-01-1957

Jenis Kelamin : Laki laki


Status Perkawinan : Cerai Mati
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Terakhir : SLTA/
Diagnosa Medis : Hipertensi
Alamat : Tegalharjo, jebres, Surakarta
2. Keluarga atau orang lain yang penting/ dekat yang dapat dihubungi
Nama : Tn. S
Alamat : Kepunton
Hubungan dengan Klien : Anak
GENOGRAM
Keterangan :

Laki laki Garis keturunan

Perempuan Satu rumah

Pasien

Meninggal

Garis pernikahan

3. Alasan utama datang ke RS


-
4. Keluhan utama saat ini
Pasien mengatakan sering pusing dan tengkuk merasa sakit pasien mengatakan
mempunyai riwayat hipertensi. Pasien mengatakan jarang melakukan cek
kesehatan ke puskesmas. Pasien mengatakan bahwa terakhir periksa tekanan
darah. 160/100 mmHg. Pasien mengatakan nyeri di kaki dileher belakang
Pengkajian nyeri :
- P : Pasien mengatakan nyeri karena aliran darah tidak lancar
- Q : Pasien mengatakan nyeri terasa cenut - cenut
- R : Pasien mengatakan nyeri di leher belakang/tengkuk
- S : Pasien mengatakan skala nyeri 3
- T : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
Pemeriksaan TTV : TD : 160/100 mmHg N : 95 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36 C.
5. Riwayat Pekerjaan dan status ekonomi
Pekerjaan saat ini : Dirumah saja
Pekerjaan sebelumnya : wiraswasta
Sumber pendapatan : Anak
Kecukupan pendapatan : Cukup
6. Aktivitas Rekreasi
Hobi : Pasien mengatakan hobinya berkebun
Bepergian/wisata : Pasien mengatakan pergi ke rumah tetangga untuk
bersosialisasi
Keanggotaan : Pasien mengatakan selalu dan aktif mengikuti
kumpulan arisan bapak-bapak
7. Riwayat Keluarga
a. Saudara Kandung
Nama Keadaan Saat ini Keterangan

1. Tn. A Sehat

2. Ny.P - Meninggal

b. Riawayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir)


Pasien mengatakan dalam 1 tahun terakhir tidak ada keluarga yang meninggal
dunia
c. Kunjungan Keluarga
Pasien mengatakan tinggal bersama kedua anaknya
B. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Nutrisi
Frekuensi makan : 3 kali sehari
Nafsu makan : Baik
Jenis makanan : Nasi, sayur dan lauk 1 porsi habis
Kebiasaan sebelum makan : Pasien mengatakan sebelum makan terbiasa
minum dahulu dan berdoa
Makanan yang tidak disukai : Pasien mengatakan semua makanan suka
Alergi terhadap makanan : Tidak ada alergi makanan
Pantangan makanan : Pasien tidak ada pantangan makanan
Keluhan yang berhubungan dengan makan
Pasien mengatakan tidak bisa menghindari makan makanan yang asin. Pasien
mengatakan masih makan gorengan.
2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi dan waktu : Pagi-sore (3-5 kali)
Kebiasaan BAK pada malam hari : 2 kali
Keluhan yang berhubungan dengan BAK
Pasien mengatakan tidak ada keluhan saat BAK, tidak nyeri
b. BAB
Frekuensi dan waktu : 1 kali di pagi hari
Konsistensi : Lunak
Keluhan yang berhubungan dengan BAB
Pasien mengatakan kadang BAB tidak teratur, kadang BAB 2 kali sehari dan
sulit
3. Personal Hygiene
a. Mandi
Frekuensi dan waktu mandi : 2 kali sehari di pagi dan
sore hari

Pemakaian sabun : Ya
b. Oral Hygiene
Frekuensi dan waktu sikat gigi : 2x sehari, pasien mengatakan tidak
pernah sikat gigi sebelum tidur
Menggunakan pasta gigi : Ya
c. Cuci rambut
Frekuensi : Pasien mengatakan keramas 1 hari sekali
Penggunaan shampo : Ya
d. Kuku dan tangan
Frekuensi gunting kuku : Pasien mengatakan menggunting kuku 2
x/minggu
Kebiasaan mencuci tangan : Pasien mengatakan selalu mencuci tangan
sebelum makan dan setelah makan
4. Istirahat dan tidur
a. Lama tidur malam
Pasien mengatakan bisa tidur dengan nyenyak, tidak ada gangguan pola tidur
b. Tidur siang
Pasien mengatakan sering tidur siang kurang lebih 3-4 jam
c. Keluhan yang berhubungan dengan tidur
Pasien mengatakan susah tidur ketika tiba-tiba kepalanya pusing dan leher nyeri
5. Kebiasaan mengisi waktu luang
a. Olahraga
Pasien mengatakan sering olahraga jalan kaki di pagi hari
b. Nonton TV
Pasien mengatakan mempunyai kebiasaan menonton TV Bersama keluarga
setelah magrib sampai isa
c. Berkebun / memasak
Pasien mengatakan suka berkebun untuk mengisi waktu luang.
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Merokok : Pasien mengatakan tidak merokok.
Minum keras : Pasien mengatakan tidak pernah minum minuman keras
Ketergantungan obat : Pasien mengatakan tidak memiliki ketergantungan pada obat
7. Uraian kronologis kegiatan sehari- hari
No Jenis Kegiatan Lama waktu untuk setiap kegiatan

1. jalan pagi dilakukan di pagi hari setelah bangun tidur


kurang lebih 30 menit dan sore hari

2. Menonton TV Pasien mengatakan suka menonton di waktu


luangnya

C. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir
Pasien mengatakan sering pusing dan leher belakang nyeri
b. Gejala yang dirasakan
Pasien mengatakan sering merasa lelah, kaki terasa cenut - cenut
c. Faktor pencetus
Pasien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi
d. Timbulnya keluhan : Bertahap
e. Waktu mulai timbulnya keluhan
Pasien mengatakan mulai timbul keluhan 2 tahun lalu, pasien tahu bahwa pasien
mempunyai hipertensi saat dirinya periksa ke puskesmas karena keluhan yang
Tn.B rasakan
f. Upaya mengatasi
Pasien mengatakan untuk mengatasi keluhanya pasien terkadang pergi ke
Puskesmas.
2. Riwayat Kesehatan Masalalu
a. Penyakit yang pernah diderita
Pasien mengatakan memiliki Riwayat hipertensi
b. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat
c. Riwayat dirawat di RS
Pasien mengatakan tidak pernah dirawat dirawat Di Rs
d. Riawayat pemakaian obat
Pasien mengatakan jarang meminum obat amlodipin.
3. Pengkajian / Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum :
TTV
TD : 160/100 mmHg
RR : 20 kali/menit
S : 36 C
N : 95 kali/menit
b. Nyeri
Pasien mengatakan nyeri di leher belakang/tengkuk Pengkajian nyeri :
- P : Pasien mengatakan nyeri karena darah tinggi
- Q : Pasien mengatakan nyeri terasa cenut - cenut
- R : Pasien mengatakan nyeri di leher belakang
- S : Pasien mengatakan skala nyeri 3
- T : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
c. Status gizi
BB : 55 kg TB : 150 cm
d. BMI
Gizi cukup
e. Personal Hygiene
f. Rambut
Rambur berwarna putih, kondisi rambut tampak bersih
g. Mata
Mata pasien simetris, dan bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka fungsi
penglihatan berkurang
h. Telinga
Simetris, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, tidak ada odema dan fungsi
pendengaran normal
i. Mulut, gigi dan bibir
Mukosa mulut tampak kering, berwarna merah mudah, gigi pasien tidak
lengkap, dan kotor, fungsi indra perasa normal, tidak ada sariawan
j. Dada
1) Inspeksi : bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris, tidak ada luka
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
3) Auskultasi : Suara nafas vesikuler, teratur
4) Perkusi : Suara paru normal
k. Abdomen
1) Inspeksi :perut simetris tidak ada luka /lesi
2) Auskultasi : Bising usus 5 kali/menit
3) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, perut terab lunak, tidak ada distensi
abdomen
4) Perkusi : Suara jantung normal
l. Kulit
Kulit tampak bersih tidak ada lebam kemerahan atau luka
m. Ekstremitas atas
Tangan simetris, fungsi pergerakan normal, tidak ada luka, tidak ada
pembengkakan.
n. Ekstremitas bawah
Kaki simetris, fungsi pergerakan normal, tidak ada luka dan tidak ada
pembengkan
Kekuatan otot :
5 5

5 4
D. Hasil Pengkajian Khusus
1. Masalah Kesehatan Kronis
No Keluhan/ gejala yang dirasakan 3 bulan terakhir Selalu Sering Jarang Tidak pernah
(3) (2) (1) (0)

a. Fungsi penglihatan 0
1. Penglihatan kabur
2. Mata berair 1
3. Nyeri pada mata 1
b. Fungsi pendengaran
4. Pendengaran berkurang 1
5. Telinga berdengung 1
c. Fungsi paru dan pernafasan
6. Batuk lama disertaikeringat di malam hari 0
7. Sesak nafas 0
8. Berdahak (sputum) 0

d. Fungsi jantung
9. Jantung berdebar-debar 1
10. Mudah lelah 2
11. Nyeri dada 0

e. Fungsi pergerakan
12. Nyeri kaki saat berjalan 1
13. Nyeri pingang atau tulang belakang 1
14. Nyeri persendian atau bengkak 1
f. Fungsi pencernaan
15. Mual muntah 0
16. Nyeri ulu hati 0
17. Makan dan minum banyak/berlebih 2
18. Perubahan BAB , Diare dan sembelit 1
g. Fungsi pergerakan
19. Lumpuh/kelemahan pada kaki dan tangan 0
20. Kehilangan rasa 0
21. Gemetar tremor 0
22. Nyeri pada tengkuk 2
h. Fungsi saluran kemih
23. BAK banyak 2
24. Sering BAK malam hari 2
25. Ngompol 0

Jumlah : 20

Interpretasi : Masalah kesehatan kronis sedang

2. Penilaian APGAR Lansia


No Item Penilaian Selalu Kadang Tidak pernah
(2) (1) (0)

1. A : Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat kembali √
pada keluarga (teman-teman) saya
untuk membantu pada waktu ada
sesuatu menyusahkan saya
2. P : Partnership
Saya puas dengan cara keluarga (teman- √
teman)saya membicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan
masalah saya
3. G : Growth
Saya puas bahwa keluarga (teman-
teman) saya menerima dan mendukung √
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas atau arahan dari saya
4. A : Afek
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan afek dan berespon √
terhadap emosi – emosi daya seperti
marah, sedih atau mencintai
5. R : Resolve
Saya puas dengan cara teman saya dan
saya menyediakan waktu bersama-sama √
mengekspresikan afek dan berespon
Jumlah = 5

Interpretasi :
Jumlah : 5 (Disfungsi keluarga sedang)
3. Pengkajian MMSE
No Item Penilaian Benar (1) Salah (2)

1. Orientasi

1. Tahun berapa ini ? √

2. Musim apa ini? √

3. Tanggal berapa sekarang ? √

4. Hari apa sekarang? √

5. Bulan apa sekarang √

6. Dinegara mana anda tinggal √

7. Di Provinsi mana anda tinggal ? √

8. Di Kabupaten mana anda tinggal √

9. Dikecamatan mana anda tinggal ? √

10. Di Desa mana anda tinggal √


2. Registrasi

Minta klien menyebutkan tiga objek

11. Meja √

12. Kursi √

13. Pintu √

3 Perhatian dan Kalkulasi

Minta klien mengeja 5 kata dari belakang

“BAPAK”

14. K √

15. A √

16. P √

17. A √

18. B √

4. Mengingat

Minta klien untuk mengulang tiga objek diatas

19. Meja √

20. Kursi √

21. Pintu √

5. Bahasa

a. Penamaan
Tunjukkan 2 benda minta klien menyebutkan :
22. Sapu √

23. Baju √

b. Pengulangan
Minta klien mengulang tiga kalimat berikut
24. “Tak ada jika, dan, atau, tetapi” √

c. Perintah tiga langkah

25. Ambil kertas ! √

26. Lipat dua! √

27. Taruh di lantai! √

d. Turuti hal berikut


28. Tutup mata √

29. Tulis satu kalimat √

30. Salin gambar √

Jumlah = 30 (tidak ada keruskan kognitif)

Analisis hasil :
Nilai ≤21 = Kerusakan kognitif
Interpretasi hasil >21 = Tidak ada kerusakan kognitif

4. Status Fungsional (Indeks Katz)


No Aktivitas Mandiri Tergantung

1. Mandi
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti
punggung atau ekstremitas yang tidak mampu) atau √
mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan
masuk dan keluar dari kamar mandi serta tidak mandi
Sendiri
2. Berpakaian
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,
melepaskan pakaian, mengancing/ mengikat pakaian √
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya
Sebagian
3. Ke Kamar Kecil √
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian
membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot
4. Berpindah
Mandiri
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk,
bangkkit dari kursi sendiri
Bergantung : √
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau
kursi tidak melakukan satu atau lebih perpindahan
5. Kontinen
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri
Tergnatung : √
Inkontinensia persial atau total ; penggunaan kateter,
pispot, enema dan pembalut (pampers)
6. Makan
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan menyuapinya √
sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring
dan menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan
makan parenteral (NGT)

Keterangan :

Nilai A Kemandirian dalam semua hal meliputi makan, kontinen


(BAK/BAB) berpindah, kekamar mandi dan perpakaian

Nilai B Kemandirian dalan semua hal kecuali satu fungsi tersebut

Nilai C Kemandirian dalan semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan

Nilai D Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaiann , dan satu
fungsi tambahan

Nilai E Kemandirian dalam semua hal, kecuali ,mandi, beerpakaian ,


kekamar kecil dan satu fungsi lainya

Nilai F Kemandirian dalam semua hal, kecuali ,mandi, beerpakaian ,


kekamar kecil , berpindah dan satu fungsi lainya
Nilai G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

Interpretasi hasil : Nilai A

5. Skala psikologis (Skala depresi)


No Apakah bapak/ibu dalam satu minggu terakhir Ya Tidak

1. Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani? √

2. Banyak meinggalkan kesenangan / minat dan aktivitas anda? √

3. Merasa bahwa kehidupan anda hampa? √

4. Sering merasa bosan? √

5. Penuh pengharapan akan masa depan √

6. Mempunyai semangat yang baik setiap waktu? √

7. Diganggu oelh pikiran-pikiran yang tidak dapat diungkapkan √

8. Merasa bahagia disebagian besar waktu √

9. Merasa takut sesuatu yang akan terjadi pada anda √

10. Seringkali merasa tidak berdaya ? √

11. Sering merasa gelisah √

12. Memilih tinggal dirumah dari pada pergi melakukan sesuatu yang √
bermanfaat
13. Seringkali merasa khawatir akan masa depan √

14. Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat √


dibandingkan orang lain?
15. Berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang? √

16. Sering kali merasa merana ? √

17. Merasa kurang bahagia? √

18. Sangat khawatir terhadap masa lalu √

19. Merasakan bahwa hidup ini sangat menggairahkan? √

20. Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru? √

21. Merasa dalam keadaan penuh semangat? √

22. Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan √

23. Berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik dari pada anda ? √

24. Serigkali menjadi kesal dengan hal yang sepele √


25. Sering kali merasa ingin menangis √

26. Merasa sulit untuk berkonsentrasi √

27. Menikmati tidur √

No Apakah bapak/ ibu dalam satu minggu terakhir

28. Memilih menghindari dari perkumpulan sosial √

29. Mudah mengambil keputusan √

30. Mempunyai pikiran yang jernih ? √

JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU = 0

Intepretasi hasil : Normal


E. Lingkungan Tempat tinggal
1. Kebersihan dan kerapihan ruangan
Rumah pasien tampak bersih dan rapi,
2. Penerangan
Penerangan rumah Tn.B cukup dengan 2 pintu dan 2 jendela berada di depan
3. Sirkulasi udara
Sirkulasi udara rumah Tn.B baik karena menantu Tn.B terbiasa setiap pagi selalu
membuka jendela dan pintu agar udara bisa masuk dan keluar sehingga sirkulasi
udara lancar
4. Keadaan kamar mandi
Pasien mengatakan mempunyai kamar mandi mandiri dan WC, Kondisi kamar
mandi bersih dan peralatan mandi, menantu Tn B sElalu membersihkan kamar
mandi jika sudah tampak kotor
5. Pembuangan air kotor
Pembuangan rumah Tn.B di selokan yang menuju ke sungai
6. Sumber air minum
Tn.B mengatakan mengonsumsi air minum masak sendiri, dengan sumber air dari
PAM
7. Pembuangan sampah
Tn.B mengatakan pembuangan sampah di buang di depan rumah dan akan diambil
oleh petugas 2 kali dalam seminggu
8. Sumber pencemaran
Tn.B mengatakan sumber pencemaran berasal dari tempat sampah yang diambil
hanya 2 kali dalam 1 minggu dan dari selokan apabila hujan
9. Penataan halaman
Penataan halaman Tn.B rapi dan bersih dan tampak terdapat tanaman bunga.
10. Privasi
Tidak ada pagar atau gerbang di rumah Tn.B sehingga jika ingin masuk kerumah
Tn.B langsung masuk lewat pintu depan atau samping
11. Resiko injury
Tidak ada resiko injury

A. ANALISA DATA

No Data Problem

1. DS : Gangguan rasa
nyaman nyeri
- Pasien mengatakan bahwa dirinya mempunyai
(D.0074)
Riwayat penyakit hipertensi
- Pasien mengatakan sering pusing dan nyeri pada
tengkuk
- Pengkajiannyeri :
P : Pasien mengatakan nyeri karena darah naik
Q : Pasien mengatakan nyeri terasa cenut - cenut
R : Pasien mengatakan nyeri di tengkuk
S : Pasien mengatakan skala nyeri 3
T : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul

DO :

- Pasien tampak memegang tengkuknya


- Pasien mengatakan mudah lelah
- Pasien tampak menahan nyeri
- TTV
TD : 160/100 mmHg
RR : 20 kali/menit
S : 36 C
N : 95 kali/menit

2. DS :

- Pasien mengatakan tidak bisa menghindari makan


makanan yang asin
Perilaku kesehatan
- Pasien mengatakan suka makan gorengan
cenderung beresiko
DO :
(D.0099)
- pasien tampak menjelaskan perilakunya

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri (D.0074)
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko (D.0099)
C. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
No Waktu Dx Tujuan Intervensi TTD

1. 28/02/2023 1 Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)


10.00 Setelah dilakukan kunjungan lansia selama
3x kunjungan keluhan nyeri pasien menurun. Observasi :
Dengan kriteria hasil :
1. Keluhan nyeri menurun (5) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi , intensitas nyeri
2. Identivikasi skala nyeri Risa
2. Kesulitan tidur menurun (5)
3. Gelisah menurun (5) 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
4. Tekanan darah membaik (5) 4. Identifikasi faktor penyebab yang memberatkan dan memperingan nyeri
5. Frekuensi nadi membaik (5) 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Terapeutik

6. Berkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri


7. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
8. Failitasi istirahat tidur
9. berikan senam
hipertensi
9. Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
10. Jelaskan strategi meredakan nyeri
11. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
12. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi

13. Kolaborasi pemberian analgetk, jika perlu


2. 28/02/2023 2 Perilaku Kesehatan (L.12107) Edukasi perilaku upaya kesehatan (I.12435)
10.10 Setelah dilakukan kunjungan lansia selama
3x kunjungan. Kemampuan dalam Observasi :
mengubah gaya hidup/ perilaku untuk
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informai Risa
memperbaiki status kesehatan membaik.
Terapeutik
Dengan kriteria hasil :
1. Penerimaan terhadap perubahan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai dengan kesepakatan
status kesehatan meningkat (5) 3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan sesuai dengan kesepakatan
2. Kemampuan melakukan tindakan 4. Berikan kesempatan untuk bertanya
pencegahan masalah kesehatan 5. Gunakan pendekatan promosi kesehatan dengan memperhatikan pengaruh dan
Meningkat (5) hambatan lingkungan sosial serta budaya
6. Berikan pujian dan dukungan terhadap usaha positif dan pencapaiannya
3. Kemampuan peningkatan Edukasi
kesehatan meningkat (5)
4. Pencapaian pengendalian 7. Jelaskan penanganan masalah kesehatan
kesehatan cukup meningkat (4) 8. Informasikan sumber yang tepat
9. Anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan
10. Ajarkan menentukan perilaku spesifik yang akan diubah
11. Ajarkan cara pemeliharaan kesehatan
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Waktu Dx Implementasi Respon TTD

28/02/2023 1 Mengdentifikasi lokasi, S :


09.00 karakteristik, durasi,
frekuensi , intensitas - Pasien mengatakan bahwa
nyeri dirinya mempunyai Riwayat Risa
penyakit hipertensi

- Pasien mengatakan nyeri di


Kepala dan nyeri ditengkuk.
Pengkajian nyeri :
P : Pasien mengatakan nyeri
karena aliran darah tidak
lancar
Q : Pasien mengatakan nyeri
terasa cenut - cenut
R : Pasien mengatakan nyeri
ditengkuk.
S : Pasien mengatakan skala
nyeri 3
T : Pasien mengatakan nyeri
hilang timbul

O:
- Pasien tampak memegang
Tengkuknya
- Pasien mengatakan mudah
lelah
- Pasien tampak menahan
nyeri
- TTV
TD : 160/100 mmHg
RR : 20 kali/menit
S : 36 C
N : 95 kali/menit

09:10 1 Memonitor skala nyeri S:


Pasien mengatakan skala nyeri 3
O :Hasil TTV risa
TD : 160/100 , N : 95 x/menit,
RR : 20 x/menit, S : 36 C

09:15 1 Mengidentifikasi S:
respon nyeri nonverbal Pasien mengatakan nyeri di
tengkuk.
O:
Risa
Pasien tampak menahan nyeri
dan memegangi tengkunya
09:20 1 Memberikan senam S: pasien mengatakan bisa
hipertensi melakukan senam.
O : pasien tampak mengikuti
gerakan senam dengan baik.
Risa
09:30 2 Mengidentifikasi S:
kesiapan dan Pasien mengatakan bersedia
kemampuan menerima
diberikan informasi
informasi
Risa
O:
Pasien tampak menyimak
informasi yang diberikan
perawat
09:40 2 Menjadwalkan S:
pendidikan kesehatan Pasien mengatakan siap untuk
sesuai dengan menerim pendidikan kesehatan
Risa
kesepakatan tentang nyeri pada besok hari
tangal 23 Desember 2022 jam
10.00
O:
Pasien tampak antusias
10:00 1 Mengidentifikasi faktor S :
penyebab yang Pasien mengatakan nyeri
memberatkan dan
memberat ketika pasien merasa
memperingan nyeri
kelelahan dan ringan ketika
digunakan tidur
O:
Pasien tampak menjelaskan
factor yang memperberat nyeri
dan memperingan nyeri
01/03/2023 S:
2
09:00 Menjelaskan penyebab Pasien mengatakan bersedia
dan faktor resiko diberikan penjelasan mengenai
penyakit penyebab dan factor resiko
hipertensi
O:
Pasien tampak dapat
menyebutkan apa saja yang
menjadi penyebab hipertensi dan
factor resikonya

09:10 1 Memberikan senam S : pasien mengatakan badannya


lebih enteng ketika melakukan
hipertensi senam.
O : pasien melakukan senam
dengan baik

09:45 2 Menjelaskan tanda dan S:


gejala yang Pasien mengatakan paham
ditimbulkan oleh mengenai yang dijelaskan
penyakit O:
Pasien dapat menyebutkan tanda
dan gejala penyakit hipertensi
10:10 2 Mengajarkan teknik DS :
nonfarmakologis untuk Pasien mengatakan sudah paham
mengurangi nyeri :
mengenai terapi tarik nafas
terapi dengan tarik
nafas dalam ketika dalam jika pusing/nyeri.
nyeri/ pusing DO:
Pasien tampak dapat melakukan
terapi tarik nafas dalam dengan
baik.
10:30 1 Memonitor kembali S :
tekanan darah Pasien mengatakan setelah
dilakukan senam hipertensi lebih
rileks
O:
TD : 150/90 mmHg

10:35 2 Mengdentifikasi lokasi, S :


karakteristik, durasi,
frekuensi , intensitas - Pasien mengatakan setelah
nyeri melakukan senam setiap pagi
menjadi lebih rileks
- Pasien mengatakan nyeri di
tengkuk sudah berkurang.

O : Pasien tampak rileks .

10:40 2 Mengajarkan cara S :


pemeliharaan Pasien mengatakan akan
kesehatan melakukan anjuran dari perawat
mengenai pemeliharaan
kesehatan untuk dirinya seperti
senam hipertensi dan tarik nafas
dalam saat nyeri timbul.
O:
Pasien tampak paham dengan
tindakan yang diberkan.
10:50 2 Menganjurkan S:
kepatuhan terhadap diet Pasien mengatakan bersedia
dan olahraga melaksanakan apa yang
dianjurkan oleh perawat untuk
olahraga
O:
Pasien tampak antusias

11:00 1 Mengkontrol S:
lingkungan yang
memperberat rasa nyeri Pasien mengatakan saat merasa
lelah maka nyeri terasa
bertambah. Pasien mengatakan
paham setelah diberi penjelasan
oleh perawat jika lelah adalah
faktor yang dapat memperberat
nyeri
Do : pasien tampak jelas dengan
tindakan yang diberikan.
02/03/2023 1 Memberikan senam S:
10.00 hipertensi Pasien mengatakan tadi pagi
sudah makan makanan sesuai
dengan diet pasien dan anjuran
perawat untuk melakukan senam
hipertensi sesuai dengan yang
pasien ingat

O : pasien tampak melakukan


senam dengan baik.
10.20 1 Mempraktikan kembali S :
Teknik Pasien mengatakan tengkuknya
nonfarmakologis terapi sudah tidak nyeri.
tarik nafas dalam DO :
ketika nyeri timbul. Pasien tampak lebih
rileks.

11.45 2 Memonitor kadar S :


tekanan darah setelah Pasien mengatakan bersedia di
diberikan intervensi cek tekanan darah
DO :
TD setelah diberikan intervensi :
140/80 mmHg
12.00 1 Melakuakn evaluasi S :
kemampuan pasien - Pasien mengatakan sudah
dalam menerima paham dan sudah melakukan
informasi apa yang dianjurkan oleh
perawat agar tekanan
darahnya bisa terkontrol
O:

- Pasien dapat menyebutkan


tanda gejala hipertensi
- Pasien dapat menyebutkan
penyebab Hipertensi
- Pasien dapat melakukan
senam hipertensi sendiri.
- Pasien dapat melakukan
teknik traik nafas dalam.
- Pasien dapat menjelaskan diit
bagi pasien hipertensi
12.10 1 Mengdentifikasi lokasi, S :
karakteristik, durasi,
frekuensi , intensitas - Pasien mengatakan nyeri di
nyeri tengkuk. Pengkajian nyeri :
P : Pasien mengatakan nyeri
ditengkuk.
Q : Pasien mengatakan nyeri
terasa cenut - cenut
R : Pasien mengatakan nyeri
di tengkuk berkurang
S : Pasien mengatakan skala
nyeri 2
T : Pasien mengatakan nyeri
hilang timbul

DO :

- Pasien tampak segar


- Pasien tampak tidak
gelisah
- Hasil TTV
TD : 140/80 , N : 80
x/menit, RR : 20 x/menit,
S : 36 C
Memonitor skala nyeri S:
Pasien mengatakan skala nyeri 2
O:

Hasil TTV

TD : 140/80 , N : 88 x/menit, RR
: 20 x/menit, S : 36 C

E. EVALUASI FORMATIF
No Waktu DX Evaluasi TTD

1. 28/02/23 1 S:
11.00
- Pasien mengatakan bahwa dirinya mempunyai
Riwayat penyakit hiperteni
- Pasien mengatakan nyeri di tengkuk. Risa

Pengkajian nyeri :
P : Pasien mengatakan nyeri karena darah
tinggi
Q : Pasien mengatakan nyeri terasa cenut - cenut
R : Pasien mengatakan nyeri di tengkuk
S : Pasien mengatakan skala nyeri 3
T : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul

O:

- Pasien tampak memegang tengkuknya.


- Pasien mengatakan mudah lelah
- Pasien tampak menahan nyeri
- TTV
TD : 160/100 mmHg
RR : 20 kali/menit
S : 36 C
Risa
N : 95 kali/menit

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

- Cek ttv

- Senam hipertensi.

2. 11.30 2 DS :

- Pasien mengatakan tidak bisa menghindari makan


makanan yang asin
- Pasien mengatakan suka makan gorengan
Risa
Do :
- Pasien tampak lemah

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
- Berikan pendidian kesehatan tentang diit hipertensi

3. 01/03/2023 1 S:
12.00
- Pasien mengatakan setelah diajarkan senam
hipertensi nyeri sedikit berkurang dan lebih rileks
- Pasien mengatakan nyeri di tengkuk. Pengkajian Risa
nyeri :
P : Pasien mengatakan nyeri karena darah tinggi
Q : Pasien mengatakan nyeri terasa cenut - cenut
R : Pasien mengatakan nyeri di tengkuk sedikit
berkurang
S : Pasien mengatakan skala nyeri 3
T : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul

O:

- Pasien tampak mempraktekan senam hipertensi


dengan baik
A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

- Cek TTV

- Senam hipertensi

4. 12.15 2 S:
Pasien mengatakan sudah paham mengenai tanda gejala
penyakit Hipertensi, dan diit hipertensi
DO :
Pasien dapat menyebutkan tanda dan gejala penyakit
hipertensi serta diit pasien hipertensi
A : Masalah tertasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
5. 02/03/2023 2 S:
- Pasien mengatakan nyeri di tengkuk berkurangi.
11.00
Pengkajiannyeri :
P : Pasien mengatakan nyeri karena aliran darah
tidak lancar
Q : Pasien mengatakan nyeri terasa cenut - cenut
R : Pasien mengatakan nyeri di tengkuk berkurang
S : Pasien mengatakan skala nyeri 2
T : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
DO :
- Pasien tampak segar
- Pasien tampak tidak gelisah
- Hasil TTV
TD : 140/80 , N : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36 C

A : Masalah teratasi sebagian

P : Pertahankan intervensi

6. 02/03/2023 2 S:
11.30 - Pasien mengatakan sudah paham dan sudah
melakukan apa yang dianjurkan oleh perawat agar
tekanan darahnya bisa terkontrol
O:

- Pasien dapat menyebutkan tanda gejala hipertensi


- Pasien dapat menyebutkan penyebab Hipertensi
- Pasien dapat melakukan terapi rendam air hangat
dengan garam secara mandiri
- Pasien dapat menjelaskan diit bagi pasien hipertensi

A : Masalah teratasi sebagian

P : Pertahankan intervensi
F. EVALUASI SUMATIF
No Waktu DX Evaluasi TTD

1. 02/03/2023 1 S:
- Pasien mengatakan nyeri di tengkuk berkurangi.
11.00
Pengkajiannyeri :
P : Pasien mengatakan nyeri karena aliran darah
tidak lancar
Q : Pasien mengatakan nyeri terasa cenut - cenut Risa
R : Pasien mengatakan nyeri di tengkuk berkurang
S : Pasien mengatakan skala nyeri 2
T : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
DO :

- Pasien tampak segar


- Pasien tampak tidak gelisah
- Hasil TTV
TD : 140/80 , N : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36 C

A : Masalah teratasi sebagian

P : Pertahankan intervensi

2. 02/03/2023 2 S:
11.30 - Pasien mengatakan sudah paham dan sudah
melakukan apa yang dianjurkan oleh perawat agar
Risa
tekanan darahnya bisa terkontrol
O:

- Pasien dapat menyebutkan tanda gejala hipertensi


- Pasien dapat menyebutkan penyebab Hipertensi
- Pasien dapat melakukan terapi rendam air hangat
dengan garam secara mandiri
- Pasien dapat menjelaskan diit bagi pasien hipertensi

A : Masalah teratasi sebagian

P : Pertahankan intervensi

Anda mungkin juga menyukai