Oleh :
ANISA NUR JAMILAH
NIM. P27820121005
2.2 Etiologi
Penyakit hipertensi dapat disebabkan oleh adanya gangguan pada fisik ataupun
jiwa seseorang. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi dua
yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder (Adi Trisnawan, 2019)
1. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang penyebapnya belum diketahui dengan
pasti. Menurut penelitian 90% orang mengidap hipertensi ini. Adaupun faktor
yang diduga sebagai penyebab hipertensi ini seperti usia, lingkungan, stres,
keturunan, psikologis, obesitas, alkohol, merokok, kelainan darah dan kelainan
metabolisme intraseluler.
2. Hipertensi Sekunder (Renal)
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya sudah diketahui secara
pasti. Penyebab spesifiknya seperti gangguan hormonal, penyakit jantung,
diabetes, tidak berfungsinya ginjal, pembuluh darah, pemakaian pil kb. Menurut
American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018), hipertensi
merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam- macam pada setiap
individu dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala- gejala tersebut adalah
sakit kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah
lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging dan mimisan.
2.3 Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral resistance.
Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak terkompensasi
maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki sistem yang
berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh
gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka
panjang. Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai
dari sistem reaksi cepat seperti reflex kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks
kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri
pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi lambat melalui
perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh
hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem poten dan
berlangsung dalam jangka panjang yang dipertahankan oleh sistem pengaturan
jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ. Meningkatnya tekanan darah
dalam dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih
kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehngga tidak dapat mengembang pada
saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut
jantung dipaksa untuk melewati pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan
menyebabkan baiknya tekanan darah. Inilah yang terjadi pada usia lanjut dimana
dinding arteri kaku dan menebal karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama,
tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonsriksi, yaitu jika arteri kecil
(arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon
dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menjadi penyebab
meningkatnya tekanan darah, hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal
sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh
meningkat yang akhirnya di ikuti peningkatan tekanan darah (Yanita, 2017).
Sebaiknya jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami
pelebaran, banyak cairan yang keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan
menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan
didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian saraf yang mengatur berbagai
fungsi tubuh secara normal) Perubahan fungsi ginjal mengendalikan tekanan darah
melalui berapa cara : jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah
pengeluaran garam dan air, menyebabkan berkurangnya volume darah dan
mengembalikan tekanan darah ke normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan
akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan
tekanan darah kembali normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan
menghasilkan enzim yang disebut enzim renin, yang memicu pembentukan hormon
angiotensin, yang selanjutnya memicu hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ
paling penting dalam mengendalikan tekanan darah. Karena itu berbagai penyakit dan
kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya
penyempitan arteri yang menuju kesalah satu ginjal (sintesis) bisa menyebabkan
hipertensi, peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah (Yanita, 2017).
Sistem saraf merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang sementara waktu
akan meningkatkan tekanan darah selama respon flight-or-fight (reaksi fiisik terhadap
ancaman dari luar) meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung dan juga
mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah
tertentu (misalnya otot rangka yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak)
mengurangi pembuangan air dan garam dari ginjal, sehingga meningkatkan volume
darah dalam tubuh, melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan nonepinefrin (non
adrenalin), yang merangsang otot jantung dan pembuluh darah. Faktor stress
merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya peningkatan tekanan darah dengan
proses pelepasan hormon epinefrin dan norepinefrin (Yanita, 2017)
2.6 Komplikasi
Menurut Anggraini Dewi, (2019) komplikasi dari hipertensi adalah :
1. Stoke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak. Stroke bisa terjadi pada hipertensi kronis
apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan
pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang
mengalami aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.
2. Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik tidak pada
menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat
menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik
dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
3. Gagal Ginjal
Gagal ginjal kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-
kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke unti fungsionla
ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya
glomerulus menyebabkan protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan osmotic
koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada penderita hipertensi kronik.
4. Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang
mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan oleh
kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam
ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya
terjadi koma dan kematian.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu terapi non
farmakologis dan terapi farmakologis. Terapi non farmakologis berupa modifikasi
gaya hidup yang meliputi pengaturan pola makan, aktivitas fisik, larangan merokok
dan pengendalian stres. Sedangkan terapi farmakologis berupa penggunaan obat-
obatan antihipertensi.
Penatalaksanaan hipertensi dapat dibagi menjadi 2, yaitu non farmakologi dan
farmakologi (Yanita, 2017 dalam Danang Gumelar, 2019) :
1. Non Farmakologi.
a. Batasi garam dan makanan olahan.
Pengurangan asupan garam menyusaikan kebiasaan makan penderita.
Mengurangi asupan garam untuk menurunkan tekanan darah, idealnya
dalam sehari menggunakan 5 gram atau 1 sendok.
b. Pola konsumsi makanan.
Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium, kalsium,
dan isoflavon.
c. Berhenti merokok.
Tembakau mengandung nikotin yang memperkaut kerja jantung dan arteri
sehingga sirkulasi darah berkurang dan tekanan darah meningkat.
Merokok sangat besar peranannya dalam peningkatan tekanan darah di
sebabkan oleh nikotin dalam rokok memicu hormon adrenalin yang
menyebabkan tekanan darah meningkat. Berhenti merokok adalah
perubahan gaya hidup yang paling kuat untuk mencegah penyakit
kardiovaskuler pada penderita hipertensi.
d. Pengendalian stress.
Relaksasi dengan cara melakukan yoga, meditasi, hipnoterapi, terapi
murottal, terapi musik klasik yang dapat mengontrol sistem saraf yang
akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
e. Olahraga.
Lakukan olahraga seperti senam aerobic atau jalan cepat selama 30-45
menit sebanyak 3-4 kali seminggu dapat menurunkan tekanan darah stolik
4-9 mmHg.
f. Mengurangi obesitas.
Semua faktor resiko yang dapat dikendalikan, berat badan adalah salah
satu kaitannya yang paling erat degan hipertensi. Karena dibandingkan
orang yang kurus, orang yang gemuk lebih besar peluangnya untuk
mengalami hipertensi. Menurunkan berat badan bisa menurunkan tekanan
darah 5-20 mmHg per 10kg penurunan berat badan.
2. Farmakologi.
Penatalaksanaan farmakologi adalah penatalaksanaan tekanan darah dengan
menggunakan obat-obatan kimiawi, antara lain :
a. Diuretik.
Obat antihipertensi diuretik digunakan untuk membantu ginjal
mengeluarkan cairan dan garam yang berlebih dari dalam tubuh
melalui urin. Hal inilah yang dapat menyebabkan volume cairan tubuh
berkurang dan pompa jantung lebih ringan sehingga menurunkan
tekanan darah. Contoh obat diuretik yaitu Chlortalidone dan
Hydrochlorothiazide.
1) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor.
Obat ini mengurangi pembentukan angiotensin II sehingga
terjadi vasodilatasi dan penurunan ekskresi aldosteron yang
menyebabkan terjadinya ekskresi natrium, air dan retensi
kalsium. Akibatnya terjadi penurunan tekanan darah.
2) Vasodilator.
Vasodilator digunakan untuk menimbulkan relaksasi otot
pembuluh darah sehingga tidak terjadi penyempitan pembuluh
darah dan tekanan darah pun berkurang. Berapa contoh obat
antihipertensi vasodilator yaitu Prazosin dan Hidralazin.
3) Penghambat adregenik (Beta blocker, alfa blocker, alta- beta
blocker).
Penghambatan adregenetik berguna untuk menghambat
pelepasan renin, angiotensin, juga tidak akan aktif. Angiotensin
I tidak akan dibentuk dan angiotensin II juga tidak akan
berubah. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci
dalam menaikkan tekanan darah.
Vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Retensi Na
Gangguan
rasa nyaman Kelelahan Intoleransi
aktivitas
Edema
Kelebihan
volume cairan
3. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
3.1 Pengkajian
1. Identitas : berisi nama, umur, dan alamat pasien sesuai kartu identitas. Tanggal datang
di panti dan lama tinggal. Dapat dilihat dari data milik panti.
2. Data Keluarga : berisi identitas anggota keluarga klien yang bertanggung jawab
terhadap diri klien dalam pengambilan keputusan terkait pembiayaan, permasalahan
lansia
3. Status kesehatan sekarang:
- Keluhan utama : keluhan yang dirasakan paling mengganggu oleh klien
- Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan: informasi
mengeni pengobatan, aktifitas dan terapi dalam mengatasi keluhan yang telah
diketahui atau dilakukan oleh klien
- Obat-obatan : obat-obatan, herbal dan jamu yang dikonsumsi oleh klien dalam
kurun waktu 2 minggu terakhir dan pada saat pengkajian dilakukan
4. Age Related Changes: perubahan terkait proses penuaan. Perubahan yang terjadi
meliputi aspek fisik, psikososial dan psipiritual. Berikut ini adalah penjelasan terhadap
aspek fisik, yaitu:
A. Kondisi Umum
Kelelahan : kondisi yang ditandai oleh kapasitas berkurang untuk beraktifitas, biasanya
disertai dengan perasaan letih dan lemah. Kelelahan dapat akut dan datang mendadak
atau kronis.
Perubahan BB : kenaikan atau penurunan berat badan klien dibandingkan berat badan
sekarang dengan berat badan sebelum pengkajian
Perubahan nafsu makan : perubahan preferensi sesorang terhadap jenis makanan
tertentu yang ingin dikonsumsi.
Gangguan tidur : suatu kumpulan kondisi yang dicirikan dengan adanya gangguan
dalam jumlah, kualitas, waktu tidur pada seorang individu sesuai dengan kebutuhan
tidur lansia yaitu 6-7 jam per hari
Kemampuan ADL : kemampuan umum dalam mobilisasi (mandiri atau perlu bantuan )
B. Integumen
Lesi / luka : kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh
yang lain (Kozier, 1995).
Pruritus : rasa gatal merupakan keluhan yang paling sering terdapat pada penderita
dengan penyakit kulit, dapat didefinisikan sebagai sensasi yang menyebabkan keinginan
untuk menggaruk (Djajakusumah, 2011).
Perubahan pigmen : adanya perubahan pigmen pada wajah
Memar : Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat
pecahnya kapiler dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul
( (Budiyanto, 1997).
Pola penyembuhan lesi : riwayat penyembuhan luka lama atau tidak
C. Hematopic
Perdarahan abnormal : apabila klien mengalami perdarahan abnormal dalam hal jumlah,
frekuensi dan lama maka data keterangan diisi dengan jumlah, frekuensi dan lama
perdarahan
Pembengkakan kel. Limfe : pembengkakan yang terjadi pada kelenjar limfe, pada
palpasi temuan normal kelenjar limfe adalah tidak teraba
Anemia : penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass ) sehingga tidak dapat
memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan
perifer
(penurunan oxygen carrying capacity). Anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar
hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit ( red cell count ) (Bakta, 2006) .
D. Kepala
Sakit kepala: rasa tidak mengenakkan pada seluruh daerah kepala dengan batas bawah
dari dagu sampai kedaerah belakang kepala (daerah oksipital dan sebahagian daerah
tengkuk) (Sjahrir, 2008).
Pusing : sensasi rasa berat, berputar (“nggliyeng) pada kepala.
Gatal pada kulit kepala: sudah jelas
E. Mata
Perubahan penglihatan : apabila klien mengalami penurunan ketajaman penglihatan,
dapat dikaitkan dengan penyakit katarak, presbiopi, miopi, rabun senja, astigmatisma,
kebutaan.
Pakai kacamata : pada kolom keterangan diisi dengan tipe lensa kacamata dan kekuatan
lensa apabila klien menggunakan kacamata
Kekeringan mata : kondisi ini terjadi karena produksi air mata yang tidak normal dan
tidak dapat melubrikasi permukaan bagian depan kornea. Disertai gejala: mata pedih,
penglihatan buram, tidak bisa mengeluarkan air mata saat menangis, ‘beleken’, mata
merah (Silaen, 2014).
Nyeri : Nyeri pada area mata, dapat dikaitkan dengan adanya infeksi pada mata dan
peningkatan tekanan intra okuler. Pada kolom keterangan ditambahkan pengkajian nyeri
PQRST.
Gatal : Gatal pada area mata apat dikaitkan ada benda asing dan infeksi
Photobobia : rasa tidak nyaman, takut, bahkan nyeri pada saat cahaya terang. Kondisi
ini dapat disebabkan karena gangguan, trauma, infeksi pada mata, gangguan pada saraf,
ataupun gangguan kejiwaan (Digre, 2006). Pada kolom keterangan apabila terdapat
photopobia perawat dapat mengisi keterangan lebih lanjut mengenai kapan, dimana, dan
perasaan yang muncul pada saat melihat cahaya.
Diplopia : apabila klien mengalami penglihatan ganda
Riwayat infeksi : Diisi apabila klien pernah mengalami infeksi pada area mata dalam
kurun waktu 3 bulan terakhir.
Dampak ADL : Uraian yang berisi efek dari perubahan penglihatan dan gangguan mata
pada aktivitas setiap hari, misal: klien mengalami kesulitan mencari benda, klien
menjadi sering jatuh, tidak bisa membaca lama, buram melihat jalan, dll.
F. Telinga
Penurunan pendengaran : terjadi penurunan pada ketajaman pendengaran lansia, dapat
diketahui dengan tes bisik, tes detik jarum jam, atau menggunakan garpu tala.
Discharge : ditemukan cairan (darah, pus, kotoran telinga) yang berasal dari telinga
tengah dan atau dalam
Tinitus : klien merasa mendengar suara dari telinga atau kepala, namun sumber suara
tidak jelas (American Tinnitus Association, 2010). Klien sering mengeluh telinga
berdenging.
Vertigo : Perasaan seolah-olah bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda
disekitarnya bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan
kehilangan keseimbangan.
Alat bantu dengar : apabila klien menggunakan alat bantu dengar pada kolom
keterangan diuraikan lama pemakaian alat pendengaran
Riwayat infeksi : infeksi pada area telinga yang pernah dialami oleh klien dalam kurun
waktu 3 bulan terakhir.
Kebiasaan membersihkan telinga : Apabila ada kebiasaan memebersihkan telinga,
pada klom keterangan dapat dijelaskan alat yang digunakan dan frekuensi
membersihkan telinga
Dampak pada ADL : Uraian yang berisi efek dari penurunan pendengaran dan
gangguan telinga pada aktifitas setiap hari, misal: klien mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi, klien mengalami gangguan keseimbangan.
G. Hidung Sinus
Rhinorrhea: Keluarnya cairan dari hidung, cairan yang seringkali keluar adalah cairan
serebrospinal.
Discharge : Sekret yang keluar dari hidung, pada kolom keterangan tambahkan uraian
mengenai warna sekret. Discharge ini dapat mengindikasikan adanya sinusitis, rhinitis
alergi.
Epistaksis : atau dikenal dengan mimisan, keluarnya darah akibat pecahnya pembuluh
darah hidung. Kondisi ini dapat mengidikasikan trauma/benturan pada hidung dan
hipertensi.
Obstruksi : sumbatan pada hidung karena benda asiang, polip, sinusitis, atau influenza.
Pemeriksaan dilakukan dengan uji kepatenan lubang hidung.
Snoring : terdengar bunyi mengorok, snoring muncul akibat jalan nafas tersumbat
pangkal lidah yang jatuh ke belakang.
Alergi : Adalah reaksi imunologik yang disebabkan karena interaksi antara
antibodi/sel limfosit yang spesifik terhadap alergen yang masuk (SMF Ilmu Penyakit
Dalam FK Unair RSU Dr. Soetomo, 1999). Pada kolom keterangan disebutkan klien
alergi terhadap jenis makana, debu atau benda lain, serta reaksi alergi yang muncul
pada pernafasan (hidung tersumbat, discharge, bersin, sesak nafas)
Riwayat infeksi : infeksi pada area hidung yang pernah dialami oleh klien dalam
kurun waktu 3 bulan terakhir
H. Mulut, Tenggorakan
Nyeri telan : sudah jelas
Kesulitan menelan : sudah jelas
Lesi : lesi pada daerah mulut dan tenggorokan.
Perdarahan gusi : perdarahn gusi yang terjadi baik karena trauma, kondisi metabolik,
kekurangan vitamin C ataupun karena proses penuaan. Pada kolom keterangan
tuliskan letak perdarahn, jumlah dan waktu terjadi perdarahan.
Caries : gigi berlubang
Perubahan rasa: rasa hilang total / tidak dapat merasakan (ageusia), rasa yang hilang
sebagian (hypogeusia), rasa yang terdistorsi (dysgeusia) seperti merasakan logam, atau
rasa yang tidak menyenangkan atau memuakkan (cacogeusia).
Gigi palsu : sudah jelas
Riwayat Infeksi: infeksi pada area hidung yang pernah dialami oleh klien dalam kurun
waktu 3 bulan terakhir
Pola sikat gigi: diisi penjelasan kebiasaan menyikat gigi lansia, frekuensi menyikat
gigi, alat, dan jenis pasta gigi yang digunakan.
Keterangan: Pada kolom keterangan dapat ditambahkan kebiasaan klien yang dapat
mempengaruhi kesehatan mulut dan tenggorokan, misal merokok, atau mengunyah
daun sirih.
I. Leher
Kekakuan : sudah jelas
Nyeri tekan : nyeri tekan pada kelenjar limfe di area leher.
Massa : sudah jelas
J. Pernafasan
Batuk : sudah jelas, pada kolom keterangan kaji lebih lanjut mengenai lama dan jenis
batuk, serta usaha (pengobatan) yang telah dilakukan oleh lansia
Nafas pendek : merupakan salah satu tanda adanya gangguan pada pernafasan
Hemoptisis : batuk berdarah, pada kolom keterangan kaji lebih lanjut mengenai warna
darah, lama batuk, serta waktu terjadi hemoptisis
Wheezing : bunyi “ngik” nyaring pada saat ekspirasi, karena penyempitan salauran
nafas atas.
Asma : penyakit inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan peningkatan
hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi
(nafas berbunyi ngik-ngik), sesak nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama
malam menjelang dini hari.
K. Kardiovaskuler
Chest pain : nyeri dada yang khas pada pasien PJK. Kaji lebih kanjut pada kolom
keterangan mengenai PQRST nyeri dada
Palpitasi : perasaan berdebar. Peningkatan denyut jantung atau kehilangan iramanya
atau juga iramanya bertambah cepat tanpa sebab dapat mengakibatkan pingsan atau
perasaan pingsan, tetapi biasanya pa lpitasi hanya menimbulkan rasa tidak enak dan
rasa takut (Petch, 1995).
Dipsnoe : keluhan susah bernafas dengan disertai salah satu tanda peningkatan usaha
nafas (Nafas cuping hidung, peningkatan frekuensi nafas, dan tarikan otot bantu
nafas). Pada kolom keterangan jika didapatkan klien mengalami dispnoe lengkapi
dengan tanda/gejala peningkatan usaha nafas, serta suara nafas klien.
Paroximal nocturnal : Pada malam hari klien mengeluh sesak nafas.
Orthopnea : keluhan sesak nafas pada saat berbaring, berkurang dengan duduk dan
berdiri. Seringkali muncul pada pasien dengan gagal jantung.
Murmur : suara jantung tambahan atau abnormal yang terdengar pada saat auskultasi.
Murmur dapat menjadi indikasi penyakit katup jantung (National Heart Lung and
Blood Isntitute, 2012).
Edema : bengkak, diakibatkan penumpukan cairan ekstraseluler. Pada klien gagal
jantung kanan sering ditemui manifestasi edema tungkai. Pada klien gagal jantung kiri
manifestasi yang muncul adalah edema paru dg keluahan sesak nafas. Pada kolom
keterangan tuliskan letak edema yang dialami lansia
L. Gastrointestinal
Disphagia :
Nausea / vomiting:
Hemateemesis: muntah darah, pada kolom keterangan tambahkan uraian mengenai,
jumlah, frekuensi, warna dan jenis muntahan.
Perubahan nafsu makan : perubahan preferensi sesorang terhadap jenis makanan
tertentu yang ingin dikonsumsi.
Massa : apabila ditemukan benjolan pada daerah abdominal baik melelu observasi
maupun palpasi. Apabila ada temuan ini pada kolom keterangan perawat menjelaskan
lebih lanjut mengenai letak dan karakteristik benjolan.
Jaundice : warna kekuningan yang terlihat pada sklera, kulit dan membran mukosa
karena peningkatan bilirubin indirect diatas 3 mg per dL (Roche, 2004).
Perubahan pola BAB : diisi apabila ada perubahan frekuensi, waktu, cara (jongkok,
duduk, diatas tempat tidur, dll) BAB dan konsistensi feses
Melena : Buang air besar berwarna hitam seperti ter atau aspal
Hemorrhoid : merupakan dilatasi varises pleksus vena submukosa anus dan perianus.
Dilatasi ini sering terjadi setelah usia 50 tahun yang berkaitan dengan peningkatan
tekanan vena di dalam pleksus hemoroidalis (Robbins, 2007).
Pola BAB : Penjelasan mengenai waktu, cara (jongkok, duduk, diatas tempat tidur, dll)
BAB dan konsistensi feses
M. Perkemihan
Dysuria: rasa nyeri, terbakar dan tidak nyaman selama berkemih. Dysuria dapat
mengindikasikan gangguan pada perkemihan, tersering adalah infeksi saluran kencing
(ISK) (Ballentine, 2014).
Frekuensi : diisi berapa kali dalam 1 hari klien berkemih.
Hesitancy : kesulitan memulai berkemih atau pancaran kencing tidak stabil. Kondisi
ini sering terjadi pada lansia laki-laki dengan pembesaran prostat (Dugdale, 2011).
Urgency: rasa ingin berkemih secara tiba-tiba dan tidak tertahankan untuk menhan
kencing, kondisi ini berkaitan dengan ketidakmampuan otot dinnding kandung kemih
berkontraksi .
Hematuria : kencing berwana merah darah. Kondisi ini dapat diindikasikan dengan
trauma uretra/ginjal, batu pada salauran kencing.
Poliuria : peningkatan pengeluaran urine ± 2,5-3 L/hari atau 40 ml/Kg/hari. Poliuri
dapat disebabkan oleh stres, ansietas, hipertiroid, demam, hipermetabolic,
hiperparatiroid, Diabetes Mellitus (Sarma, 2014)
Oliguria : penurunan pengeluaran urine hingga <500 ml/hari. Oliguria dapat menjado
indikasi awal adanya gangguan fungsi ginjal (Klahr dan Miller, 1998).
Nocturia Poliuria: peningkatan pengeluaran urine terutama terjadi pada malam hari
karena gangguan pengeluaran arginin vasopresin (Sarma, 2014).
Inkontinensia : pengeluaran urine yang tidak terkendali, karena gangguan urologi,
neurologis, psikologis, dan lingkungan. Serin terjadai pada lansia terutama karena
kelemahan sfingter uretra internal (Fernandes, 2010)
Nyeri berkemih : sudah jelas
Pola BAK : Penjelasan mengenai waktu, cara (jongkok, duduk, berdiri, dengan
menggunakan kateter, diatas tempat tidur, dll) BAK dan warna urine.
N. Reproduksi
Laki-laki
Lesi : lesi pada daerah perianal, penis dan scrotum
Disharge: sekresi cairan abnormal pada penis, misal: darah, nanah, cairan yang berbau
Testiculer pain: nyeri pada testis, baik nyeri tekan ataupun spontan
Testiculer massa: benjolan pada testis
Perubahan gairah sex : sudah jelas
Impotensi : ketidakmampuan yang persisten dalam mencapai atau mempertahankan
fungsi ereksi untuk aktivitas seksual yang memuaskan.
Perempuan
Lesi : lesi pada daerah perianal dan vagina
Discharge : sekresi cairan abnormal pada vagina, misal: darah, nanah, cairan
keputihan yang berbau
Postcoital bleeding : perdarahan yang keluar setelah coitus, dapat mengindikasikan
cancer cervix.
Nyeri pelvis : Nyeri pada panggul, disebabkan karena gangguan pada tulang pelvis
(fraktur, osteoporosis, dislokasi sendi panggul, dll)
Prolaps organ panggul : Kondisi ini menunjukkan penonjolan atau penurunan satu atau
lebih organ panggul ke dalam atau keluar dari vagina. Organ panggul terdiri atas
rahim, vagina, usus, dan kand-ung kemih. Prolaps organ panggul muncul karena
kelemahan otot dan fascia.
Riwayat menstruasi : dijelaskan apabila klien masih menstruasi (lama menstruasi,
teratur atau tidak), apabila sudah menopouse dikaji sejak kapan menopouse terjadi.
Aktifitas seksual : diisi “ya” apabila klien masih melakukan hubungn seksual
Pap smear : sudah jelas. Apabila sudah pernah dilakukan pada olom keterangan
ditambahkan hasil pap smear terakhir.
O. Muskuloskeletal
Nyeri Sendi : sudah jelas, pada kolom keterangan ditambahkan pengkajian nyeri
PQRST
Bengkak : sudah jelas, pada kolom keterangan dijelaskan letak dan karakteristik
bengkak
Kaku sendi : sudah jelas, pada kolom keterangan dijelaskan letak dan waktu kaku
sendi
Deformitas : Kelaina bentuk pada tulang, dapat mengindikasikan adanya fraktur,
dekompresi, osteoporosis
Spasme: merupakan kontraksi otot yang tidak disadari, sehingga otot tidak dapat
berelaksasi.
Kram : Spasme otot yang terjadi terus menerus, seringkali menimbulkan nyeri. Kram
otot dapat diketahui melalui meraba atau melihat ada pengerasan otot.
Kelemahan otot : sudah jelas, ukur kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing, pada
kolom keterangan tambahkan skor yang didapatkan
Masalah gaya berjalan : lihat postur tubuh, kelainan pada saat klien berjalan.
Nyeri punggung : sudah jelas, pada kolom keterangan ditambahkan pengkajian nyeri
PQRST
Pola latihan : Jelaskan kapan dan lama aktifitas fisik yang selama ini dilakuakn oleh
lansia (olahraga, rehab mediak, senam)
Dampak ADL : Jelaskan dampak gangguan muskuloskeletal pada aktivitas lansia,
misal berjalan menjadi terseok, dll
P. Persyarafan
Headach: jenis sakit kepala yang ditandai dengan nyeri dan ketegangan di dahi atau di
belakang kepala dan leher
Seizures: kejang, pada kolom keterangan jelaskan karakteristik kejang (lama, kapan,
gambaran kejang).
Syncope : kehilangan kesadaran sementara dan disertai kehilangan/ketidakmapuan
untuk mengontrol postural tone (postur tubuh), dapat mengindikasikan kondisi
hipoglikemia, hipotensi, penurunan curah jantung dan ketdakseimbangan cairan dan
elektroli.
Tic/tremor :gerakan berayun/bergerak secara tidak sadar pada ekstremitas atau seluruh
tubuh, kondisi ini mengindikasikan penyakit parkinson.
Paralysis : kelumpuhan, fungsi otot dan sarafmotorik/sensoris menghilang pada
bagian tubuh/seluruh tubuh. Pada kolom keterangan jelaskan bagian tubuh yang
mengalami paralysis
Paresis : kelemahan, fungsi otot dan saraf motorik menurun pada bagian tubuh/seluruh
tubuh. Pada kolom keterangan jelaskan bagian tubuh yang mengalami paresis.
Masalah memori : tidak dapat mengingat kejadian masa lampau, benda kecil, atau
peristiwa yang bru saja terjadi
6. LINGKUNGAN
Kamar : isi dengan penjelasan mengenai penataan, lantai, pencahayaan siang/malam,
ventilasi, jarak kamar dan kamar mandi, pegangan dinding
Kamar mandi : Jenis wc, bak mandi, pegangan, lantai, keset, pencahayaan.
Dalam rumah wisma : Pemanfaatan ruang, jenis perabot/fasilitas lansia, pencahayaan,
lantai.
Luar rumah : Tangga apabila ada, pegangan lansia, dataran/menanjak, pagar.
Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian analgesik,
jika perlu
Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung (I.02075)
jantung keperawatan 3×24 jam Observasi
berhubungan diharapkan curah jantung 1. Identifikasi tanda gejala primer
dengan perubahan membaik, dengan kriteria penurunan curah jantung (dispnea,
afterload ditandai hasil : (L.02008) kelelahan, edema, prtopnea,
dengan kelelahan - Kekuatan nadi perifer paroxymal, dll)
(D.0008) meningkat 2. Identifikasi tanda gejala sekunder
- Ejection fractian (EF) penurunan curah jantung
meningkat (peningkatan BB,hepatomegali,
- Cardiac todex (CI) distensi vena jugularis, palpitasi,
meningkat batuk dll)
- left ventricular stroke work 3. Monitor tekanan darah (termasuk
iindex (LVSWI) meningkat tekanan darah osmotik, jika perlu)
- Stroke volume index (SVI) 4. Monitor intake dan output cairan
meningkat 5. Monitor BB setiap hari pada
- Palpitasi menurun waktu yang sama
- Bradikardi menurun 6. Monitor saturasi oksigen
- Takikardi menurun 7. Monitor keluhan nyeri dada (mis.
- Gambaran EKG aritmia Intensitas, lokais, radiasi, durasi
menurun previtasi yang mengurangi nyeri)
- Lelah menurun 8. Monitor EKG 2 sadapan
- Edema menurun 9. Monitor aritmia (kelainan irama
- Distensi vena jugularis dan frekuensi)
menurun 10. Monitor nilai laboratorium
- Dispnea menurun jantung (mis elektrolit, enzim
- Oligurua menurun jantung, BNP)
- Pucat /sianosis menurun 11. Monitor fungsi alat pacu jantung
- Paroxymal nocturnal 12. Periksa tekanan darah dan
dyspnea (PDN) menurun frekuensi nadi sebelum dan sesudah
- Ortopnea menurun aktifitas
- Batuk menurun 13. Periksa tekanan darah dan
- Suara jantung S3 menurun frekuensi nadi sebelum dan sesudah
- Suara jantung S4 menurun pemberian obat
- Murmur janutng menurun
- Berat badan menurun Terapeutik
- Hepatomegali menurun 14. Posisikan semi fowler atau
- PVR menurun fowler dengan kaki dibawah atau
- SVR menurun posisi nyaman
- Tekanan darat membaik 15. Berikan diet jantung yang sesuai
- CPT membaik (mis batasi asupan kafein, natrium,
- PAWP membaik kolestrol, dan makanan tinggi lemak)
- Central venous pressure 16. Gunakan stocking elastis atau
membaik pneumatik intermiten sesuai indikasi
17. Fasilitasi pasien dan keluarga
untuk modifikasi gaya hidup sehat
18. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stress, jika perlu
19. Berikan dukungan emosional dan
spiritual
20. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi pksigen
>94%
Edukasi
21. Anjurkan beraktifitas fisik sesuai
toleransi
22. Anjurkan beraktifitas fisik secara
bertahap
23. Anjurkan berhenti merokok
24. Ajarkan pasien dan keluarga
untuk mengukur berat badan harian
25. Ajarkan pasien dan keluarga
untuk mengukur intake output cairan
Kolaborasi
26. Kolaborasi peemberian aritmia,
jika perlu
27. Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
nyaman keperawatan 3×24 jam Observasi:
berhubungan diharapkan status 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan gejala kenyamanan meningkat, durasi frekuensi, kualitas, intensitas
penyakit di tandai dengan kriteria hasil : nyeri.
dengan mengeluh (L.08064) 2. Identifikasi skala nyeri
tidak nyaman (D. - Kesejahteraan fisik 3. identifikasi respon nyeri non
0074) meningkat verbal
- Kesejahteraan psikologis 4. Identifikasi faktor yang
meningkat memperberat dan memperingan nyeri
- Dukungan sosial dari 5. Identifikasi pengetahuan dan
keluarga meningkat keyakinan tentang nyeri
- Dukungan sosial dari 6. Identifikasi pengaruh budaya
teman meningkat terhadap respon nyeri
- Perawatan sesuai 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
keyakinan budaya kualitas hidup
meningkat 8. Monitor keberhasilan terapi
- Perawatan sesuai komplementer yang sudah di berikan
kebutuhan meningkat 9. Monitor efek samping penggunaan
- Kebebasan melakukan analgesik
ibadah meningkat
- Rileks meningkat Terapeutik
- Keluhan tidak nyaman 10. Berikan teknik non farmakologi
menurun untuk mengurangi rasa nyeri
- Gelisah menurun 11. Kontrol lingkungan yang
- Kebisingan menurun memperberat rasa nyeri
- Keluhan sulit tidur 12. Fasilitasi istirahat dan tidur
menurun 13. Pertimbangkan jenis dan sumber
- Keluhan kedinginan nyeri dalan pemilihan strategi
menurun meredakan nyeri
- Keluhan kepanasan
menurun Edukasi
- Gatal menurun 14. Jelaskan penyebab, periode dan
- Mual menurun pemicu nyeri
- Lelah menurun 15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Merintih menurun 16. Anjurkan memonitor nyeri secara
- Menangis menurun mandiri
- Iritabilitas menurun 17. Anjuran menggunakan analgesik
- Menyalakan diri sendiri secara tepat
menurun 18. Ajarkan teknik non farmakologi
- Konfusi menurun untuk mengurangi rasa nyeri
- Konsumsi alkohol
menurun Kolaborasi
- Penggunaan zat menurun 19. Kolaborasi pemberian analgesik,
- Percobaan bunuh diri jika perlu
menurun
- Memori masalalu
membaik
- Suhu ruangan membaik
- Pola eliminasi membaik
- Postur tubuh membaik
- Kewaspadaan membaik
- Pola hidup membaik
- Pola tidur membaik
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan, Indonesia Edisi 1.
Cetakan III.Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan, Indonesia Edisi 1
Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan, Indonesia Edisi 1
Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI
Yanita, 2017. Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta: Bumi Medika
Trisnawan, Adi. (2019). Mengenal Hipertensi. Jakarta : Mutiara Aksara.
Anggraini Dewi Harahap. 2019. Hubungan Pengetahuan Penderita Hipertensi Tentang
Hipertensi dengan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi di Wilayah Kerja
PUSKESMAS Kampa Tahun 2019. Lembaga Penelitian Universitas Pahlawan Prodi
S1 Keperawatan.Vol : 3 No 2 tahun 2019
Pudiastuti, R, D., 2019. Penyakit-Penyakit Mematikan, Yogyakarta: Nulia Medika.
Pudiastuti, R., D. (2019). Penyakit – penyakit Mematikan. (Edisi 2). Yogyakarta:
Nuha Medika\
Siti, Maryam Rdkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Penanganannya. Jakarta: Salemba
Medika
Stanley, Mickey.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.