Anda di halaman 1dari 7

STASE KEPERAWATAN GERONTIK LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN MEMORI DI WISMA


WUKIRATAWU BADAN PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA UNIT ABIYOSO
YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
Teguh Septiawan
233203051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIX


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2024
Teori Lansia
1. Definisi lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.Menua (menjadi tua)
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Aspiani,
2020). Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang akan dijalani
semua individu, ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stress lingkungan (Azizah,2020).
2. Batasan lansia
Batasan lansia dibagi oleh sejumlah pihak dalam berbagai klasifikasi dan batasan,
Menurut WHO Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) yang
dikatakan batasan lansia tersebut di bagi kedalam tiga kategori yaitu:
a. Usia lanjut : 60-74 tahun
b. Usia tua : 75-89 tahun
c. Usia sangat lanjut : > 90 tahun
3. Perubahan-perubahan pada lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang
biasanya akan berdampak pada perubahan- perubahan pada jiwa atau diri manusia, tidak
hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (National &
Pillars, 2020).
a. Perubahan fisik Dimana banyak sistem tubuh kita yang mengalami perubahan
seiring umur kita seperti:
1) Sistem Indra Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran)
oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2) Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula
sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver
spot.
b. Perubahan Kognitif Banyak lansia mengalami perubahan kognitif, tidak hanya
lansia biasanya anak- anak muda juga pernah mengalaminya seperti: Memory
(Daya ingat, Ingatan)
c. Perubahan Psikososial Sebagian orang yang akan mengalami hal ini dikarenakan
berbagai masalah hidup ataupun yang kali ini dikarenakan umur seperti:
1) Kesepian Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita
penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama
pendengaran.
2) Gangguan cemas Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan
cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguangangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa
muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek
samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
3) Gangguan tidur juga dikenal sebagai penyebab morbilitas yang signifikan.
Ada beberapa dampak serius gangguan tidur pada lansia misalnya mengantuk
berlebihan di siang hari, gangguan atensi dan memori, mood depresi, sering
terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak semestinya, dan penurunan kualitas
hidup. Angka kematian, angka sakit jantung dan kanker lebih tinggi pada
seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per hari
bila dibandingkan. dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam per
hari. Berdasarkan dugaan etiologinya, gangguan tidur dibagi menjadi empat
kelompok yaitu, gangguan tidur primer, gangguan tidur akibat gangguan
mental lain, gangguan tidur akibat kondisi medik umum, dan gangguan tidur
yang diinduksi oleh zat.
4. Beberapa penyakit yang biasanya terjadi pada lansia
a. Kurang bergerak Gangguan gerak atau gangguan extrapiramidal yaitu kelainan
regulasi terhadap gerakan volunter. Gerakan yang berlebihan atau gerakan yang
berkurang merupakan sindrom neurologis yang terjadi seiring dengan bertambahnya
usia (Miller 2019 dalam Ashar, 2020).
b. Instabilitas Penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang
berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit
maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat
tertentu dan faktor lingkungan. Akibat yang paling sering dari terjatuh pada lansia
adalah kerusakan bagian tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah
tulang, cedera pada kepala, luka bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalam
tempat mandi. Selain dari pada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat
membatasi pergerakannya.Walaupun sebahagian lansia yang terjatuh tidak sampai
menyebabkan kematian atau gangguan fisik yang berat, tetapi kejadian ini haruslah
dianggap bukan merupakan peristiwa yang ringan. Terjatuh pada lansia dapat
menyebabkan gangguan psikologi berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan
terjatuh lagi, sehingga untuk selanjutnya lansia tersebut menjadi takut berjalan untuk
melindungi dirinya dari bahaya terjatuh (Maryam dkk, 2020).
c. Buang Air Kecil Buang Air Kecil (BAK) merupakan salah satu masalah yang sering
didapati pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan
kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Beser
merupakan masalah yang sering kali dianggap wajar dan normal pada lansia,
walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik oleh lansia tersebut
maupun keluarganya. Akibatnya timbul berbagai masalah, baik masalah kesehatan
maupun sosial, yang kesemuanya akan memperburuk kualitas hidup dari lansia
tersebut. Lansia dengan beser sering mengurangi minum dengan harapan untuk
mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan lansia kekurangan cairan
dan juga berkurangnya kemampuan kandung kemih. Beser sering pula disertai dengan
beser buang air besar (bab), yang justru akan memperberat keluhan beser tadi
(Maryam dkk, 2020)
d. Gangguan Intelektual Merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan
fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya
aktivitas kehidupan sehari – hari. (Maryam dkk, 2020).
e. Infeksi Merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena
selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan
keterlambatan di dalam diagnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal meningkat
pula. Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit
infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi
berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang
menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain daripada itu, faktor
lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami
infeksi (Maryam dkk, 2020).
f. Sulit buang air besar (konstipasi) Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung
serat, kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain.Akibatnya,
pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada
konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang
berat dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa
sakit pada daerah perut (Maryam dkk, 2020).
g. Depresi Perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya
kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu
pemicu munculnya depresi pada lansia. Namun demikian, sering sekali gejala depresi
menyertai penderita dengan penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat
diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul
seringkali dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak
khas. Gejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering
menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat
lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya
ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian, kurangnya minat,
hilangnya kesenangan yang biasanya di nikmati, menyusahkan orang lain, merasa
rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah dan tidak
berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejalagejala fisik
lainnya.Akan tetapi pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu yang
menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri
pinggang, gangguan pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas
(Maryam dkk, 2020).
h. Kurang gizi Kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan
maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk
memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama
karena gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi
pada pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor
kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-
obatan dan lain-lain (Maryam dkk, 2020).
Masalah Kesehatan pada lansia
1. Definisi
Kemampuan manusia untuk mengingat sesuatu disebut dengan memori atau ingatan.
Perdebatan tentang ingatan manusia akan sangat menarik mengingat fungsinya yang
sangat penting dalam kehidupan manusia.
2. Etiologi
Menurut Standar Diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI) 2018,
tanda dan gejala memori dibagi menjadi 2 yaitu tanda dan gejala mayor
dan minor.
Gejala dan tanda mayor
Subyektif
1) Melaporkan pernah mengalami pengalaman lupMenurut Standar Diagnosis
keperawatan Indonesia (SDKI) 2018, tanda dan gejala memori dibagi menjadi 2
yaitu tanda dan gejala mayor dan minor.
Gejala dan tanda mayor
Subyektif
1) Melaporkan pernah mengalami pengalaman lup
2) Tidak mampu mempelajari ketrampilan baru.
3) Tidak mampu mengingat informasi faktual.
4) Tidak mampu mengingat perilaku tertentu yang pernah dilakukan.
5) Tidak mampu mengingat peristiwa.
Obyektif
1) Tidak mampu melakukan kemampuan yang dipelajari sebelumnya.
Gejala dan tanda minor
Subyektif
1) Lupa melakukan perilaku pada waktu yang telah dijadwalkan
2) Merasa mudah lupa
Obyektif
(tidak tersedia)
3. Rencana keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
keperawatan
1. Gangguan memori Setelah dilakukan intervensi Manajemen demensia
berhubungan dengan (I.09286)
keperawatan selama 30 menit
proses penuaan Observasi
ditandai dengan maka, maka Orientasi Kognitif (I. 1. Identifikasi riwayat
sering lupa (tanggal, fisik, sosial,
09081)
bulan dan nama psikologis dan
orang) (D.0062) meningkat dengan kriteria hasil : kebiasaan
2. Identifikasi pola
1. Identifikasi bulan aktivitas ( tidur,
minum obat,
meningkat
perawatan diri,
2. Identifikasi tahun asupan oral dan
eliminasi)
meningkat
Terapeutik
Orientasikan waktu,
tempat dan orang
Edukasi
Anjurkan memperbanyak
istirahat
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan intervensi Dukungan Tidur
berhubungan dengan keperawatan selama 30 menit maka (I.09265)
kurang kontrol tidur Status Kenyamanan (L.08064) Observasi
ditandai tidur meningkat, dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi pola
malamnya terganggu 1. Kebisingan meningkat aktivitas dan tidur
sering bolak-balik 2. Keluhan sulit tidur 2. Identifikasi faktor
terbangun pengganggu tidur
dikarenakan teman (fisik dana tau
sekamarnya teriak- psikologis)
teriak (D0055) Terapeutik
Modifikasi lingkungan
( misal: pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras
dan tempat tidur)
Edukasi
Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R.Y. (2020). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info
Media.
Azizah. (2020). Keperawatan lanjut usia . Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muslikhatul, U. (2021). Kualitas Tidur . Journal of Chemical Information and
Modeling, 28. National, G., & Pillars, H. (2020). Keperawatan Gerontik.
Ashar, H., Mulyantoro, D. K., Nurcahyani, Y. D., & Khaerunnisa, M. (2020).
Anemia Pada Anak Sekolah Dasar Di Daerah Endemik GAKI. Indonesian
Journal of Micronutrition, 7(2), 91-98.
Miller, J. L. (2019). Iron Deficiency Anemia: A Common and Curable Disease. Cold
Spring Harbor Perspectives In Medicine, 3(7).
Maryam, Siti dkk.(2020). Asuhan Keperawatan Pada Lansia.Jakarta : Trans Info Medika.
Hamid, S, Achir Yani. (2020). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Bunga
Rampai, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai