Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lansia
2.1.1 Pengertian Lansia
Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Pada lansia
akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak
dapat bertahan infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. 2 Menurut WHO ada 4
batasan lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) dengan rentang umur 45-59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) dengan rentang umur 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) dengan rentang umur 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) dengan rentang umur diatas 90 tahun

Pada masa tua nanti manusia akan mengalami beberapa kondisi seperti mundurnya
kemampuan fisik, mental dan juga sosialnya, yang mana nanti pada akhirnya akan sulit
melakukan aktifitaas apapun (tahap penurunan). Proses penuaan adalah perubahan kumulatif
yang terjadi pada makluk hidup, baiak dati tubuh, jaringan maupun sel nya yang mana hal
ini dapat terjadi yanag namanya penurunan kapasitas fungsional. Pada tubuh manusia,
penuaan ini terjadi pada perubahan degeneratif seperti kulit, tulang, jantung, pembuluh
darah, paru- pari saraf dan juga pada jaringan tubuh yang lain. Turunnya kemampuan
degeneratif pada lansia ini dapat mengakibatkan rentangnya terkena berbagai jenis penyakit,
sindrom ataupun rasa sakit melebihi orang dewasa. Tahap penurunan yang terjadi dapat
dijelaskan dengan berbagai macam perbedaan teori, namun para ahli pada uumumnya setuju
bahwa faktor genetik lebih banyak ditemukan pada proses penurunan ini.3
2.1.2 Ciri – Ciri Lansia
Ciri – ciri yang terdapat pada lansia adalah:3
1. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran di usia lansia, kebanyakan terjadi akibat dati faktor fisik maupun faktor
psikologi lansia. Sehingga diperlukan adanya motivasi dalam kemunduran yang dialami
olen lansia ini. Contohnya seperti pada lansia yang tingkat motivasi nya rendah dalam
menjalani aktivitasnya, hal ini dapat mempercepat kemunduran fisik pada lansia, namun
sebaliknya pada lansia yang tinggi tingkat motivasinya maka akan lebih lama terjadi
kemunduran fisik.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi yang terjadi akibat sikap sosial yang kurang menyenangkan kepada lansia dan
juga hal ini diperlukan lagi oleh berbagai pendapat yang kurang baik, contohnya adalah
lansia cendrung mempertahankan pendapatnya sehingga dicap memiliki sikap sosial yang
negative oleh masyarakat, akan tetapi jika lansia memiliki tenggang rasa kepada
sekitarnya, maka dapat membuat sikap sosial masyarakat kepada lansia menjadi positif.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Dilaksanakannya perubahan peran ini diakibatkan proses kemunduran yang mualai terjadi
pada lansia baik itu dalam hal apapun. Perubahan peran ini juga harus berlandaskan pada
keinginannya pribadi danbukan karena lingkungan sekitar. Contohnya saja pada lansia
yang memiliki suatu jabatan di masyarakat semisal saja adalah RW, alangkah baiknya
masyarakata tidak semerta merta menurunan jabatannya sebagai ketua RW hanya karena
usianya yang sudah lansia.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk pada lansia dapat membuat para lansia lebih condong
mengembangkan konsep diri yang buruk juga, hal ini menyebabkan mereka dapat
menunjukjan perilaku buruk tersebut. Dampak dari perilaku yang buruk tadi membuat
penyesuain yang burk pada diri lansia. Contohnya lansia yang tinggal serumah dengan
keluarganya namun tidak diikutsertakan dalam pengambilan keputuan karena dianggap
memiliki pola piker yang sudah jenuh. Hal ini dapat membutat lansia menarik diri, cepat
tersinggung da kadang memiliki harga diri yang rendah.
2.1.3 Perkembangan Lansia
2.1.4 Perubahan yang Terjadi pada Lansia
1. Perubahan Fisiologis
Beberapa perubahan fisiologis pada lansia yaitu:4
a. Fungsi motorik, dimana terjadi penurunan kekuatan jaringan tulang, otot dan sendi
yang mempengaruhi fleksibelitas, kecepatan, kekuatan, ketidakstabilan (mudah
terjatuh), dan tubuh yang menjadi kaku. Misalnya, seseorang duduk dan kesulitan
untuk bangun ataupun sebaliknya, bergerak, jongkok, dan berjalan.
b. Fungsi sensorik, yakni mempengaruhi kepekaan indera (saraf yang menerima), yaitu
penglihatan dan peraba yang mengakibatkan apabila diberi rangsang, perasaan
menjadi hilang (anestesia), dan saat dirangsang perasaan menjadi berlebih
(hiperestesia) serta muncul perasaan yang tidak semestinya (paraestesia).
c. Fungsi sensomotorik, yaitu terjadi gangguan koordinasi dan keseimbangan
2. Perubahan Psikologis
Perubahan yang terjadi pada psikologis antara lain sikap yang semakin egosentrik,
mudah curiga, dan bertambah pelit jika memiliki sesuatu." Jika ditinjau dari jenis
kelamin, perubahan fisik dan psikis tersebut sangat berkaitan dengan andropause dan
menopause. Andropause merupakan berhentinya fungsi fisiologis pada pria, dimana
terjadi penurunan secara perlahan produksi spermatozoa, hormon testosteron, dan
lainnya. Sedangkan pada perempuan yang mengalami menopause, penurunan produksi
ovum, hormon estrogen, dan siklus haid berhenti secara mendadak.
Menopause itu sendiri merupakan periode menstruasi terakhir yang di lalui oleh
wanita di bawah pengaruh hormon reproduksi yang umumnya terjadi sebelum atau di
usia 50-an. Dikatakan menopause jika tidak menstruasi dalam setahun terakhir.
Menopause dapat menyebabkan beberapa gejala psikologis, yaitu mudah tersinggung,
gangguan tidur, gugup, tertekan, tidak sabar, kesepian, tegang (tension), kecemasan, dan
depresi. Namun ada juga orang yang kehilangan harga diri karena berkurangnya daya
tarik fisik dan seksual, merasa tidak diinginkan oleh suami dan anak, serta merasa
kehilangan feminitas yang diakibatkan karena kehilangan kesuburan.
3. Perubahan Psikososial
Hal ini sering dikaitkan dengan pekerjaan, misalnya pendapatan berkurang,
kehilangan teman, pekerjaan, dan biaya hidup meningkat.
4. Perubahan Spiritual
Semakin bertambah usia, seseorang semakin lebih mendekatkan diri kepada
tuhan/ kepercayaan semakin terintegrasi.
2.1.5 Masalah Kesehatan pada Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang rentang dalam mengenai masalah kesehatannya.
Proses degenerative atau penuaan merupakan salah satu factor yang dapat menyebabkan
lansia terjangkit penyakit tidak menular. Selain itu juga tahan tubuh lansia juga ikiut
menurun akibat proses penuaan tersebut dan data menyebabkan tingginya resiko terkena
infeksi pada penyakt menular. Adapun beberapa penyakit yang sering terjadi pada lansia di
Indonesia adalah:5
1. Paru – paru (gangguan pernapasan)
Masalah paru – paru pada lansia disebabkan oleh adanya penurunan elastisitas pada
dinding dada dan jaringan di paru – parunya. Hal ini beriringan dengan bertambahnya
usia seseorang. Semakin tua usia seseorang dapat menurunkan kekuatan kontraksi pada
otot pernafasan yang dapat berakibat sulit bernafas.
2. Kardiovaskuler (penyakit jantung)
Jantung pada lansia dapat mengecil ukurannya yang mana hal itu jantun berkurang
aktifitasnya yang dapat menurunkan curah jantung, terutama di bagian fentrikel kiri.
Sejalan dengan mengecilnya ukuran jantung maka ukuran sel pada jantung juga ikut
mengecil yang membuat kekuatan otot juga mengalami penurunana. Mulai usia 20 tahun,
kemampuan pompa jantung dapat mengalami penurunan sesuai dengan bertambahnya
usia dan dapat fungsi – fungsi lain pada jantung dapat mengalami penurunan juga.
3. Hipertensi
Hipertensi dan bertambahnya usia tidak bias di lepaskan, di dukung denganbeberapa hasil
penelitian epidemiologi yang telah di lakukan. Hipertensi yang terjadi pada lansia
merupakan factor pencetus yang paling besar dapat berakibat terjadinya sroke, lemah
jantung dan jantung coroner. Penyaki jantung dan ceredofaskuler meripakan penyebab
kematian seseorang diatas 60 tahun sebanyak lebigh dari 50%.
4. Pencernaan (gastritis)
Gastritis merupakan penyakit pada pencernaan yang menyerang lambung akibat lapisa
mukosa dan supmukosa lambung ynag terjadi infamasi. Kejadian gastritis ini menjadi
meningkat akibat proes menua, kondisi ini kebanyakan tidak di sadari oleh lansia akibat
anggapan mereka bahwa hal ini terjadi karena proses penuaan.
5. Rematik
Penyakit rematik pada lansia seringa kali di temui pada lansia dengan berat badan
berlebih, rematik ini merupakan kerusakan pada permukaan sendi tulang. Bagian tubuh
yang paling sering di sering pada rematik lansia adalah persendian jari, tulang punggung,
sendi-sendi seperti lutut dan pinggul. Nyeri yang di akibatkan rematik ini di akibatkan
oleh gcut.
6. Penyakit lain
Beberapa penyakit lain yang dapat muncul pada lansia adalah kelainan jantung dan
pembulu darah, penyakit mulut dan gigi, penyakit paru obsruktif yang menahun,
tuberkulosa, keganasan, diare, ginjal dan saluran kemih, penyakit infeksi malaria dqan
lain-lain.
2.2 Hipertensi
2.2.1 Pengertian Hipertensi
Menurut WHO, Hipertensi atau bias disebut tekanan darah tinggi merupakan sebuah
kondisi yang mana tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolok di atas 90 mmHg (latar belakang who). Hipertensi atau bias disebut juga penyakit
tekanan darah tinggi adalah sebuah gangguan yang ada di pembulu darah yang dapat
menyebakan oksigen dan juga nutrisi yang ada di darah terhambat menuju kedalam jaringan
di tubuh yang membutuhkan. Tubuh dapat bereaksi dengan cara lapar, dan membuat jantung
harus bekerja dengan keras dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh tersebut. Jika kondisi
ini dibiarkan akan mengakibatkan munculnya gejala yaitu tekanan darah tinggi.6,7
Hipertensi merupakan sebuah penyakit yang berbahaya karena, penyakit ini erat
kaitannya dengan kardiofaskuler atau system peredaan darah, yang mana fungsinya yaitu
menyalurkan oksigen dan juga nutrisi kedalam jaringan serta organ di dalam tubuh yang
memerlukan proses metabolism. Jantung sendiri merupakan suatu organ yang membawa
oksigen dan nutrisi dan sebagai medianya adalah pembulu darah yang bisa membawa
komponen darah tersebut. Tubuh sangat membutuhkan suplai oksigen dan juga nutrisi untuk
memenuhi kebutuhan energinya dan pembulu darah lah yang menjadi trasfortasinya.
Sehingga jika terjadi kerusakan pada pembulu darah, maka akan membuat suplai makanan
dan juga oksigen terhambat dan dapat membuat organ mati, dapat terkena pada jantung
ataupun otak.8
Hipertensi merupakan sebuah gangguan yang terjadi pada peredaran manusia di usia
setengah umur atau lebih tua. Hipertensi ini sendiri dapat meningkatkan seiring dengan
bertambahnya usia manusia. Hal ini sudah banyak dilaporkan oleh beberapa peneliti, yaitu
tekanan darah sistolok dan juga tekanan darah diastolik dapat meningkatkan sebanyak
2mmHg beriringan dengan bertambahnya umur. Penelitian yang ada di amerika serikat di
temukan hasil penelitian yaitu tekanan darah sistolik mengalami peningkatan seiring
bertambahnya usia, namun untuk tekanan darah diastolic peningkatannya berhenti saat di
usia 55 tahun.8,9
2.2.2 Eiologi
Berdasarkan penyebab terjadinya hipertensi terbagi atas 2 yaitu:10
1. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (90%).
Hipertensi esensial terjadi ditandai dengan meningkatnya kinerja jantung dan berakibat
penyempitan pada pembuluh darah. Adapun factor yang bisa mempengaruhi adalah: genetik,
lingkungan, hiperaktifitas saraf simpati simtem renin, anggiotensi serta terjadi peningkatan
Na+Ca intraseluler. Ada juga beberapa factor yang dapat beresiko terjadinya meningkat
yaitu: berat baadan berlebihan (obesitas), merokok, mengonsumsi alcohol, dan polisitemia.
8,11

2. Hiperteni sekunder
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang dapat ditentukan peyebabnya (10%), hal ini
terjadi karena adanya suatu penyakit atau kelainan yang mendasari, diantaranya terdapat
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar
adrenal (hiperaldosteronisme) dan lain-lain.10
Pada lansia, hipertensi dibedakan menjadi 2 yaitu:11
1. Hipertensi dengan tekanan darah sistolik atau lebih dari 140mmHg dan atau tekanan
darah diastolik sama atau lebih dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolk terisolasi dengan tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg dan
tekanan darah diastolic kurang dari 90 mmHg.
Kedua hal diatas dapat disebabkan karena terjadinya perubahan-perubahan pada diri
lansia seperti menurutnya elastisitas dinding aorta, menebal dan kakunya katup jantung,
menurutnya kontraksi serta volume darah akibat kemampuan memompa jantung juga
menurun, hilangnya elastisitas pembuluh darah dan meningkatnya resistensi pembuluh darah
guna oksigen.
2.2.3 Klasifikasi Hipertesi
Hipertensi dapat di klasifikasikan berdasarkan hasil dari tekanan darah sistolik dan
diastolik. Terdapat beberapa bagian klasifikasi hipertensi, diantaranya:
1) Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO – ISH
Menurut WHO-ISH hipertensi di bagi menjadi 9 kategori. Klasifikasi tersebut sesuai dengan
tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO-ISH
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
High Normal 130 – 139 85 – 89
Hipertensi
Grade I (Ringan) 140 – 159 90 – 95
Grade II (Sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade III (Berat) 180 – 209 110 – 119
Grade IV (Sangat Berat) >210 >120
Sumber : (Rahayu, Hayati, 2020)
2) Klasifikasi Hipertensi menurut JNC-VIII (Joint National Commite)
Klasifikasi hipertensi menurut JNC-VIII 2003 dibagi menjadi empat kategori. Klasifikasi
tersebut dijelaskan dalam tabel dibawah ini, yaitu:

Tabel 2.2. Klasifikasi Hipertensi menurut JNC-VIII


Kategori Sistolik Diastolik
Normal <120 mmHg 80 mmHg
Pre Hipertensi 120 - 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Tahap 1 Hipertensi 140 – 159 mmHg 90/99 mmHg
Tahap 2 Hipertensi >160 mmHg > 100 mmHg
Sumber : Klasifikasi (Rahayu, Hayati 2020)
2.2.4 Manifestasi Klinis
Banyak dari pasien hipertensi tidak menyadari akan adanya tanda dan juga gejala yang
ditunjukkan jika seseorang terkena hipertensi dan hanya mengandalkan pada pemeriksaan
saja. Salah satu contoh gejala yang paling sering ditunjukkan pada penderita hipertensi berat
adalah sakit kepala di bagian tengkuk. Gejala lain yang dapat terjadi adalah pusing, palpitasi
atau berdebar-debar, dan mudah lelah. Gejala yang sudah disebutkan terkadang hanya terjadi
kepada beberapa penderita saja, sementara yang lain tidak merasakan dan yang menjadi
tanda hanya terjadinya peningkatan tekanan darah melalui pemeriksaan fisik. Kekhawatiran
terbesar adalah gejala yang ditimbulkan baru akan muncul ketika sudah adanya komplikasi
yang diakibatkan oleh hipertensi ini seperti pada ginjal, mata, otak, ataupun jantung.8
Gejala lain yang dapat ditimbulkan dengan adanya hipertensi berat ini adalah
penurunan kesadaran atau bahkan sampai dengan koma yang disebabkan oleh
pembengkakan otak. Keadaan yang demikian disebut dengan ensefalopati hipertensif dan
sangat diperlukan adanya penanganan segera. Hal ini pula lah yang dapat dicurigai sebagai
penyebab dari potensi terjadinya pikun akut dan masalah psikologis pada penderita
hipertensi yang mana menjadi tanda kerusakan mental ringan.13

2.2.5 Patofisiologi
Patofisiologi pada hipertensi dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu:14
a. Terjadi saat kekuatan pompa jantung menjadi lebih kuat sehingga membuat darah yang
dialirkan menjadi lebih banyak disetiap detiknya atau bisa disebut stroke volume
b. Kurangnya elastisitas pada arteri dapat membuat tidak mengembangnya arteri saat darah
dialirkan. Hal ini dapat membuat tekanan darah naik disebabkan darah yang dialirkan
harus dipaksa mengalir ke dalam pembuluh darah yang sempit tersebut. Hal ini yang
biasanya terjadi pada lansia disebabkan tebal dan kakunya dinding arteri yang
dimilikinya karena arteriosclerosis.
c. Terjadinya vasokonstriksi akibat menyusutnya arteri kecil atau arteriola dikarenakan
adanya rangsangan saraf dan hormon di darah, dapat juga menimbulkan naiknya
tekanan darah.
2.2.6 Faktor Resiko
Faktor resiko hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan
faktor yang tidak dapat diubah:
1. Faktor yang tidak dapat diubah
a. Umur
Umur dapat mempengaruhi hipertensi. Seiring umur yang bertambah, resiko terjadinya
hipertensi menjadi meningkat. Menurut riskesdas tahun 2018, tercatat bahwa sebanyak 31,6
% terkena hipertensi di usia 31-44 tahun, 45,3% pada usia 45-54 tahun dan 55,2% kejadian
hipertensi terjadi pada usia 55-64 tahun. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kejadian
hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usin.6,15
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin juga merupakan salah satu hal yang berkaitan dengan hipertensi. Pria
memiliki resiko yaitu terjadinya kenaikan tekanan darah sistolik dibanding wanita, hal ini
dapat disebabkan karena pria memiliki aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Tetapi pada saat menophause, hipertensi lebih cenderung terjadi pada wanita.15
c. Keturunan
Faktor genetik yang dimiliki sebuah keluarga juga dapat mempengaruhi kejadian
hipertensi di keluarga tersebut. Seseorang dengan kedua orang tua dengan Riwayat
hipertensi memiliki tingkat resiko sebanyak 2 kali lipat dibanding dengan tidak memiliki
riwayat keluarga.8
2. Faktor yang dapat diubah
a. Obesitas
Telah banyak penelitian yang menyatakan bahwa ciri dari penderita hipertensi adalah
kegemukan atau obesitas. Faktor obesitas ini merupakan salah satu faktor yang dapat
berdampak terhadap hipertensi di kemudian hari. Hubungan antara obesitas dengan
hipertensi ini adalah adanya daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah terjadi lebih
tinggi pada orang dengan kelebihan berat badan dan hipertensi dibanding orang dengan berat
badan normal disertai hipertensi.16
b. Kurang aktifitas fisik
Seseorang dengan aktivitas fisik yang kurang dapat meningkatkan resiko terkena
hipertensi sebesar 30 - 50 % dibanding orang dengan aktivitas fisik yang lebih aktif.
Aktifitas fisik bisa memperbaiki kecepatan detak jantung di saat kondisi istirahat, kadar
kolesterol total, kadar LDL dan juga tekanan darah sistolik serta diastolik dalam waktu 6
minggu.8,17
c. Konsumsi garam berlebih
Garam membuat adanya timbunan cairan di dalam tubuh sebab sifatnya yang menarik
sel sehingga tidak dapat dikeluarkan, yang mengakibatkan peningkatan volume dan tekanan
darah. Sehingga perlu adanya pembatasan garam yaitu 5 gram (1 sendok) dalam sehari. 15,18
d. Alkohol dan rokok
Rokok yang dikonsumsi seseorang mengandung nikotin didalamnya, yang mana
nikotin tersebut dapat membuat penggumpalan darah di pembuluh darah dan juga dapat
mengakibatkan terjadinya pengapuran didinding pembuluh darah. Untuk dampak yang
ditimbulkan oleh alkohol yaitu dapat merangsang terjadinya peningkatan sintesis
katekholamin dengan jumlah banyak sehingga dapat memicu kenaikan tekanan darah.16
e. Stress
Pengaruh stress terhadap kejadian hipertensi adalah sress dapat meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer serta curah jantung, akibatnya dapat merangsang aktivitas
saraf simpatik. Stress disini dipengaruhi beberapa faktor seperti pekerjaan, tingkatan sosial,
ekonomi, dan karakter seseorang.8
2.2.7 Tatalaksana Hipertensi
Adapun tatalaksana yang dapat dilakukan untuk mencegah ataupun untuk mengatasi
hipertensi ada 2 macam yaitu secara non farmakologis dan juga farmakologis,
1. Non farmakologis
Terapi non farmakologis merupakan salah satu solusi dalam tatalaksana hipertensi
dengan tujuan menurunkan rasa ketergantungan akan obat. Cara ini yaitu dengan melakukan
pola hidup sehat seperti, gizi yang seimbang dan membatasi konsumsi gula, garam serta
lemak, pertahankan berat badan juga lingkar pinggang yang ideal, olahraga secara teratur,
berhenti merokok dan terakhir adalah kurangi mengonsumsi alkohol.15
2. Farmakologis
Ada beberapa obat yang bisa digunakan untuk pengobatan hipertensi, adapun yang
biasa direkomendasikan obat golongan antihipertensi adalah: ACEI, ARB, beta bloker,
CCB, dan terakhir ada diuretik.19
Berikut beberapa contoh obat yang dapat dipilih untuk mengatasi tekanan darah tinggi.
Tabel 2.3. Contoh Obat Hipertensi
Kategori Obat Manfaat Peringatan
Thiazide Hydrochlorothizide (HCT) Kurangi resiko sroke Efek samping banyak
chlorthalidone dan serangan jantung, kencing,tubuh
murah sehari sekali kekurangan
minum kalium,gangguan
seks pada pria
Beta blocers Atonol, propranolol, Kurangi resiko sroke Ganguan tidur ,letih,
anodolol,metaprolol,labetalol, dan serangan jantung, depresi, bermasalah
acebutalol protek jantung pada pada gagal
yang coroner cukup jantung/blok
murah, sehari sekali jantung/asma,
gangguan seks
Angiotensin priacaptopril, enalapril, lisinopril, Protrk ginjal pada Gangguan fungsi
Converting ramipril diabetes, gangguan ginjal, pusing, batuk,
Enzyme ginjal, protek jantung tidak diperbolehkan
(ACE) yang sudah serangan untuk ibu
Inhibitor jantung/jantung hamil,gangguan seks
bengkak pada pria
Angiotrnsin Lasortan , irbesartan sama dengan ACE sama dengan ACE
receptor inhibitors inhibitors
antagonist
Calsium Verapamil, diltiazem nifedioine, Untuk pasien dengan Nyeri kepala, pusing,
shannel felodipine amlodipine gangguan ginjal, pernah lemah, sembelit,
blockers nyeri dada angina tidak di bolehkan
(serangan coroner) bagi penderita
jantung bengkak,
gangguan seks pria
methyldopa Methyldopa Untuk ibu hamil Kesulitan berfikir
pada usia lanjut, bisa
lupus, gangguan seks
pria
Hydrazine Hydrazine Murah Bisa demam,
gangguan seks pria
Alpha Prozosin, terazosin Memperbaiki lemah Pusing, nyeri kepala
blockers darah
reserpine Reserpine Obat lama, murah, Hidung tersumbat,
sehari sekali depresi, ganguan
seks pria
Sumber: Nurrahmani 2017

2.3 Tekanan Darah


2.3.1 Pengertian
Pengertian Tekanan Darah Tekanan darah merupakan suatu tekanan yang dialami
darah dari aliran darah didalam perbuluh nadi/arter, canan darah adalah tekanan yang
dialanti oleh darah pada pembuluh aren saat jantung merompa darah ke seluruh tubuh
manusia.20,21
Tekanan darah yaitu tekanan yang muncul pada dinding arteri tekanan tertinggi terjadi
ketika ventrikel berkontraksi atau disebut juga dengan tekanan darah stolik. Sedangkan
tekan terendah diastolik adalah tekanan yang terjadi pada saat jantung beristirahat/relaksasi.
Tekanan darah umumnya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan
diastolik, dengan nilai normal 120/80 mmHg.22
2.3.2 Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah dikukur dengan menggunakan tensimeter, blood pressure monitor atau
sphygmomanometer. Pengukuran tekanan darah diukur dan dituliskan dengan 2 angka yang
memperlihatkan tekanan diastolik dan tekanan sistolik. Misalnya, tekanan 120/80 mmHg,
angka atas menunjukkan tekanan darah sistolik yakni tekanan di arteri ketika jantung
berkontraksi atau berdenyut memompa darah lewat pemuluh darah, sementara tekanan
diastolik terjadi ketika angka di bawah atau tekanan pada arteri ketika jantung
beristirahat/relaksasi diantara dua kontraksi. Angka tersebut mempunyai satuan millimeter
hydragryum/merkuri (mmHg). Hg adalah simbol kimia untuk merkuri atau air raksa.
Penggunaan satuan tersebut telah digunakan untuk menunjukkan pengukuran tekanan darah
semenjak ditemukannya pertama kali.23
Menurut Casey dan Benson (2006), hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan
pengukuran tekanan darah, diantaranya:
1) Tidak mengkonsumsi kafein ataupun merokok selama 30 menit sebelum dilakukan
pengukuran
2) Duduk dan berdiam diri selama 5 menit
3) Saat pengukuran berlangsung, duduk di kursi dengan kedua kaki di lantai dan kedua
lengan bertumpu sehingga siku berada pada posisi yang tingginya setara dengan jantung.
4) Manset yang dipasang dan dipompa setidaknya mengelilingi 80% bagian lengan. Manset
harus ditempatkan pada kulit telanjang tanpa ada penghalang apapun termasuk pakaian
yang dikenakan.
5) Tidak berbicara pada saat pengukuran berlangsung.
2.3.3 Fisiologi Tekanan Darah
Darah mengumpulkan oksigen dari paru-paru. Darah yang membawa oksigen masuk
ke jantung dan dipompa ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah yang disebut arteri.
Pembuluh darah yang lebih besar bercabang menjadi pembuluh darah yang lebih kecil
dengan ukuran mikroskopis, akhirnya membentuk jaringan pembuluh darah kapiler atau
pembuluh darah yang sangat kecil. Jaringan tersebut memasok sel-sel tubuh dengan darah
dan oksigen untuk memproduksi energi yang dibutuhkan untuk bertahan hidup. Darah
terdeoksigenasi kemudian kembali ke jantung melewati pembuluh da darah dan dipompa
kembali ke paru-paru untuk dioksigenasi lagi. Saat jantung berdenyut, otot jantung
berkontraksi untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Tekanan kontraksi maksimum disebut
tekanan sistolik. Kemudian otot jantung berelaksasi sebelum kontraksi selanjutnya, dan
tekanan ini adalah tingkat terendah yang di kenal sebagai tekanan diastolik.
2.3.4 Gangguan Tekanan Darah
Gangguan tekanan darah tinggi, umumnya dikenal sebagai hipertensi. Hipertensi
menjadi faktor risiko utama penyakit kardiovaskular dan menjadi satu dari beban kesehatan
global terbesar, dikarenakan kasus kardiovaskular merupakan pembunuh terbesar di dunia,
termasuk di Indonesia.24 Gangguan tekanan darah seperti hipertensi dan hipotensi akan
mengancam dan mempengaruhi tubuh penderita. Tekanan darah tinggi yang berkepanjangan
dapat mengganggu aliran darah ke ginjal, jantung, dan otak. Hal tersebut mengakibatkan
meningkanya frekuensi gagal ginjal, penyakit jantung koroner, kerusakan otak serta
demensia.
Selain gangguan tekanan darah tinggi, penyakit hipotensi juga sangat mengancam bagi
penderita tekanan darah rendah. Hipotensi merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah
sistolik <90 mmHg atau tekanan darah diastolik <60 mmHg yang dapat menimbulkan gejala
pusing, lemas lelah, kepala terasa ringan, sesak napas serta nyeri dada, detak jantung tidak
teratur, mual dan muntah, dehidrasi, badan terasa dingin dan berkeringat, penglihatan kabur,
kebingungan, dan sulit berkonsentrasi hingga tak sadarkan diri.
Gangguan tekanan darah dapat berpengaruh pada nilai saturasi oksigen yaitu
hipertensi dimana peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan jantung tidak dapat
memompa darah dengan cepat kembali ke jantung menyebabkan cairan menumpuk pada
paru-paru, kaki dan jaringan lain yang biasa disebut dengan edema, penyakit stroke juga
dapat terjadi pada hipertensi kronis jika pembuluh darah yang mensuplai otak membesar dan
menjadi tebal sehingga menyebabkan aliran darah ke daerah yang disuplainya terganggu,
bentuk trombus menghalangi aliran darah di pembuluh darah dan gagal ginjal dapat terjadi
karena kerusakan akibat tekanan tinggi pada kapiler ginjal.
2.4 Terapi Tertawa
2.4.1 Pengertian
Terapi tertawa adalah tindakan merangsang seseorang untuk tertawa, tindakan ini
dapat menstimulasi pelepasan opiat endogenous atau sering disebut dengan endorfin yang
berakibat pada pelebaran pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah. Terapi
tertawa sebagai salah satu alternatif terapi komplementer dengan cara menggunakan tertawa
untuk membantu seseorang dalam mengurangi masalah gangguan fisik dan gangguan
mental. Terapi tertawa dianggap lebih aman apabila digunakan bersamaan dengan terapi
medis lainnya.25
Tujuan dari terapi tertawa yaitu untuk mendapat kegembiraan di dalam hati yang
keluar melewati mulut dalam wujud suara tawa atau senyuman, menimbulkan perasaan hati
yang lepas dan bergembira, dada yang lapang, peredaran darah yang lancar sehingga dapat
mencegah timbulnya penyakit dan menjaga kesehatan. 26 Tertawa dapat membantu mengatur
tekanan darah dengan menurunkan stres hormon serta menimbulkan kondisi rileks pada
tubuh.27
Tertawa selama 5-10 menit dapat memicu pelepassan endorfin dan serotonin, yaitu
jenis morfin dengan melatonin endogen. Ketiga zat ini sangat baik untuk menenangkan otak.
Dampaknya dapat menurunkan tekanan darah tinggi sangat luar biasa. Tertawa
meningkatkan peredaran darah serta oksigen dalam darah, sehingga pembuluh darah
menjadi kembar elastis, terjadi peleburan pada pembuluh darah, peredaran darah lancar, dan
tekanan darah kembali normal.28
2.4.2 Tahapan-tahapan Terapi Tertawa
Berikut tahap terapi tertawa menurut……….
1. Lakukan Pemanasan terlebih dahulu dengan cara menghirup nafas melalui
2. hidung, tahan nafas selama 15 detik dengan pernafasan perut. Lalu hembuskan secara
perlahan melalui mulut. Lakukan tiga kali berturut-turut
3. Pemandu tertawa lebar (haaa-haaa-hiii-hiii-huuu-huuu) dan di ikuti oleh anggota
kelompok dengan saling berhadapan, bertatap muka dan menertawakan satu sama lain
4. Kemudian melopat dengan membuka dan menutup kedua kaki sambil melakukan tawa
(hahah-hahaha-hihi-hihi-huhu-huhu)
5. Gerakkan lehet ke kiri, kanan, atas, bawah sambal melakukan tawa
6. Gerakkan tangan keatas, bawah, kiri dan kanan sama seperti sebelumnya di ikuti dengan
tawa
7. Tertawa bisa berlangsung selama 15 detik. Setelah 5 menit, kembali tertawa
(menyuarakan hii-hii-hii), bila kurang kompak lakukan kembali dengan (menyuarakan
huu-huu-huu). Sampai semua kompak saat melakukan latihan terapi tertawa.
8. Setelah dilakukan terapi tertawa, kemudian pemandu memberikan media untuk terapi
tertawa dengan dengan menggunakan video lucu.
9. Kemudian di lakukan 2 kali seminggu selama 30-40 menit selama 3 minggu.

2.5 Kerangka Teori

Hipertensi pada
Faktor resiko yang Faktor resiko yang
dapat di ubah : Lansia
tidak dapat di
1. Usia Intervensi ubah :
2. Jenis Kelamin Keperawatan 1.Merokok
3. Genetik (Manajemen 2.Diet tinggi lemak
(Keturunan) Hipertensi) dan rendah serat
3.Dislipidemia
Tidakan Tindkan Farmakologi 4.Konsumsi garam
Nonfarmakologi : berlebihan
5.Kurang aktivitas
Obat anti Hipertensi fisik
1.Menjaga Berat 6.Stres
Laughter Therapy
Badan 7.Berat badan
(Terapi Tertawa)
2.Aktifitas fisik berlebih
secara teratur Melepas hormon Endorfin 8.Konsumsi Alkohol
3.Menghindari
stres Perubahan kondisi otot menjadi lebih
rileks
Pelebaran pembulu darah

Tekanan darah membaik


Gambar 2.1. Kerangka Teori
Ketrangan :
: Diteliti : Hubungan
: Tidak Diteliti : Pengaruh
2.6 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori diatas maka variable yang diteliti dalam penelitian ini
adalah hubungan terapi tertawa (variable Independen) dan tekanan darah (variable
Dependen).
Variabel Independen Variabel Dependen

Terapi Tertawa Tekanan Darah

Gambar 2.2. Kerangka Konsep


Keterangan :
: yang di teliti peneliti
2.7 Hipotesis
Ha : Terdapat Hubungan Terapi Tertawa terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia
Penderita Hipertensi di Panti Tresna Werdha Budi Luhur Provinsi Jambi.

Anda mungkin juga menyukai