Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOARTRITIS
A. KONSEP DASAR LANSIA
1. Pengertian Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok
umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan
-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan
semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh
darah, pernafasan, pencernaan, endokrindan lain sebagainya. Haltersebut
disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
2. Batasan - batasan usia lanjutBatasan umur pada usia lanjut dari waktu ke
waktu berbeda. Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahunb. Lanjut
usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
b. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahund.
Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun Berbeda dengan WHO,
menurut Departemen Kesehatan RI (2006)pengelompokkan lansia
menjadi :
a.Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
b.Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa
usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif
(usia >65 tahu
B.   Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1.      Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan).
2.      Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif
hingga kondisi maladaptif.
3.      Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).
C.   Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
1.    Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2.   Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3.   Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
4.   Lansia Potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
5.  Lansia Tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
D.   Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-
macam tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
1.     Tipe arif bijaksana
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2.      Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan
baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta
memenuhi undangan.
3.      Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses
penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya
tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi,
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan
pengkritik.
4.      Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai
konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan
beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
5.      Tipe bingung
Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa
minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
E.   Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan
diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh
kembang pada tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah
sebagai berikut :
1.      Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
2.      Mempersiapkan diri untuk pensiun.
3.      Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
4.      Mempersiapkan kehidupan baru.
5.      Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara
santai.
6.      Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan
(Maryam, 2008).
F. Perubahan Fisik Pada Lansia

Perkembangan fisik pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan


fisiologis yang bisa dikatakan mengalami kemunduran, perubahan perubahan
biologis yang dialami pada masa lansia yang terlihat adanya kemunduran
tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan terhadap kondisi
psikologis. 

Perkembangan masa dewasa akhir atau usia lanjut, membawa penurunan


fisik yang lebih besar dibandingkan dengan periode periode usia sebelumnya.
Kita akan mencatat rentetan perubahan perubahan dalam penurunan fisik yang
terkait dengan penuaan, dengan penekanan pentingnya perkembangan
perkembangan baru dalam penelitian proses penuaan yang mencatat bahwa
kekuatan tubuh perlahan lahan menurun dan hilangnya fungsi tubuh
kadangkala dapat diperbaiki. 

Penurunan mitosis menyebabkan kecepatan jumlah sel yang rusak tidak


seimbang dengan jumlah sel yang baru. Keadaan ini menyebabkan tubuh lebih
banyak kehilangan sel, daripada jumlah sel yang baru sebagai pengganti.
Diperkirakan orang berusia antara umur 65 – 70 tahun akan kehilangan 20 %
dari keseluruhan sel-sel saraf yang dimilikinya. 
Pertumbuhan dan reproduksi sel-sel menurun. 
Pada proses ini terjadi banyak kegagalan dalam pergantian sel-sel tersebut
sehingga lansia lebih lama sembuh apabila mengalami sakit. 
Menurut Hurlock (1980) terjadi perubahan fisik berupa penampilan pada
usia dewasa akhir, diantanya adalah : 
1. Daerah kepala 
- Hidung menjulur lemas 
- Bentuk mulut akan berubah karena hilangnya gigi 
- Mata kelihatan pudar 
- Dagu berlipat dua atau tiga 
- Kulit berkerut da kering 
- Rambut menipis dan menjadi putih 
2. Daerah Tubuh 

- Bahu membungkuk dan tampak mengecil 

- Perut membesar dan tampak membuncit 

- Pinggul tampak menggendor dan tampak lebih besar 

- Garis pinggang melebar 

- Payudara pada wanita akan mengendor

3. Daerah persendian 

- Pangkal tangan menjadi kendor dan terasa berat 


- Kaki menjadi kendor dan pembuluh darah balik menonjol 
- Tangan menjadi kurus kering 
- Kaki membesar karena otot-otot mengendor 
- Kuku tangan dan kaki menebal, mengeras dan mengapur.

Pada umumnya perubahan pada masa lansia meliputi perubahan dari


tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem
pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan
tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan
integumen. 
a. Sistem pernafasan pada lansia. 
Kapasitas pernafasan pada lansia akan menurun pada usia 20 hingga 80
tahun sekalipun tanpa penyakit. Paru paru kehilangan elatisitasnya,
dada menyusut, dan diafragma melemah. Meskipun begitu berita
baiknya adalah bahwa orang dewasa lanjut dapat memperbaiki fungsi
paru paru dengan latihan latihan memperkuat diafragma. 

1. Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume


udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal. 
2. Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk
sehingga potensial terjadi penumpukan sekret. 
3. Penurunan aktivitas paru (mengembang & mengempisnya) sehingga
jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan,
kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml. 
4. Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas permukaan
normal 50m²), Ù menyebabkan terganggunya prose difusi. 
5. Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose
oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua
kejaringan. 
6. CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri
juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh
sendiri. 
7. kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus
alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya
obstruksi.

b. Perubahan Sistem persyarafan. 

1. Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan. 


2. Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir. 
3. Mengecilnya syaraf panca indera. 
4. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin. 
5. Otak dan sistem syaraf. Aspek yang signifikan dari proses penuaan
mungkin adalah bahwa neuron neuron itu tidak mengganti dirinya
sendiri. Meskipun demikian otak dapat cepat sembuh dan
memperbaiki kemampuannya.
6. Perkembangan Sensori. 
7. Perubahan sensori fisik masa dewasa akhir melibatkan indera
penglihatan,pendengaran, perasa, pembau, dan indera peraba. Pada
masa dewasa akhir penurunan indera penglihatan bisa mulai
dirasakan dan terjadi mulai awal masa dewasa tengah.
8. Penurunan penglihatan ini biasanya dapat dirunut dari pengurangan
kualitas dan intensitas cahaya yang mencapai retina.

c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia. 


Ciri – ciri perubahan pada indra masa lansia salahsatunya sekresi saliva
berkurang mengakibatkan pengeringan rongga mulut. Papil-papil pada
permukaan lidah mengalami atrofi sehingga terjadi penurunan
sensitivitas terhadap rasa terutama rasa manis dan asin.
Berikut ini perubahan – perubahan pada panca indra tersebut : 
 Penglihatan 
a) Kornea lebih berbentuk skeris. 
b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar. 
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa). 
d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya
gelap. 
e) Hilangnya daya akomodasi. 
f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang. 
g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau
pada skala. 
 Pendengaran. 

1. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) : Hilangnya


kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia
diatas umur 65 tahun. 
2. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis. 
3. Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya kreatin. 
 dan penghidu. 

1. Menurunnya kemampuan pengecap. 


2. Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan
selera makan berkurang. 
3. Peraba. 
4. Kemunduran dalam merasakan sakit. 
5. Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin. 
6. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut. 

Kenyataannya para ahli penuaan berpendapat bahwa jantung


yang sehat dapat menjadi lebih kuat selama kita menua dengan
kapasitas meningkat bukan menurun. 
d. Sistem genito urinaria. 
1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50
%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya +
2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya
menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat,
vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga
meningkatnya retensi urin. 
3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun. 
4) Atropi vulva. 
5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya
lebih alkali terhadap perubahan warna. 
6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus. 
e. Sistem endokrin / metabolik pada lansia. 
1) Produksi hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah. 
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di
pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan
LH. 
4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya
pertukaran zat. 
5) Menurunnya produksi aldosteron. 
6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen,
testosteron. 
7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari
sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa
(stess). 
f. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut. 
1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun.
2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari
syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit. 
3) Esofagus melebar. 
4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun. 
5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi. 
6) Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu). 
7) Liver (hati), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah. 
g. Sistem muskuloskeletal. 
1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh. 
2) resiko terjadi fraktur. 
3) kyphosis. 
4) persendian besar & menjadi kaku. 
5) pada wanita lansia > resiko fraktur. 
6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas. 
7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan
berkurang). 
h. Perubahan sistem kulit & karingan ikat. 
1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak. 
2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya
jaringan adiposa 
3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga
tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi. 
4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran
darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen. 
5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan
luka luka kurang baik. 
6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh. 
7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna
rambut kelabu. 
8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang
menurun. 
9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang
menurun. 
10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak rendahnya akitfitas otot. 
i. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual. 
1) Perubahan sistem reprduksi. 
a) selaput lendir vagina menurun/kering. 
b) menciutnya ovarium dan uterus. 
c) atropi payudara. 
d) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara
berangsur berangsur. 
e) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi
kesehatan baik. 
OSTEOARTRITIS

A. Pengertian
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau
osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang
paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan
(disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan
yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya
usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih
sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin
menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995)
osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi
yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran
patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta
terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang
membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia,
metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin
rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian.(
R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999)
B. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
a. Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan osteoartritis
b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur
(Long, C Barbara, 1996 hal 336)
C. Penyebab
Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:
1. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya
umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya
berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2. Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan
sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi
karena bahan yang harus dikandungnya.
3. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat
badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis
mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah
kegemukan.
4. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi
tersebut.
5. Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya
ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis,
sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
6. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh
membran sinovial dan sel-sel radang.
7. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan
sendi akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang
sehingga mempercepat proses degenerasi.
8. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan
yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat
fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit.
Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan
menurun.

9. Deposit pada rawan sendi


Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
D. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan
pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit
yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga
diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom
menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di
sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi
yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan,
seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan
proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau
diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi
tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas
congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma
pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan
fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada
akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran,
( Soeparman ,1995)
E. PATHWAY

Proses Penuaan
Trauma
Intrinsik
Ekstrinsik
Pemecahan kondrosit
Perubahan Komponen sendi
Kolagen
Progteogtikasi
Jaringan sub kondrial Perubahan metabolisme sendi
Proses penyakit degeneratif yang panjang

MK: Pengeluaran enzim lisosom


Kerusakan Penatalaksanaan lingkungan

Kerusakan matrik kartilago


Kurang kemampuan mengingat
Kesalahan interpretasi

Penebalan tulang sendi Perubahan fungsi sendi

Penyempitan rongga sendi Deformitas sendi


MK: Kurang pengetahuan
Kontraktur
Penurunan Kekuatan MK: Kerusakan mobilytas fisik
nyeri

MK: Gangguan Citra tubuh Hipertrofi


MK: Kurang perawatan diri

Distensi Cairan

MK: Nyeri akut


F. Gambaran Klinis
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah
apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau
saat memulai kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam
ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai
sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan
akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan
keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.
Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar,
misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong
sebelah lateril, dan tungkai atas.
Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat
diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan
cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago
sendi sebagai penyempitan rongga sendi
- Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal
H. PENATALAKSANAAN
a. Tindakan preventif
- Penurunan berat badan
- Pencegahan cedera
- Screening sendi paha
- Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja
b.Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul
c. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian
alat- alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi
d. Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen
artroscopik,
e. Pembedahan; artroplasti

I. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
- Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan
stress pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi
secara bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang
berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan, malaise.
Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan
pada sendi dan otot.
2. Kardiovaskuler
- Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten,
sianosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal.
3. Integritas Ego
- Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
- Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
- Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi,
misalnya ketergantungan pada orang lain.
4. Makanan / Cairan
- Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi
makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia.
- Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan,
kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
- Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
diri, ketergantungan pada orang lain.

6. Neurosensori
- Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
7. Nyeri/kenyamanan
- Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan
pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis
dan kekakuan (terutama pagi hari).
8. Keamanan
- Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
- Lesi kulit, ulkas kaki
- Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
- Demam ringan menetap
- Kekeringan pada mata dan membran mukosa
9. Interaksi Sosial
- Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain,
perubahan peran: isolasi.
10. Penyuluhan/Pembelajaran
- Riwayat rematik pada keluarga
- Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan
penyakit tanpa pengujian
- Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal,
pkeuritis.
11. Pemeriksaan Diagnostik
- Reaksi aglutinasi: positif
- LED meningkat pesat
- protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.
- SDP: meningkat pada proses inflamasi
- JDL: Menunjukkan ancaman sedang
- Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses
autoimun
- RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi,
osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang,
penyempitan ruang sendi.

J. DIAGNOSA YANG MUNGKIN TIMBUL DAN INTERVENSINYA


a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
Intervensi:
- Kaji keluhan nyeri; catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 – 10).
Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri
non verbal
- Beri matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai
kebutuhan saat klien beristirahat/tidur.
- Bantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau
duduk di kursi. Tingkatan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
- Pantau penggunaan bantal.
- Dorong klien untuk sering mengubah posisi.
- Bantu klien untuk mandi hangat pada waktu bangun tidur.
- Bantu klien untuk mengompres hangat pada sendi-sendi yang sakit
beberapa kali sehari.
- Pantau suhu kompres.
- Berikan masase yang lembut.
- Dorong penggunaan teknik manajemen stress misalnya
relaksasi progresif sentuhan terapeutik bio feedback,
visualisasi, pedoman imajinasi hipnotis diri dan pengendalian
nafas.
- Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi
individu.
- Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai
petunjuk.
- Bantu klien dengan terapi fisik.
Hasil yang diharapkan/Kriteria evaluasi
- Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol
- Terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam
aktivitas sesuai kemampuan.
- Mengikuti program terapi.
- Menggunakan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke
dalam program kontrol nyeri.
b. Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan :
- Deformitas skeletal
- Nyeri, ketidaknyamanan
- Penurunan kekuatan otot
Intervensi:
- Pantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi
- Pertahankan tirah baring/duduk jika diperlukan
- Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang
terus-menerus dan tidur malam hari tidak terganggu.
- Bantu klien dengan rentang gerak aktif/pasif dan latihan resistif
dan isometric jika memungkinkan
- Dorongkan untuk mempertahankan posisi tegak dan duduk
tinggi, berdiri, dan berjalan.
- Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan
kursi/kloset, menggunakan pegangan tinggi dan bak dan toilet,
penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda penyelamat
- Kolaborasi ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vasional.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi
- Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak
hadirnya/pembatasan kontraktor
- Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi
dari kompensasi bagian tubuh
- Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan
melakukan aktivitas.
c. Gangguan Citra Tubuh/Perubahan Penampilan Peran berhubungan
dengan:
- Perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas umum
- Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Intervensi:
- Dorong klien mengungkapkan mengenai masalah tentang
proses penyakit, harapan masa depan.
- Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang.
Memastikan bagaimana pandangan pribadi klien dalam
memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek
seksual
- Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan,
ketergantungan
- Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau
terlalu memperhatikan tubuh/perubahan.
- Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk
mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.
- Bantu kebutuhan perawatan yang diperlukan klien.
- Ikutsertakan klien dalam merencanakan dan membuat jadwal
aktivitas.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:
- Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam
kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya
hidup dan kemungkinan keterbatasan.
- Menyusun tujuan atau rencana realistis untuk masa mendatang.
d. Kurang Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan
Auskuloskeletal: Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu
bergerak, Depresi.
Intervensi:
- Diskusikan tingkat fungsi umum; sebelum timbul eksaserbasi
penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
- Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program
latihan.
- Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.
Identifikasi rencana untuk memodifikasi lingkungan.
- Kolaborasi untuk mencapai terapi okupasi.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:
- Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang
konsisten pada kemampuan klien.
- Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
- Mengidentifikasikan sumber-sumber pribadi/komunitas yang
dapat memenuhi kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Long C Barbara, Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan proses
Keperawatan), Yayasan Ikatan alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran,
Bandung, 1996
Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih
Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.

Doenges, EM. (2000 ), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I
Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.

Price, S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology Clinical Concept of Disease


Process, Alih Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik
Proses-Proses Penyakit, Jakarta, EGC.

Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan


Gangguan Sistem Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes.

R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut, Jakarta, Balai Penerbit FK Universitas Indonesia.

A. Soeparman (1995), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kedua, Jakarta, Balai Penerbit
FKUI.

Anda mungkin juga menyukai