Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn. SiDENGAN MASALAH


HIPERTENSI DI DESA KARANG BARU

Nama Mahasiswa:
Tanggal :
Materi : Penyuluhan penyakit Hipertensi

A. LATAR BELAKANG
Menurut Aziza (2007), tekanan darah adalah kekuatan darah ketika melewati dinding
arteri, dimana tekanan darah di catat dalam dua angka yaitu tekanan sistolik (ketika
jantung berkontraksi) dan tekanan diastolik (ketika jantung dilatasi). Pencatatan
angka sistolik di atas angka diastolik. Breen (2008), tekanan darah merupakan
variabel kompleks yang melibatkan mekanisme fisiologi yang mempengaruhi volume
darah yang dipompakan jantung (curah jantung) dan derajat dari dilatasi atau
kontraksi dari arteriola (tahanan vaskuler sistemik). Tekanan darah arteri digambarkan
dengan tekanan darah sistolik dan diastolik, dimana sistolik merupakan tekanan di
dalam arteri ketika jantung berkontraksi kemudian mendorong darah ke dalam
sirkulasi dan diastolik adalah keadaan tekanan didalam arteri pada tingkat terendah
dikarenakan relaksasi jantung.
World Health Organization (WHO) dalam Nursalam (2008), mendefinisi hipertensi
adalah tekanan darah sistoik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg.
Tekanan darah di anggap normal bila kurang dari 135/85 mmHg, di katakan
hipertensi apabila lebih dari 140/90 mmHg dan di antara nilai tersebut digolongkan
normal tinggi. Puspitorini (2008), hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah sebuah
kondisi medis saat seseorang mengalami peningkatan tekanan diatas normal.
Akibatnya, volume darah meningkat dan saluran darah menyempit. Oleh karena itu,
jantung harus memompa lebih keras untuk menyuplai oksigen dan nutrisi ke setiap sel
dalam tubuh.
Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipertensi

merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan atau

diastolik lebih dari 90 mmhg.


B. PROSES KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan
A.Resiko cidera (perdarahan pada pembuluh darah di otak) berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit tekanan
darah tinggi
B.Resiko terjadinya penyakit (DHF & ISPA) berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam memelihara lingkungan rumah
2. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 60 menit diharapkan keluarga
mengerti tentang penyebab, pencegahan, pengobatan penyakit Hipertensi, dan
mengenali tanda-tanda infeksi.
1) Tujuan Khusus
Diharapkan keluarga mengerti tentang :
a. Pengertian penyakit hipertensi,
b. Penyebab penyakit hipertensi
c. Pengobatan penyakit hipertensi
d. Pencegahan penyakit hipertensi
C. IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Metode
Metode yang digunakan adalah dengan wawancara dan diskusi
2. Media dan alat
Media yang digunakan adalah SAP dan leaflet.
3. Waktu dan tempat
Hari/tanggal :
Waktu :
Alamat :
4. Rencana kegiatan
 Ingatkan keluarga kontrak waktu sebelumnya.
 Berikan salam kepada keluarga Tn. S
 Jelaskan tujuan kunjungan, yaitu memberikan pendidikan keperawatan tentang
penyakit Hipertensi
 Melakukan penyuluhan tentang penyakit Hipertensi, meliputi:
Pengertian, klasifikasi, penyebab, manifestasi klinis, penatalaksanaan, dan
pencegahan penyakit Hipertensi
D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
Persiapan dilakukan sehari sebelum datang ke lansia berupa kontrak waktu dengan
lansia untuk dilakukan penyuluhan tentang penyakit Hipertensi
2. Evaluasi proses
a. Penyuluhan dapat berjalan dengan lancar.
b. Lansia mampu bersikap kooperatif.
c. Lansia mampu menjawab pertanyaan yang diajukan
3. Evaluasi hasil
a. Mahasiswa mampu berinteraksi baik dengan lansia.
b. Lansia mengerti tentang penyakit Hipertensi, meliputi:
Pengertian, klasifikasi, penyebab, manifestasi klinis, penatalaksanaan, dan
pencegahan penyakit Hipertensi.
PENGESAHAN

Mamben Daya, -2020


Mengetahui
Pembimbing Lapangan Pemberi Materi

( Ns.Hariawan Junardi, M.Kep. ) ( S.Kep. )


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA DENGAN MASALAH
HIPERTENSI DI DESA KARANG BARU

A. IDENTIFIKASI MASALAH
Menurut Aziza (2007), tekanan darah adalah kekuatan darah ketika melewati
dinding arteri, dimana tekanan darah di catat dalam dua angka yaitu tekanan
sistolik (ketika jantung berkontraksi) dan tekanan diastolik (ketika jantung
dilatasi). Pencatatan angka sistolik di atas angka diastolik. Breen (2008), tekanan
darah merupakan variabel kompleks yang melibatkan mekanisme fisiologi yang
mempengaruhi volume darah yang dipompakan jantung (curah jantung) dan derajat
dari dilatasi atau kontraksi dari arteriola (tahanan vaskuler sistemik). Tekanan
darah arteri digambarkan dengan tekanan darah sistolik dan diastolik, dimana
sistolik merupakan tekanan di dalam arteri ketika jantung berkontraksi kemudian
mendorong darah ke dalam sirkulasi dan diastolik adalah keadaan tekanan didalam
arteri pada tingkat terendah dikarenakan relaksasi jantung.
World Health Organization (WHO) dalam Nursalam (2008), mendefinisi
hipertensi adalah tekanan darah sistoik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik
>90 mmHg. Tekanan darah di anggap normal bila kurang dari 135/85 mmHg, di
katakan hipertensi apabila lebih dari 140/90 mmHg dan di antara nilai tersebut
digolongkan normal tinggi. Puspitorini (2008), hipertensi atau tekanan darah tinggi
adalah sebuah kondisi medis saat seseorang mengalami peningkatan tekanan diatas
normal. Akibatnya, volume darah meningkat dan saluran darah menyempit. Oleh
karena itu, jantung harus memompa lebih keras untuk menyuplai oksigen dan
nutrisi ke setiap sel dalam tubuh.
Klasifikasi Hipertensi
Para ahli memberikan klasifikasi hipertensi yang berbeda-beda, namun
pada dasarnya seseorang dikatakan menderita tekanan darah tinggi jika tensinya
diatas 140/90 mmHg.
Berikut ini dipaparkan dalam tabel 2.1 mengenai klasifikasi hipertensi
diperlukan untuk memudahkan diagnosis terapi atau penatalaksanaan hipertensi.
Menurut Gunawan (2001) dalam Puspita (2009), Klasifikasi hipertensi dapat
dilihat pada table berikut :

Table 2.1 klasifikasi Menurut WHO-ISH


Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi Grade 1 (Ringan) 140-159 90-99
Sub–Grup : Perbatasan 140- 149 90-94
Hipertensi Grade 2 (Sedang) 160-170 100-109
Hipertensi Grade 3 (Berat)  180  110
Hipertensi Sistol Terisolasi  140 <90
Sub-Grup : Perbatasan 140-149 <90
Sumber : WHO-ISH 1999, Guidelines for the managemen of hypertension.

Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut JNC 7


Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi stadium 2  160  100
Sumber : the seventh report of the joint national committee on prevention,
detection, evaluation, and treatment of high blood pressure, 2003
B. PENGANTAR
Bidang studi :
Topik : Hipertensi
Hari/Tanggal :
Jam :
Sasaran : Lansia
Tempat :

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 60 menit diharapkan lansia
mengerti tentang penyakit Hipertensi.

D. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Diharapkan lansia mengerti tentang :
a. Pengertian penyakit hipertensi,
b. Penyebab penyakit hipertensi
c. Pengobatan penyakit hipertensi,
d. Pencegahan penyakit hipertensi,

E. MATERI
Terlampir

F. METODE
a. Ceramah
b. Tanya jawab

G. MEDIA
a. SAP
b. Leaflet
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan : Menjawabsalam
- Memberisalam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan pembelajaran
- Menyebutkan materi atau pokok
bahasan yang akan disampaikan
2. 40 Pelaksanaan Mendengarkan dan
menit Menjelaskan materi penyuluhan secara memperhatikan
berurutan
Materi :
a. Pengertian penyakit hipertensi,
b. Klasifikasi penyakit hipertensi,
c. Penyebab penyakit hipertensi,
d. manifestasi klinis penyakit
hipertensi,
e. penatalaksanaan penyakit
hipertensi,
f. pencegahan penyakit hipertensi
3. 10 Evaluasi Keluarga bertanya kepada
menit - Tanya jawab tentang hal-hal yang penyaji
ingin diketahui oleh keluarga Tn. S
- Memberikan pujian atas partisipasi
dari keluarga
4. 5 menit Mengakhiri pertemuan dengan salam Peserta menjawab salam

I. EVALUASI
Lisan
PENGESAHAN
Mamben
Mengetahui
Pembimbing Lapangan Pemberi Materi

( Ns.Hariawan Junardi, M.Kep. ) (S.Kep )

LAMPIRAN.....
a. Pengertian
Menurut Aziza (2007), tekanan darah adalah kekuatan darah ketika melewati
dinding arteri, dimana tekanan darah di catat dalam dua angka yaitu tekanan sistolik
(ketika jantung berkontraksi) dan tekanan diastolik (ketika jantung dilatasi). Pencatatan
angka sistolik di atas angka diastolik. Breen (2008), tekanan darah merupakan variabel
kompleks yang melibatkan mekanisme fisiologi yang mempengaruhi volume darah yang
dipompakan jantung (curah jantung) dan derajat dari dilatasi atau kontraksi dari arteriola
(tahanan vaskuler sistemik). Tekanan darah arteri digambarkan dengan tekanan darah
sistolik dan diastolik, dimana sistolik merupakan tekanan di dalam arteri ketika jantung
berkontraksi kemudian mendorong darah ke dalam sirkulasi dan diastolik adalah
keadaan tekanan didalam arteri pada tingkat terendah dikarenakan relaksasi jantung.
World Health Organization (WHO) dalam Nursalam (2008), mendefinisi hipertensi
adalah tekanan darah sistoik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg.
Tekanan darah di anggap normal bila kurang dari 135/85 mmHg, di katakan hipertensi
apabila lebih dari 140/90 mmHg dan di antara nilai tersebut digolongkan normal tinggi.
Puspitorini (2008), hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah sebuah kondisi medis saat
seseorang mengalami peningkatan tekanan diatas normal. Akibatnya, volume darah
meningkat dan saluran darah menyempit. Oleh karena itu, jantung harus memompa lebih
keras untuk menyuplai oksigen dan nutrisi ke setiap sel dalam tubuh.
b. Klasifikasi Hipertensi
Para ahli memberikan klasifikasi hipertensi yang berbeda-beda, namun pada
dasarnya seseorang dikatakan menderita tekanan darah tinggi jika tensinya diatas 140/90
mmHg.
Berikut ini dipaparkan dalam tabel 2.1 mengenai klasifikasi hipertensi diperlukan
untuk memudahkan diagnosis terapi atau penatalaksanaan hipertensi. Menurut Gunawan
(2001) dalam Puspita (2009), Klasifikasi hipertensi dapat dilihat pada table berikut :

Table 2.1 klasifikasi Menurut WHO-ISH


Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi Grade 1 (Ringan) 140-159 90-99
Sub–Grup : Perbatasan 140- 149 90-94
Hipertensi Grade 2 (Sedang) 160-170 100-109
Hipertensi Grade 3 (Berat)  180  110
Hipertensi Sistol Terisolasi  140 <90
Sub-Grup : Perbatasan 140-149 <90
Sumber : WHO-ISH 1999, Guidelines for the managemen of hypertension.

Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut JNC 7


Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi stadium 2  160  100
Sumber : the seventh report of the joint national committee on prevention,
detection, evaluation, and treatment of high blood pressure, 2003

c. Etiologi
1) Menurut Gunawan (2001) dalam Puspita (2009), berdasarkan penyebabnya
hipertensi dapat dibedakan mejadi dua golongan antara lain:
a) Hipertensi Primer atau Hipertensi Esensial
Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
namun ada beberapa faktor yang diduga menyebabkan terjadinya hipertensi
tersebut antara lain: (1) Faktor keturunan, seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
menderita hipertensi, (2) Ciri perseorangan, ciri perseorangan yang
mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, jenis kelamin dan ras, (3)
Kebiasaan hidup, yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi, kegemukan, makan berlebih, stres, merokok,
minum alkohol, minum obat-obatan tertentu (misalnya ephedrine, prednisone,
epinefrine).
b) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh beberapa
penyakit antara lain:
(1) Penyakit parenkim ginjal,
(2) Penyakit renovaskuler,
(3) Hiperaldeseronisme primer,
(4) Sindrom Crusig,
(5) Obat kontrasepsi dan
(6) Koarktasio aorta.
2) Menurut Aziza (2007), berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan mejadi
dua golongan antara lain:
a) Hipertensi primer atau esensial, yaitu hipertensi yang penyebab atau
etiologinya tidak diketahui atau di sebut multifaktor, yaitu terdiri dari faktor
genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap
natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap
vasokonstriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk
faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas
dan lain-lain.
b) Hipertensi sekunder adalah yang disebabkan oleh kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab hipertensi lainnya yang
jarang ditemukan adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal
yang menghasilkan hormone epinephrine dan norepinefrin
d. Patofisiologi
Meningkatnya tekanan darah di dalam saluran arteri bisa terjadi melalui
beberapa cara, yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak
cairan pada setiap detiknya, arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku,
sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui
arteri tersebut, karena-nya darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh darah yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
Inilah yan terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku
karena arteriosklerosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
Bertambahnya cairan dalam sirkuilasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah, hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh, volume darah dalam tubuh
meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat, sebaliknya jika : aktivitas
memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari
sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.
Penyesuaian terhadap faktor – faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di
dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari system saraf yang mengatur
berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara : jika tekanan darah
meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, sehingga volume darah
bertambah dan tekanan darah kembali normal. Jika tekanan darah menururn, ginjal akan
mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan
darah kembali normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan
menghasilkan enzim yang disebut rennin, yang memicu pembentukan hormone
angiotensin, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal
merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena iti berbagai
penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri
renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Perdangan dan cedera pada salah satu atau kedua
ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari system saraf otonom, yang
untuk sementara waktu akan : meningkatkan tekanan darah selama respon fight – or –
flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar). Meningkatkan kecepatan dan
kekuatan denyut jantung; jugta mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi
memperlebar arteteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan
pasokan darah yang lebih banyak). Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal,
sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh. Melepaskan hormone
epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan
pembuluh darah.

e. Manifestasi Klinis
Menurut Adinil (2004) dalam Kamaludin (2010), gejala klinis yang dialami oleh
para penderita hipertensi biasanya berupa : pusing, mudah marah, telinga berdengung,
sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang,
dan mimisan (jarang dilaporkan). Sebagian besar menyebutkan bahwa gejala klinis
timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :
1) Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekanan darah intrakradial.
2) Pengliatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
3) Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf pusat.
4) Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomelorus.
5) Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
6) Gejala lain yang sering timbul adalah epistaksis, telinga berdengung, emosi tidak
stabil, terasa berat di tengkuk, sukar tidur dan mata berkunang-kunang.
Sistem organ yang terkena karena hipertensi adalah jantung, otak, ginjal,
sirkulasi perifer dan mata (Chobanian et al., 2003 dalam prihandana, 2012). Hipertensi
dapat memacu terjadinya penyakit kardiovaskular dan meningkatkan risiko terjadinya
iskhemik ataupun infark miokard. Selain itu dengan adaya hipertensi, dapat
berkembang menjadi hipertrofi ventrikel kiri (Left ventrikular hypertropy/LVH), karena
mekanisme kompensasi miokard terhadap peningkatan tahanan karena tekanan darah
yang meninggi. Dengan adanya LVH, merupakan faktor risiko yang kuat untuk
mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung serta aritmia.
Hipertensi juga sering menjadi penyebab terjadinya penyakit serebrovaskular,
yang ditandai dengan transient ischemic attacks (TIA), stroke iskhemik, infark serebral
dan perdarahan serebral. Bila terjadi peningkatan tekanan darah secara terus menerus
dapat mengakibatkan ensefalopati.
Manifestasi pada ginjal, berhubungan dengan nefrosklerosis, karena
peningkatan tekanan intraglomerular dan menyebabkan kerusakan kapiler glomerolus.
Setelah itu akan berkembang ke arah gagal ginjal dan membutuhkan dialisa.
Komplikasi yang mengarah kepada arteri perifer, dimana dapat terjadi
atherosklerotik. Pasien akan mengalami infeksi, dan nekrosis dimana pada beberapa
kasus akan membutuhkan prosedur revaskularisasi atau bahkan amputasi.

f. Penatalaksanaan Medik
1) Penatalaksanaan farmakologis / perubahan gaya hidup pengurangan asupan garam
dan upaya penurunan berat badan, menghindari faktor resiko seperti merokok,
minum alcohol, hiperlipidemia dan stress.
2) Penatalaksanaan dengan obat berlandaskan beberapa prinsip
3) Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan kasual.
4) Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan
hartapan memperpanjang umur dan mengurangi komplikasi.
5) Upaya menurunkan tekana darah dicapai denga menggunakan obat anti hipertensi
selain dengan perubahan gaya hidup.
6) Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan
kemungkinan besar untuk seumur hidup.
7) Pengobatan penggunaan obat golongan diuretic, penyekat beta antagonis kalsium, dan
penghambat enzim koversi angiotensin (penghambat ACE) merupakan anti
hipertensi yang sering digunakan.
g. Komplikasi Hipertensi
Penderita hipertensi berisiko untuk menderita penyakit lain. diantaranya sebagai
berikut :
1) Stroke
Menurut Dalimartha (2008), beberapa penelitian diluar negeri
mengungkapkan bahwa hipertensi menjadi penyebab utama pada kerusakan
pembuluh darah otak. Ada dua jenis kerusakan yang ditimbulkan yaitu
pecahnya pembuluh darah dan rusaknya dinding pembuluh darah. Dampak
akhirnya seseorang bisa mengalami stroke dan kematian
2) Penyakit Jantung Koroner
Menurut Dalimartha (2008), penyakit ini sering dialami penderita hipertensi
sebagai akibat terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung.
Penyempitan lubang pembuluh darah jantung menyebabkan berkurangnya aliran
darah pada beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa nyeri di
dada dan dapat berakibat gangguan pada otot jantung. Bahkan dapat
menyebabkan timbulnya serangan jantung.
Menurut Sutanto (2010), penyumbatan pembuluh darah dapat menyebabkan
gagal jantung. Hal ini terjadi karena pada penderita hipertensi kerja jantung
akan meningkat, otot jantung akan menyesuaikan sehingga terjadi
pembengkakan jantung dan semakin lama otot jantung akan mengendor serta
berkurang elastisitasnya. Akhirnya jantung tidak mampu lagi memompa dan
menampung darah dari paru-paru sehingga banyak cairan tertahan di paru-paru
maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkn sesak nafas. Kondisi ini
disebut gagal jantung.
3) Gagal Ginjal
Menurut Dalimartha (2008), gagal ginjal merupakan peristiwa di mana
ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ada dua jenis kelaina ginjal
akibat hipertensi, yaitu nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis malikna.
Nefrosklerosis benikna terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama sehingga
terjadi pengendapan fraksi-fraksi plasma pada pembuluh darah akibat proses
menua. Hal itu menyebabkan daya tahan permeabilitas dinding pembuluh darah
berkurang. Adapun nefrosklerosis maligna merupakan kelainan ginjal yang
ditandai dengan naiknya tekanan diastolik di atas 130 mmHg yang disebabkan
terganggunya fungsi ginjal.
Menurut Sutanto (2010), penyakit tekanan darah tinggi dapat menyebabkan
pembuluh darah pada ginjal mengerut sehingga aliran zat-zat makanan menuju
ginjal terganggu dan mengakibatkan kerusakan sel-sel ginjal. Jika hal ini terjadi
secara terus menerus maka sel-sel ginjal tidak bisa berfungsi lagi. Apabila tidak
segera diatasi maka akan menyebabkan kerusakan parah pada ginjal yang
disebut sebagai gagal ginjal terminal.
h. Penanganan, Perawatan dan Pencegahan Hipertensi
Menurut Ganiswarna (2007), penatalaksanaan penyakit hipertensi ini
memerlukan terapi dalam pengobatannya. Tujuan terapi hipertensi adalah mencapai dan
mempertahankan tekanan darah sistolik di bawah 140 mmHg dan diastolik di bawah 90
mmHg dan mengontrol faktor resiko. Katzung & Bertram (2007), ada dua terapi yang
dilakukan untuk mengobati hipertensi. Terapi yang diberikan pada penderita hipertensi
yaitu terapi farmakologis dan terapi non farmakologis.
1) Berobat / memeriksakan diri secara teratur
2) Minum obat secara teratur
3) Jangan menghentikan, mengubah dan menambah dosis dan jenis obat tanpa petunjuk
dokter
4) Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk penyakit lain
karena ada jenis obat yang dapat meningkatkan dan memperburuk hipertensi
5) Usahakan untuk mempertahankan berat badan yang seimbang dengan mencegah
kegemukan
6) Batasi pemakaian garam (sodium)
7) Tidak merokok
8) Memperhatikan diet dengan memperbanyak makan buah dan sayuran dan membatasi
minuman beralkohol
9) Hindari minum kopi berlebihan
10) Periksa tekanan darah secara teratur terutama jika usia sudah mencapai 40 tahun

Anda mungkin juga menyukai