NIM: 199012181
2020
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
2. Batasan Lansia
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur yang
mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang
berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
ke atas”.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat
kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua
(very old) ialah di atas 90 tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama (fase
inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase
presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia. d.
Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): > 65
tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga
batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80
tahun) (Efendi, 2009).
4. Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telahmelalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua
(Nugroho, 2016). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan
pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ
vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah. Meskipun secara alamiah
terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus menimbulkan penyakit oleh
karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat
B. Konsep Dasar Penyakit Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita
penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (NANDA,2015).
Definisi Tekanan Darah yang disebut hipertensi sulit ditentukan karena tersebar di
populasi sebagai distribusi normal dan meningkat seiring bertambahnya usia. Pada
dewasa muda TD > 140/90 mmHg bisa dianggap hipertensi dan terapi mungkin bisa
bermanfaat ( Gleadle, 2015 ).
2. Klasifikasi Hipertensi
WHO (World Health Organization) dan ISH (International Society of Hypertension)
mengelompokan hipertensi sebagai berikut:
Tabel 1.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO – ISH
Kategori Tekanan darah Tekanan darah
sistol (mmHg) diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (hipertensi ringan) 140-149 90-99
Sub group (perbatasan) 150-159 90-94
Grade 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (hipertensi berat) >180 >110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90
Sub-group (perbatasan) 140-149 <90
Sumber: (Suparto, 2010)
3. Etiologi Hipertensi
Menurut Herbert Benson, dkk, berdasarkan etiologinya hipertensi dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik) adalah hipertensi yang tidak
jelas penyebabnya. Hal ini ditandai dengan terjadinya peningkatan kerja jantung
akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk
dalam kelompok ini. Penyebabnya adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik, gaya
hidup, dan lingkungan.
b. Hipertensi sekunder, merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit sistemik
yaitu, seperti renal arteri stenosis, hyperldosteronism, hyperthyroidism,
pheochromocytoma, gangguan hormon dan penyakit sistemik lainnya (Herbert
Benson, dkk, 2012).
Faktor risiko hipertensi secara umum terbagi menjadi dua, yakni faktor yang tidak
dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah
umur serta genetik, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi adalah pola makan,
aktivitas dan sebagainya. Berikut ini akan dijelaskan terlebih dahulu faktor risiko yang
tidak dapat dimodifikasi:
1) Umur
Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli menunjukkan bahwa semakin
tua seseorang maka risiko mengalami hipertensi akan semakin tinggi. Hal tersebut
diakibatkan oleh penurunan elastisitas pembuluh darah arteri seiring dengan
pertambahan umur. Hipertensi bisa dijumpai pada semua usia, namun paling sering
ditemukan pada usia 35 tahun atau lebih dan meningkat ketika menginjak usia 50 dan
60 tahun. Selain itu pada wanita menopause akan lebih berisiko mengalami hipertensi.
Walaupun belum dapat dibuktikan dalam penelitian, namun hormon estrogen
diperkirakan dapat meningkatkan konsentrasi HDL dan menurunkan LDL yang dapat
menurunkan risiko terjadi hipertensi.
2) Genetik
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor resiko hipertensi yang tidak dapat
dimodifikasi dan telah terbukti dari banyak penelitian-penelitian oleh beberapa ahli.
Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika salah satu dari orang tua
kita mempunyai hipertensi, sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan
terkena pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkinan terkena
penyakit tersebut 60% (Sheps, 2005). Selain itu peran faktor genetic juga dapat
dibuktikan dengan ditemukannya kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar
monozigot daripada heterezigot.
Selain dua faktor risiko di atas terdapat pula beberapa faktor risiko lain yang
dapat dimodifikasi, antara lain:
1) Merokok
Sampai sekarang merokok merupakan satu-satunya faktor risiko paling penting yang
dapat menyebabkan hipertensi pada lansia. Kandungan-kandungan berbahaya yang
terdapat dalam rokok dapat menyebabkan banyak sekali kerugian pada tubuh,
diantaranya adalah; menurunkan kadar HDL, meningkatkan adhesivtas trombosit dan
kadar fibrinogen, mengganti oksigen dengan karbon dioksida pada molekul
hemoglobin, serta meningkatkan konsumsi oksigen di miokardium. Oleh karena itu
sangatlah penting untuk memberikan penjelasan kepada lansia tentang keuntungan
yang dapat diperoleh dengan berhenti merokok serta kerugian-kerugian yang akan di
dapat apabila tetap mengkonsumsi rokok tersebut.
2) Hiperlipidemia
Kadar kolesterol pada lansia akan secara alami meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Selain itu hiperlipidemia juga berkaitan dengan konsumsi lemak
jenuh yang erat kaitannya dengan peningatan berat badan dan nantinya akan menjadi
faktor risiko terjadinya hipertensi. Peningkatan LDL dan penurunan HDL adalah tanda
yang penting untuk penyakit arteri koroner atau aterosklerosis berkaitan dengan
kenaikan tekanan darah baik pada pria maupun wanita.
3) Diabetes melitus dan Obestitas
Diabetes merupakan penyakit kronik yang menjadi faktor risiko independen untuk
hipertensi. Ketika viskositas darah meningkat maka tekanan darahpun akan ikut
meningkat. Lansia yang mengalami diabetes biasanya diikuti dengan obesitas.
Penurunan berat badan pada lansia akan sangat bukan hanya untuk diabetes namun
untuk hipertensi dan hiperlipidemia yang menyertainya.
4) Gaya hidup
Aktivitas fisik yang menurun pada lansia dapat pula menjadi faktor risiko terjadinya
hipertensi. Dengan penurunan aktivitas fisik ini maka tonus otot akan mengalami
kehilangan masa otot tak berlemak yang akan digantikan dengan jaringan lemak yang
akan mengakibatkan penigkatan risiko penyakit kardiovaskular. Aktivitas fisik yang
cukup juga akan menjaga berat badan yang ideal. Selain itu stress dapat pula
berpengaruh pada hipertensi maka gaya hidup sehat sangat dianjurkan untuk
mengurangi risiko hipertensi
5) Diet tinggi garam
Berdasarkan penelitian Radecki Thomas E J.D. Orang yang memiliki kebiasaan
konsumsi tinggi garam akan memiliki risiko hipertensi sebesar 4.35. Garam yang
memiliki sifat menarik air, akan menyebabkan peningkatan volume plasma dan
tekanan darah. Lansia dan ras Afrika Amerika mungkin memiliki sensitivitas tinggi
terhadap intak sodium terhadap perkembangan hipertensi (Miller, 2015 ).
PATHWAY
Obesitas Merokok Stress Konsumsi Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan fungsi
ginjal Feokromositoma
garam berlebih raga tahun
HIPERTENSI
Oedem
Kelebihan
volume cairan
6. Komplikasi Hipertensi
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak yang terkena tekanan darah.
b. Dapat terjadi infrak miokardium apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
c. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomelurus. Dengan rusaknya glomelurus, darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksik dan kematian.
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna.
Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang interstisium di seluruh susunan saraf
pusat (Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viscositas)
dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
3) Glukosa: hiperglikemi ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat di akibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa: darah, protein, glucosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan adanya
DM.
b. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. RKG: dapat menunjukan pola regangan dimana luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal, perbaikan ginjal.
e. Photo dada: menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
9. Penatalaksanaan Hipertensi
Penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Penanganan secara farmakologi
Pemberian obat deuretik, betabloker, antagonis kalsium, golongan penghambat
konversi rennin angiotensi(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
b. Penanganan secara non-farmakologi
1) Pemijatan untuk pelepasan ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi darah, dan
inisiasi respon relaksasi. Pelepasan otot tegang akan meningkatkan keseimbangan
dan koordinasisehingga tidur bisa lebih nyenyak dan sebagai pengobat nyeri secara
non-farmakologi.
2) Menurunkan berat badan apabila terjadi gizi berlebih (obesitas).
3) Meningkatkan kegiatan atau aktifitas fisik.
4) Mengurangi asupan natrium.
5) Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol (Widyastuti, 2015).
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Pemeriksaan Fisik
1) Aktifitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis.
Tanda : Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia, denyutan nadi jelas, bunyi
jantung murmur, distensi vena jugularis
3) Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan
yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara
4) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal ), obstruksi.
5) Makanan/ cairan
Gejala : Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol),
mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
6) Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan
penglihatan.
Tanda : Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan
retina optik. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan.
7) Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
8) Pernafasan
Gejala : Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/
tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda : Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu
pernafasan.
9) Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara brejalan
b) Pengkajian Fungsional
Indeks Katz
Pada pasien lansia dengan hipertensi akan mengalami ketergantungan terhadap Activity
Daily Living karena pasien dengan hipertensi akan disetrasi berbagi macam komplikasi
yang dapat menghambat pasien dalam memenuhi ADL seperti pusing saat melakukan
aktifitas yang ringan, kelemahan, dan intoleransi aktifitas.
Barthel Indeks
Barthel Indeks hamper sama dengan pengkajian Indeks Katz yang membedakan adalah
penilaiyan dari setiap aitem untuk mengetahui tingkat kemandirian pasien lansia dalam
pemenuhan ADL. pada pasien lansia dengan hipertensi akan mengalami ketergantungan
terhadap Activity Daily Living karena pasien dengan hipertensi akan disetrasi berbagi
macam komplikasi yang dapat menghambat pasien dalam memenuhi ADL seperti pusing
saat melakukan aktifitas yang ringan, dan intoleransi aktifitas.
SPMSQ (Short Protable Mental Questioner)
Pengkajian fungsi mental pada pasien lansia dengan hipertensi cendrung tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan intelektual lansia. Gejalanya adalah
pasien mengungkapkan kalau dirinya saat ini sedang sakit parah. Pasien juga
mengungkapkan telah menghindari larangan dari dokter. Tandanya adalah pasien terlihat
lesu dan khawatir, pasien terlihat bingung kenapa kondisinya seperti ini meski segala hal
yang telah dilarang telah dihindari.
MMSE (Mini Status Exam)
Merupakan instrument pengkajian sederhana yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan seseorang dalam berfir atau menguji aspek aspek kognitif apakah ada
perbaikan atau semakin memburuk.
Pengkajian status emosional
Gejalanya emosi pasien labil. Tandanya tidak dapat mengambil keputusan dengan tepat,
mudah terpancing emosi.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
4. Resiko Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
5. Resiko jatuh berhubungan dengan proses penyakit
DOKUMENTASI
DOKUMENTASI