Anda di halaman 1dari 12

Bunga Innashofa

1511003
LAPORAN PENDAHULUAN
LANSIA DENGAN HIPERTENSI

A. Pengertian Lansia

Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami
kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seorang
dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65
tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan
bahwa umur 65 tahun, sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses
menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.

B. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Menurut Mubarak (2006), perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan
kondisi fisik, perubahan kondisi mental, perubahan psikososial, perubahan kognitif dan
perubahan spiritual.

1. Perubahan kondisi fisik: Meliputi perubahan tingkat sel sampai ke semua organ
tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genitourinaria,
endokrin dan integumen.
1) Keseluruhan: Berkurangnya tinggi badan dan berat badan, bertambahnya
fat-to-lean body mass ratio dan berkuranya cairan tubuh.
2) Sistem integumen: Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit
kering dan kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya
jaringan adiposa, kulit pucat dan terdapat bintik-bintik hitam akibat
menurunnya aliran darah ke kulit dan menurunnya sel-sel yang
memproduksi pigmen, kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan
rapuh, pada wanita usia >60 tahun rambut wajah meningkat, rambut
menipis atau botak dan warna rambut kelabu, kelenjar keringat berkurang
jumlah dan fungsinya. Fungsi kulit sebagai proteksi sudah menurun.
Bunga Innashofa
1511003
3) Temperatur tubuh: Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan
metabolisme yang menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak diakibatkan oleh rendahnya aktifitas
otot.
4) Sistem muskular: Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal
berkurang, pengecilan otot akibat menurunnya serabut otot, pada otot
polos tidak begitu terpengaruh.
5) Sistem kardiovaskuler: Katup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1% per tahun.
Berkurangnya cardiac output, berkurangnya heart rate terhadap respon
stres, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat
akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. Sanjang dan
lekukan, arteria termasuk aorta, intima bertambah tebal, fibrosis.
6) Sistem perkemihan: Ginjal mengecil, nephron menjadi atropi, aliran darah
ke ginjal menurun sampai 50 %, filtrasi glomerulus menurun sampai 50%,
fungsi tubulus berkurang akibatnya kurang mampu mempekatkan urin, BJ
urin menurun, proteinuria, BUN meningkat, ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat, kapasitas kandung kemih menurun 200 ml karena
otot-otot yang melemah, frekuensi berkemih meningkat, kandung kemih
sulit dikosongkan pada pria akibatnya retensi urin meningkat, pembesaran
prostat (75% usia di atas 65 tahun), bertambahnya glomeruli yang
abnormal, berkurangnya renal blood flow, berat ginjal menurun 39-50%
dan jumlah nephron menurun, kemampuan memekatkan atau
mengencerkan oleh ginjal menurun.
7) Sistem pernafasan: Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi
kaku, menurunnya aktifitas cilia, berkurangnya elastisitas paru, alveoli
ukurannya melebar dari biasa dan jumlah berkurang, oksigen arteri
menurun menjadi 75 mmHg, berkurangnya maximal oxygen uptake,
berkurangnya reflek batuk.
8) Sistem gastrointestinal: Kehilangan gigi, indra pengecap menurun,
esofagus melebar, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu
pengosongan lambung menurun, peristaltik melemah sehingga dapat
mengakibatkan konstipasi, kemampuan absorbsi menurun, produksi saliva
menurun, produksi HCL dan pepsin menurun pada lambung.
Bunga Innashofa
1511003
9) Rangka tubuh: Osteoartritis, hilangnya bone substance.
10) Sistem penglihatan: Kornea lebih berbentuk sferis, sfingter pupil timbul
sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, lensa menjadi keruh,
meningkatnya ambang pengamatan sinar (daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat cahaya gelap), berkurangnya atau
hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang (berkurangnya
luas pandangan, berkurangnya sensitivitas terhadap warna yaitu
menurunnya daya membedakan warna hijau atau biru pada skala dan
depth perception).
11) Sistem pendengaran: Presbiakusis atau penurunan pendengaran pada
lansia, membran timpani menjadi atropi menyebabkan otoklerosis,
penumpukan serumen sehingga mengeras karena meningkatnya keratin,
perubahan degeneratif osikel, bertambahnya obstruksi tuba eustachi,
berkurangnya persepsi nada tinggi.
12) Sistem syaraf: Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya sel
kortikol, reaksi menjadi lambat, kurang sensitiv terhadap sentuhan,
berkurangnya aktifitas sel T, hantaran neuron motorik melemah,
kemunduran fungsi saraf otonom.
13) Sistem endokrin: Produksi hampir semua hormon menurun, berkurangnya
ATCH, TSH, FSH dan LH, menurunnya aktivitas tiroid akibatnya basal
metabolisme menurun, menurunnya produksi aldosteron, menurunnya
sekresi hormon gonads yaitu progesteron, estrogen dan aldosteron.
Bertambahnya insulin, norefinefrin, parathormon.
14) Sistem reproduksi: Selaput lendir vagina menurun atau kering,
menciutnya ovarie dan uterus, atropi payudara, testis masih dapat
memproduksi, meskipun adanya penurunan berangsur-angsur dan
dorongan seks menetap sampai di atas usia 70 tahun, asal kondisi
kesehatan baik, penghentian produksi ovum pada saat menopause.
15) Daya pengecap dan pembauan: Menurunnya kemampuan untuk
melakukan pengecapan dan pembauan, sensitivitas terhadap empat rasa
menurun yaitu gula, garam, mentega, asam, setelah usia 50 tahun.

2. Perubahan kondisi mental: Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan


fungsi kognitif dan psikomotor. Dari segi mental emosional sering muncul
Bunga Innashofa
1511003
perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan
mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut
diterlantarkan karena tidak berguna lagi.
Faktor yang mempengaruhi perubahan kondisi mental yaitu:
1) Perubahan fisik, terutama organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8) Kehilangan hubungan dengan teman dan famili
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri.

3. Perubahan psikososial: Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya
dengan bekerja mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa
pensiun. Bila ia cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk
pensiun dengan menciptakan minat untuk memanfaatkan waktu, sehingga masa
pensiun memberikan kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Tetapi banyak
pekerja pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab dan
disingkirkan untuk duduk-duduk di rumah. Perubahan psikososial yang lain
adalah merasakan atau sadar akan kematian, kesepian akibat pengasingan diri
lingkungan sosial, kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga, hilangnya
kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan konsep diri dan kematian pasangan
hidup.

4. Perubahan kognitif di antaranya adalah:


1) Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan
kecepatan dan tugas tugas yang memerlukan memori jangka pendek.
2) Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.
3) Kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosakata) akan menetap bila
tidak ada penyakit.
Bunga Innashofa
1511003
5. Perubahan spiritual
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
2) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.
3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler:
universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah
berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan
keadilan

C. Batasan Lansia
Departemen Kesehatan RI (dalam Mubarak, 2006) membagi lansia sebagai berikut:
1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas
2. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium
3. Kelompok usia lanjut (65 tahun >) sebagai senium
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur yang
mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
1. Menurut UU Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi
“Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke
atas”.
2. Menurut WHO, usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut: usia
pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74
tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di
atas 90 tahun.
3. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama (fase
inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase
presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.
4. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): > 65
tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi
tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old
(>80 tahun).

D. Pengertian Hipertensi
Tekanan darah yaitu jumlah gaya yang diberikan oleh darah di bagian dalam arteri
saat darah dipompa ke seluruh sistem peredaran darah. Tekanan darah tidak pernah
Bunga Innashofa
1511003
konstan. Tekanan darah dapat berubah drastis dalam hitungan detik dan menyesuaikan diri
dengan tuntutan pada saat itu (Herbert Benson, dkk, 2012). Hipertensi atau yang lebih
dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah penyakit kronik akibat desakan darah yang
berlebihan dan hampir tidak konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung
ketika memompa darah. Hipertensi berkaitan dengan meningkatnya tekanan pada arterial
sistemik baik diastolik maupun sistolik atau kedua-duanya secara terus-menerus (Sutanto,
2010).

E. Klasifikasi Hipertensi
WHO (World Health Organization) dan ISH (International Society of Hypertension)
mengelompokan hipertensi sebagai berikut:
Kategori TD sistol (mmHg) TD diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (hipertensi ringan) 140-149 90-99
Sub group (perbatasan) 150-159 90-94
Grade 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (hipertensi berat) >180 >110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90
Sub-group (perbatasan) 140-149 <90
Sumber: (Suparto, 2010)

F. Jenis Hipertensi
Menurut Herbert Benson, dkk, berdasarkan etiologinya hipertensi dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1. Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik) adalah hipertensi yang tidak
jelas penyebabnya. Hal ini ditandai dengan terjadinya peningkatan kerja jantung
akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Lebih dari 90% kasus hipertensi
termasuk dalam kelompok ini. Penyebabnya adalah multifaktor, terdiri dari faktor
genetik, gaya hidup, dan lingkungan.
2. Hipertensi sekunder, merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
sistemik lain yaitu, seperti renal arteri stenosis, hyperldosteronism,
Bunga Innashofa
1511003
hyperthyroidism, pheochromocytoma, gangguan hormon dan penyakit sistemik
lainnya (Herbert Benson, dkk, 2012).

G. Gejala Hipertensi
Gejala-gejala hipertensi, yaitu: sakit kepala, mimisan, jantung berdebar-debar, sering
buang air kecil di malam hari, sulit bernafas, mudah lelah, wajah memerah, telinga
berdenging, vertigo, pandangan kabur. Pada orang yang mempunyai riwayat hipertensi
kontrol tekanan darah melalui barorefleks tidak adekuat ataupun kecenderungan yang
berlebihan akan terjadi vasokonstriksi perifer yang akan menyebabkan terjadinya
hipertensi temporer (Kaplan N. M, 2010).

H. Patofisiologi dan Pathway Hipertensi


Peningkatan curah jantung dapat terjadi melalui 2 cara yaitu peningkatan volume
cairan (preload) dan rangsangan syaraf yang mempengaruhi kontraktilitas jantung.

Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, stress,


kurang olahraga, genetik, konsentrasi garam.

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

Otak

Resistensi pembuluh darah otak

Nyeri tengkuk/kepala

Gangguan pola tidur


Bunga Innashofa
1511003
I. Komplikasi Hipertensi
1. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak yang terkena tekanan darah.
2. Dapat terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
3. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomelurus, dengan rusaknya glomelurus, darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksik dan kematian.
4. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna.
Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang interstisium di seluruh susunan
saraf pusat. (Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).

J. Penatalaksanaan Hipertensi
1. Penanganan secara farmakologi: Pemberian obat deuretik, betabloker, antagonis
kalsium, golongan penghambat konversi rennin angiotensi (HudaNurarif &
Kusuma H, 2015).
2. Penanganan secara non-farmakologi: Pemijatan untuk pelepasan ketegangan otot,
meningkatkan sirkulasi darah, dan inisiasi respon relaksasi. Pelepasan otot tegang
akan meningkatkan keseimbangan dan koordinasi sehingga tidur bisa lebih
nyenyak dan sebagai pengobat nyeri secara non-farmakologi, menurunkan berat
badan apabila terjadi gizi berlebih (obesitas), meningkatkan kegiatan atau
aktifitas fisik, mengurangi asupan natrium, mengurangi konsumsi kafein dan
alcohol. (Widyastuti, 2015).

K. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viscositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
Bunga Innashofa
1511003
c. Glukosa: hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat di akibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa: darah, protein, glucosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan adanya
DM.
2. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. RKG: dapat menunjukan pola regangan dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal, perbaikan ginjal.
5. Photo dada: menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung (Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
Bunga Innashofa
1511003
ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Problem
1. Ds: Ansietas Insomnia
1. Klien mengatakan memiliki penyakit
hipertensi atau tekanan darah tinggi.
2. Saat ini Ny. K masih mengkonsumsi obat
antihipertensi secara rutin.
3. Klien mengatakan sering terbangun pada
malam hari jika ingin BAK sampai 3 kali.
4. Klien mengatakan tidak pernah tidur siang,
karena tidak bisa tidur pada saat siang hari.
5. Klien mengatakan mengalami susah tidur,
gelisah, tetapi tidak banyak pikiran.

Do :
1. Klien tampak tidak tidur di waktu siang hari.
2. TD 150/80 mmHg

2. Ds : Proses Nyeri kronis


1. Klien mengatakan sering pusing, masuk angin penyakit
dan merasa sakit pada bagian tengkuknya.
2. Klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan
terkadang mengganggu aktivitasnya.
3. Klien mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu
banyak melakukan aktivitas (P)
4. Nyeri terasa seperti mencengkram (Q)
5. Klien mengatakan nyeri di tengkuk (R)
6. Klien mengatakan skala nyeri 5 (S)
7. Nyeri yang dirasakan hilang timbul (T)

Do :
1. Wajah klien tampak meringis saat menahan
nyeri.
Bunga Innashofa
1511003
3. Ds: Resiko jatuh
1. Klien mengatakan kakinya terkadang gemetar
saat berjalan.

Do:
1. Klien tampak gemetar saat memegang gelas
berisi susu yang mau dipindahkan ke kamar.
2. Hasil postural hypotensi lebih dari 20 mmHg
pada tekanan diastolik.
3. Hasil reach test <6 inchi
4. Pada saat diminta berdiri dan mengangkat
satu kaki klien hanya melakukan sebentar dan
kembali duduk.
5. Hasil TUG Test 24 detik.
Bunga Innashofa
1511003
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis
2. Insomnia
3. Risiko jatuh
NURSING CARE PLAN

No Diagnosa NOC NIC


1 Nyeri kronis Pain level Pain management
berhubungan 1. Nyeri berkurang dari 5 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan proses menjadi 2 dengan mengguna komprehensif.
penyakit kan menejemen nyeri. 2. Observasi reaksi non verbal dari
2. Pasien merasa nyaman ketidak nyamanan.
setelah nyeri berkurang. 3. Monitor TTV
3. TTD dalam batas normal TD 4. Ajarkan tehnik non farmakologi
sekitar 130/80 mmHg, Nadi: (relaksasi dengan tarik nafas dalam
60-100x/menit, R:20- dan senam ergonimis)
24x/menit, S:36,5-37°C.
2 Insomnia 1. Klien tampak bergairah saat 1. Monitor TTV
berhubungan mengikuti kegiatan pagi di panti 2. Lakukan penyuluhan tentang tekhnik
dengan ansietas 2. Mata klien tidak nampak merah relaksasi otot progresif kepada klien
(mengantuk) 3. Latih klien untuk melakukan tekhnik
3. Ny.K tidak terbangun pada relaksasi otot progresif
malam hari 4. Evaluasi tekhnik relaksasi otot
4. Melaporkan secara verbal progresif yang dilakukan oleh klien
bahwa insomnia berkurang
3 Resiko jatuh 1. Mampu mengidentifikasi 1. Berikan penyuluhan tentang apa saja
bahaya lingkungan yang dapat bahaya lingkungan yang ada disekitar
meningkatkan cedera wisma yang dapat menyebabkan
2. Mampu menggunakan alat resiko jatuh
bantu untuk menghindari cidera
2. Anjurkan untuk memakai alat bantu
3. Mampu mempraktekan gerakan
jalan (jika membutuhkan)
latihan keseimbangan
3. Ajarkan gerakan latihan keseimbangan

Anda mungkin juga menyukai