OLEH :
Sudiarto, S.Kep
Nim :21.300.0247
1
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH :
Sudiarto, S.Kep
Nim :21.300.0247
2
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI PADA LANSIA
3
4
otak, otot, ginjal, darah, dan hati, penurunan jumlah sel pada otak,
terganggunya mekanisme perbaikan sel, serta otak menjadi atrofis.
b. System Kardiovaskuler
Elastis dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku. Menurunnya kemampuan jantung untuk memompa
darah yang menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisisi yang
dapat mengakibatkan tekanan darah menurun (dari tidur keduduk
dan dari duduk ke berdiri) yang mengakibatkan resistensi pembuluh
darah perifer.
c. System pernafasan
Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi,
kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, aktifitas silia menurun, paru
kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dengan
kedalaman bernafas menurun, ukuran alveoli melebar dan jumlah
berkurang, berkurangnya elastisitas bronkus, oksigen pada arteri
menurun, karbondioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas
terganggu, reflek dan kemampuan batuk berkurang, sensitifitas
terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun, sering terjadi emfisema
similis, kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot
pernafasan menurun seiring pertambahan usia.
d. System pernafasan
Berat otak menurun 10-20% (sel saraf setiap orang berkurang
setiap harinya), cepatnya menurun hubungan persyarafan, respon
dan waktu bereaksi lambat, khususnya terhadap stress, saraf panca
indera mengecil, penglihatan berkurang, pendengaran menghilang,
saraf penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitive terhadap
perubahan, kurang sensitive terhadap sentuhan, deficit memori.
5
e. System pencernaan
Kehilangan gigi, penyebab utama kehilangan periodontal
disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, indra pengecap
menurun, hilang nya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin,
asam dan pahit, esophagus melebar, rasa lapar menurun, asam
lambung menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung
menurun, peristaltic lemah dan biasanya terjadi konstipasi, fungsi
absorpsi melemah, hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan
menurun serta aliran darah berkurang.
f. System Geniotourinaria
1) Ginjal
Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh
satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
glomelurus). Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang.
Akibatnya kemampuan mengonsentrasi urine menurun, berat
jenis urine menurun, proteinuria (biasanya + 1), BUN (blood
urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal
terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika Urinaria
Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada pria
lanjut usia, vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga
mengakibatkan retensi urine meningkat.
3) Kurang lebih 75% dialami oleh pria pada usia diatas 65 tahun.
g. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormone menurun, fungsi paratiroid
dan sekresinya berubah, Pituitary: pertumbuhan hormone ada tetapi
lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya
6
n. Perkembangan Spiritual
Agama/kepercayaan semakin berintegrasi dalam kehidupan,
lanjut usia semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya. Hal ini
terlihat dalam fikir dan bertindak sehari-hari. Spiritualitas pada
lansia bersifat universal, intrinsic dan merupakan proses individual
yang berkembang sepanjang rentang kehidupan. Karena aliran
siklus kehilangan terdapat pada kehidupan lansia, keseimbangan
hidup tersebut dipertahankan sebagian oleh efek positif harapan dari
kehilangan tersebut. Lansia yang telah mempelajari cara
menghadapi perubahan hidup melalui mekanisme keimanan
ahirnya dihadapkan pada tantangan ahir yaitu kematian. Harapan
memungkinkan idividu dengan keimanan spiritual atau religious
untuk bersiap menghadapi krisis kehilangan dalam hidup sampai
kematian. Hal yang sangat berbeda lansia dengan orang yang lebih
muda yaitu sikap mereka terhadap kematian (Dwi Retnaningsih,
2014).
sebagai suatu keadaan saat terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140
mmHg atau lebih, dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih.
(Setiati Siti, 2015)
B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
1. Hipertensi Esensial (primer)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan,
hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin. Angiotensin dan
peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan
resiko: obesitas, merokok, alkohol, dan polistemia.
2. Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan (Amin
dan Hardi, 2016).
Hipertensi pada lansia dibedakan atas:
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan/atau tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
1. Elastisitas dinding aorta menurun.
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
12
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak teratur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
1. Mengeluh sakit kepala, pusing.
2. Lemas, kelelahan.
13
3. Sesak nafas.
4. Gelisah.
5. Mual.
6. Muntah.
7. Epistaksis.
Kesadaran menurun. (Amin dan Hardi, 2016)
E. Patofisiologi
Sejumlah mekanisme fisiologis terlibat dalam pengaturan tekanan
darah, salah satunya adalah reseptor yang menerima perubahan tekanan
darah yaitu baroreseptor yang terdapat pada sinus karotis dan arkus aorta.
Pada hipertensi, karena adanya berbagai gangguan genetik dan risiko
lingkungan, maka terjadi gangguan neirohormonal yaitu sistem saraf
pusat dan sistem renin – angiotensin – aldosteron, serta terjadinya
inflamasi dan resisten insulin. Resistensi insulin dan gangguan
neurohormonal menyebabkan vasokontriksi sistemik dan peningkatan
resistensi perifer. Inflamasi menyebabkan gangguan ginjal yang disertai
gangguan sistem renin – angiotensin – aldosteron yang menyebabkan
retensi garam dan air di ginjal, sehingga terjadi peningkatan volume
darah. Peningkatan resistensi perifer dan volume darah merupakan dua
penyebab utama terjadinya hipertensi. Pusat yang menerima impuls yang
dapat mengenali keadaan tekanan darah terletak pada medula di batang
otak. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer mempengaruhi perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot pembuluh darah, yang
pada akhirnya akan menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya yaitu kemampuan aorta dan arteri besar
menjadi berkurang dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa
oleh jantung (volume sekuncup), sehingga mengakibatkan penurunan
curah jantung dan peningkatan resistensi perifer
14
Pathway
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu:
1. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi
di otak dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak
yang terpajan tekanan darah tinggi.
2. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila
membentuk trombus yang bisa memperlambat aliran darah melewati
pembuluh darah. Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel,
kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan hipertrofi
ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan.
3. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi.
Penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot
jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut
dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa,
banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak nafas
(eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.
4. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal.
Merusak sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat
membuat zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui
aliran darah dan terjadi penumpukan dalam tubuh. (Aspiani, 2014)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
16
2. Penatalaksanaan Farmakologis
a. Terapi oksigen
b. Pemantauan hemodinamik
c. Pemantauan jantung
d. Obat-obatan :
Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium
Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi
curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi
garam dan airnya. Sebagai diuretik (tiazid) juga dapat
menurunkan TPR. Penghambat enzim mengubah angiostensin II
atau inhibitor ACE berfungsi untuk menurunkan angiostenin II
dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah
angiostenin I menjadi angiostenin II. Kondisi ini menurunkan
darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara tidak
langsung dengan menurunakan sekresi aldosterne, yang akhirnya
meningkatkan pengeluaran natrium (Aspiani, 2014)
III. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Merupakan data subyektif menurut yang didapat dari klien
sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi
tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara
independent tetapi melalui suatu sistem interaksi atau komunikasi
seperti: Nama untuk mengenal dan mengetahui pasien sehingga
penulisan nama harus jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan pelayanan, Umur;
dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko dalam menentuk
dosi obat, skap yang belum matang, mental dan psikisnya belum siap;
Agama untuk memberikan motivasi dorongan moril sesuai dengan
agama yang dianut; Suku untuk mengetahui faktor bawaan atau ras
19
d. Riwayat pengobatan
Beberapa jenis obat yang harus diminum oleh penderita hipertensi
seperti obat anti hipertensi:
1) Diuretic. Semua deuretik menurunkan tekanan darah dengan
meningkatkan ekskresi natrium urin dan dengan mengurangi
volume plasma, volume cairan ekstraseluler, dan curah
jantung,
2) Angiotensin: angiotensin II bekerja secara langsung pada
dinding pembuluh dara, menyebabkan hipotrofi medial,
menstimulasi pertumbuhan jaringan ikat yang berujung pada
aterosklerosis.
3. Data Dasar Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
dan takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner, dan penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula episode
palpitasi serta perspirasi.
Tanda : kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dan kenaikan
tekanan darah) diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
Hipotensi postural mengkin berhubungan dengan regimen obat.
Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaaan
denyut seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi
denyutan radialis/brakhialis, denyut (popliteal, tibialis posterior,
dan pedialis) tidak teraba atau lemah. Ekstremitas: perubahan
warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi primer) Kulit pucat,
sianosis, dan diaphoresis (kongesti, hipoksemia).Bisa juga kulit
berwarna kemerahan (feokromositoma).
21
c. Integritas Ego
Gejala: riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euporia, atau
marakronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Selain
ini juga ada faktor-faktor multiple, seperti hubungan, keuangan,
atau hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu
perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empati, otot muka
tegang (khususnya sekitar mata)., gerakan fisik cepat, pernapasan
menghela, dan peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala: adanya gangguan ginjal saat ini atau yang telah lalu,
seperti infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
e. Makanan atau cairan
Gejala: Makanan yang disukai dapat mencakup makaanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan digoreng,
keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam, dan kandungan tinggi
kalori, mual dan muntah, penambahan berat badan
(meningkat/turun), riwayat penggunaan obat diuretic.
Tanda: Berat badan normal, bisa juga mengalami obesitas.
Adanya edema (mungkin umum atau edema tertentu); kongesti
vena, dan glikosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah
penderita diabetes).
f. Neurosensori
Gejala: keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala
suboksipital. (Terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan
setelah beberapa jam).
g. Nyeri/ ketidaknyamanan
1) Angina ( penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung).
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai atau klaudikasi (indikasi
arteriosklerosis pada arteriekstremitas bawah).
22
6. Diaforesis
7. Perilaku distraksi (mis, berjaIan
mondar-mandir mencari orang
lain dan atau aktivitas lain,
aktivitas yang berulang)
8. Mengekspresikan perilaku
(mis, gelisah, merengek,
menangis)
9. Masker wajah (mis, mata
kurang bercahaya, tampak
kacau, gerakan mata berpencar
atau tetap pada satu fokus
meringis)
10. Sikap melindungi area nyeri
11. Fokus menyempit (mis,
gangguan persepsi nyeri,
hambatan proses berfikir,
penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan)
12. Indikasi nyeri yang dapat
diamati
13. Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
14. Sikap tubuh melindungi
15. Dilatasi pupil
16. Melaporkan nyeri secara verbal
17. Gangguan tidur
3. DS: Pasien mengatakan adanya Gangguan Kelebihan
bengkak pada bagian tubuh mekanisme regulasi, volume cairan
DO: kelebihan asupan
1. Bunyi napas adventisius cairan dan natrium
2. Gangguan elektrolit
3. Anasarka
4. Ansietas
5. Azotemia
6. Perubahan tekanan darah
7. Perubahan status mental
8. Perubahan pola pernapasan
9. Penurunan hematrokrit
10. Penurunan hemoglobin
11. Dispnea
12. Edema
13. Peningkatan tekanan vena
sentral
14. Asupan melebihi haluaran
26
memerhatikan informasi
7. Ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan dasar
8. Ketidakmampuan memenuhi
harapan peran
9. Pemecahan masalah yang tidak
adekuat
10. Kurangnya perilaku yang
berfokus pada pencapaian
tujuan
11. Kurangnya resolusi masalah
12. Konsentrasi buruk
13. Mengungkapkan
ketidakmampuan meminta
bantuan
14. Mengungkapkan
ketidakmampuan untuk
mengatasi masalah
15. Pengambilan risiko, Gangguan
tidur,
16. Penyalahgunaan zat
17. Menggunakan koping yang
mengganggu perilaku adaptif
6. DS:- - Resiko
DO: ketidakefektifan
1. Massa tromboplastin parsial perfusi jaringan
abnormal otak
2. Massa protrombin abnormal
3. Sekmen ventrikel kiri akinetik
4. Ateroklerosis aerotik
5. Diseksi arteri
6. Fibrilasi atrium
7. Miksoma atrium
8. Tumor otak
9. Stenosis karotid
10. Aneurisme serebri
11. Koagulopati (mis, anemia sel
sabit)
12. Kardiomiopati dilatasi
13. Koagulasi intravaskular
diseminata
14. Embolisme
15. Trauma kepala
16. Hierkolesterolemia
17. Hipertensi
28
C. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral dan iskemia (agen injury biologis).
30
terkontrol. komprehensif
Kriteria hasil: termasuk lokasi,
1. Pain Level karakteristik, durasi,
2. Pain Control frekuensi, kualitas
3. Comfort Level dan faktor presipitasi.
Indikator IR ER 2. Observasi reaksi
1. Melaporkan adanya nonverbal dari
nyeri ketidaknyamanan.
2. Luas bagian tubuh 3. Gunakan teknik
yang terpengaruh komunikasi terapeutik
3. Frekuensi nyeri untuk mengetahui
4. Panjangnya episode pengalaman nyeri
nyeri pasien
5. Pernyataan nyeri 4. Kontrol faktor
6. Ekspresi nyeri pada lingkungan yang
wajah mempengaruhi nyeri
Keterangan: seperti suhu ruangan,
1. Kuat pencahayaan,
2. Berat kebisingan.
3. Sedang 5. Kurangi faktor
4. Ringan presipitasi nyeri.
5. Tidak ada 6. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologis/non
farmakologis).
7. Ajarkan teknik non
farmakologis
(relaksasi, distraksi
dll) untuk mengetasi
nyeri.
8. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri.
9. Evaluasi tindakan
pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
10. Kolaborasi dengan
dokter bila ada
komplain tentang
pemberian analgetik
tidak berhasil.
11. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri.
34
Analgesic
Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala
3. Kelebihan volume Setelah dilakukan asuhan Fluid management
cairan berhubungan keperawatan selama ….x…. 1. Timbang
gangguan diharapkan masalah kelebihan popok/pembalut jika
mekanisme regulasi, volume cairan dapat berkurang. diperlukan.
kelebihan asupan Kriteria hasil: 2. Pertahankan catatan
cairan dan natrium 1. Electrolit and acid base balance intake dan output
35
Fluid Monitoring
1. Tentukan riwayat
jumlah dan tipe intake
cairan dan eliminasi.
2. Tentukan
kemungkinan faktor
resiko dan
ketidakseimbangan
cairan (Hipertermia,
36
terapi diuretik,
kelainan renal, gagal
jantung, diaporesis,
disfungsi hati, dll).
3. Monitor berat badan,
BP, HR, dan RR.
4. Monitor serum dan
elektrolit urine.
5. Monitor serum dan
osmilalitas urine.
6. Monitor tekanan
darah orthostatik dan
perubahan irama
jantung.
7. Monitor parameter
hemodinamik infasif.
8. Catat secara akurat
intake dan output.
9. Monitor adanya
distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan
penambahan BB.
10. Monitor tanda dan
gejala dari odema
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Activity Therapy
berhubungan keperawatan selama ….x…. 1. Kolaborasikan dengan
kelemahan umum, diharapkan aktivitas meningkat. tenaga rehabilitasi
ketidakseimbangan Kriteria hasil: medik dalam
antara suplai dan 1. Energy conservation merencanakan
kebutuhan oksigen 2. Activity tolerance program terapi yang
3. Self Care: ADLs tepat
Indikator IR ER 2. Bantu klien untuk
1. Berpartisipasi dalam mengidentifikasi
aktivitas fisik tanpa aktivitas yang mampu
disertai peningkatan dilakukan
tekanan darah, nadi 3. Bantu untuk memilih
dan RR aktivitas konsisten
2. Mampu melakukan yang sesuai dengan
aktivitas sehari-hari kemampuan fisik,
(ADLs) secara psikologi dan social
mandiri 4. Bantu untuk
3. Tanda-tanda vital mengidentifikasi dan
normal mendapatkan sumber
4. Energy psikomotor yang diperlukan untuk
5. Level kelemahan aktivitas yang
37
Setiati, Siti. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II Ed. VI. Jakarta: Interna
Publishing.
Yuli Aspiani, Reni. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskuler. Jakarta: EGC