Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. R DENGAN ARTHRITIS GOUT


DI UPT PUSKESMAS TEPUS I

DISUSUN OLEH :
WAHYUDI
201310229

PROGRAM STUDY PROFESI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


NY. R DENGAN ARTHRITIS GOUT
DI UPT PUSKESMAS TEPUS I

Disusun oleh:
WAHYUDI
21310229

Telah disetujui oleh:

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Istichomah, S.Kep., Ns., M.Kes Sugiharti Kumala Dwi PW, S.Kep, Ners
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Lanjut Usia

1. Pengertian
Keliat (1999) dalam Maryam (2011) menyatakan bahwa lanjut
usia/lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manu-
sia. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahtera-
an Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, lansia adalah seseorang yang
telah mencapai usia di atas 60 tahun, baik pria maupun wanita.
2. Klasifikasi Lanjut Usia
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2003) dalam
Maryam (2011), lanjut usia dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori:
a. Pralansia, yaitu seseorang yang berusia di antara 45 – 59 tahun.
b. Lansia, yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi, yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih,
atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah ke-
sehatan.
d. Lansia potensial, yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
e. Lansia tidak potensial, yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
3. Perubahan Akibat Proses Menua
Menurut Nugroho (2014), terdapat beberapa macam perubahan
yang umum dijumpai pada setiap lansia baik secara fisik maupun mental.
a. Perubahan Fisik dan Fungsi
1) Sel
a) Jumlah sel menurun/lebih sedikit
b) Ukuran sel lebih besar
c) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang
d) Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati menurun
e) Jumlah sel otak menurun
f) Mekanisme perbaikan sel terganggu
g) Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5 – 10%
h) Letak otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
2) Sistem Persarafan
a) Hubungan persarafan menurun
b) Berat otak menurun 10 – 20% (sel saraf setiap orang berkurang
setiap harinya)
c) Respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap
stres
d) Saraf panca-indra mengecil
e) Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penci-
uman dan perasa mengecil, lebih sensitif terhadap perubahan
suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap dingin

f) Kurang sensitif terhadap sentuhan


g) Defisit memori.
3) Sistem Pendengaran
a) Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia di atas 65 tahun
b) Membran timpani menjadi atrofi, menyebabkan otosklerosis
c) Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena mening-
katnya keratin
d) Fungsi pendengaran semakin menurun pada lansia yang meng-
alami ketegangan/stres
e) Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi
atau rendah, bisa terus-menerus atau intermiten)
f) Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang
atau berputar).
4) Sistem Penglihatan
a) Timbul sklerosis pada sfingter pupil, dan respon terhadap sinar
menghilang
b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
c) Lensa lebih buram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak
d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi ter-
hadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam gelap

e) Menurun/hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi pres-


biopia dan sulit melihat dekat yang dipengaruhi oleh berku-
rangnya elastisitas lensa
f) Lapang pandang menurun: luas pandangan berkurang
g) Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau
hijau pada skala.
5) Sistem Kardiovaskular
a) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
b) Elastisitas dinding aorta menurun
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap ta-
hun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan kontraksi
dan volume menurun
d) Curah jantung menurun
e) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari
tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak)
f) Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan
perdarahan
g) Tekanan darah meninggi akibat peningkatan resistensi pembu-
luh darah perifer. Sistol normal ± 170 mmHg, diastol normal ±
95 mmHg.
6) Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja se-
bagai suatu termostat, yaitu menetapkan suhu tertentu. Kemun-
duran terjadi akibat berbagai faktor yang memengaruhinya:
a) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ± 35°
C, ini akibat metabolisme yang menurun
b) Pada kondisi ini, lansia akan merasa kedinginan dan dapat pula
menggigil, pucat dan gelisah
c) Keterbatasan refleks menggigil dan ketidakmampuan dalam
memproduksi panas yang banyak berakibat pada penurunan
aktivitas otot.
7) Sistem Pernapasan
a) Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehila-
ngan kekuatan, dan menjadi kaku
b) Terjadi penurunan aktivitas silia
c) Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, mena-
rik napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun
dengan kedalaman bernapas yang juga menurun
d) Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jum-
lah berkurang
e) Elastisitas bronkus berkurang
f) Oksigen pada arteri menurun hingga menjadi 75 mmHg

g) Karbondioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas ter-


ganggu
h) Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang
i) Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun
j) Sering terjadi emfisema senilis
k) Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernapasan
menurun seiring pertambahan usia.
8) Sistem Pencernaan
a) Kehilangan gigi (penyebab utama periodontal disease yang
biasa terjadi setelah usia 30 tahun). Penyebab lain meliputi
kesehatan gigi dan gizi yang buruk
b) Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang
kronis, atrofi indra pengecap (± 80%), hilangnya sensitivitas
saraf pengecap di lidah, terutama rasa manis dan asin
c) Esofagus melebar
d) Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lam-
bung menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung me-
nurun
e) Peristaltik melemah dan biasanya timbul konstipasi
f) Fungsi absorpsi melemah
g) Hati semakin kecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran
darah berkurang.

9) Sistem Reproduksi
a) Wanita
(1) Vagina mengalami kontraktur dan mengecil
(2) Ovari menciut, uterus mengalami atrofi
(3) Atrofi payudara
(4) Atrofi vulva
(5) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus,
sekresi berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi peru-
bahan warna.
b) Pria
(1) Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
ada penurunan secara berangsur-angsur
(2) Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun,
asal kondisi kesehatannya baik.
10) Sistem Genitourinaria
a) Ginjal
Keseimbangan elektrolit dan asam lebih mudah ter-
ganggu bila dibandingkan dengan usia muda. Renal Plasma
Flow (RPF) dan Glomerular Filtration Rate (GFR) atau klirens
kreatinin menurun secara linier sejak usia 30 tahun (Cox Jr. et
al., 1985). Jumlah darah yang difiltrasi oleh ginjal berkurang.
b) Vesika Urinaria
Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200
ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada
pria usia lanjut, vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga
mengakibatkan peningkatan retensi urin.
c) Prostat
Kurang lebih 75% pria usia di atas 65 tahun akan
mengalami pembesaran prostat.
d) Vagina
Seseorang yang semakin menua, kebutuhan hubungan
seksualnya masih ada. Tidak ada batasan umur tertentu kapan
fungsi seksual seseorang berhenti. Frekuensi hubungan seksual
cenderung menurun secara bertahap setiap tahun, tetapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmatinya berjalan terus
sampai tua.
11) Sistem Endokrin
a) Terjadi penurunan produksi hormon estrogen, progesteron dan
testosteron
b) Terjadi penurunan kerja kelenjar pankreas
c) Kegiatan kelenjar adrenal berkurang pada lansia
d) Hampir semua produksi hormon menurun
e) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah

f) Hipofisis: pertumbuhan hormon ada, tetapi lebih rendah dan


hanya di dalam pembuluh darah
g) Aktivitas tiroid, BMR (Basal Metabolic Rate) dan daya pertu-
karan zat menurun
h) Produksi aldosteron menurun
i) Sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan
testosteron menurun.
12) Sistem Integumen
a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak
b) Permukaan kulit cenderung kusam, kasar dan bersisik (karena
kehilangan proses kreatinasi serta perubahan ukuran dan
bentuk sel epidermis)
c) Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang
tidak merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik-
bintik atau noda cokelat
d) Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-
kerut halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis
e) Respon terhadap trauma menurun
f) Mekanisme proteksi kulit menurun (produksi serum dan vita-
min D menurun, pigmentasi kulit terganggu)
g) Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu
h) Rambut dalam hidung dan telinga menebal

i) Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vasku-


larisasi
j) Pertumbuhan kuku lebih lambat
k) Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar, kurang bercahaya
l) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
m) Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.

b. Perubahan Mental
Perubahan mental atau psikis pada lansia dapat berupa sikap
lansia yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau
tamak bila memiliki sesuatu. Selain itu, yang perlu dimengerti adalah
sikap umum yang ditemukan pada hampir semua lansia, yakni kei-
nginan berumur panjang, tenaganya sedapat mungkin dihemat.
1) Kenangan (Memori)
Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa
hari yang lalu dan mencakup beberapa perubahan. Kenangan jang-
ka pendek atau seketika (0 – 10 menit), kenangan buruk (bisa ke
arah demensia).
2) Intelegentia Quotion (IQ)
IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan per-
kataan verbal. Penampilan, persepsi, dan keterampilan psikomotor
berkurang. Terjadi perubahan pada daya membayangkan karena
tekanan faktor waktu.
33
c. Perubahan Psikososial
Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan
identitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila menga-
lami pensiun, seseorang akan mengalami beberapa bentuk kehilangan:
1) Kehilangan finansial
2) Kehilangan status/jabatan
3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi
4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan dan:
a) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup
(memasuki rumah perawatan, bergerak lebih sempit)
b) Kemampuan ekonomi berkurang akibat pemberhentian dari ja-
batan. Dibarengi dengan biaya hidup yang meningkat dan biaya
pengobatan yang bertambah
c) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan
d) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial
e) Adanya gangguan saraf panca-indra, timbul kebutaan dan ke-
tulian
f) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
g) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan te-
man dan keluarga
h) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri).

d. Perkembangan Spiritual
1) Agama atau kepercayaan semakin terintegrasi ke dalam kehidupan
(Maslow, 1970)
2) Lansia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya. Hal ini
dapat terlihat pada cara berpikir dan bertindak sehari-hari (Murray
dan Zentner, 1970)
3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978)
yaitu universalizing. Perkembangan yang dicapai pada tingkat ini
adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberi contoh cara
mencintai dan keadilan.
4. Masalah Fisik Umum
a. Mudah Jatuh
Menurut Nugroho (2014), sekitar 30 – 40% dari populasi lansia
34
(yang berusia 65 tahun ke atas) mengalami jatuh setiap tahunnya. Se-
paruh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang. Perempuan lebih
sering jatuh dibandingkan laki-laki.
b. Mudah Lelah
Hal ini dapat disebabkan oleh faktor psikologis seperti perasaan
bosan, keletihan, atau depresi dan gangguan organis seperti anemia,
kekurangan vitamin, perubahan pada tulang (osteomalasia), gangguan
pencernaan, kelainan metabolisme (diabetes melitus, hipertiroid),
gangguan sistem peredaran darah dan jantung, dan pengaruh obat

seperti obat penenang, obat jantung dan obat yang dapat melelahkan
daya kerja otot.
c. Gangguan Kardiovaskular
Misalnya nyeri dada, yang dapat disebabkan oleh penyakit
jantung koroner, aneurisme aorta, radang selaput jantung, gangguan
pada sistem alat pernapasan (misalnya pleuro-pneumonia/emboli paru)
dan gangguan pada saluran pencernaan bagian atas.
d. Sesak Napas pada Kerja Fisik
Dapat disebabkan oleh kelemahan jantung, gangguan sistem
saluran napas, kelebihan berat badan, atau anemia.
e. Palpitasi
Palpitasi dapat disebabkan oleh gangguan irama jantung, ke-
adaan umum badan yang lemah karena penyakit kronis, faktor psi-
kologi dan lain-lain.
f. Edema Kaki
Edema kaki dapat disebabkan oleh kaki yang lama digantung
(edema gravitasi), gagal jantung, bendungan pada vena bagian bawah,
kekurangan vitamin B1, gangguan penyakit hati, penyakit ginjal, dan
kelumpuhan pada kaki (kaki yang tidak aktif).
g. Nyeri atau Tidak Nyaman
Nyeri pinggang atau punggung dapat disebabkan oleh gang-
guan sendi pada susunan tulang belakang (osteomalasia, osteoporosis,
osteoartrosis), gangguan pankreas, kelainan ginjal (batu ginjal), gang-

guan pada rahim, gangguan pada kelenjar prostat, gangguan pada otot
badan dan HNP (Hernia Nucleus Pulposus).
Nyeri sendi pinggul dapat disebabkan oleh radang sendi
35
(arthritis), sendi tulang yang keropos (osteoporosis), dan kelainan
tulang sendi (misalnya patah tulang, dislokasi) akibat kelainan pada
saraf punggung bagian bawah yang terjepit (HNP).
Keluhan pusing dapat disebabkan oleh gangguan lokal (mi-
salnya vaskular, migrain (sakit kepala sebelah), mata (glaukoma atau
tekanan dalam bola mata yang meninggi), kepala, sinuitas, furunkel,
sakit gigi, dll.), penyakit sistemik yang menimbulkan hipoglikemia;
dan psikologis (perasaan cemas, depresi, kekacauan pikiran, dll.).
Kesemutan pada anggota badan dapat disebabkan oleh gang-
guan sirkulasi darah lokal, gangguan persarafan umum (gangguan pada
kontrol), gangguan persarafan lokal pada bagian anggota badan.
h. Berat Badan Menurun
Berat badan menurun dapat disebabkan oleh nafsu makan yang
menurun karena kurang adanya gairah hidup atau kelesuan, karena
adanya penyakit kronis, gangguan pada saluran pencernaan sehingga
penyerapan makanan terganggu; dan karena faktor sosial-ekonomis
(pensiun).

i. Gangguan Eliminasi
1) Inkontinensia Urin atau Mengompol
Hasil penelitian pada populasi lansia di masyarakat (usia di
atas 70 tahun) didapatkan 7% pria dan 12% wanita mengalami
inkontinensia urin. Menurut Whitehead (1995), hal ini cenderung
tidak dilaporkan karena lansia merasa malu dan juga menganggap
tidak ada yang dapat dilakukan untuk menolongnya. Beberapa
penyebab inkontinensia urin pada lansia antara lain: pelemahan
otot dasar, kontraksi abnormal pada kandung kemih, obat diuretik
dan obat penenang yang terlalu banyak, radang kandung kemih dan
saluran kemih, kelainan kontrol pada kandung kemih, kelainan
persarafan pada kandung kemih, hipertrofi prostat, dan faktor
psikologis.
2) Inkontinensia Alvi
Inkontinensia alvi didefinisikan sebagai ketidakmampuan
seseorang dalam menahan dan mengeluarkan tinja pada waktu dan
tempat yang tepat. Beberapa penyebab inkontinensia alvi adalah
obat pencahar perut, gangguan saraf (misalnya demensia dan
stroke), keadaan diare (gangguan kolorektum), kelainan pada usus
36
besar, kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum usus)
dan neurodiabetik.

j. Gangguan Ketajaman Penglihatan


Gangguan ini dapat disebabkan oleh presbiopia, kelainan lensa
mata (refleksi lensa mata kurang), kekeruhan pada lensa (katarak), de-
pigmentasi iris, konstriksi pupil, glaukoma, degenerasi retina dan ra-
dang saraf mata.
k. Gangguan Pendengaran.
Gangguan pendengaran yang utama adalah hilangnya pende-
ngaran terhadap nada murni berfrekuensi tinggi, yang merupakan suatu
fenomena yang berhubungan dengan lansia, bersifat simetris, dengan
perjalanan yang progresif lambat (Mills, 1985 dalam Nugroho, 2014).
l. Gangguan Tidur
Gangguan ini dapat disebabkan baik oleh faktor ekstrinsik
maupun faktor intrinsik:
1) Faktor ekstrinsik, misalnya lingkungan yang kurang tenang
2) Faktor intrinsik, baik organik maupun psikogenik. Organik berupa
nyeri, gatal, kram betis, sakit gigi, sindrom tungkai bergerak
(akatisia), dan penyakit tertentu yang membuat gelisah. Psiko-
genik, misalnya depresi, kecemasan, stres, iritabilitas, dan marah
yang tidak tersalurkan.
m. Mudah Gatal
Hal ini sering disebabkan karena kelainan kulit (kering, dege-
neratif [ekzema kulit]) dan penyakit sistemik (diabetes melitus, gagal
ginjal, penyakit hati [hepatitis kronis], alergi, dll.).

5. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal.


Menurut Azizah (2011), proses penuaan yang degeneratif akan ter-
jadi seiring dengan bertambahnya usia, yang akan berdampak pada peru-
bahan-perubahan tidak hanya dari segi fisik, tetapi juga kognitif, perasaan,
sosial dan seksual. Perubahan fisik terkait sistem muskuloskeletal dapat
meliputi perubahan-perubahan pada jaringan penghubung (kolagen dan
elastin), kartilago, tulang, otot, dan sendi.
a. Jaringan Penghubung (Kolagen dan Elastin)
Kolagen sebagai pendukung utama pada kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi ben-
37
tangan yang tidak teratur. Perubahan pada kolagen tersebut merupakan
penyebab turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan
dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan ke-
kuatan otot, kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan ber-
jalan, dan hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
b. Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian lunak mengalami granulasi
dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan
kartilago untuk regenerasi menjadi berkurang dan degenerasi yang ter-
jadi cenderung ke arah progresif. Konsekuensinya, kartilago pada per-
sendian menjadi rentan terhadap gesekan, yang dapat mengakibatkan
peradangan, kekakuan, nyeri dan keterbatasan gerak pada persendian

sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Perubahan ini sering ter-


jadi pada sendi besar penumpu berat badan.
c. Tulang
Berkurangnya kepadatan tulang merupakan bagian dari fisiologi
proses penuaan, dimana trabekula longitudinal menjadi tipis dan tra-
bekula transversal terabsorbsi kembali. Dampak berkurangnya kepa-
datan akan mengakibatkan osteoporosis, yang kemudian dapat berlan-
jut ke arah nyeri, deformitas, dan fraktur.
d. Otot.
Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi. Penu-
runan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan peng-
hubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.
Dampak perubahan morfologis pada otot adalah penurunan kekuatan,
penurunan fleksibilitas, peningkatan waktu reaksi dan penurunan ke-
mampuan fungsional otot.
e. Sendi
Jaringan ikat di sekitar sendi seperti tendon, ligamen dan fasia
mengalami penurunan elastisitas pada lansia. Ligamen dan jaringan
periarkular mengalami penurunan daya lentur/elastisitas. Terjadi dege-
nerasi, erosi dan kalsifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi
kehilangan fleksibilitas sehingga terjadi penurunan luas dan gerak sen-
di. Kelainan tersebut dapat menimbulkan gangguan berupa bengkak,
nyeri, kekakuan sendi, gangguan jalan dan aktivitas keseharian lainnya.
38
Menurut Nugroho (2014), beberapa penyakit yang terkait pada
sendi merupakan akibat dari degenerasi atau kerusakan pada permukaan
sendi tulang yang banyak ditemukan pada lansia, terutama yang gemuk.
Biasanya, nyeri yang terjadi pada persendian disebabkan oleh gout.

B. Konsep Dasar Arthritis Gout


1. Pengertian
Gout merupakan penyakit metabolik yang disebabkan oleh kele-
bihan kadar senyawa urat di dalam tubuh; baik karena produksi yang
berlebih, eliminasi yang kurang, atau karena peningkatan asupan purin
(Chang et al., 2010). Penyakit ini ditandai oleh pengendapan senyawa urat
di dalam sendi sehingga timbul peradangan sendi yang nyeri; terutama di-
temukan pada kaki, khususnya ibu jari kaki, pergelangan kaki dan kaki ba-
gian tengah, tetapi sebenarnya dapat mengenai setiap sendi (Kowalak et al.,
2012).
Asam urat (uric acid) adalah hasil akhir dari katabolisme (pe-
mecahan purin). Purin adalah salah satu kelompok struktur kimia pem-
bentuk DNA. Termasuk kelompok purin adalah adenosin dan guanosin.
Saat DNA dihancurkan, purin pun akan dikatabolisme (Ode, 2012). Me-
nurut Misnadiarly (2007), kadar asam urat rata-rata di dalam darah dan
serum tergantung usia dan jenis kelamin. Asam urat tergolong normal bila:
a. Nilainya di bawah 7 mg/dL pada pria dan di bawah 6 mg/dL pada
wanita
b. Sebelum pubertas sekitar 3,5 mg/dL
c. Setelah pubertas, kadarnya meningkat secara bertahap pada pria dan
dapat mencapai 5,2 mg/dL. Kadar asam urat biasanya tetap rendah
pada wanita, baru pada usia pra-menopause kadarnya meningkat men-
dekati kadar laki-laki, bisa mencapai 4,7 mg/dL.

2. Klasifikasi
Penyakit asam urat digolongkan menjadi penyakit gout primer dan
gout sekunder (Nucleus Precise News Letter Edisi 2 dalam Ode, 2012):
a. Gout Primer
Sebanyak 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Didu-
ga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal
yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
39
meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena
berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
b. Gout Sekunder
Penyakit ini disebabkan antara lain karena meningkatnya pro-
duksi asam urat oleh nutrisi, yaitu karena konsumsi makanan dengan
kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organik
yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam
kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat
yang meningkat juga bisa disebabkan oleh penyakit darah (penyakit
sum-sum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obat-obat kanker,
vitamin B12).
Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit
(psoriasis) dan kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes
yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda
keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-ben-
da keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut me-

ninggi. Jangka waktu antara seseorang dengan orang yang lainnya ber-
beda-beda. Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang sampai 10 tahun,
tetapi rata-rata berkisar 1 – 2 tahun.
3. Etiologi
Hiperurisemia bisa timbul akibat produksi asam urat yang berle-
bihan atau dengan pembuangannya yang berkurang. Menurut Misnadiarly
(2007), beberapa faktor penyebab terjadinya hiperurisemia adalah:
a. Peningkatan produksi asam urat dalam tubuh
Hal ini terjadi karena tubuh memproduksi asam urat secara ber-
lebihan. Sebagai penyebabnya adalah:
1) Gangguan metabolisme purin bawaan, dimana perempuan tertentu
pembawa gen ini biasanya tanpa gejala (asimptomatik).
2) Kelainan herediter/pembawa sifat atau gen/turunan, selain itu juga
dapat terjadi akibat aktivitas berlebihan enzim fosforbosil pirofos-
fat sintetase (PRPP-sintetase). Asimptomatik seperti yang telah di-
sebutkan di atas juga dapat menjadikan satu penyebab.
3) Berlebihan dalam mengonsumsi makanan berkadar purin tinggi,
yaitu daging, jeroan, kepiting, kerang, keju, bayam, buncis dan
kembang kol. Asam urat terbentuk lagi dari hasil metabolisme
40
makanan-makanan tersebut.
4) Penyakit seperti leukimia (kanker sel darah putih), mudah pecah-
nya sel darah merah (hemolisis), serta pengobatan kanker (kemo-
terapi, radioterapi).

b. Berkurangnya pembuangan asam urat


Hal ini terjadi akibat ketidakmampuan ginjal dalam mengelu-
arkan asam urat yang berlebihan dari dalam tubuh, sementara pengelu-
aran melalui usus mungkin juga berkurang. Keadaan ini dapat timbul
sebagai akibat dari:
1) Minum obat tertentu seperti pirazinamid (obat anti TBC), obat diu-
retik/HCT dan salsilat. Dalam keadaan kelaparan (seperti puasa,
diet terlalu ketat) dan ketosis. Pada kondisi ini, kekurangan kalori
tubuh dipenuhi dengan membakar lemak tubuh. Zat keton yang ter-
bentuk dari pembakaran lemak akan menghambat keluarnya asam
urat melalui ginjal
2) Mengalami keracunan kehamilan pada ibu hamil (toksemia),
mungkin juga keracunan makanan
3) Olah raga terlalu berat ataupun aktivitas fisik yang terlalu berat
4) Meningkatnya kadar kalsium darah akibat dari penyakit hiperpara-
tiroid, mungkin juga hipertiroid dan sarkoidisis
5) Hipertensi
6) Gagal ginjal
7) Keracunan timah.
c. Produksi asam urat berlebihan, namun pembuangannya terganggu
Terjadinya produksi asam urat yang berlebihan ini disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Gabungan produksi purin endogen yang meningkat

2) Asupan/masukan purin tinggi disertai sekresi asam urat melalui


ginjal yang berkurang.
d. Penyebab lain
Ada beberapa kondisi ataupun keadaan lain yang dapat menye-
babkan hiperurisemia:
1) Suku bangsa dan ras tertentu
Minahasa merupakan salah satu wilayah Indonesia yang
memiliki angka insiden hiperurisemia asimptomatis dan juga de-
41
ngan angka kejadian arthritis gout yang tinggi. Menurut penelitian
terdahulu, ini sering berkaitan dengan letak geografis, pola budaya
masyarakat setempat, dimana yang bermukim di daerah pesisir
pantai maupun di daerah dataran tinggi mempunyai kebiasaan pola
makan protein maupun lemak tinggi, serta kebiasaan mengonsumsi
minuman beralkohol.
2) Kegemukan/obesitas
Seseorang yang mengalami obesitas biasanya mempunyai
pola makan yang berlebih daripada yang dibutuhkannya, kurang
aktivitas fisik, dan pola hidup tidak sehat lainnya. Pada pola makan
yang berlebih tersebut, umumnya seseorang mengalami obesitas
akibat asupan karbohidrat, protein dan lemak yang berlebihan.
Dengan adanya kelebihan asupan tersebut, maka besar kemung-
kinan akan terjadi kelebihan asupan purin yang akan meningkatkan
risiko terkena penyakit asam urat.

3) Kelainan kongenital mongolism/down syndrome


4) Intoleransi fruktosa
5) Penyakit penimbunan glikogen
6) Defisiensi glukosa-8-phospat dehidrogenase (G8PD).

4. Patofisiologi
Terjadi sekresi asam urat yang berlebihan atau defek renal pada
tubuh penderita gout yang menyebabkan penurunan ekskresi asam urat,
atau kombinasi keduanya. Hiperurisemia primer mungkin disebabkan oleh
diet hebat atau kelaparan, asupan makanan tinggi purin (kerang, daging
organ) secara berlebihan, atau herediter. Pada kasus hiperurisemia sekun-
der, gout merupakan manifestasi klinis sekunder dari berbagai proses ge-
netik atau proses dapatan, termasuk kondisi yang disertai dengan pening-
katan peremajaan sel (leukemia, mieloma multipel, psoriasis, beberapa
anemia) dan peningkatan penghancuran sel (Brunner & Suddarth, 2014).
Meskipun konsentrasi MSU dalam sendi perlahan-lahan mendekati
kadarnya di serum, pembentukan kristal sangat dipengaruhi oleh faktor
fisik seperti suhu dan aliran darah. Kecenderungan gout menyerang sendi
distal (misalnya jempol kaki dan pergelangan kaki) yang lebih dingin dari
bagian tubuh lain, mencerminkan kondisi fisik setempat yang mendukung
terbentuknya kristal (McPhee & Ganong, 2011).
42
Jika asam urat mengalami saturasi yang berlebihan (supersaturasi)
di dalam darah dan cairan tubuh lain, senyawa ini akan mengkristal dan
membentuk endapan garam urat yang menumpuk di dalam jaringan ikat di

seluruh tubuh; endapan ini dinamakan tofi. Keberadaan kristal urat akan
memicu respon inflamasi akut ketika sel-sel neutrofil mulai memakan
kristal-kristal tersebut. Kerusakan jaringan mulai terjadi pada saat sel-sel
neutrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom bukan hanya merusak jaringan,
tetapi juga memperberat inflamasi (Kowalak et al., 2012).
5. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddarth (2014), manifestasi klinis gout dici-
rikan oleh deposit asam urat di berbagai sendi.
a. Arthritis akut akibat gout adalah tanda awal yang paling sering
dijumpai
b. Sendi metatarsofalangeal (MTP) pada ibu jari kaki adalah yang paling
sering terkena; area tarsal, pergelangan kaki, atau lutut dapat juga
terkena
c. Serangan akut dapat dipicu oleh trauma, konsumsi alkohol, diet, medi-
kasi, stres pembedahan atau penyakit
d. Awitan mendadak terjadi di malam hari, yang menyebabkan nyeri
hebat, kemerahan, bengkak dan rasa hangat di atas sendi yang ter-
ganggu
e. Serangan dini cenderung reda secara spontan dalam 3 – 10 hari tanpa
terapi
f. Serangan selanjutnya mungkin tidak terjadi selama berbulan-bulan
atau bertahun-tahun; pada waktunya, serangan cenderung terjadi lebih
sering, mengenai lebih banyak sendi dan berlangsung lebih lama

g. Tofi biasanya dikaitkan dengan episode inflamasi yang sering dan


berat
h. Konsentrasi asam urat serum yang tinggi dikaitkan dengan pemben-
tukan tofi
i. Tofi terjadi di sinovium, bursa olekranon, tulang subkondral, infra-
patelar dan tendon achilles, jaringan subkutan, serta sendi di atasnya
j. Tofi juga ditemukan dalam dinding aorta, katup jantung, kartilago
nasal dan telinga, kelopak mata, kornea dan sklera
k. Pembesaran sendi dapat menyebabkan kehilangan gerak sendi
43
l. Deposit asam urat dapat menyebabkan batu ginjal dan kerusakan ginjal.
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Helmi (2012), pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
memperkuat diagnosis pada penderita arthritis gout adalah:
a. Laboratorium
1) Pemeriksaan cairan sinovial didapatkan adanya kristal monoso-
dium urat intraseluler
2) Pemeriksaan serum asam urat meningkat > 7 mg/dL
Menurut Misnadiarly (2007), pemeriksaan serum (kadar
asam urat darah) nilainya sangat terbatas dalam mendiagnosis
arthritis gout, karena pada arthritis gout sering kali kadar asam
uratnya dalam batas normal. Karena itu kadar ini perlu diperiksa
pada waktu penderitanya sehat/tidak dalam serangan arthritis gout

akut. Kadar asam urat darah yang diharapkan adalah stabil, sekitar
5 mg/dL. Penentuan asam urat dinyatakan berlebihan bila:
a) Kadarnya per 24 jam > 600 mg% pada diet bebas purin, atau >
800 mg% dengan diet normal
b) Bila kadarnya > 900 mg%, risiko terjadinya batu ginjal sangat
tinggi.
3) Urinalisis 24 jam didapatkan ekskresi > 800 mg asam urat
4) Urinalisis untuk mendeteksi risiko batu asam urat
5) Pemeriksaan kimia darah untuk mendeteksi fungsi ginjal, hati,
hipertrigliseridemia, tingginya LDL, dan adanya diabetes melitus
6) Leukositosis didapatkan pada fase akut.
b. Radiologi
1) Radiografi untuk mendeteksi adanya kalsifikasi sendi
2) Radiografi didapatkan adanya erosi pada permukaan sendi dan
kapsul sendi.
7. Komplikasi
Menurut (Kowalak et al., 2012), komplikasi arthritis gout adalah:
a. Erosi, deformitas dan disabilitas (ketidakmampuan) yang akhirnya
terjadi karena inflamasi kronis dan pembentukan tofus
b. Hipertensi dan albuminuria (pada sebagian pasien)
c. Kelainan ginjal disertai kerusakan tubulus akibat penggumpalan kristal
urat; ekskresi asam urat yang semakin buruk dan disfungsi renal yang
kronis.
8. Fokus Pengkajian
Fokus pengkajian keperawatan pada klien dengan arthritis gout
menurut Suratun (2008) antara lain:
a. Data Subjektif
1) Tanyakan tentang keluhan nyeri, lokasi dan derajatnya
2) Bagaimana gejala awal dan cara penanggulangannya
3) Adakah riwayat gout di keluarga
4) Obat-obatan yang diperoleh
5) Anoreksia
6) Sakit kepala.
b. Data Objektif
Palpasi apakah ada nyeri tekan atau nyeri saat digerakkan, pem-
bengkakan/nodul dan kemerahan pada sendi. Periksa adanya demam.
c. Riwayat Psikososial
Adanya nyeri pada persendian, pasien merasa cemas dan takut
untuk melakukan aktivitas seperti sebelum sakit.
d. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan darah (asam urat meningkat, sel darah putih mening-
kat selama fase akut)
2) Ditemukan asam urat pada aspirasi sendi
3) Ditemukan adanya kristal asam urat pada pemeriksaan urin
4) Pemeriksaan rontgen pada daerah yang terkena gout untuk menge-
tahui adanya timbunan kristal urat.
9. Pathway

Alkohol
Makanan Penyakit & Obat-Obatan
(daging, jeroan, kepiting, kerang,
Kadar laktat keju, kacang tanah, bayam, buncis dan
dalam darah ↑ kembang kol, dll.) Menghambat ekskresi asam
urat di tubulus ginjal

Kadar protein ↑

Sekresi asam urat ↓


Produksi asam urat berlebihan

Gangguan metabolisme purin

GOUT

Pelepasan kristal monosodium urat


(crystal shedding)

Penimbunan kristal urat di dalam dan sekitar sendi

Pengendapan kristal urat Penimbunan pada membran


sinovial & tulang rawan
Perangsangan respon artikular
fagositosis oleh leukosit
Erosi tulang rawan,
Leukosit memakan kristal proliferasi sinovial &
pembentukan panus
urat Mekanisme inflamasi (jaringan granulasi atau
vaskuler yang terbentuk
dari sinovium yang
meradang dan kemudian
Akumulasi cairan meluas ke sendi)
eksudat pada
jaringan interstisial Degenerasi tulang rawan sendi

Sirkulasi darah Edema


daerah radang ↑ Terbentuk tofus, fibrosis,
Pembentukan akilosis (kekakuan ligamen
tukak

Vasodilatasi Penekanan pada dan sendi) pada tulang


pada sendi
dari kapiler jaringan sendi
Tofus mengering Perubahan bentuk tubuh
Eritema, panas pada tulang & sendi
Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan Kekakuan pada sendi
Nyeri Kronis Perifer (00204) Gangguan Citra Tubuh
(00133) Gerak sendi terbatas (00118)

Gangguan Pemeliharaan Kesehatan (00099)

Risiko Jatuh (00155)

Hambatan Mobilitas Fisik (00085)

Sumber: Modifikasi Brunner & Suddarth, 2014; Kowalak et al., 2012


10. Diagnosis Keperawatan

a. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis.

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi,

gangguan muskuloskeletal: pembentukan tofus

c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang faktor pemberat: edema dan penekanan pada ja-

ringan sendi

d. Gangguan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan penurunan

keterampilan motorik halus/kasar karena nyeri, kekakuan pada sendi

dan penurunan rentang gerak

e. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik: arthritis,

penurunan rentang gerak

f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit: perubahan ben-

tuk tubuh pada tulang dan sendi karena pembentukan tofus.


11. Fokus Intervensi

Fokus dan kriteria hasil intervensi keperawatan menurut Mass et al. (2011) untuk pasien lansia dengan keluhan penyakit

arthritis gout terkait diagnosis keperawatan seperti tersebut di atas adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1: Fokus Intervensi Keperawatan Gerontik dengan Arthritis Gout

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Nyeri Kronis (00133) Tingkat Nyeri (2102)
Manajemen Nyeri (1400)
a. Keluhan nyeri
a. Lakukan pengkajian menyeluruh pada nyeri,
b. Persentase tubuh yang terkena
termasuk lokasi, karakteristik, awitan/durasi,
c. Frekuensi nyeri
frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan
d. Lamanya episode nyeri
nyeri dan faktor pemicu
e. Ekspresi oral tentang nyeri
b. Pantau petunjuk nonverbal terhadap ketidak-
f. Ekspresi wajah terhadap nyeri
nyamanan, terutama bagi lansia yang tidak
g. Posisi tubuh yang melindungi
dapat berkomunikasi dengan efektif
h. Kegelisahan
c. Pastikan pasien mendapatkan perawatan de-
i. Ketegangan otot
ngan penuh perhatian terhadap rasa nyerinya
j. Perubahan frekuensi pernapasan
d. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
k. Perubahan denyut jantung
mengenali pengalaman nyeri lansia dan mene-
l. Perubahan tekanan darah
rima adanya respon pasien terhadap nyeri
m. Perubahan ukuran pupil
e. Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap res-
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
n. Perspirasi pon nyeri
o. Penurunan nafsu makan. f. Tentukan dampak pengalaman nyeri terhadap
Pengendalian Nyeri (1605) kualitas kehidupan (seperti tidur, nafsu ma-
a. Mengenali faktor penyebab kan, aktivitas, kognisi, mood, hubungan, pe-
b. Mengenali awitan nyeri nampilan, pekerjaan, dan tanggung jawab pe-
c. Melakukan upaya pencegahan ran)
d. Menggunakan tindakan pereda nonanal- g. Evaluasi riwayat pengalaman nyeri terdahulu
gesik, menggunakan analgesik dengan mencakup riwayat nyeri kronik pada individu
tepat; menggunakan tanda peringatan un- atau keluarga atau ketidakmampuan yang me-
tuk mencari bantuan layanan nyertainya, dengan tepat
e. Menggunakan sumber-sumber yang ter- h. Evaluasi keefektifan tindakan mengatasi rasa
sedia; menggunakan catatan harian ten- nyeri yang terdahulu yang pernah diperguna-
tang nyeri kan bersama dengan pasien dan tim kesehatan
f. Melaporkan terkendalinya rasa nyeri. i. Minta pasien dan keluarga untuk mencari dan
Nyeri: Efek yang Mengganggu (2101) memberikan dukungan
a. Gangguan hubungan interpersonal j. Gunakan metode pengkajian yang telah di-
b. Gangguan penampilan peran kembangkan yang memungkinkan pengawa-
c. Hambatan dalam bermain san terhadap perubahan rasa nyeri dan yang
d. Hambatan dalam menikmati aktivitas dapat membantu dalam mengidentifikasi fak-
e. Hambatan dalam bekerja tor pemicu aktual dan potensial (seperti bagan
f. Hambatan dalam menikmati kehidupan alur, buku harian)
g. Hambatan dalam melakukan pengenda- k. Tentukan frekuensi yang dibutuhkan untuk
lian melakukan pengkajian tingkat kenyamanan
h. Tidak dapat berkonsentrasi pasien dan lakukan rencana pemantauan
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
i. Kurangnya pengharapan l. Berikan informasi tentang nyeri, seperti pe-
j. Gangguan mood nyebab nyeri, sampai berapa nyeri berlang-
k. Kurang sabar sung, dan antisipasi ketidaknyamanan yang
l. Gangguan tidur mungkin muncul akibat dari prosedur yang
m. Gangguan mobilisasi fisik dilakukan
n. Gangguan perawatan diri m. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat me-
o. Kurang nafsu makan mengaruhi respon pasien terhadap ketidak-
p. Kesulitan makan nyamanan (misalnya suhu ruangan, pencaha-
q. Gangguan eliminasi. yaan dan kebisingan)
Tingkat Kenyamanan (2100) n. Kurangi atau singkirkan faktor-faktor yang
a. Pernyataan kesejahteraan fisik dapat memicu atau meningkatkan rasa nyeri
b. Pernyataan kepuasan terhadap pengen- (misalnya rasa takut, keletihan, hal-hal yang
dalian gejala monoton, dan kurangnya pengetahuan)
c. Pernyataan kesejahteraan psikologik o. Pertimbangkan keinginan pasien untuk ber-
d. Ekspresi adanya kepuasan dengan ling- partisipasi, kemampuan berpartisipasi, kesu-
kungan sekitar kaan, dukungan dari orang terdekat terhadap
e. Ekspresi kepuasan terhadap hubungan metode yang digunakan, dan kontraindikasi
sosial ketika memilih strategi pereda nyeri
f. Pernyataan kepuasan terhadap tingkat p. Pilih dan implementasikan berbagai tindakan
mandiri (misalnya farmakologik, nonfarmakologik,
g. Menyatakan kepuasan terhadap pengen- dan interpersonal) untuk memfasilitasi pereda
dalian nyeri. nyeri dengan sesuai
q. Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika
memilih strategi pereda nyeri
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
r. Motivasi pasien untuk memantau nyerinya
sendiri dan untuk mengatasinya dengan tepat
s. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi
(misalnya biofeedback, Transcutaneous Elec-
trical Nerve Stimulation (TENS), hipnosis,
relaksasi, bimbingan imajinasi, terapi musik,
terapi bermain, terapi aktivitas, akupresur,
aplikasi dingin/panas, dan masase) sebelum,
setelah dan jika mungkin, selama aktivitas
yang menimbulkan rasa nyeri; sebelum nyeri
timbul atau meningkat; dan diberikan bersa-
maan dengan tindakan pereda nyeri
t. Kolaborasikan dengan pasien, orang terdekat,
dan staf profesional kesehatan lainnya untuk
memilih dan mengimplementasikan tindakan
pereda nyeri nonfarmakologi dengan tepat
u. Berikan pereda nyeri optimal melalui pem-
berian analgesik yang sesuai
v. Implementasikan penggunaan obat jenis PCA,
jika diindikasikan
w. Gunakan tindakan pengendali nyeri sebelum
nyeri memburuk
x. Berikan pengobatan sebelum klien menjalani
aktivitas, sehingga dapat diharapkan partisipa-
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
sinya, namun jangan lupa untuk mengevaluasi
bahaya sedasi yang timbul
y. Pastikan untuk memberikan praterapi analge-
sia dan/atau strategi nonfarmakologi sebelum
memutuskan prosedur yang menimbulkan ra-
sa nyeri
z. Validasi tingkat ketidaknyamanan yang dira-
sakan pasien, catat perubahan yang didapat
pada rekam medis, dan jelaskan pencatatan
tersebut ke anggota tim kesehatan yang lain-
nya
aa. Evaluasi keefektifan pemberian pengendali
rasa nyeri yang digunakan melalui pengkajian
yang menyeluruh terhadap pengalaman nyeri
ab. Sediakan dan modifikasi tindakan pengenda-
lian nyeri berdasarkan respon pasien
ac. Berikan pola tidur atau istirahat yang adekuat
untuk memudahkan mengurangi rasa nyeri
ad. Tolong pasien untuk mendiskusikan penga-
laman nyeri yang diderita
ae. Beritahukan dokter jika tindakan meredakan
rasa nyeri tidak berhasil atau jika keluhan saat
ini menunjukkan perubahan yang signifikan
dari pengalaman nyeri pasien terdahulu
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
af. Beritahukan tenaga kesehatan profesional la-
innya/anggota keluarga tentang strategi non-
farmakologi yang sedang digunakan oleh pa-
sien untuk mendukung pendekatan preventif
untuk manajemen nyeri
ag. Gunakan pendekatan multidisiplin untuk ma-
najemen nyeri, jika diperlukan
ah. Berikan informasi yang akurat untuk me-
ningkatkan pengetahuan keluarga dan beres-
pon terhadap pengalaman nyeri
ai. Libatkan keluarga dalam modalitas pereda
nyeri, jika memungkinkan
aj. Pantau kepuasan nyeri pasien dengan mana-
jemen nyeri yang telah diberikan pada interval
yang spesifik.
2 Hambatan Mobilitas Ketahanan (0001) Terapi Latihan: Kendali Otot (0226)
Fisik (00085) a. Melakukan rutinitas a. Bantu pasien mengembangkan protokol lati-
b. Ketahanan otot han untuk kekuatan, ketahanan, dan fleksibi-
c. Tidak mengalami keletihan. litas
Mobilitas (0208) b. Motivasi pasien untuk melakukan latihan se-
a. Pergerakan otot cara mandiri, sesuai indikasi
b. Pergerakan sendi c. Evaluasi kemajuan pasien setelah perbaikan
c. Kemampuan berpindah pergerakan dan fungsi tubuh
d. Menunjukkan keseimbangan d. Evaluasi fungsi sensori
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
e. Melakukan perubahan posisi tubuh e. Beri penguatan positif atas usaha yang dilaku-
f. Melakukan gerakan berpindah tempat kan pasien dalam latihan dan aktivitas fisik.
g. Ambulasi: berjalan. Terapi Latihan: Keseimbangan (0222)
Tanda-Tanda Vital (0802) a. Beri tahu cara mengatur posisi dan bergerak
a. Tekanan darah b. Bantu untuk duduk, bergeser dari satu sisi ke
b. Frekuensi nadi sisi yang lain
c. Frekuensi pernapasan. c. Berdiri, mata tertutup, jadwal teratur.
Tingkat Kenyamanan (2100)
a. Keinginan untuk bergerak
b. Melaporkan kesejahteraan fisik.
Tingkat Nyeri (2102)
a. Tegangan otot
b. Posisi tubuh protektif.
Perawatan Diri: Aktivitas Kehidupan Sehari-
Hari (0300)
a. Ambulasi: berjalan
b. Kemampuan untuk berpindah.
Status Neurologis: Kendali Motor Sentral
(0911)
a. Keseimbangan
b. Keefektifan gaya berjalan
c. Mempertahankan postur.
Pergerakan Sendi (0206)
a. Sendi (sebutkan) .....................
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kendali Rasa Takut (1404)
a. Rencana strategi koping terhadap situasi
menakutkan
b. Mencari informasi untuk mengurangi ra-
sa takut.
Keterlibatan Sosial (1503)
a. Interaksi dengan anggota keluarga
b. Interaksi dengan teman dekat
c. Partisipasi dalam kegiatan di waktu seng-
gang.
Kepercayaan Kesehatan: Persepsi Kendali
(1702)
a. Percaya bahwa tindakan pribadi dapat
mengendalikan hasil kesehatan.
Penyesuaian Psikososial: Perubahan Hidup
(1305)
a. Ekspresi perasaan berdaya
b. Ekspresi perasaan keterikatan secara so-
sial.
Perilaku Keamanan: Lingkungan Fisik Ru-
mah (1910)
a. Persediaan alat bantu terletak di tempat
yang mudah diakses
b. Penataan furnitur untuk mengurangi ri-
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
siko.
Kepercayaan Kesehatan: Persepsi Kemam-
puan untuk Melakukan (1701)
a. Persepsi bahwa perilaku sehat membu-
tuhkan usaha yang rasional
b. Persepsi kecenderungan melakukan peri-
laku sehat sepanjang waktu.
Pengetahuan: Program Aktivitas
a. Deskripsi program aktivitas
b. Deskripsi cara memantau aktivitas.
Perilaku Kepatuhan [Bersifat Aktif] (1600)
a. Melakukan ADL sesuai tingkat energi
dan toleransi
b. Memberi rasional untuk mengadopsi re-
gimen.
3 Ketidakefektifan Perfusi Perfusi Jaringan: Perifer (0407) Pemantauan Tanda Vital (6680)
Jaringan Perifer (00204) a. Pengisian ulang kapiler cepat a. Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status
b. Bruit ekstremitas tidak ada respirasi
c. Edema perifer tidak ada b. Monitor keberadaan dan kualitas denyut nadi
d. Nadi perifer distal kuat c. Monitor warna, suhu, dan kelembaban kulit
e. Nadi perifer proksimal kuat d. Monitor adanya sianosis sentral dan perifer.
f. Nadi perifer distal simetris Perawatan Sirkulasi: Insufisiensi Arteri (4062)
g. Nadi perifer proksimal simetris a. Lakukan pengkajian komprehensif terhadap
h. Nyeri ekstremitas setempat tidak ada sirkulasi perifer
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
i. Tingkat sensasi normal b. Pantau tingkat ketidaknyamanan atau nyeri
j. Warna kulit normal saat melakukan latihan fisik
k. Fungsi otak baik c. Pantau status cairan termasuk asupan dan ha-
l. Integritas kulit utuh luaran.
m. Suhu ekstremitas hangat. Manajemen Sensasi Perifer (2660)
a. Pantau perbedaan ketajaman atau ketumpulan,
panas atau dingin
b. Pantau parestesia, kebas, kesemutan, hiperes-
tesia dan hipoestesia
c. Pantau tromboflebitis dan trombosis vena pro-
funda
d. Pantau kesesuaian alat penyangga, prostetik,
sepatu dan pakaian.
4 Gangguan Pemeliharaan Orientasi Sehat (1705) Peningkatan Kesadaran Diri (5390)
Kesehatan (00099) a. Fokus pada kesejahteraan a. Anjurkan pasien untuk mengenali dan men-
b. Fokus pada pencegahan dan manajemen diskusikan perasaan dan pikiran
penyakit b. Bantu pasien mengidentifikasi nilai-nilai yang
c. Fokus pada mempertahankan kemampu- membentuk konsep diri
an fungsional c. Fasilitasi identifikasi pasien terhadap pola res-
d. Fokus pada penyesuaian terhadap situasi pon yang biasa terjadi terhadap berbagai situ-
kehidupan asi
e. Harapan bahwa individu bertanggung ja- d. Bantu pasien untuk waspada terhadap pernya-
wab terhadap pilihan yang dibuat taan diri yang negatif
f. Persepsi bahwa perilaku sehat sesuai un- e. Bantu pasien mengidentifikasi karakteristik
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
tuk diri sendiri positif diri sendiri
g. Persepsi bahwa kesehatan merupakan f. Bantu pasien mengidentifikasi sumber moti-
prioritas utama dalam membuat pilihan vasi.
gaya hidup Peningkatan Kesiapan Belajar
h. Persepsi bahwa harapan penyedia laya- a. Ciptakan lingkungan yang tidak mengancam
nan kesehatan sesuai dengan latar bela- b. Maksimalkan status hemodinamik pasien un-
kang budaya individu. tuk memperbaiki oksigenasi otak
Kepercayaan Kesehatan (1700) c. Penuhi kebutuhan dasar fisiologis pasien
a. Persepsi terhadap pentingnya mengambil d. Turunkan tingkat kelelahan pasien, jika perlu
tindakan e. Kontrol nyeri pasien, jika perlu
b. Persepsi ancaman jika tidak bertindak f. Hindari penggunaan obat yang dapat meng-
c. Persepsi manfaat tindakan ganggu persepsi pasien
d. Persepsi kendali tindakan internal g. Pantau tingkat orientasi/kebingungan pasien
e. Persepsi kendali hasil tujuan kesehatan h. Bantu pasien mengembangkan kepercayaan
f. Persepsi perbaikan gaya hidup karena terhadap kemampuannya, jika perlu
adanya tindakan i. Bantu pasien menyadari kemampuan me-
g. Persepsi adanya sumber untuk menam- ngendalikan perkembangan penyakit, jika
pilkan tindakan perlu.
h. Persepsi tidak ada penghalang untuk ber-
tindak
i. Persepsi penurunan ancaman akibat tin-
dakan.
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Pengendalian Risiko (1902)
a. Memantau faktor risiko lingkungan
b. Memantau faktor risiko perilaku personal
c. Mengembangkan strategi pengontrolan
risiko yang efektif
d. Mengikuti strategi pengendalian risiko
yang telah dipilih
e. Memodifikasi gaya hidup untuk menu-
runkan risiko
f. Menghindari pajanan terhadap ancaman
kesehatan
g. Mengenali perubahan status kesehatan
h. Memantau perubahan status kesehatan.
Perilaku Sehat
a. Mengajukan pertanyaan jika diindikasi-
kan
b. Menyelesaikan tugas yang berhubungan
dengan kesehatan
c. Menjelaskan strategi untuk menghilang-
kan perilaku yang tidak sehat
d. Mencari informasi terkini yang berkaitan
dengan kesehatan
e. Menjalankan aturan perilaku sehat jika
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
diindikasikan.
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
5 Risiko Jatuh (00155) Perilaku Keamanan: Individu siko
a. Keseimbangan antara tidur dan instirahat jatuh.
dengan aktivitas
b. Penggunaan alat bantu jalan secara tepat.
Perilaku Keamanan: Lingkungan Fisik Ru-
mah (1910)
a. Pengaturan pencahayaan
b. Pengaturan letak alat bantu di tempat
yang mudah dijangkau
c. Pengaturan furnitur untuk mengurangi ri-
siko.
Perilaku Keamanan: Pencegahan Jatuh
(1909)
a. Penggunaan alat-alat bantu dengan benar
b. Tidak ada barang-barang yang bersera-
kan, ceceran cairan, dan benda-benda
yang menyilaukan di lantai
c. Penyesuaian ketinggian toiler jika diper-
lukan
d. Penyesuaian ketinggian kursi, jika diper-
lukan
e. Penerapan kewaspadaan ketika mengon-
sumsi obat-obatan yang meningkatkan ri-
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Pencegahan Jatuh (6490)
a. Pantau gaya berjalan, keseimbangan, dan tingkat keletihan saat ambulasi
b. Bantu lansia yang limbung saat ambulasi
c. Tempel penanda untuk mengingatkan pasien untuk memanggil bantuan ketika
akan turun dari tempat tidur, jika diperlukan
d. Bantu eliminasi secara berkala, buat jadwal interval eliminasi
e. Sediakan lampu malam di samping tempat ti- dur.
Manajemen Lingkungan (6480)
a. Ciptakan suatu lingkungan yang aman bagi pasien
b. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, ber- dasarkan tingkat fungsi kognitif
dan fisik, ser- ta riwayat perilaku masa lalu
c. Beri alat bantu adaptasi, sesuai keperluan
d. Letakkan benda-benda yang sering digunakan dalam jangkauan pasien.
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
6 Gangguan Citra Tubuh untuk terapi yang berkelanjutan
Citra Tubuh (1200)
(00118)
a. Gambaran internal tentang diri
b. Kepuasan dengan penampilan tubuh
c. Kepuasan dengan fungsi tubuh
d. Keinginan untuk memegang bagian tu-
buh yang mengalami gangguan
e. Keinginan untuk menggunakan strategi
guna meningkatkan penampilan dan
fungsi
f. Keinginan untuk menggunakan (bagian)
tubuh dalam fungsi sehari-hari
g. Penyesuaian terhadap perubahan dalam
penampilan fisik
h. Penyesuaian terhadap perubahan dalam
fungsi tubuh
i. Penyesuaian terhadap perubahan dalam
status kesehatan
j. Kongruensi antara realitas, ideal, dan
presentasi tubuh
k. Deskripsi tentang bagian tubuh yang ter-
ganggu.
Pengetahuan: Regimen Terapi (1813)
a. Deskripsi tanggung jawab perawatan diri
Peningkatan Citra Tubuh (5220) j. Tentukan apakah perubahan citra tubuh
a. Gunakan panduan antisipasi berpe- ran dalam peningkatan isolasi sosial
untuk menyiap- kan pasien k. Bantu pasien mengidentifikasi bagian
terhadap perubahan citra tubuh- nya yang memiliki persepsi positif
tubuh, yang dapat diprediksi l. Indentifikasi perlengkapan untuk
b. Tentukan harapan citra tubuh menurunkan dampak gangguan figur
pasien berdasar- kan pada melalui pakaian, ram-
tahap perkembangan
c. Bantu pasien mendiskusikan
perubahan kare- na penyakit
atau pembedahan, jika
dibutuhkan
d. Fasilitasi diskusi terhadap
perubahan aktual
e. Bantu pasien memisahkan
penampilan fisik dari
perasaan diri bahagia, jika
diperlukan
f. Indentifikasi signifikasi
budaya, agama, ras, jenis
kelamin, dan usia pasien
pada citra tubuh
g. Pantau pernyataan diri yang
positif/negatif,
h. Pantau kemampuan pasien
untuk melihat dan
menyentuh tubuhnya
i. Tentukan apakah persepsi
tubuh mempenga- ruhi
isolasi sosial atau tidak
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
b. Deskripsi efek terapi yang diharapkan
but palsu, atau kosmetik, jika diperlukan.
c. Pelaksanaan teknik pemantauan diri
Restrukturisasi Kognitif (4700)
d. Pelaksanaan perawatan diri.
a. Bantu pasien menerima fakta bahwa pernya-
taan diri memerantarai kesenangan emosional
b. Bantu pasien agar dapat memahami ketidak-
mampuan untuk mencapai perilaku yang dii-
nginkan sering disebabkan oleh pernyataan di-
ri yang tidak rasional
c. Menentukan gaya berpikir disfungsional
d. Bantu pasien mengganti interpretasi yang ke-
liru dengan interpretasi yang lebih berdasar-
kan realita pada situasi, kejadian dan interaksi
yang penuh stres.
12. Penatalaksanaan

Tujuan penanganan penyakit gout adalah mengakhiri serangan akut

secepat mungkin, mencegah serangan yang berulang dan mencegah atau

membalikkan komplikasi (Kowalak et al., 2012). Penanganan penyakit

gout yang akut terdiri atas:

a. Imobilisasi dan proteksi sendi yang nyeri dan mengalami inflamasi

b. Kompres dingin atau hangat pada bagian yang sakit

c. Peningkatan asupan cairan (hingga 3 L per hari) jika tidak terdapat

kontraindikasi penyakit lain; peningkatan asupan cairan ini bertujuan

mencegah pembentukan batu ginjal

d. Terapi dengan colchicine (oral atau IV) setiap jam sekali selama 8 jam

untuk menghambat fagositosis kristal asam urat oleh sel-sel neutrofil;

tetapi ini dilakukan sampai rasa nyeri mereda atau sampai terjadi diare

(pada inflamasi yang akut)

e. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) untuk mengatasi nyeri dan

inflamasi.

Penanganan penyakit gout yang kronis bertujuan untuk menu-

runkan kadar asam urat serum, meliputi:

a. Allopurinol (Zyloprim; Zyloric) dengan dosis rumatan untuk menekan

pembentukan asam urat atau mengendalikan kadar asam urat guna

mencegah serangan berikut (obat ini harus digunakan secara hati-hati

pada pasien gagal ginjal)


b. Colchicine untuk mencegah serangan akut yang rekuren sebelum kadar

asam urat kembali normal (obat ini memengaruhi kadar asam urat)

c. Preparat Urikosurik (Probenesid [Benemid] dan Sulfinpirazon [An-

turane]) untuk meningkatkan ekskresi asam urat dan menghambat

akumulasi asam urat (efektivitasnya terbatas pada pasien gangguan

ginjal)

d. Pembatasan makanan tertentu, khususnya alkohol dan makanan yang

kaya akan purin (kerang-kerangan, hati, sardencis, anchovies dan

ginjal) yang dapat meningkatkan kadar asam urat (terapi tambahan).


56
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Hari/tanggal : Sabtu, 01 Oktober 2022

Jam : 09.00 WIB

1. Identitas Klien

Nama : Ny. R
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja, dulu bekerja sebagai pegawai
kantin di pabrik.
Pendidikan : Sekolah Dasar
Alamat : Bantalwatu , Sumberwungu
Diagnosis Medis : Arthritis Gout
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. N

Umur :-
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Pendidikan :-
Alamat : Bantalwatu , Sumberwungu
Hub. dengan Klien : Suami

3. Riwayat
Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan kalau duduk terlalu lama, berdiri jadi sakit.
Sakit bertambah saat bergerak, berkurang saat istirahat dan setelah mi-
57
num obat. Rasanya seperti terbakar (skala nyeri 4 dari 10). Sakit di da-
erah lutut dan jari kaki. Sakit hilang-timbul.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sakit asam urat sejak tujuh bulan yang lalu
dan masih berlangsung sampai sekarang. Klien mengatakan sebelum-
nya sudah biasa melakukan kompres air hangat dan mengatur pola ma-
kan sesuai dengan program dari panti, menghindari makanan-makanan
seperti jeroan, ikan dan daun pepaya; meminum obat penurun asam
urat dan antinyeri yang klien dapatkan dari Puskesmas.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Klien mengatakan sudah punya riwayat penyakit asam urat sejak
15 tahun yang lalu, sudah pernah ke dokter dan berobat hingga sembuh,
tetapi kambuh lagi sejak tujuh bulan yang lalu sampai sekarang.
Klien mengatakan dulu punya riwayat penyakit hipertensi dan
gula. Sekarang masih hipertensi. Klien mengatakan pernah punya ri-
wayat jatuh terpeleset di kamar mandi ± 1 bulan yang lalu.
d. Riwayat Penyakit Keluarga/Keturunan
Klien mengatakan tidak ingat dengan riwayat penyakit keluarga.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Baik.
b. Postur Tulang Belakang
Tegap.
c. Penampilan
Bersih.
d. Tanda-Tanda Vital dan Status Gizi
1) Tekanan Darah : 180/80 mmHg
2) Nadi : 64 ×/menit
3) Pernapaan : 22 ×/menit
4) Suhu : 36,2° C
5) Berat Badan : 62 kg
6) Tinggi Badan : 148 cm
e. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala
a) Kebersihan : bersih
b) Kerontokan Rambut : ya
c) Keluhan : tidak
2) Mata
a) Konjungtiva : ananemis
b) Sklera : anikterik
c) Starbismus : tidak
d) Penglihatan : tidak
e) Peradangan : tidak
f) Riwayat Katarak : tidak
g) Keluhan : tidak
h) Penggunaan Kacamata : ya
3) Hidung
a) Bentuk : simetris
b) Peradangan : ya
c) Penciuman : tidak
4) Mulut dan Tenggorokan
a) Kebersihan : bersih
b) Mukosa : lembab
c) Peradangan/Stomatitis : tidak
d) Gigi Geligi : karies

e) Radang Gusi : tidak


f) Kesulitan Mengunyah : tidak
g) Kesulitan Menelan : tidak
5) Telinga
a) Kebersihan : bersih
b) Peradangan : tidak
c) Pendengaran : tidak
6) Leher
a) Pembesaran Tiroid : tidak
7) Dada
a) Bentuk Dada : normal chest
b) Retraksi : tidak
c) Wheezing : tidak
d) Ronchi : tidak
e) Suara Jantung Tambahan : tidak
f) Ictus Cordis : tidak terkaji
8) Abdomen
a) Bentuk : flat
b) Nyeri Tekan : tidak
c) Kembung : tidak
d) Supel : ya
e) Bising Usus : ada
f) Massa : tidak

9) Genitalia
a) Kebersihan : bersih
b) Hemoroid : tidak
c) Hernia : tidak

10) Ekstremitas
a) Kekuatan Otot 5
b) Postur Tubuh : tegap (normal)
c) Rentang Gerak : terbatas
d) Deformitas : tidak
e) Tremor : tidak
f) Edema Kaki : tidak
g) Penggunaan Alat Bantu : tidak
11) Integumen
a) Kebersihan : bersih
b) Warna : tidak
c) Kelembaban : lembab
d) Gangguan pada Kulit : tidak
f. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan.

5. Pengkajian Psikososial dan Spiritual


a. Psikososial
1) Hubungan dengan orang lain di dalam wisma: mampu berinteraksi,
mampu bekerjasama.

2) Hubungan dengan orang lain di luar wisma di dalam panti: mampu


berinteraksi, mampu bekerjasama.
3) Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya dalam panti: sering.
4) Stabilitas emosi: stabil.
Kemampuan sosialisasi klien cukup baik, toleran dan ber-
sikap terbuka terhadap kelebihan dan kekurangan sesama penghuni
wisma. Kadang tampak murung. Ketika ditanya punya pikiran atau
masalah apa, klien menjawab tidak punya masalah apa-apa. Klien
mengatakan merasa senang ketika bersosialisasi bersama dengan
sesama penghuni wisma, dan siap untuk beradaptasi kembali apa-
bila suatu saat harus berpindah wisma dan bertemu dengan peng-
huni wisma yang baru.
5) Motivasi penghuni panti: kemampuan sendiri.
6) Frekuensi kunjungan keluarga: > 6 bulan satu kali.
b. Emosional
1) Pertanyaan Tahap I
a) Apakah klien mengalami susah tidur: tidak.
b) Apakah klien sering merasa gelisah: tidak.
c) Apakah klien murung atau menangis sendiri: ya.
d) Apakah klien sering was-was atau khawatir: tidak.
2) Pertanyaan Tahap II
a) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 × dalam 1 bulan?

Klien mengatakan terganggu atau khawatir dengan


teman-teman di wisma yang baru yang kadang tidak bersedia
untuk bergabung dengan teman-teman dari wisma yang lain
ketika masa pertukaran penghuni wisma dilakukan kembali
oleh pengurus wisma.
b) Ada masalah atau banyak pikiran?
Klien mengatakan tidak banyak pikiran.
c) Ada gangguan/masalah dengan orang lain?
Klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan peng-
huni panti yang lain.
d) Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
Klien mengatakan tidak mengonsumsi obat tidur.
e) Cenderung mengurung diri?
Klien mengatakan tidak mengurung diri, klien menga-
takan merasa senang dengan keberadaan mahasiswa di wisma.
c. Spiritual
Klien mengatakan biasa melaksanakan sholat 5 waktu

5. Pengkajian Fungsional Klien

a. Indeks Katz

Indeks Keterangan
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke ka-
mar kecil, berpakaian, dan mandi.
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi ter-
sebut.
C Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, dan satu fung-
si tambahan.
D Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian,
dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, berpindah, dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain. Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi ti-
dak dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E, atau F.
b. Indeks Bartel

Nilai
No. Aktivitas
B M Keterangan
1 Makan, minum. 5 10  Makan:
1) Frekuensi: 3 × sehari
2) Jumlah: 1 porsi
3) Jenis: nasi, tempe,
ikan, sayur.
Minum:
1) Frekuensi: 8 gelas
sehari
2) Jumlah: 2 gelas
belimbing
3) Jenis: air bening, teh.
2 Berpindah dari kur- 5 – 10 15 
si roda ke tempat
tidur dan sebalik-
nya, termasuk du-
duk di tempat tidur.
3 Cukur, gosok gigi. 0 5 Frekuensi: 2 – 3 × sehari.
4 Aktivitas toilet. 5 10 
5 Mandi. 0 5 Frekuensi: 2 – 3 × sehari.
6 Berjalan di jalan 10 15  Rentang gerak klien
yang datar (jika cukup, klien beraktivitas
tidak mampu dengan hati-hati. Klien
berjalan, lakukan tampak membatasi tenaga
dengan kursi roda). yang dikeluarkan.
7 Naik turun tangga. 5 10 
8 Berpakaian, 5 10 
termasuk mengena-
kan sepatu.
9 Kontrol defekasi. 5 10 
10 Kontrol berkemih. 5 10 
Jumlah 100

Keterangan: B = bantuan; M = mandiri.

Interpretasi: mandiri.
6. Pengkajian Status Mental Gerontik

a. SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionnaire)

No. Pertanyaan Benar Salah


1 Tanggal berapa hari ini? 
2 Hari apa sekarang? 
3 Apa nama tempat ini? 
4 Di mana alamat Anda? 
5 Berapa umur Anda? 
6 Kapan Anda lahir? 
7 Siapa presiden Indonesia? 
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya? 
9 Siapa nama ibu Anda? 
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap kurangi 3 dari 
setiap angka baru, secara menurun
Jumlah 9 1

Interpretasi: fungsi intelektual utuh (salah 1).


b. MMSE (Mini-Mental State Examination)

Skor Maksimum Skor Klien Kategori


Orientasi
5 4 Menyebut dengan benar:
1) Hari 
2) Tanggal 
3) Bulan 
4) Tahun 
5) Musim 
5 5 Sekarang kita berada di mana?
1) Negara 
2) Nomor/Nama Wisma 
3) Kota 
4) Kabupaten 
5) Propinsi 
Registrasi
3 3 Pewawancara menyebutkan nama 3
buah benda, 1 detik untuk tiap ben-
da. Kemudian minta klien mengu-
lang ketiga nama tersebut:
1) Lukisan 
2) Meja 
3) Kursi 
Atensi dan Kalkulasi
5 4 Hitung berturut-turut selang 7 mulai
dari 100 ke bawah 1 angka untuk
tiap jawaban benar. Berhenti setelah
5 hitungan:
1) 93 
2) 86 
3) 79 
4) 72 
5) 65 
Mengingat Kembali (Recall)
3 3 Tanyakan kembali nama ketiga ben-
da yang telah disebutkan di atas.
Bahasa
9 2 1) Apa nama benda-benda ini?
a) Asbak 
b) Taplak Meja 
Skor Maksimum Skor Klien Kategori
1 2) Ulangi kalimat berikut: “jika
tidak dan atau tetapi” 
3 3) Lakukan tiga perintah ini: “Pe-
gang selembar kertas dengan ta-
ngan kananmu, lipat kertas ter-
sebut pada pertengahan dan le-
takkanlah di lantai”   
3 4) Baca dan laksanakan perintah-
perintah berikut (1 angka untuk
tiap poin):
a) Pejamkan mata Anda! 
b) Tuliskan sebuah kalimat! 
c) Tirukan gambar ini! 

Skor Total 28

Interpretasi: normal (nilai 24 – 30).


B. Analisis Data

No. Waktu Data Fokus Masalah Etiologi Paraf


1 01/10/2022 S: Klien mengatakan, kalau duduk ter- Hambatan Mobilitas Fisik Kekakuan pada sendi.
lalu lama, berdiri jadi sakit. (00085)
O: Klien tampak beraktivitas dengan
lambat dan hati-hati.
2 01/10/2022 S: Klien mengatakan merasa sakit apa- Nyeri Kronis Kondisi muskuloskeletal
bila “asam urat”-nya kambuh. (00133) kronis.
Klien mengatakan sudah “asam
urat” sejak 15 tahun yang lalu. Su-
dah pernah ke dokter dan berobat
hingga sembuh, tapi kambuh lagi
sejak tujuh bulan yang lalu sampai
sekarang.
P: Nyeri bertambah saat bergerak,
berkurang saat istirahat dan se-
telah minum obat.
Q: Nyeri seperti terbakar.
R: Nyeri di persendian lutut & jari-
jari kaki.
S: Nyeri skala 4 dari 10.
T: Nyeri hilang-timbul setelah du-
duk lama dan kemudian berdiri.
O: Klien tampak menunjukkan bebera-

67
No. Waktu Data Fokus Masalah Etiologi Paraf
pa obat dari poliklinik: paracetamol.
3 01/10/2022 S: Klien mengatakan pernah punya ri- Risiko Jatuh Usia > 65 tahun.
wayat jatuh, terpeleset di kamar (00155)
O: mandi ± 1 bulan yang lalu.
Umur: 69 tahun.
C. Diagnosis Keperawatan dan Prioritas Masalah

1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi.

3. Risiko jatuh berhubungan dengan usia lebih dari 65 tahun.


D. Rencana Intervensi

No. Dx. Kriteria Hasil Intervensi


1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
Manajemen Nyeri (1400)
3 × 8 jam diharapkan nyeri pada Ny. W ber-
a. Lakukan pengkajian menyeluruh pada nyeri, termasuk lokasi, karakte-
kurang atau hilang dengan kriteria hasil:
ristik, awitan/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nye-
Kontrol Nyeri (1605)
ri dan faktor pemicu
a. Melaporkan nyeri yang terkontrol
b. Pantau petunjuk nonverbal terhadap ketidaknyamanan, terutama bagi
b. Menggambarkan faktor penyebab
lansia yang tidak dapat berkomunikasi dengan efektif
c. Menggunakan tindakan pencegahan
c. Tentukan dampak pengalaman nyeri terhadap kualitas kehidupan (se-
d. Mengenali apa saja yang terkait dengan ge-
perti tidur, nafsu makan, aktivitas, kognisi, mood, hubungan, penam-
jala nyeri.
pilan, pekerjaan, dan tanggung jawab peran)
Tingkat Nyeri (2102)
d. Evaluasi riwayat pengalaman nyeri terdahulu mencakup riwayat nyeri
a. Melaporkan nyeri berkurang
kronik pada individu atau keluarga atau ketidakmampuan yang me-
b. Skala nyeri ≤ 2
nyertainya, dengan tepat
c. Tekanan darah dalam taraf deviasi sedang
e. Evaluasi keefektifan tindakan mengatasi rasa nyeri yang terdahulu
dari kisaran normal
yang pernah dipergunakan bersama dengan pasien dan tim kesehatan
d. Ekspresi nyeri wajah tidak ada
f. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, sampai bera-
e. Ketegangan otot ringan.
pa nyeri berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan yang mungkin
muncul akibat dari prosedur yang dilakukan
g. Kurangi atau singkirkan faktor-faktor yang dapat memicu atau me-
ningkatkan rasa nyeri (misalnya rasa takut, keletihan, hal-hal yang mo-
noton, dan kurangnya pengetahuan)
h. Pertimbangkan keinginan pasien untuk berpartisipasi, kemampuan ber-
partisipasi, kesukaan, dukungan dari orang terdekat terhadap metode

70
No. Dx. Kriteria Hasil Intervensi
yang digunakan, dan kontraindikasi ketika memilih strategi pereda
nyeri
i. Pilih dan implementasikan berbagai tindakan (misalnya farmakologik,
nonfarmakologik, dan interpersonal) untuk memfasilitasi pereda nyeri
dengan sesuai
j. Motivasi pasien untuk memantau nyerinya sendiri dan untuk mengata-
sinya dengan tepat
k. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi sebelum, setelah dan jika
mungkin, selama aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri; sebelum nye-
ri timbul atau meningkat; dan diberikan bersamaan dengan tindakan
pereda nyeri
l. Gunakan tindakan pengendali nyeri sebelum nyeri memburuk
m. Berikan pola tidur atau istirahat yang adekuat untuk memudahkan me-
ngurangi rasa nyeri.
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Terapi Latihan: Kendali Otot (0226)
3 × 8 jam diharapkan masalah hambatan mo- a. Bantu pasien mengembangkan protokol latihan untuk kekuatan, keta-
bilitas fisik pada Ny. W teratasi dengan kriteria hanan, dan fleksibilitas
hasil: b. Motivasi pasien untuk melakukan latihan secara mandiri, sesuai indi-
Ambulasi (0200) kasi
a. Tidak ada gangguan berjalan dengan kece- c. Evaluasi kemajuan pasien setelah perbaikan pergerakan dan fungsi tu-
patan pelan hingga sedang buh
b. Tidak ada gangguan menyesuaikan dengan d. Evaluasi fungsi sensori
perbedaan tekstur permukaan/lantai. e. Beri penguatan positif atas usaha yang dilakukan pasien dalam latihan
Pergerakan (0208) dan aktivitas fisik.

71
No. Dx. Kriteria Hasil Intervensi
a. Keseimbangan tidak terganggu Terapi Latihan: Keseimbangan (0222)
b. Gerakan sendi tidak terganggu. a. Beri tahu cara mengatur posisi dan bergerak
Cara Berjalan (0222) b. Bantu untuk duduk, bergeser dari satu sisi ke sisi yang lain
a. Kecepatan sesuai aktivitas c. Berdiri, mata tertutup, jadwal teratur.
b. Berjalan lambat karena sakit tidak ada
c. Kaki kaku saat berjalan tidak ada
d. Berjalan dengan ditopang tidak ada.
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pencegahan Jatuh (6490)
5 × 8 jam diharapkan klien dapat memahami a. Pantau gaya berjalan, keseimbangan, dan tingkat keletihan saat ambu-
prevensi/perlindungan agar terhindar dari jatuh lasi
dengan kriteria hasil: b. Bantu lansia yang limbung saat ambulasi.
Kejadian Jatuh (1912) Manajemen Lingkungan (6480)
a. Jatuh saat berdiri tidak ada a. Ciptakan suatu lingkungan yang aman bagi klien
b. Jatuh saat berjalan tidak ada b. Identifikasi kebutuhan keamanan klien, berdasarkan tingkat fungsi
c. Jatuh saat duduk tidak ada kognitif dan fisik, serta riwayat perilaku masa lalu
d. Jatuh saat ke kamar mandi tidak ada. c. Beri alat bantu adaptasi, sesuai keperluan
Perilaku Pencegahan Jatuh (1090) d. Letakkan benda-benda yang sering digunakan dalam jangkauan klien.
a. Menggunakan alat bantu dengan benar
b. Menggunakan bangku dan tangga dengan
aman
c. Kontrol ketidakmampuan istirahat
d. Memperhatikan peringatan ketika mengam-
bil pengobatan yang dapat meningkatkan ri-
siko jatuh.

72
E. Implementasi

1. Hari Pertama (03/10/2022)

a. Nyeri Kronis Berhubungan dengan Kondisi Muskuloskeletal Kronis

Waktu Implementasi Respon Paraf


08:40 WIB 1) Mengkaji nyeri klien.
S: Klien mengatakan:
2) Memantau adanya tanda
a. Nyeri bertambah saat bergerak, berkurang
ketidaknyamanan.
saat istirahat dan setelah minum obat.
b. Nyeri seperti terbakar.
c. Nyeri di persendian lutut & jari-jari kaki.
d. Nyeri skala 4 dari 10.
e. Nyeri setelah duduk lama dan kemudian
berdiri.
O: Klien tampak menunjukkan obat dari polikli-
nik: paracetamol.
Klien tampak sedikit menahan nyeri.
Klien tampak cemas.
08:45 WIB 3) Menanyakan dampak pengalaman nyeri ter-
S: Klien mengatakan kesulitan untuk beraktivi-
hadap aktivitas sehari-hari.
tas saat nyeri di persendian kambuh.
4) Menanyakan usaha apa saja yang telah dila-
Klien mengatakan sudah biasa melakukan
kukan klien untuk mengatasi nyeri yang di-
kompres di persendian dengan air hangat
alami.
menggunakan WWZ dari panti.
Klien mengatakan telah menghindari maka-

73
Waktu Implementasi Respon Paraf
nan-makanan seperti jeroan, ikan dan daun
pepaya; meminum obat penurun asam urat
dan antinyeri yang klien dapatkan dari poli-
klinik.
O: -
13:20 WIB 5) Mengontrol lingkungan yang dapat meme- S: Klien mengatakan bersedia untuk mengena-
ngaruhi nyeri dengan cara menyarankan kli- kan selimut, kaus kaki atau jaket ketika kedi-
en menggunakan selimut ketika kedinginan. nginan.
6) Memberikan penguatan positif terhadap usa- O: Klien mengenakan jaket dan kaus kaki pada
ha yang telah dilakukan oleh klien. siang hari.

b. Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kekakuan pada Sendi

Waktu Implementasi Respon Paraf


08:10 WIB 1) Mengukur tekanan darah dan nadi. S: Klien mengatakan bersedia untuk diukur nadi
dan tekanan darahnya.
Klien mengatakan sudah lama mengalami pe-
nyakit hipertensi.
O TD : 180/80 mmHg
: N : 64 ×/menit
Klien mengatakan bersedia untuk dibantu.
08:30 WIB 2) Mengkaji kemampuan mobilisasi klien. S:
Klien tampak berjalan dengan tegap, rentang
O
:

74
Waktu Implementasi Respon Paraf
gerak klien cukup.
Klien tampak hati-hati dalam beraktivitas dan
sering membatasi tenaga yang dikeluarkan.
Klien tidak menggunakan alat bantu.
09:05 WIB 3) Mengkaji tingkat pengetahuan klien menge- S: Klien mengatakan tidak tahu penyebab pe-
nai penyakitnya. nyakit yang dialaminya.
Klien mengatakan sakit “asam urat” terjadi
karena usia yang sudah tua.
Klien mengatakan bahwa “asam urat” dan re-
matik itu sama.
Klien tidak tahu jika makanan juga dapat me-
mengaruhi kambuhnya penyakit “asam urat”
yang dialaminya.
O: -
13:20 WIB 4) Mengkaji indeks Bartel klien. S:
Klien mengatakan bersedia untuk dikaji.
Klien mengatakan makan, tidur dan ke toilet
tanpa bantuan.
Klien mengatakan dapat berjalan di permuka-
an datar tanpa bantuan.
Klien mengatakan BAB dan BAK mandiri.
O:
Klien tidak menggunakan alat bantu jalan.
15:00 WIB 5) Menanyakan keinginan klien untuk mempe-
S: Klien dan teman-temannya mengatakan ingin
lajari sesuatu yang belum pernah diajarkan
diajari senam tongkat.

75
Waktu Implementasi Respon Paraf
sebelumnya. O: -

c. Risiko Jatuh Berhubungan dengan Usia Lebih Dari 65 Tahun

Waktu Implementasi Respon Paraf


08:45 WIB 1) Melakukan pengkajian fungsional klien. S:
Klien mengatakan mampu melakukan aktivi-
tas sehari-hari tanpa bergantung pada petugas
wisma dan/atau teman-teman yang lain.
O:
Klien tampak mencuci baju dan membersih-
kan halaman wisma tanpa bantuan.
09:30 WIB 2) Menggali pengetahuan klien tentang upaya S: Klien mengatakan rajin menyikat lantai ka-
yang bisa dilakukan untuk mencegah terja- mar mandi supaya tidak ada lumut.
dinya jatuh. Klien mengatakan harus berhati-hati saat me-
3) Memotivasi klien untuk mempraktikkan ca- ngubah posisi agar tidak jatuh atau terpeleset.
ra pencegahan dan memberikan penguatan Klien mengatakan bersedia untuk terus mela-
positif terhadap usaha yang dilakukan. kukan upaya pencegahan sebisanya.
4) Mengkaji dan memantau gaya berjalan serta O: -
tingkat keseimbangan klien saat ambulasi.

76
2. Hari ke Dua (04/10/2022)

a. Nyeri Kronis Berhubungan dengan Kondisi Muskuloskeletal Kronis

Waktu Implementasi Respon Paraf


08:10 WIB 1) Menanyakan adanya keluhan nyeri. S:
Klien mengatakan semalam nyeri persendian
sempat kambuh dan sudah berusaha mengata-
sinya dengan obat.
O:
Klien tampak memegangi jempol kakinya.
09:00 WIB 2) Mengajarkan klien teknik napas dalam dan S:
Klien mengatakan sudah pernah diajari teknik
relaksasi otot progresif.
relaksasi napas dalam dan otot progresif sebe-
lumnya.
O
Klien tampak memeragakan teknik relaksasi
:
napas dalam dan otot progresif dengan cukup
baik.
Klien mengatakan sudah punya WWZ sendiri
15:20 WIB 3) Menganjurkan klien untuk melakukan kom- S:
dan sudah biasa melakukan kompres hangat.
pres air hangat bila nyeri kambuh.
Klien mengatakan bersedia untuk mengikuti
saran yang dianjurkan.
Klien mengatakan nyeri lebih cepat sembuh
dengan obat. Kalau pakai obat, nyeri bisa hi-
lang dalam waktu beberapa menit saja.
-
O
:

77
b. Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kekakuan pada Sendi

Waktu Implementasi Respon Paraf


07:40 WIB 1) Mendampingi klien berlatih ROM aktif de- S:
Klien mengatakan bersedia untuk didampingi.
ngan senam pagi. O:
Klien tampak mengikuti senam pagi.
08:10 WIB 2) Mengukur tekanan darah dan nadi. S:
Klien mengatakan bersedia untuk diukur nadi
dan tekanan darahnya.
O:
TD : 180/90 mmHg
N : 62 ×/menit
15:00 WIB 3) Mengukur tekanan darah dan nadi. S:
Klien mengatakan bersedia untuk diukur nadi
4) Menganjurkan klien untuk membatasi akti-
dan tekanan darahnya.
vitas yang berat.
Klien mengatakan bersedia mengikuti anjuran
untuk membatasi aktivitas yang berat.
O:
TD : 160/70 mmHg
N : 64 ×/menit

c. Risiko Jatuh Berhubungan dengan Usia Lebih Dari 65 Tahun

Waktu Implementasi Respon Paraf


08:00 WIB 1) Meminta klien melapor kepada perawat atau S:
Klien mengatakan bersedia untuk melapor.
petugas ketika mengalami kejadian jatuh.
Klien mengatakan belum mengalami jatuh se-
panjang dua hari ini.
O:
-

78
3. Hari ke Tiga (05/10/2022)

a. Nyeri Kronis Berhubungan dengan Kondisi Muskuloskeletal Kronis

Waktu Implementasi Respon Paraf


08:20 WIB 1) Mengevaluasi perkembangan hasil kolabo- S:
Klien mengatakan minum obat hanya bila sa-
rasi obat-obatan dalam mengurangi keluhan
kitnya kambuh.
nyeri.
Klien mengatakan nyeri masih hilang-timbul.
O:
Klien menunjukkan obat sudah berkurang.
09:00 WIB 2) Membantu dan menemani klien ke polikli- S:
Klien mengatakan senang jika ditemani.
nik. O:
Klien tampak mengikuti aktivitas pelayanan
kesehatan di poliklinik.
14:20 WIB 3) Mendampingi klien menjalani aktivitas bim- S:
Klien mengatakan bersedia untuk didampingi.
bingan sosial: menyanyi (sebagai salah satu O:
Klien tampak mengikuti kegiatan, namun ha-
upaya distraksi terhadap nyeri).
nya duduk dan menonton saja.
Klien tidak tampak menunjukkan tanda-tanda
menahan nyeri.
15:00 WIB 4) Mengkaji nyeri klien. S:
Klien mengatakan nyeri masih hilang-timbul.
Klien mengatakan nyeri berkurang ketika isti-
rahat dan minum obat.
Skala nyeri: 1 dari 10.
O:
Ekspresi menahan nyeri tidak ada.
Klien tampak memegangi bagian-bagian yang
biasanya nyeri & meremas-remas tangannya.

79
Waktu Implementasi Respon Paraf
Obat tampak berkurang.

b. Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kekakuan pada Sendi

Waktu Implementasi Respon Paraf


08:00 WIB 1) Mengukur tekanan darah dan nadi. S:
Klien mengatakan bersedia untuk diukur nadi
dan tekanan darahnya.
O: TD : 190/80 mmHg
N : 64 ×/menit
15:40 WIB 2) Mengukur tanda-tanda vital setelah melaku- S: Klien mengatakan bersedia untuk diperiksa.
kan aktivitas, kemudian membandingkannya O: TD : 180/70 mmHg (< sebelumnya)
dengan nilai tekanan darah dan nadi di pagi N : 66 ×/menit (> sebelumnya)
hari. RR : 22 ×/menit
16:00 WIB 3) Menyarankan klien untuk latihan mobilitas S: Klien mengatakan bersedia mencoba saran

yang sederhana: mengubah posisi dari du- yang diberikan.


duk ke berdiri, berdiri ke duduk setelah ba- O: -
ngun pagi.

80
c. Risiko Jatuh Berhubungan dengan Usia Lebih Dari 65 Tahun

Waktu Implementasi Respon Paraf


14:20 WIB 1) Mendampingi klien menjalani aktivitas bim- S:
Klien mengatakan bersedia untuk didampingi.
bingan sosial: menyanyi.
Klien mengatakan tidak mengalami jatuh.
2) Menanyakan adanya kejadian jatuh. O:
Klien tampak mengikuti kegiatan, namun ha-
nya duduk dan menonton saja.
14:25 WIB 3) Menanyakan kepada klien apakah membu- S: Klien mengatakan masih tidak membutuhkan
tuhkan alat bantu untuk berjalan, misalnya alat bantu.
tongkat. Klien mengatakan dapat melakukan aktivitas
secara mandiri.
O: Klien tampak berjalan dengan postur tegap.
F. Evaluasi

1. Hari Pertama (03/10/2022)

a. Nyeri Kronis Berhubungan dengan Kondisi Muskuloskeletal Kronis

Waktu Catatan Perkembangan Paraf


15:00 WIB S:
1) Klien mengatakan merasa nyeri saat bergerak dan berkurang ketika minum obat. Nyeri seperti
terbakar dengan skala 4 dari 10. Nyeri terasa di persendian lutut dan jari-jari kaki. Nyeri terja-
di setelah duduk lama dan kemudian berdiri.
2) Klien mengatakan sudah biasa melakukan kompres air hangat dan menghindari makanan yang
terbuat dari jeroan, ikan dan daun pepaya.
3) Klien mengatakan rutin minum obat dari poliklinik.
O:
1) Klien menunjukkan obat dari poliklinik: paracetamol.
2) Klien tampak cemas.
Waktu Catatan Perkembangan Paraf
A: Masalah nyeri kronis belum teratasi.

P: Lakukan intervensi:
1) Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk meredakan nyeri: napas dalam, relaksasi otot progresif.
2) Anjurkan klien untuk melakukan kompres air hangat bila nyeri kambuh.

b. Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kekakuan pada Sendi

Waktu Catatan Perkembangan Paraf


15:00 WIB S:
1) Klien mengatakan kalau duduk terlalu lama berdiri jadi sakit.
2) Klien mengatakan tidak tahu penyebab penyakit yang dialaminya.
3) Klien mengatakan bahwa sakit yang dialami terjadi karena usia yang sudah tua.
4) Klien dan teman-temannya mengatakan bahwa “asam urat” dan rematik itu sama.
O:
1) Klien beraktivitas dengan lambat dan hati-hati.
A:
Masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi.
P:
Lakukan intervensi:
1) Melatih ROM aktif sesua jadwal dari panti bila tidak dalam keadaan nyeri.
2) Anjurkan klien untuk memperbanyak istirahat dan membatasi aktivitas berat untuk sementara.
3) Lakukan pendidikan kesehatan diet arthritis gout.

84
c. Risiko Jatuh Berhubungan dengan Usia Lebih Dari 65 Tahun

Waktu Catatan Perkembangan Paraf


15:00 WIB S:
1) Klien mengatakan memiliki riwayat jatuh terpeleset di kamar mandi ± 1 bulan yang lalu.
2) Klien mengatakan mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan dari petugas wisma
dan/atau teman-teman yang lain.
O:
1) Klien tidak menggunakan alat bantu.
2) Klien melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan.
A:
Masalah risiko jatuh belum teratasi.
P:
Lakukan intervensi:
1) Gali pengetahuan klien tentang upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya jatuh.
2) Motivasi klien untuk mempraktikkan cara pencegahan jatuh.
3) Pantau gaya berjalan dan tingkat keseimbangan klien saat ambulasi.
4) Minta klien untuk melapor kepada perawat atau petugas ketika mengalami kejadian jatuh.

2. Hari ke Dua (04/10/2022)

a. Nyeri Kronis Berhubungan dengan Kondisi Muskuloskeletal Kronis

Waktu Catatan Perkembangan Paraf


15:00 WIB S: 1) Klien mengatakan nyeri kambuh semalam dan sudah diobati dengan obat dari poliklinik.
Waktu Catatan Perkembangan Paraf
2) Klien mengatakan sudah pernah diajari teknik relaksasi napas dalam dan otot progresif.
3) Klien mengatakan sudah punya WWZ sendiri dan sudah biasa melakukan kompres hangat.
4) Klien mengatakan tidak mengalami nyeri sepanjang hari ini.

O: 1) Klien memeragakan teknik relaksasi napas dalam dan otot progresif dengan cukup baik.
2) Ekspresi menahan nyeri tidak ada.

A: Masalah nyeri kronis belum teratasi.

P: Lakukan intervensi:
1) Berikan analgesik paracetamol dan terapi colchicine bila mungkin.
2) Ajarkan cara melakukan kompres persendian dengan
jahe. Lanjutkan intervensi:
1) Anjurkan klien untuk melakukan kompres air hangat bila nyeri kambuh.
2) Pantau petunjuk nonverbal terhadap ketidaknyamanan.

b. Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kekakuan pada Sendi

Waktu Catatan Perkembangan Paraf


15:00 WIB S:
1) Klien mengatakan masih kesulitan untuk aktivitas saat “asam urat” kambuh.
2) Klien mengatakan ingin diajari senam tongkat.
O:
1) Klien memegangi bagian-bagian sendi yang biasanya kaku.
Waktu Catatan Perkembangan Paraf
A: Masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi.

P: Lakukan intervensi:
1) Anjurkan klien untuk latihan mobilitas yang sederhana seperti mengubah posisi dari duduk ke
berdiri, berdiri ke duduk; jadwalkan secara teratur setiap pagi.
2) Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.
Lanjutkan intervensi:
1) Anjurkan klien untuk memperbanyak istirahat.

c. Risiko Jatuh Berhubungan dengan Usia Lebih Dari 65 Tahun

Waktu Catatan Perkembangan Paraf


15:00 WIB S:
1) Klien mengatakan tidak mengalami jatuh sepanjang hari ini.
2) Klien mengatakan tidak membutuhkan alat bantu.
O:
-
A:
Masalah risiko jatuh belum teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi:
1) Pantau gaya berjalan dan tingkat keseimbangan klien saat ambulasi.
2) Anjurkan klien untuk melapor kepada perawat atau petugas ketika mengalami kejadian jatuh.

87
3. Hari ke Tiga (05/10/2022)

a. Nyeri Kronis Berhubungan dengan Kondisi Muskuloskeletal Kronis

Waktu Catatan Perkembangan Paraf


15:00 WIB S:
1) Klien mengatakan nyeri persendian masih hilang-timbul.
2) Klien mengatakan nyeri berkurang setelah minum obat dan istirahat.
3) Skala nyeri ± 1 dari 10.
O:
1) Ekspresi menahan nyeri tidak ada.
2) Klien memegangi bagian-bagian yang biasanya nyeri dan meremas-remas tangannya.
3) Obat tampak berkurang.
A:
Masalah nyeri kronis belum teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi:
1) Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi dan kompres air hangat bila nyeri kambuh.
2) Anjurkan klien untuk rutin minum obat.
3) Pantau petunjuk nonverbal terhadap ketidaknyamanan.

b. Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kekakuan pada Sendi

Waktu Catatan Perkembangan Paraf


16:00 WIB S: 1) Klien mengatakan akan kesulitan beraktivitas saat “asam urat” kambuh.
Waktu Catatan Perkembangan Paraf
O: 1) Klien tampak memegangi bagian-bagian sendi yang biasanya terasa kaku/sakit.

A: Masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi.

P: Lanjutkan intervensi:
1) Anjurkan klien untuk melanjutkan latihan mobilitas yang sederhana seperti mengubah posisi
dari duduk ke berdiri, berdiri ke duduk setelah bangun pagi.
2) Anjurkan klien untuk rutin latihan ROM bila tidak sedang dalam keadaan nyeri.
3) Anjurkan klien untuk memperbanyak istirahat dan mengurangi aktivitas berat.

c. Risiko Jatuh Berhubungan dengan Usia Lebih Dari 65 Tahun

Waktu Catatan Perkembangan Paraf


16:00 WIB S:
1) Klien mengatakan tidak mengalami kejadian jatuh sepanjang hari ini.
O:
1) Klien beraktivitas tanpa bantuan.
A:
Masalah risiko jatuh belum teratasi.
P:
Lakukan intervensi:
1) Kaji pengetahuan klien tentang perubahan fisik dan akibat yang ditimbulkan.
2) Bantu klien dalam memodifikasi lingkungan untuk menciptakan lingkungan yang aman.
Waktu Catatan Perkembangan Paraf
La angan klien saat ambulasi.
nju 2) Anjurkan klien untuk melapor kepada perawat atau petugas ketika
tka mengalami kejadian jatuh.
n
int
erv
en
si:
1) Pa
nta
u
ga
ya
ber
jal
an
da
n
tin
gk
at
ke
sei
mb
DAFTAR PUSTAKA

Andy, et al. (2009). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Asam


Urat pada Pekerja Kantor di Desa Karang Turi, Kecamatan Bumiayu,
Kabupaten Brebes. Purwokerto: Jurnal Keperawatan Soedirman (The
Soedirman Journal of Nursing), (Maret), p. 27.

Azizah, L.M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Brunner & Suddarth. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. 12th ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Bulechek, G.M. et al. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). 6th ed.
Amerika Serikat: Mosby Elsevier.

Chang, et al. (2010). Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2014). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2014. Semarang, pp. 84 – 85.

Helmi, Z.N. (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba


Medika.

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (2015). NANDA International Inc. Nursing


Diagnoses: Definitions & Classifications 2015 – 2017. 10th ed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kowalak, J.P. et al. (2012). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Kushariyadi. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:


Salemba Medika.

Maryam, R.S. et al. (2011). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.

Mass, M.L. et al. (2011). Asuhan Keperawatan Geriatrik: Diagnosis NANDA,


Kriteria Hasil NOC & Intervensi NIC. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

McPhee, S.J. & Ganong, W.F. (2011). Patofisiologi Penyakit: Pengantar Menuju
Kedokteran Klinis. 5th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Misnadiarly. (2007). Rematik: Asam Urat-Hiperurisemia, Arthritis Gout. 1st ed.


Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Moorhead, S. et al. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th ed.
Amerika Serikat: Mosby Elsevier.

Nugroho, W. (2014). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. 3rd ed. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ode, S.L. (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik: Berstandarkan Nanda, NIC dan
NOC, Dilengkapi Teori dan Contoh Kasus Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan. 7th ed. Jakarta: Salemba
Medika.

Martono, H.H. & Pranaka, H.M.K. (2014). Geriatri: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.
5th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Pusat Data & Informasi, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013).


Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta: Buletin Jendela
Data & Informasi Kesehatan, Semester 1, p. 9.

Suratun, et al. (2008). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai