DISUSUN OLEH :
WAHYUDI
201310229
Disusun oleh:
WAHYUDI
21310229
Istichomah, S.Kep., Ns., M.Kes Sugiharti Kumala Dwi PW, S.Kep, Ners
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Keliat (1999) dalam Maryam (2011) menyatakan bahwa lanjut
usia/lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manu-
sia. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahtera-
an Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, lansia adalah seseorang yang
telah mencapai usia di atas 60 tahun, baik pria maupun wanita.
2. Klasifikasi Lanjut Usia
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2003) dalam
Maryam (2011), lanjut usia dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori:
a. Pralansia, yaitu seseorang yang berusia di antara 45 – 59 tahun.
b. Lansia, yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi, yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih,
atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah ke-
sehatan.
d. Lansia potensial, yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
e. Lansia tidak potensial, yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
3. Perubahan Akibat Proses Menua
Menurut Nugroho (2014), terdapat beberapa macam perubahan
yang umum dijumpai pada setiap lansia baik secara fisik maupun mental.
a. Perubahan Fisik dan Fungsi
1) Sel
a) Jumlah sel menurun/lebih sedikit
b) Ukuran sel lebih besar
c) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang
d) Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati menurun
e) Jumlah sel otak menurun
f) Mekanisme perbaikan sel terganggu
g) Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5 – 10%
h) Letak otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
2) Sistem Persarafan
a) Hubungan persarafan menurun
b) Berat otak menurun 10 – 20% (sel saraf setiap orang berkurang
setiap harinya)
c) Respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap
stres
d) Saraf panca-indra mengecil
e) Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penci-
uman dan perasa mengecil, lebih sensitif terhadap perubahan
suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap dingin
9) Sistem Reproduksi
a) Wanita
(1) Vagina mengalami kontraktur dan mengecil
(2) Ovari menciut, uterus mengalami atrofi
(3) Atrofi payudara
(4) Atrofi vulva
(5) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus,
sekresi berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi peru-
bahan warna.
b) Pria
(1) Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
ada penurunan secara berangsur-angsur
(2) Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun,
asal kondisi kesehatannya baik.
10) Sistem Genitourinaria
a) Ginjal
Keseimbangan elektrolit dan asam lebih mudah ter-
ganggu bila dibandingkan dengan usia muda. Renal Plasma
Flow (RPF) dan Glomerular Filtration Rate (GFR) atau klirens
kreatinin menurun secara linier sejak usia 30 tahun (Cox Jr. et
al., 1985). Jumlah darah yang difiltrasi oleh ginjal berkurang.
b) Vesika Urinaria
Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200
ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada
pria usia lanjut, vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga
mengakibatkan peningkatan retensi urin.
c) Prostat
Kurang lebih 75% pria usia di atas 65 tahun akan
mengalami pembesaran prostat.
d) Vagina
Seseorang yang semakin menua, kebutuhan hubungan
seksualnya masih ada. Tidak ada batasan umur tertentu kapan
fungsi seksual seseorang berhenti. Frekuensi hubungan seksual
cenderung menurun secara bertahap setiap tahun, tetapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmatinya berjalan terus
sampai tua.
11) Sistem Endokrin
a) Terjadi penurunan produksi hormon estrogen, progesteron dan
testosteron
b) Terjadi penurunan kerja kelenjar pankreas
c) Kegiatan kelenjar adrenal berkurang pada lansia
d) Hampir semua produksi hormon menurun
e) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
b. Perubahan Mental
Perubahan mental atau psikis pada lansia dapat berupa sikap
lansia yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau
tamak bila memiliki sesuatu. Selain itu, yang perlu dimengerti adalah
sikap umum yang ditemukan pada hampir semua lansia, yakni kei-
nginan berumur panjang, tenaganya sedapat mungkin dihemat.
1) Kenangan (Memori)
Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa
hari yang lalu dan mencakup beberapa perubahan. Kenangan jang-
ka pendek atau seketika (0 – 10 menit), kenangan buruk (bisa ke
arah demensia).
2) Intelegentia Quotion (IQ)
IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan per-
kataan verbal. Penampilan, persepsi, dan keterampilan psikomotor
berkurang. Terjadi perubahan pada daya membayangkan karena
tekanan faktor waktu.
33
c. Perubahan Psikososial
Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan
identitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila menga-
lami pensiun, seseorang akan mengalami beberapa bentuk kehilangan:
1) Kehilangan finansial
2) Kehilangan status/jabatan
3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi
4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan dan:
a) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup
(memasuki rumah perawatan, bergerak lebih sempit)
b) Kemampuan ekonomi berkurang akibat pemberhentian dari ja-
batan. Dibarengi dengan biaya hidup yang meningkat dan biaya
pengobatan yang bertambah
c) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan
d) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial
e) Adanya gangguan saraf panca-indra, timbul kebutaan dan ke-
tulian
f) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
g) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan te-
man dan keluarga
h) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri).
d. Perkembangan Spiritual
1) Agama atau kepercayaan semakin terintegrasi ke dalam kehidupan
(Maslow, 1970)
2) Lansia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya. Hal ini
dapat terlihat pada cara berpikir dan bertindak sehari-hari (Murray
dan Zentner, 1970)
3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978)
yaitu universalizing. Perkembangan yang dicapai pada tingkat ini
adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberi contoh cara
mencintai dan keadilan.
4. Masalah Fisik Umum
a. Mudah Jatuh
Menurut Nugroho (2014), sekitar 30 – 40% dari populasi lansia
34
(yang berusia 65 tahun ke atas) mengalami jatuh setiap tahunnya. Se-
paruh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang. Perempuan lebih
sering jatuh dibandingkan laki-laki.
b. Mudah Lelah
Hal ini dapat disebabkan oleh faktor psikologis seperti perasaan
bosan, keletihan, atau depresi dan gangguan organis seperti anemia,
kekurangan vitamin, perubahan pada tulang (osteomalasia), gangguan
pencernaan, kelainan metabolisme (diabetes melitus, hipertiroid),
gangguan sistem peredaran darah dan jantung, dan pengaruh obat
seperti obat penenang, obat jantung dan obat yang dapat melelahkan
daya kerja otot.
c. Gangguan Kardiovaskular
Misalnya nyeri dada, yang dapat disebabkan oleh penyakit
jantung koroner, aneurisme aorta, radang selaput jantung, gangguan
pada sistem alat pernapasan (misalnya pleuro-pneumonia/emboli paru)
dan gangguan pada saluran pencernaan bagian atas.
d. Sesak Napas pada Kerja Fisik
Dapat disebabkan oleh kelemahan jantung, gangguan sistem
saluran napas, kelebihan berat badan, atau anemia.
e. Palpitasi
Palpitasi dapat disebabkan oleh gangguan irama jantung, ke-
adaan umum badan yang lemah karena penyakit kronis, faktor psi-
kologi dan lain-lain.
f. Edema Kaki
Edema kaki dapat disebabkan oleh kaki yang lama digantung
(edema gravitasi), gagal jantung, bendungan pada vena bagian bawah,
kekurangan vitamin B1, gangguan penyakit hati, penyakit ginjal, dan
kelumpuhan pada kaki (kaki yang tidak aktif).
g. Nyeri atau Tidak Nyaman
Nyeri pinggang atau punggung dapat disebabkan oleh gang-
guan sendi pada susunan tulang belakang (osteomalasia, osteoporosis,
osteoartrosis), gangguan pankreas, kelainan ginjal (batu ginjal), gang-
guan pada rahim, gangguan pada kelenjar prostat, gangguan pada otot
badan dan HNP (Hernia Nucleus Pulposus).
Nyeri sendi pinggul dapat disebabkan oleh radang sendi
35
(arthritis), sendi tulang yang keropos (osteoporosis), dan kelainan
tulang sendi (misalnya patah tulang, dislokasi) akibat kelainan pada
saraf punggung bagian bawah yang terjepit (HNP).
Keluhan pusing dapat disebabkan oleh gangguan lokal (mi-
salnya vaskular, migrain (sakit kepala sebelah), mata (glaukoma atau
tekanan dalam bola mata yang meninggi), kepala, sinuitas, furunkel,
sakit gigi, dll.), penyakit sistemik yang menimbulkan hipoglikemia;
dan psikologis (perasaan cemas, depresi, kekacauan pikiran, dll.).
Kesemutan pada anggota badan dapat disebabkan oleh gang-
guan sirkulasi darah lokal, gangguan persarafan umum (gangguan pada
kontrol), gangguan persarafan lokal pada bagian anggota badan.
h. Berat Badan Menurun
Berat badan menurun dapat disebabkan oleh nafsu makan yang
menurun karena kurang adanya gairah hidup atau kelesuan, karena
adanya penyakit kronis, gangguan pada saluran pencernaan sehingga
penyerapan makanan terganggu; dan karena faktor sosial-ekonomis
(pensiun).
i. Gangguan Eliminasi
1) Inkontinensia Urin atau Mengompol
Hasil penelitian pada populasi lansia di masyarakat (usia di
atas 70 tahun) didapatkan 7% pria dan 12% wanita mengalami
inkontinensia urin. Menurut Whitehead (1995), hal ini cenderung
tidak dilaporkan karena lansia merasa malu dan juga menganggap
tidak ada yang dapat dilakukan untuk menolongnya. Beberapa
penyebab inkontinensia urin pada lansia antara lain: pelemahan
otot dasar, kontraksi abnormal pada kandung kemih, obat diuretik
dan obat penenang yang terlalu banyak, radang kandung kemih dan
saluran kemih, kelainan kontrol pada kandung kemih, kelainan
persarafan pada kandung kemih, hipertrofi prostat, dan faktor
psikologis.
2) Inkontinensia Alvi
Inkontinensia alvi didefinisikan sebagai ketidakmampuan
seseorang dalam menahan dan mengeluarkan tinja pada waktu dan
tempat yang tepat. Beberapa penyebab inkontinensia alvi adalah
obat pencahar perut, gangguan saraf (misalnya demensia dan
stroke), keadaan diare (gangguan kolorektum), kelainan pada usus
36
besar, kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum usus)
dan neurodiabetik.
2. Klasifikasi
Penyakit asam urat digolongkan menjadi penyakit gout primer dan
gout sekunder (Nucleus Precise News Letter Edisi 2 dalam Ode, 2012):
a. Gout Primer
Sebanyak 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Didu-
ga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal
yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
39
meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena
berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
b. Gout Sekunder
Penyakit ini disebabkan antara lain karena meningkatnya pro-
duksi asam urat oleh nutrisi, yaitu karena konsumsi makanan dengan
kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organik
yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam
kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat
yang meningkat juga bisa disebabkan oleh penyakit darah (penyakit
sum-sum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obat-obat kanker,
vitamin B12).
Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit
(psoriasis) dan kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes
yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda
keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-ben-
da keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut me-
ninggi. Jangka waktu antara seseorang dengan orang yang lainnya ber-
beda-beda. Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang sampai 10 tahun,
tetapi rata-rata berkisar 1 – 2 tahun.
3. Etiologi
Hiperurisemia bisa timbul akibat produksi asam urat yang berle-
bihan atau dengan pembuangannya yang berkurang. Menurut Misnadiarly
(2007), beberapa faktor penyebab terjadinya hiperurisemia adalah:
a. Peningkatan produksi asam urat dalam tubuh
Hal ini terjadi karena tubuh memproduksi asam urat secara ber-
lebihan. Sebagai penyebabnya adalah:
1) Gangguan metabolisme purin bawaan, dimana perempuan tertentu
pembawa gen ini biasanya tanpa gejala (asimptomatik).
2) Kelainan herediter/pembawa sifat atau gen/turunan, selain itu juga
dapat terjadi akibat aktivitas berlebihan enzim fosforbosil pirofos-
fat sintetase (PRPP-sintetase). Asimptomatik seperti yang telah di-
sebutkan di atas juga dapat menjadikan satu penyebab.
3) Berlebihan dalam mengonsumsi makanan berkadar purin tinggi,
yaitu daging, jeroan, kepiting, kerang, keju, bayam, buncis dan
kembang kol. Asam urat terbentuk lagi dari hasil metabolisme
40
makanan-makanan tersebut.
4) Penyakit seperti leukimia (kanker sel darah putih), mudah pecah-
nya sel darah merah (hemolisis), serta pengobatan kanker (kemo-
terapi, radioterapi).
4. Patofisiologi
Terjadi sekresi asam urat yang berlebihan atau defek renal pada
tubuh penderita gout yang menyebabkan penurunan ekskresi asam urat,
atau kombinasi keduanya. Hiperurisemia primer mungkin disebabkan oleh
diet hebat atau kelaparan, asupan makanan tinggi purin (kerang, daging
organ) secara berlebihan, atau herediter. Pada kasus hiperurisemia sekun-
der, gout merupakan manifestasi klinis sekunder dari berbagai proses ge-
netik atau proses dapatan, termasuk kondisi yang disertai dengan pening-
katan peremajaan sel (leukemia, mieloma multipel, psoriasis, beberapa
anemia) dan peningkatan penghancuran sel (Brunner & Suddarth, 2014).
Meskipun konsentrasi MSU dalam sendi perlahan-lahan mendekati
kadarnya di serum, pembentukan kristal sangat dipengaruhi oleh faktor
fisik seperti suhu dan aliran darah. Kecenderungan gout menyerang sendi
distal (misalnya jempol kaki dan pergelangan kaki) yang lebih dingin dari
bagian tubuh lain, mencerminkan kondisi fisik setempat yang mendukung
terbentuknya kristal (McPhee & Ganong, 2011).
42
Jika asam urat mengalami saturasi yang berlebihan (supersaturasi)
di dalam darah dan cairan tubuh lain, senyawa ini akan mengkristal dan
membentuk endapan garam urat yang menumpuk di dalam jaringan ikat di
seluruh tubuh; endapan ini dinamakan tofi. Keberadaan kristal urat akan
memicu respon inflamasi akut ketika sel-sel neutrofil mulai memakan
kristal-kristal tersebut. Kerusakan jaringan mulai terjadi pada saat sel-sel
neutrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom bukan hanya merusak jaringan,
tetapi juga memperberat inflamasi (Kowalak et al., 2012).
5. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddarth (2014), manifestasi klinis gout dici-
rikan oleh deposit asam urat di berbagai sendi.
a. Arthritis akut akibat gout adalah tanda awal yang paling sering
dijumpai
b. Sendi metatarsofalangeal (MTP) pada ibu jari kaki adalah yang paling
sering terkena; area tarsal, pergelangan kaki, atau lutut dapat juga
terkena
c. Serangan akut dapat dipicu oleh trauma, konsumsi alkohol, diet, medi-
kasi, stres pembedahan atau penyakit
d. Awitan mendadak terjadi di malam hari, yang menyebabkan nyeri
hebat, kemerahan, bengkak dan rasa hangat di atas sendi yang ter-
ganggu
e. Serangan dini cenderung reda secara spontan dalam 3 – 10 hari tanpa
terapi
f. Serangan selanjutnya mungkin tidak terjadi selama berbulan-bulan
atau bertahun-tahun; pada waktunya, serangan cenderung terjadi lebih
sering, mengenai lebih banyak sendi dan berlangsung lebih lama
akut. Kadar asam urat darah yang diharapkan adalah stabil, sekitar
5 mg/dL. Penentuan asam urat dinyatakan berlebihan bila:
a) Kadarnya per 24 jam > 600 mg% pada diet bebas purin, atau >
800 mg% dengan diet normal
b) Bila kadarnya > 900 mg%, risiko terjadinya batu ginjal sangat
tinggi.
3) Urinalisis 24 jam didapatkan ekskresi > 800 mg asam urat
4) Urinalisis untuk mendeteksi risiko batu asam urat
5) Pemeriksaan kimia darah untuk mendeteksi fungsi ginjal, hati,
hipertrigliseridemia, tingginya LDL, dan adanya diabetes melitus
6) Leukositosis didapatkan pada fase akut.
b. Radiologi
1) Radiografi untuk mendeteksi adanya kalsifikasi sendi
2) Radiografi didapatkan adanya erosi pada permukaan sendi dan
kapsul sendi.
7. Komplikasi
Menurut (Kowalak et al., 2012), komplikasi arthritis gout adalah:
a. Erosi, deformitas dan disabilitas (ketidakmampuan) yang akhirnya
terjadi karena inflamasi kronis dan pembentukan tofus
b. Hipertensi dan albuminuria (pada sebagian pasien)
c. Kelainan ginjal disertai kerusakan tubulus akibat penggumpalan kristal
urat; ekskresi asam urat yang semakin buruk dan disfungsi renal yang
kronis.
8. Fokus Pengkajian
Fokus pengkajian keperawatan pada klien dengan arthritis gout
menurut Suratun (2008) antara lain:
a. Data Subjektif
1) Tanyakan tentang keluhan nyeri, lokasi dan derajatnya
2) Bagaimana gejala awal dan cara penanggulangannya
3) Adakah riwayat gout di keluarga
4) Obat-obatan yang diperoleh
5) Anoreksia
6) Sakit kepala.
b. Data Objektif
Palpasi apakah ada nyeri tekan atau nyeri saat digerakkan, pem-
bengkakan/nodul dan kemerahan pada sendi. Periksa adanya demam.
c. Riwayat Psikososial
Adanya nyeri pada persendian, pasien merasa cemas dan takut
untuk melakukan aktivitas seperti sebelum sakit.
d. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan darah (asam urat meningkat, sel darah putih mening-
kat selama fase akut)
2) Ditemukan asam urat pada aspirasi sendi
3) Ditemukan adanya kristal asam urat pada pemeriksaan urin
4) Pemeriksaan rontgen pada daerah yang terkena gout untuk menge-
tahui adanya timbunan kristal urat.
9. Pathway
Alkohol
Makanan Penyakit & Obat-Obatan
(daging, jeroan, kepiting, kerang,
Kadar laktat keju, kacang tanah, bayam, buncis dan
dalam darah ↑ kembang kol, dll.) Menghambat ekskresi asam
urat di tubulus ginjal
Kadar protein ↑
GOUT
ringan sendi
Fokus dan kriteria hasil intervensi keperawatan menurut Mass et al. (2011) untuk pasien lansia dengan keluhan penyakit
arthritis gout terkait diagnosis keperawatan seperti tersebut di atas adalah sebagai berikut:
d. Terapi dengan colchicine (oral atau IV) setiap jam sekali selama 8 jam
tetapi ini dilakukan sampai rasa nyeri mereda atau sampai terjadi diare
inflamasi.
asam urat kembali normal (obat ini memengaruhi kadar asam urat)
ginjal)
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. R
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja, dulu bekerja sebagai pegawai
kantin di pabrik.
Pendidikan : Sekolah Dasar
Alamat : Bantalwatu , Sumberwungu
Diagnosis Medis : Arthritis Gout
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. N
Umur :-
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Pendidikan :-
Alamat : Bantalwatu , Sumberwungu
Hub. dengan Klien : Suami
3. Riwayat
Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan kalau duduk terlalu lama, berdiri jadi sakit.
Sakit bertambah saat bergerak, berkurang saat istirahat dan setelah mi-
57
num obat. Rasanya seperti terbakar (skala nyeri 4 dari 10). Sakit di da-
erah lutut dan jari kaki. Sakit hilang-timbul.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sakit asam urat sejak tujuh bulan yang lalu
dan masih berlangsung sampai sekarang. Klien mengatakan sebelum-
nya sudah biasa melakukan kompres air hangat dan mengatur pola ma-
kan sesuai dengan program dari panti, menghindari makanan-makanan
seperti jeroan, ikan dan daun pepaya; meminum obat penurun asam
urat dan antinyeri yang klien dapatkan dari Puskesmas.
9) Genitalia
a) Kebersihan : bersih
b) Hemoroid : tidak
c) Hernia : tidak
10) Ekstremitas
a) Kekuatan Otot 5
b) Postur Tubuh : tegap (normal)
c) Rentang Gerak : terbatas
d) Deformitas : tidak
e) Tremor : tidak
f) Edema Kaki : tidak
g) Penggunaan Alat Bantu : tidak
11) Integumen
a) Kebersihan : bersih
b) Warna : tidak
c) Kelembaban : lembab
d) Gangguan pada Kulit : tidak
f. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan.
a. Indeks Katz
Indeks Keterangan
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke ka-
mar kecil, berpakaian, dan mandi.
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi ter-
sebut.
C Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, dan satu fung-
si tambahan.
D Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian,
dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, berpindah, dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain. Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi ti-
dak dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E, atau F.
b. Indeks Bartel
Nilai
No. Aktivitas
B M Keterangan
1 Makan, minum. 5 10 Makan:
1) Frekuensi: 3 × sehari
2) Jumlah: 1 porsi
3) Jenis: nasi, tempe,
ikan, sayur.
Minum:
1) Frekuensi: 8 gelas
sehari
2) Jumlah: 2 gelas
belimbing
3) Jenis: air bening, teh.
2 Berpindah dari kur- 5 – 10 15
si roda ke tempat
tidur dan sebalik-
nya, termasuk du-
duk di tempat tidur.
3 Cukur, gosok gigi. 0 5 Frekuensi: 2 – 3 × sehari.
4 Aktivitas toilet. 5 10
5 Mandi. 0 5 Frekuensi: 2 – 3 × sehari.
6 Berjalan di jalan 10 15 Rentang gerak klien
yang datar (jika cukup, klien beraktivitas
tidak mampu dengan hati-hati. Klien
berjalan, lakukan tampak membatasi tenaga
dengan kursi roda). yang dikeluarkan.
7 Naik turun tangga. 5 10
8 Berpakaian, 5 10
termasuk mengena-
kan sepatu.
9 Kontrol defekasi. 5 10
10 Kontrol berkemih. 5 10
Jumlah 100
Interpretasi: mandiri.
6. Pengkajian Status Mental Gerontik
Skor Total 28
67
No. Waktu Data Fokus Masalah Etiologi Paraf
pa obat dari poliklinik: paracetamol.
3 01/10/2022 S: Klien mengatakan pernah punya ri- Risiko Jatuh Usia > 65 tahun.
wayat jatuh, terpeleset di kamar (00155)
O: mandi ± 1 bulan yang lalu.
Umur: 69 tahun.
C. Diagnosis Keperawatan dan Prioritas Masalah
70
No. Dx. Kriteria Hasil Intervensi
yang digunakan, dan kontraindikasi ketika memilih strategi pereda
nyeri
i. Pilih dan implementasikan berbagai tindakan (misalnya farmakologik,
nonfarmakologik, dan interpersonal) untuk memfasilitasi pereda nyeri
dengan sesuai
j. Motivasi pasien untuk memantau nyerinya sendiri dan untuk mengata-
sinya dengan tepat
k. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi sebelum, setelah dan jika
mungkin, selama aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri; sebelum nye-
ri timbul atau meningkat; dan diberikan bersamaan dengan tindakan
pereda nyeri
l. Gunakan tindakan pengendali nyeri sebelum nyeri memburuk
m. Berikan pola tidur atau istirahat yang adekuat untuk memudahkan me-
ngurangi rasa nyeri.
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Terapi Latihan: Kendali Otot (0226)
3 × 8 jam diharapkan masalah hambatan mo- a. Bantu pasien mengembangkan protokol latihan untuk kekuatan, keta-
bilitas fisik pada Ny. W teratasi dengan kriteria hanan, dan fleksibilitas
hasil: b. Motivasi pasien untuk melakukan latihan secara mandiri, sesuai indi-
Ambulasi (0200) kasi
a. Tidak ada gangguan berjalan dengan kece- c. Evaluasi kemajuan pasien setelah perbaikan pergerakan dan fungsi tu-
patan pelan hingga sedang buh
b. Tidak ada gangguan menyesuaikan dengan d. Evaluasi fungsi sensori
perbedaan tekstur permukaan/lantai. e. Beri penguatan positif atas usaha yang dilakukan pasien dalam latihan
Pergerakan (0208) dan aktivitas fisik.
71
No. Dx. Kriteria Hasil Intervensi
a. Keseimbangan tidak terganggu Terapi Latihan: Keseimbangan (0222)
b. Gerakan sendi tidak terganggu. a. Beri tahu cara mengatur posisi dan bergerak
Cara Berjalan (0222) b. Bantu untuk duduk, bergeser dari satu sisi ke sisi yang lain
a. Kecepatan sesuai aktivitas c. Berdiri, mata tertutup, jadwal teratur.
b. Berjalan lambat karena sakit tidak ada
c. Kaki kaku saat berjalan tidak ada
d. Berjalan dengan ditopang tidak ada.
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pencegahan Jatuh (6490)
5 × 8 jam diharapkan klien dapat memahami a. Pantau gaya berjalan, keseimbangan, dan tingkat keletihan saat ambu-
prevensi/perlindungan agar terhindar dari jatuh lasi
dengan kriteria hasil: b. Bantu lansia yang limbung saat ambulasi.
Kejadian Jatuh (1912) Manajemen Lingkungan (6480)
a. Jatuh saat berdiri tidak ada a. Ciptakan suatu lingkungan yang aman bagi klien
b. Jatuh saat berjalan tidak ada b. Identifikasi kebutuhan keamanan klien, berdasarkan tingkat fungsi
c. Jatuh saat duduk tidak ada kognitif dan fisik, serta riwayat perilaku masa lalu
d. Jatuh saat ke kamar mandi tidak ada. c. Beri alat bantu adaptasi, sesuai keperluan
Perilaku Pencegahan Jatuh (1090) d. Letakkan benda-benda yang sering digunakan dalam jangkauan klien.
a. Menggunakan alat bantu dengan benar
b. Menggunakan bangku dan tangga dengan
aman
c. Kontrol ketidakmampuan istirahat
d. Memperhatikan peringatan ketika mengam-
bil pengobatan yang dapat meningkatkan ri-
siko jatuh.
72
E. Implementasi
73
Waktu Implementasi Respon Paraf
nan-makanan seperti jeroan, ikan dan daun
pepaya; meminum obat penurun asam urat
dan antinyeri yang klien dapatkan dari poli-
klinik.
O: -
13:20 WIB 5) Mengontrol lingkungan yang dapat meme- S: Klien mengatakan bersedia untuk mengena-
ngaruhi nyeri dengan cara menyarankan kli- kan selimut, kaus kaki atau jaket ketika kedi-
en menggunakan selimut ketika kedinginan. nginan.
6) Memberikan penguatan positif terhadap usa- O: Klien mengenakan jaket dan kaus kaki pada
ha yang telah dilakukan oleh klien. siang hari.
74
Waktu Implementasi Respon Paraf
gerak klien cukup.
Klien tampak hati-hati dalam beraktivitas dan
sering membatasi tenaga yang dikeluarkan.
Klien tidak menggunakan alat bantu.
09:05 WIB 3) Mengkaji tingkat pengetahuan klien menge- S: Klien mengatakan tidak tahu penyebab pe-
nai penyakitnya. nyakit yang dialaminya.
Klien mengatakan sakit “asam urat” terjadi
karena usia yang sudah tua.
Klien mengatakan bahwa “asam urat” dan re-
matik itu sama.
Klien tidak tahu jika makanan juga dapat me-
mengaruhi kambuhnya penyakit “asam urat”
yang dialaminya.
O: -
13:20 WIB 4) Mengkaji indeks Bartel klien. S:
Klien mengatakan bersedia untuk dikaji.
Klien mengatakan makan, tidur dan ke toilet
tanpa bantuan.
Klien mengatakan dapat berjalan di permuka-
an datar tanpa bantuan.
Klien mengatakan BAB dan BAK mandiri.
O:
Klien tidak menggunakan alat bantu jalan.
15:00 WIB 5) Menanyakan keinginan klien untuk mempe-
S: Klien dan teman-temannya mengatakan ingin
lajari sesuatu yang belum pernah diajarkan
diajari senam tongkat.
75
Waktu Implementasi Respon Paraf
sebelumnya. O: -
76
2. Hari ke Dua (04/10/2022)
77
b. Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kekakuan pada Sendi
78
3. Hari ke Tiga (05/10/2022)
79
Waktu Implementasi Respon Paraf
Obat tampak berkurang.
80
c. Risiko Jatuh Berhubungan dengan Usia Lebih Dari 65 Tahun
P: Lakukan intervensi:
1) Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk meredakan nyeri: napas dalam, relaksasi otot progresif.
2) Anjurkan klien untuk melakukan kompres air hangat bila nyeri kambuh.
84
c. Risiko Jatuh Berhubungan dengan Usia Lebih Dari 65 Tahun
O: 1) Klien memeragakan teknik relaksasi napas dalam dan otot progresif dengan cukup baik.
2) Ekspresi menahan nyeri tidak ada.
P: Lakukan intervensi:
1) Berikan analgesik paracetamol dan terapi colchicine bila mungkin.
2) Ajarkan cara melakukan kompres persendian dengan
jahe. Lanjutkan intervensi:
1) Anjurkan klien untuk melakukan kompres air hangat bila nyeri kambuh.
2) Pantau petunjuk nonverbal terhadap ketidaknyamanan.
P: Lakukan intervensi:
1) Anjurkan klien untuk latihan mobilitas yang sederhana seperti mengubah posisi dari duduk ke
berdiri, berdiri ke duduk; jadwalkan secara teratur setiap pagi.
2) Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.
Lanjutkan intervensi:
1) Anjurkan klien untuk memperbanyak istirahat.
87
3. Hari ke Tiga (05/10/2022)
P: Lanjutkan intervensi:
1) Anjurkan klien untuk melanjutkan latihan mobilitas yang sederhana seperti mengubah posisi
dari duduk ke berdiri, berdiri ke duduk setelah bangun pagi.
2) Anjurkan klien untuk rutin latihan ROM bila tidak sedang dalam keadaan nyeri.
3) Anjurkan klien untuk memperbanyak istirahat dan mengurangi aktivitas berat.
Brunner & Suddarth. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. 12th ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Bulechek, G.M. et al. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). 6th ed.
Amerika Serikat: Mosby Elsevier.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2014). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2014. Semarang, pp. 84 – 85.
Kowalak, J.P. et al. (2012). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Maryam, R.S. et al. (2011). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
McPhee, S.J. & Ganong, W.F. (2011). Patofisiologi Penyakit: Pengantar Menuju
Kedokteran Klinis. 5th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ode, S.L. (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik: Berstandarkan Nanda, NIC dan
NOC, Dilengkapi Teori dan Contoh Kasus Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan. 7th ed. Jakarta: Salemba
Medika.
Martono, H.H. & Pranaka, H.M.K. (2014). Geriatri: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.
5th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.