Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY.KY DENGAN DIABETES MELITUS DI BR. TEGALLALANG,


KEC. TEGALLALANG, GIANYAR

OLEH:
NI LUH CICA KUSUMADEWI
NIM. 19J10127

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN DAN TINJAUAN ASKEP TEORI

1. KONSEP DASAR LANSIA


a. Definisi
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13
Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan
ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).

b. Klasifikasi Lanjut Usia


Klasifikasi Lanjut Usia (Maryam dkk, 2008).
1) Pralansia (prasenilis) : Seseorang yang berusia 45 – 59 tahun.
2) Lanjut usia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3) Lanjut usia risiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4) Lanjut usia potensial : Lanjut usia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
5) Lanjut usia tidak potensial : Lanjut usia yang tidak berdaya mencari
nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
c. Perubahan – Perubahan yang terjadi pada lansia
1) Perubahan Fisik :
a) Sel
Jumlahnya lebih sedikit, ukurannya lebih besar, jumlah cairan tubuh
berkurang dan cairan intra seluler menurun, menurunnya proporsi
protein di otak, ginjal, otot darah dan hati, jumlah sel otak menurun,
terganggunya mekanisme perbaikan sel.
b) Sistem Persarafan
Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak tiap individu berkurang
setiap hari), respon dan waktu untuk bereaksi lambat, atropi saraf
panca indra (berkurangnya penglihatan, pendengaran, pencium &
perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya
ketahanan terhadap dingin), kurang sensitif terhadap sentuhan.
c) Sistem Pendengaran
Prebiakusis (hilangnya kemampuan untuk daya pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap suara nada tinggi, suara yg tidak
jelas, sulit mengerti kata-kata) 50% terjadi pada usia >65 tahun, atropi
membran tympani, menyebabkan otosklerosis (kekakuan pada tulang
bagian dalam), terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras
karena peningkatan keratin, pendengaran bertambah menurun pada
lansia yang mengalami ketegangan jiwa atau stress.
d) Sistem Penglihatan
Lensa lebih suram (kekeruhan lensa) menjadi katarak, kornea lebih
berbentuk sferis (bola kecil), respon terhadap sinar menurun, daya
adaptasi terhadap gelap lebih lambat, hilangnya daya akomodasi mata,
lapang pandang menurun, sulit membedakan warna biru dan hijau
pada skala.
e) Sistem Kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi
kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun sehingga menurunnya kontraksi dan
volume jantung, kehilangan elastisitas pembuluh darah, oksigenisasi
tidak adekuat, mengakibatkan pusing mendadak, tekanan darah
cenderung tinggi karena meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer.
f) Sistem Respirasi
Otot - otot pernafasan kehilangan kekuatan (lemah) dan menjadi kaku,
menurunnya aktivitas silia, elastisitas paru berkurang, kapasitas residu
meningkat, menarik nafas berat, dan kedalaman bernafas menurun  O2
arteri menurun menjadi 75 mmHg,  CO2 arteri tidak berganti
kemampuan untuk batuk berkurang, kemampuan dinding, dada &
kekuatan otot pernafasan menurun sejalan dengan tambah usia.
g) Sistem Genitourinari
Ginjal mengecil dan nefron atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50%, fungsi tubulus berkurang, kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun, proteinuria (+1), otot-
otot vesika urinaria melemah, kapasitasnya menurun 200 ml
sedangkan frekuensi buang air kecil meningkat. Pada pria lansia,
vesika urinari sulit dikosongkan akibatnya meningkatkan retensi urin.
Prostat membesar (dialami 75% pria usia 65 tahun keatas), atropi
vulva, selaput lendir kering, elastisitas menurun, permukaan lebih
licin, perubahan warna. Seksual intercourse masih.
h) Sistem  Reproduksi
Menciutnya ovari dan uterus, atropi payudara, pada laki-laki, testis
masih dapat memproduksi spermatozoa, meski ada penurunan secara
berangsur-angsur, selaput lendir vagina menurun, permukaan lebih
halus, sekresi berkurang, reaksi sifatnya alkali, perubahan- perubahan
warna, dorongan seksual masih.
i) Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi, karena kesehatan gigi buruk atau gizi buruk, indra
pengecap menurun, iritasi kronis selaput lendir, atropi indra pengecap,
hilangnya sensisitifitas saraf pengecap di lidah tentang rasa manis,
asin, dan pahit, dilambung, sensisitifitas rasa lapar menurun, asam
lambung menurun, waktu pengosongan juga menurun, peristaltik
lemah sehingga biasa timbul konstipasi, daya absorbsi terganggu.
j) Sistem Endokrin
Produksi hormon menurun, termasuk hormon tiroid, aldosteron,
kelamin (progesteron, estrogen, testosteron), menurunnya aktivitas
tiroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), fungsi paratiroid &
sekresinya tidak berubah.
k) Sistem  Integumen
Kulit keriput, akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar
dan bersisik, (kaku, rapuh dan keras), karena kehilangan proses
keratinisasi, perubahan ukuran dan bentuk - bentuk sel epidermis,
menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit
menurun, produksi serum menurun, gangguan pigmentasi kulit. Kulit
kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung
dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas, akibat menurunnya
cairan & vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku pudar
dan kurang bercahaya, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki
tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat
berkurang jumlah dan fungsi.
l) Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan density (cairan), makin rapuh, kifosis, pinggang,
lutut dan jari pergelangan, pergerakannya terbatas, Discus
intervertebralis menipis, menjadi pendek (tingginya berkurang),
persendian membesar dan kaku, tendon mengerut dan mengalami
sklerosis, atropi serabut otot bergerak menjadi lambat, otot- otot kram
dan tremor, otot polos tidak begitu terpengaruh.
2) Perubahan Psikososial
a) Pensiun
Produkdivitas dan identitas – peranan (kehilangan financial,
kehilangan status, kehilangan relasi),
b) Sadar akan kematian,
c) Perubahan dalam cara hidup,
d) Penyakit kronis dan ketidakmampuan,
e) Hilanganya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap body
image, perubahan konsep diri.
3) Perubahan Mental
a) Faktor-faktor yang pengaruhi perubahan mental
Perubahan fisik, organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan,
herediter, lingkungan
b) Perubahan kepribadian yang drastis
c) Ungkapan tulus perasaan individu
d) Tidak senang pada perubahan
e) Berkurangnya ambisi dan kegiatan
f) Kecenderungan egosentris, perhatian menurun,
g) Berkurangnya adaptasi untuk kebiasaan baru). Berkurangnya
kemampuan nyatakan sopan santun,
h) Merasa kadang tidak diperhatikan atau dilupakan,
i) Cenderung menyendiri, bermusuhan,
j) Mudah tersinggung akibat egoisme atau reaksi kemunduran ingatan,
k) Tidak memperhatikan kebersihan, penampilan,
l) Kegiatan seksual berlebihan atau perilaku tidak senonoh,
m)Orientasi terganggu, bingung, sering lupa, hilang dan tersesat,
n) Lupa meletakan barang, menuduh orang mencuri,
o) Gelisah, delirium pada malam hari,
p) Disorientasi waktu,
q) Pola tidur berubah (tidur seharian atau sulit tidur di malam hari),
r) Mengumpulkan barang yang tidak berharga
4) Perubahan Memori
a) Kenangan jangka panjang : berjam-jam sampai berhari,
b) Kenangan jangka pendek atau seketika : 0-10 menit, kenangan buruk.
5) IQ (Intellgentia Quotion)
a) Tidak berubah degan informasi matematika dan perkataan verbal,
b) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor,
terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan - tekanan
dari faktor waktu.
6) Perkembangan Spiritual
a) Menurut Maslow (1970) agama atau kepercayaan makin terintegrasi
dalam kehidupannya.
b) Menurut Murray & Zenner (1970) lansia makin matur dalam
kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak
di kehidupan sehari-hari.
c) Menurut Folwer (1970) lansia 70 tahun Universalizing, pada tingkat
ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara
mencintai dan keadilan.

d. Penyakit yang umum terjadi pada lansia


1) Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia
a) Mudah jatuh.
b) Mudah lelah, disebabkan oleh : faktor psikologis, gangguan organis,
pengaruh obat
c) Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alkohol, penyakit
metabolisme, dehidrasi,
d) Nyeri dada karena aneurisme aorta, perikarditis, emboli paru,
e) Sesak nafas pada waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan
jantung, gangguan sistem respiratorius, overweight, anemia,
f) Palpitasi karena gangguan irama jantung, penyakit kronis, psikologis,
g) Pembengkakan kaki bagian bawah karena edema gravitasi, gagal
jantung, kurang vitamin B1, penyakit hati, penyakit ginjal,
kelumpuhan, dsb
h) Nyeri pinggang atau punggung karena osteomalasia, osteoporosis,
osteoartritis, batu ginjal,
i) Nyeri sendi pinggul karena artritis, osteoporosis, fraktur/dislokasi,
saraf terjepit,
j) Berat badan menurun karena nafsu makan menurun, gangguan saluran
cerna, faktor sosio-ekonomi
k) Sukar menahan BAK karena obat-obatan, radang kandung kemih,
saluran kemih, kelainan syaraf, faktor psikologis
l) Sukar menahan BAB karena obat-obatan, diare, kelainan usus besar,
kelainan rektum,
m)Gangguan ketajaman penglihatan karena presbiopi, refleksi lensa
berkurang, katarak, glaukoma, infeksi mata,
n) Gangguan pendengaran karena otosklerosis, ketulian menyebabkan
kekacauan mental,
o) Gangguan tidur karena lingkungan kurang tenang, organik dan
psikogenik (depresi dan irritabilitas),
p) Keluhan pusing-pusing karena migren, glaukoma, sinusitis, sakit gigi,
q) Keluhan perasaan dingin dan kesemutan anggota badan karena
ganguan sirkulasi darah lokal, ggn syaraf umum dan lokal,
r) Mudah gatal-gatal karena kulit kering, eksema kulit, DM, gagal ginjal,
hepatitis kronis, alergi.
2) Karakteristik penyakit lansia di Indonesia :
a) Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis,
osteoartritis,
b) Penyakit Kardiovaskuler misalnya hipertensi, kholesterolemia, angina,
cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia.
c) Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum,
d) Penyakit Urogenital seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal
Ginjal Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia,
e) Penyakit Metabolik/endokrin misalnya Diabetes mellitus, obesitas,
f) Penyakit Pernafasan misalnya asma, TB paru,
g) Penyakit Keganasan misalnya; carsinoma/ kanker,
h) Penyakit lainnya antara lain senilis/pikun/dimensia, alzeimer,
Parkinson dan sebagainya.

2. TINJAUAN KASUS DIABETES MELITUS


a. Pengertian
Dari berbagai sumber dapat disebutkan beberapa pengertian Diabetes
Mellitus diantaranya yaitu:
1) Brunner & Suddarth (2002) mendefinisikan Diabates Mellitus
sebagai sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
2) Mansjoer (2000) menjelaskan Diabetes Mellitus sebagai keadaan
hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi
pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
elektron.
3) Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang
memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius dimana
penderita tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula
(glukosa) dalam darahnya (Diabetes Mellitus, 2007).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
Diabetes Mellitus adalah merupakan sekumpulan gejala yang
diakibatkan oleh berkurangnya kadar insulin dalam darah, ditandai
dengan peningkatan kadar gula darah.

b. Etiologi
1) Pada DM Tipe 1 (IDDM)
Berkaitan dengan ketidaksanggupan, kerusakan, atau gangguan
fungsi pankreas untuk memproduksi insulin sehingga tidak dapat
menghasilkan cukup insulin.  Beberapa penyebab pankreas tidak
dapat menghasilkan cukup insulin pada penderita diabetes tipe 1 ini
adalah sebagai berikut (Fauzi, 2014 : 73-74)

a) Keturunan dan Genetik


Jika salah satu atau kedua orangtua dari seorang anak
menderita diabetes, maka anak tersebut akan beresiko terkena
diabetes.
b) Autoimunitas
Autoimunitas adalah tubuh mengalami alergi terhadap salah
satu jaringan atau jenis sel nya sendiri. Dalam kasus ini alergi
yang ada dalam pankreas. Oleh sebab itu, tubuh kehilangan
kemampuan untuk membentuk insulin karena sistem kekebalan
tubuh menghancurkan sel-sel yang memproduksi insulin.
Virus atau zat kimia yang menyebabkan kerusakan pada pulau
sel atau kelompok sel dalam pankreas tempat insulin dibuat.
Semakin banyak sel yang rusak, semakin besar kemungkinan
seseorang menderita diabetes.
2) Pada DM Tipe II (NIDDM)
Diabetes tipe 2 disebabkan karena pankreas tidak bisa
memproduksi insulin yang cukup. Kebanyakan dari insulin yang
diproduksi pankreas dihisap oleh sel-sel lemak akibat gaya hidup
dan pola makan yang tidak baik. Karena pankreas tidak dapat
membuat cukup insulin untuk mengatasi kekurangan insulin
sehingga kadar gula dalam darah akan naik. Beberapa penyebab
utama diabetes tipe 2 sebagai berikut (Fauzi, 2014 : 75-76) :

a) Faktor Keturunan
Apabila orangtua atau saudara sekandung yang mengalami
penyakit ini, maka resiko diabetes tipe 2 lebih tinggi.
b) Pola Makan dan Gaya Hidup
Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu
utama pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara
maksimal. Mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food
yang menyajikan makanan berlemak dan tidak sehat merupkan
penyebab utama. Kurang olahraga dan istirahat yang tidak
mencukupi juga berpengaruh terhadap munculnya penyakit ini.
c) Kadar Kolesterol Tinggi
Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi akan menyerap
insulin yang diproduksi oleh pankreas. Pada akhirnya, tubuh
tidak dapat menyerap insulin ini untuk merubahnya menjadi
energi.
d) Obesitas
Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan oleh timbunan
lemak yang tidak positif bagi tubuh. Seperti kolesterol, lemak
juga akan menyerap produksi insulin pankreas secara habis-
habisan sehingga tubuh tidak kebagian insulin untuk
diproduksi sebagai energi.
3) Pada DM Jenis Lain
Misalnya disebabkan oleh karena kerusakan pankreas akibat
kurang gizi, obat, hormon atau hanya timbul pada saat hamil.
(Waspadji dan sukardji, 2004 : 4).

c. Patofisiologi
Peningkatan gula darah merupakan tanda utama dari diabetes
mellitus yang terjadi akibat penurunan, penyerapan glukosa oleh sel-
sel disertai dengan peningkatan pengeluaran glukosa oleh hati.
Pengeluaran glukosa oleh hati meningkat karena proses yang
menghasilkan glukosa adalah glikogenesis dan glukoneogenesis
berlangsung karena insulin tidak ada. Ketika kadar glukosa darah
meningkat pada saat glukosa diinfiltrasi melebihi kapasitas sel-sel
tubulus yang melakukan reabsorbsi sehingga menimbulkan efek
osmotik yang menarik H2O menyebabkan diuresis osmotic yang
ditandai oleh Poliuri. Cairan yang berlebihan keluar dari tubuh
menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer, karena penurunan volume
darah.Kegagalan sirkulasi tersebut apabila tidak diperbaiki akan
menyebabkan aliran darah ke otak menutup, sehingga menimbulkan
gagal ginjal sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak adekuat, selain
itu sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami gangguan fungsi
saraf dan dehidrasi tersebut dapat menyebabkan polidipsi dan polipagi
yang merupakan mekanisme kompensasi untuk mengatasi dehidrasi.
Gejala yang khas adalah polidipsi (merupakan kompensasi untuk
mengatasi dehidrasi) selain itu terjadi defisiensi glukosa intra sel.nafsu
makan meningkat, sehingga timbul polipaghi. Sintesis trigliserida
menurun saat lipolisis meningkat, sehingga terjadi peningkatan asam
lemak dari simpanan trigliserida. Asam lemak tersebut digunakan
sebagian oleh sel sehingga sumber energi alternatif akan dikeluarkan
oleh hati hingga menyebabkan pengeluaran yang berlebihan pada
keton ke dalam darah dan menimbulkan ketosis, lama-kelamaan
menyebabkan asidosis metabolik. Asidosis akan menelan fungsi otak
dan apabila cukup parah dapat menimbulkan koma diabetik dan
kematian.

d. Manifestasi Klinis
Menurut Fauzi ( 2014) pada permulaan gejala Diabetes Melitus yang
ditunjukan meliputi :
1) Polidipsia (banyak minum)
Rasa haus dan ingin minum terus. Kadang hal ini sering
ditafsirkan karena udara yang panas dan banyak kerja berat,
padahal tanda-tanda ini muncul sebagai awal gejala penyakit DM.
2) Polifagia (banyak makan)
Penderita sering makan (banyak makan) ini terjadi akibat kadar
gula yang tinggi namun tidak dapat masuk kedalam seluntuk
digunakan dalam proses metabolisme. Ketika kadar gula darah
tidak dapat masuk kedalam sel, tubuh berpikir belum
mendapatkan asupan makanan sehingga mengirim sinyal lapar
untuk mendapatkan glukosa lebih banyak agar sel-sel dapat
berfungsi.
3) Poliuria (banyak kencing)
Gejala yang sering dirasakan penderita adalah sering kencing
dengan volume urine yang banyak kencing yang sering pada
malam hari terkadang sangat mengganggu penderita. Pada kondisi
ini ginjal bekerja sangat aktif untuk menyingkirkan kelebihan
glukosa didalam darah.
4) Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan
gejala awal yang sering dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat
capek kerap di rasakan.
Gejala kronik yang sering timbul adalah :
1) Kesemutan
2) Kulit terasa panas seperti tertusuk jarum, gatal dan kering
3) Rasa tebal di kulit
4) Kram
5) Mudah lelah dan marah
6) Mudah ngantuk
7) Mata kabur
8) Gatal di sekitar kemaluan (keputihan)
9) Seksual menurun
10) Pada ibu hamil mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi BB lahir lebih dari 4 kg.

e. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik


Untuk dapat menegakkan diagnosa Diabetes Mellitus perlu dilakukan
pemeriksaan diagnostik, diantaranya yaitu : (Doengoes, 1999;
Rumahorbo, 1999; Brunner & Suddart, 2002 )
1) Pemeriksaan glukosa darah : meningkat secara abnormal. Kadar
gula darah plasma pada waktu puasa (gula darah nuchter) yang
besarnya diatas 140 mg/dl (SI: 7,8 mmo/L) atau kadar glukosa
darah sewaktu (gula darah random) diatas 200 mg/dl (SI:11,1
mmol/L).
2) Pemeriksaan Tes Toleransi Glukosa Oral : memanjang (lebih dari
200 mg/dl). Biasanya dianjurkan untuk pasien dengan kadar
glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
3) Aseton plasma ( keton) : positif.
4) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
5) Osmolaritas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
Mosm/L.
6) Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal).
7) Kadar insulin darah: biasanya menunjukkan pH darah rendah dan
penurunan HCO2 (acidosis).
8) Trombosit darah : HT mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap infeksi.

f. Komplikasi
1) Komplikasi akut, terdiri dari:
a) Hipoglikemia
Adalah keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan
penurunan glukosa darah. Gejala yang timbul berupa gelisah
sampai berat dan kejang. Penyebab timbulnya hipoglikemia
adalah obat-obatan hipoglikemia oral gongan sulfonylurea,
khususnya glibenclamid. Meskipun hipoglikemia sering pula
terjadi pada pengobatan pada insulin, tetapi kejadian ini sering
timbul karena pasien tidak mempertahankan atau belum
mengetahui pengaruh beberapa perubahan pada tubuhnya.
Penyebab hipoglikemia yaitu makan kurang dari aturan yang
ditentukan, berat badan turun, sesudah olahraga. Tanda dari
hipoglikemia mulai timbul bila glukosa darah kurang dari 50
mg/dl, meskipun reaksi hipoglikemia bias didapat pada kadar
glukosa darah yang lebih tinggi.

b) Hiperglikemia
Adalah adanya masukan kalori yang berlebihan, penghentian
obat oral maupun insulin yang didahului oleh stress akut. Tanda
khas kesadaran menurun disertai dehidrasi berat.
c) Ketoasidosis diabetic (KAD)
Adanya gangguan metabolic yang mengancam kehidupan yang
secara potensial atau akut dapat terjadi sebagai akibat defisiensi
insulin dalam waktu lama, dikarakteristikan dengan
hiperglikemia yang ekstrim (lebih dari 300 mg/dl). KAD
dimanifestasikan sebagai status berlanjutnya patofisiologi dari
DM, pasien tampak sakit berat dan memerlukan intervensi
darurat untuk mengurangi kadar glukosa darah dan
memperbaiki asidosis berat elektrolit dan ketidak seimbangan
cairan. Factor-faktor pencetus KAD adalah obat-obatan
(steroid, diuretic, alcohol), penurunan masukan cairan,
kegagalan masukan insulin sesuai program, stress emosi berat,
kegagalan untuk mentaati modifikasi diet.
2) Komplikasi Kronik
a) Penyakit makrovaskuler
Penyakit makrovaskuler adalah karena aterosklerosis,
terutama mempengaruhi pembuluh darah besar dan sedang,
karena adanya kekurangan insulin, lemak diubah menjadi
glukosa untuk energi. Perubahan pada sintensis dan
katabolisme lemak mengakibatkan peningkatan LDL (Low
Density Lipoprotein). Oklusi vaskuler dari arterosklerosis
dapat menyebabkan penyakit arteri koroner, penyakit
vascular perifer dan penyakit vascular serebral. Penderita DM
dengan kelainan makrovaskular dapat memberikan gambaran
kelainan pada tungkai bawah, baik berupa ulkus maupun
gangrene diabetic. Pada penderita tersebut bila dilakukan
perabaan arteri mungkin akan teraba denyut yang berkurang
sampai menghilang. Penderita dengan gangguan
cerebrovaskular dapat memberikan gambaran berupa
kelumpuhan infark jantung juga dapat terjadi akibat kelainan
makrovaskular, rasa nyeri dada sering tidak dijumpai akibat
adanya neuropati.
b) Penyakit Mikrovaskular
Terutama mempengaruhi pembuluh darah kecil dan
disebabkan oleh penebalan membrane dasar kapiler dari
peningkatan kadar glukosa darah secara kronis, ini
menyebabkan diabetic retinopati, neuropati dan nefropati.
c) Neuropati diabetic
Disebabkan oleh kerusakan kecepatan konduksi saraf karena
konsentrasi glukosa tinggi dan penyakit mikrovaskular.
Neuropati motor sensori berperan dalam ulkus dan infeksi
kaki dan telapak kaki. Neuropati autonomic berperan dalam
kandung kemih neurogenik, impotensi, konstipasi yang
berubah-ubah dengan diare, hipotensi ortostatik dan adanya
keluhan gangguan pengeluaran keringat. Keluhan tersering
adalah berupa kesemutan, rasa lemah dan baal.
d) Retinopati Diabetik
Penderita dengan retinopati diabetic akan dapat mengalami
gejala penglihatan kabur yang dapat disebabkan katarak,
ataupun gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada
lensa oleh hiperglikemia.
e) Nefropati Diabetik
Penderita dengan nerfropati diabetic dapat menunjukkan
gambaran gagal ginjal menahun seperti lemas, mual, pucat
sampai keluhan sesak nafas akibat penimbunan cairan.
Adanya gagal ginjjal yang dibuktikan dengan kenaikan kadar
kreatinin atau ureum serum ditemukan berkisar antara 2-7%.

g. Penatalaksanaan Medis
Dalam mengelola DM untuk jangka pendek tujuannya adalah
menghilangkan keluhan dan gejala dan mempertahankan rasa nyaman
dan sehat. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah untuk mencegah
komplikasi, baik makroangiopati, mikroangiopati maupun neuropati
dengan tujuan akhir menurunkan morbilitas dan mortalitas DM.
Prinsip pengelolaan Diabetes Mellitus didasarkan pada :
1) Perencanaan makan (diet)
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
karbohidrat 60-70 %, protein 10-15 %, dan lemak 20-25 %. Ada
beberapa cara untuk menentukan kalori yang dibutuhkan
penderita diabetes mellitus, diantaranya adalah dengan
memperhitungkan berdasarkan kebutuhan kalori basal yang
besarnya 25-30 kalori/ kg BB ideal, ditambah atau dikurangi
bergantung pada beberapa factor yaitu jenis kelamin, usia,
aktivitas, adanya komplikasi dan berat badan.
Cara yang mudah lagi yaitu dengan perhitungan kasar, yaitu
untuk pasien kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-2100, dan
gemuk 1300-1500 kalori. Perhitungan berat badan ideal dengan
rumus standar Brocca sebagai berikut :
BBI = (TB dalam cm – 100) – 10%
Terapi diet yang diberikan kepada penderita diabetes mellitus
terbagi dalam tiga macam yaitu :
a) Diet rendah kalori
Kategori diet untuk penderita diabetes mellitus

Kategori Kalori Protein Lemak Karbohidrat

1 1100 50 30 160

2 1300 55 35 195

3 1500 60 40 225

4 1700 65 45 260

5 1900 70 50 300

6 2100 80 55 325

7 2300 85 65 350

8 2500 90 65 390
Keterangan :
- Diet 1 – 3 : diberikan kepada penderita diabetes mellitus yang
sangat gemuk atau obesitas.
- Diet 4 – 6 : diberikan kepada penderita diabetes mellitus
dengan berat badan normal.
- Diet 7 – 8 : diberikan kepada penderita diabetes mellitus
dengan berat badan kurus (kurang dari berat badan normal)
dan diabetes mellitus dengan komplikasi. Latihan Fisik
b) Diet bebas gula
Tipe ini digunakan untuk penderita yang lanjut usia dan tidak
tergantung pada insulin. Tidak memakan gula dan makan
yang mengandung gula. Mengkonsumsi makanan sumber
karbohidrat sebagai bagian dari keseluruhan hidangan secara
teratur.
c) Sistem penukar
Sistem penukar memungkinkan terjadinya variasi makanan
sehingga penderita tidak merasa bosan,tetapi tetap dalam
jumlah kalori yang ditentukan. Misalnya : nasi ditukar dengan
roti atau lainnya. Tipe ini lebih rumit dari tipe diet yang
lain,tetapi mempunyai kelebihan yaitu fleksibel dan bervariasi
daripada tipe bebas gula.
Untuk melaksanakan diet tipe ini diperlukan sebuah daftar
standar yang berisikan berbagai jenis makanan penukar
dengan kandungan kalorinya. Untuk menentukan perhitungan
jumlah kalori dan garam,makanan dibagi dalam tujuh
golongan, bahan makanan dalam tiap golongan mempunyai
nilai gizi sama. Jumlah tiap makanan itu dinamakan satuan
penukar.
d) Makanan yang perlu dihindari
Makanan yang perlu dihindari oleh penderita diabetes mellitus
adalah gula murni,gula jawa, syrup, madu, selai, manisan, jeli,
permen, cokelat, susu kental manis, minuman botol ringan, es
krim , kentang (mengandung indeks glikemik tinggisehingga
mudah menaikkan kadar gula darah), biscuit, kue kue, roti
manis, dodol, makanan yang digoreng, susu fullcream yang
dikonsumsi secara berlebihan, snack yang mengandung gula,
pemanis buatan yang tinggi kalori, pudding, sari buah-buahan,
buah-buahan yang dikalengkan dalam larutan syrup, abon,
dendeng, sarden, mentega dari lemak hewan dan minyak
jenuh. Diet diabetes mellitus yang dianjurkan adalah makanan
yang mengandung karbohidrat, rendah lemak, dan protein
dalam porsi yang berimbang dengan kebutuhan tubuh dan
susu nonfat seperti susu kedelai dan susu diabetasol (khusus
untuk penderita diabetes mellitus).
2) Latihan jasmani (olahraga)
Latihan fisik dilakukan secara teratur (3 – 4 kali seminggu)
selama kurang lebih 30 menit seperti: ja1an - jalan, jogging,
berenang, dan bersepeda dalam tempo sedang karena dapat
membantu kerja metabo1isme tubuh sehingga dapat mengurangi
kebutuhan akan insulin. Hal ini perlu dipersiapkan sebelum
berolahraga untuk mencegah hipoglikemia adalah makan yang
cukup dan tes kadar gula darah. Latihan akan menurunkan kadar
glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh
otot. Latihan ini juga berguna untuk meningkatkan kepekaan
insulin (glukosa uptake).

3) Obat
Pemberian obat-obatan penurun gula darah dan insulin
a) Obat – obatan golongan sulfonylurea (glibenklamid) bekerja
dengan menstimulasi sel beta pancreas untuk melepaskan
insulin yang tersimpan
b) Obat-obatan golongan biguanid (metformin) bekerja dengan
menurunkan glukosa darah tetapi menyebabkan penurunan
sampai dibawah normal.
c) Insulin : untuk pasien yang sudah tidak dapat kadar glukosa
darahnya dengan kombinasi sulfonylurea dam metformin,
langkah berikut yang mungkin diberikan adalah insulin
semua orang dengan diabetes tipe I memerlukan insulin
eksogen karena insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak
ada. Orang dengan diabetes mellitus tipe II tentu mungkin
membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah atau apabila stress
fisiologis seperti pada tingkatan pembedahan, orang dengan
diabetes mellitus kehamilan bila diet saja tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah, diabetes dengan
ketoasidosis dan pengobatan syndrome hipoglikemia, orang
diabetes mellitus yang mendapat nutrisi parentral atau yang
memerlukan suplemen tinggi kalori
4) Perawatan di rumah
Penderita DM sering mengalami gangguan sirkulasi pada kaki
sehingga mudah terinfeksi dan terjadi luka. Untuk menghindari
hal tersebut diperlukan adanya perawatan kaki yaitu mencuci
kaki dengan benar, mengeringkan dan memberikan minyak
(kita harns berhati - hati agar jangan sampai celah antara jari
kaki menjadi basah). Inspeksi kaki harns dilakukan setiap hari
untuk memeriksa apakah terdapat gejala kemerahan, lepuh,
fisura, kalus, atau ulserasi. Hindari berjalan tanpa alas kaki,
kuku jari kaki harns dipotong rata tanpa membuat lengkungan
pada sudut.
5) Penyuluhan kesehatan.
Penyuluhan diperlukan karena penyakit diabetes mellitus
adalah yang berhubungan dengan gaya hidup. Pengobatan
dengan obat-obatan penting, tetapi tidak cukup. Pengobatan
diabetes mellitus memerlukan keseimbangan antara beberapa
kegiatan yang memerlukan bagian integral dari kegiatan rutin
sehari-hari seperti makan, tidur, bekerja, dan lain-lain.
Berhasilnya pengobatan diabetes mellitus tergantung pada
kerjasama antara petugas kesehatan dengan pasien dan
keluarganya. Pasien yang mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang diabetes mellitus kemudian selanjutnya mengubah
perilaku, akan dapat mengendalikan kondisi penyakitnya
sehingga ia dapat hidup lebih lama.
6) Pada pasien DM cedera kaki kadang tidak dirasakan karena
kepekaan kakinya sudah menghilang dan penyebab terjadinya
cedera antara lain cedera termal (misalnya berjalan dengan kaki
telanjang di jalan yang panas, memeriksa air panas untuk mandi).
Therapi pada ulkus kaki meliputi tirah haring, pemberian
antibiotik, dan debridement serta pengendalian gula darah.

3. TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS


a. Pengkajian
1) Identitas klien, meliputi :
Nama klien, tanggal lahir, umur, agama, jenis kelamin, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan.
2) Keluhan utama
a) Kondisi hiperglikemi:
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing,
dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
b) Kondisi hipoglikemi
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar,
sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan
daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan
emosional, penurunan kesadaran.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal
pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh,
kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping
itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan
muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut,
kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala,
kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.
4) Riwayat kesehatan dahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan
penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan
seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker,
kontrasepsi yang mengandung estrogen.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM
6) Pemeriksaan Fisik
a) Aktivitas dan Istirahat
Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau
dengan aktivitas, letargi, disorientasi, koma
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot,
tonus otot menurun, gangguan istirahat dan tidur.
b) Sirkulasi
Tanda : takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun,
disritmia, krekels, kulit panas, kering dan kemerahan, bola
mata cekung.
Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard
akut, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus
pada kaki, penyembuhan yang lama.
c) Integritas ego
Tanda : ansietas, peka rangsang
Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
yang berhubungan dengan kondisi.
d) Eliminasi
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising
usus lemah, hiperaktif pada diare
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia,
rasa nyeri terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri
tekan abdomen, diare.
e) Makanan dan cairan
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan,
distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas
bau aseton
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak
mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa atau
karbohidrat, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
f) Neurosensori
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma,
gangguan memori, refleks tendon menurun, kejang
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada
otot, parastesia, gangguan penglihatan.
g) Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan
TD postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
h) Pernapasan
Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa
sputum.

i) Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme
pada wanita
j) Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen,
anseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus
lemah/menurun.
k) Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus
pada kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa
berat pada tungkai.
l) Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung,
turgor jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis
(keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus
7) Indeks Katz
Digunakan untuk menilai aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)
Aktivitasyang dinilai :
a) Bathing (mandi)
Mandiri : memerlukan bantuan pada satu bagian atau tidak
sama sekali.
Tergantung : memerlukan bantuan lebih dari satu bagian tubuh
atu tidak dapat mandi sendiri
b) Dressing (berpakaian)
Mandiri : menaruh, mengambil, memakai atau menanggalkan
pakaian sendiri.
Tergantung : tidak dapat melakukan sebagian atau seluruhnya
c) Toiletting
Mandiri : pergi ke toilet, duduk sendiri di toilet, membersihkan
kotoran sendiri.
Tergantung: mendapat bantuan dari orang lain
d) Transfering
Mandiri : berpindah dari dan ke tempat tidur, dari dan ke
tempat duduk (memakai atau tidak memakai alat bantu).
Tergantung : tidak dapat melakukan sendiri atau mendapat
batuan
e) Continence
Mandiri : dapat mengontrol BAB dan BAK.
Tergantung : tidak dapat mengontrol sebagian atau seluruhnya
(menggunakan kateter)
f) Feeding
Mandiri : mengambil makanan dari piring dan memasukan ke
dalam mulut (Tidak termasuk kemampuan memotong daging
serta menyiapkan makanan).
Tergantung: memerlukan bantuan untuk makan atau tidak
dapat makan secara parenteral.
Dari ke 6 fungsi diatas kemudian diklasifikasikan menjadi 7
tahapan sesuai dengan aktivitas yang mampu dilakukan
- Indekx katz A : Mandiri untuk 6 aktivitas
- Indekx katz B : Mandiri untuk 5 aktivitas
- Indekx katz C : Mandiri, kecuali “Bathing” dan 1 fungsi
lain
- Indekx katz D : Mandiri, kecuali “Bathing, Dressing” dan
1 fungsi lain
- Indekx katz E : Mandiri, kecuali “Bathing, Dressing,
Toileting” dan 1 fungsi lain
- Indekx katz F : Mandiri, kecuali “Bathing, Dressing,
Toileting, Transfering” dan 1 fungsi lain
- Indekx katz G : Tergantung pada orang lain untuk 6
aktivitas
Dalam menentukan sejauh mana penderita lansia mampu
melakukan aktivitas perlu diingat beberapa hal seperti :
- Pasien dalam keadaan emosi yang labil (baru masuk
RS/panti werda)
- Adanya peraturan di panti yang mengharuskan lansia
dimandikan dan di pakaikan pakaian oleh petugas dll
- Motivasi dari penderita atau lingkungan sendiri
Pengkajian status fungsional, kognitif, afektif dan sosial
(a) Pengkajian Status Fungsional INDEKS KATZ
Indek Keterangan
A Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan
pakaian, pergi ke toilet, berpindah, dan mandi.
B Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas.
C Mandiri, kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang lain.
D Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi yang
lain.
E Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan
satu fungsi yang lain.
G Ketergantungan untuk enam fungsi tersebut
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasi sebagai C, D, E, F dan G

(b) Pengkajian Status Kognitif dan Afektif


Short Portabel Mental Status Questionaire (SPMSQ)
Skore
N0 Pertanyaan
+ -
1. Tanggal berapa hari ini?
2. Hari apa sekarang ini?
3. Apa nama tempat ini?
4. Berapa nomer telepon anda?
4a. Dimana alamat anda? Tanyakan hanya klien
tidak mempunyai telepon
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir?
7 Siapa presiden indonesia sekarang?
8 Siapa presiden sebelumnya?
9 Siapa nama kecil ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dam tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara menurun
Jumlah kesalahan total
Penilaian SPMSQ :
 Kesalahan 8 - 10 fungsi intelektual berat
 Kesalahan 5 – 7 fungsi intelektual sedang
 Kesalahan 3 - 4 fungsi intelektual ringan
 Kesalahan 0 - 2 fungsi intelektual utuh
 Penilaian skor klien 8 = fungsi intelektual berat
(c) Depresi (Beek/ Yesavage)
No Uraian Depresi Beck Skore
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak
dapat menghadapinya
2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya
tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia
dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk
memandang kedepan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pasimis atau kecil hati tentang
masa depan
C.Rasa kegagalan
3 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagi
seseorang (orang tua, suami, Istri)
2 Seperti melihat ke belakang hidup saya, semua yang
dapat saya lihat hanya kegagalan
1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada
umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tak
berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian
dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai
membahayakan diri sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya
mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh
diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai
membahayakan diri sendiri
H. Menarik Diri dari Sosial
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang
lain dan tidak perduli pada mereka semua
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang
lain dan tidak sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada
sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minta pada orang lain
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat
keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak
menjijikkan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang
permanet dalam penampilan saya dan ini membuat
saya tidak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak
menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk
daripada sebelumnya
K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras
untuk melakukan sesuatu
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai
melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya lelah lebih dari yang biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya
Penilaian:
 0-4 = Derpresi tidak ada atau minimal
 5-7= Depresi ringan
 8-15= Depresi sedang
 >15 =depresi berat

(d) APGAR Gerontik


APGAR Gerontik
No Fungsi Uraian Skor
1 Saya puas bahwa dapat kembali
pada Gerontik saya untuk
Adaptasi
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara Gerontik
saya membicarakan sesuatu
Hubungan dengan saya dan
mengungkapkan masalah
dengan saya
3 Pertumbuhan Saya puas bahwa Gerontik saya
menerima dan mendukung
keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah
baru.
4 Saya puas dengan cara Gerontik
saya mengespresikan afek dan
Afeksi berespon terhadap emosi-emosi
saya, seperti marah, sedih atau
mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-
teman saya dan saya
Pemecahan
menyediakan waktu bersama-
sama
Keterangan :
 Skor 2 jika selalu
 Skor 1 jika kadang-kadang
 Skor 0 jika hampir tidak pernah

b. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


1) Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan asupan
makanan, ketidakadekuatan monitor glukosa darah, kurangan ketaatan
dalam manajemen diabetes
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1)
4) Defisit Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
secara aktif, kegagalan mekanisme pengaturan
5) Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan.

c. Rencana Keperawatan
N Diagnosa Tujuan (NIC) Intervensi (NOC)
o Keperawatan
1 Resiko  Blood Glucose Level  Hyperglycemia
ketidakstabilan 1) Glukosa darah dalam Management
kadar glukosa batas normal 1) Memantau
darah 2) Glukosa urin dalam peningkatangula
batas normal darah
3) Urin keton 2) Memantau gejala
hiperglikemia,
poliuria, polidipsi,
poliphagi, dan
kelelahan
3) Memantau urin keton
4) Memberikan insulin
yang sesuai
5) Memantau status
cairan
6) Antisipasi situasi
dalam persyaratan
pemberian insulin
7) Membatasi gerakan
ketika gula darah
diatas 250 mg/dl,
terutama apabila
terdapat urin keton
8) Mendorong pasien
untuk memantau gula
darah
 Hipoglycemia
Management
1) Mengenali pasien
dengan resiko
hipoglikemia
2) Memantau gula darah
3) Memantau gejala
hipoglikemia
seperti:tremor,
berkeringat, gugup,
tacikardi, palpitasi,
mengigil, perubahan
perilaku, coma.
4) Memberikan
karbohidrat sederhana
yang sesuai
5) Memberikan glukosa
yang sesuai
6) Melaporkan segera
pada dokter
7) Memberikan glukosa
melalui IV
8) Memperhatikan jalan
nafas
9) Mempertahankan
akses IV
10) Lindungi jangan
sampai cedera
11) Meninjau peristiwa
terjadinya
hipoglikemia dan
faktor penyebabnya
12) Memberikan umpan
balik mengenai
manajemen
hipoglikemia
13) Mengajarkan
pasien dan keluarga
mengenai gejala,
faktor resiko,
pencegahan
hipoglikemia
14) Menganjurkan
pasien memakan
karbohidrat yang
simple setiap waktu

2 Nyeri akut  Pain Level  Pain Management


1) Mampu mengontrol 1) Lakukan pengkajian
nyeri (tahu penyebab nyeri secara
nyeri, mampu komprehensif termasuk
menggunakan tehnik lokasi, karakteristik,
nonfarmakologi untuk durasi, frekuensi,
mengurangi nyeri, kualitas dan faktor
mencari bantuan) presipitasi
2) Melaporkan bahwa 2) Observasi reaksi
nyeri berkurang dengan nonverbal dari
menggunakan ketidaknyamanan
manajemen nyeri 3) Kaji kultur yang
3) Mampu mengenali mempengaruhi respon
nyeri (skala, intensitas, nyeri
frekuensi dan tanda 4) Kontrol lingkungan
nyeri) yang dapat
4) Menyatakan rasa mempengaruhi nyeri
nyaman setelah nyeri seperti suhu ruangan,
berkurang Tanda vital pencahayaan dan
dalam rentang normal kebisingan
5) Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
6) Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
7) Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
3 Ketidakseimbanga  Nutritional Status : food and  Nutrition Monitoring
n nutrisi kurang Fluid Intake 1) Monitor adanya
dari kebutuuhan 1) Adanya peningkatan penurunan berat badan
tubuh berat badan sesuai 2) Monitor lingkungan
dengan usia selama makan
2) Berat badan ideal sesuai 3) Monitor mual dan
dengan tinggi badan muntah
3) Mampu 4) Monitor makanan
mengidentifikasi kesukaan
kebutuhan nutrisi 5) Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
6) Monitor kalori dan
intake nuntrisi
7) Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
8) Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
4 Defisit volume  Fluid balance  Fluid management
cairan 1) Terbebas dari edema, 1) Pertahankan catatan
efusi, anaskara intake dan output
2) Memelihara tekanan yang akurat
vena sentral, tekanan 2) Pasang urin kateter
kapiler paru, output jika diperlukan
jantung dan vital sign 3) Monitor hasil lab
dalam batas normal yang sesuai dengan
3) Terbebas dari kelelahan, retensi cairan (BUN,
kecemasan atau Hmt, osmolalitas
kebingungan urin)
4) Menjelaskan indikator 4) Monitor indikasi
kelebihan cairan retensi / kelebihan
cairan (cracles, CVP ,
edema, distensi vena
leher, asites)
5) Kaji lokasi dan luas
edema
6) Monitor status nutrisi
7) Berikan diuretik
sesuai interuksi
8) Batasi masukan
cairan pada keadaan
hiponatrermi
5 Ketidakefektifan  Circulation status  Peripheral Sensation
perfusi jaringan 1) TD normal (120/80 Management
perifer mmHg) 1) Monitor adanya
2) Tingkat kesadaran daerah tertentu yang
membaik hanya peka terhadap
3) Tidak ada gerakan rangsangan panas
involunter atau dingin
4) Fungsi sensorik dan 2) Periksa penyebab
motorik tidak ada perubahan sensasi
gangguan 3) Ajarkan klien untuk
mengobservasi kulit
pada daerah perifer
4) Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat
analgetik

d. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat
menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar
manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan
perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi,
penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan
lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman,
nyaman dan keselamatan klien.

e. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana
mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk
mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil
dari proses keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai