OLEH:
NI LUH CICA KUSUMADEWI
NIM. 19J10127
b. Etiologi
1) Pada DM Tipe 1 (IDDM)
Berkaitan dengan ketidaksanggupan, kerusakan, atau gangguan
fungsi pankreas untuk memproduksi insulin sehingga tidak dapat
menghasilkan cukup insulin. Beberapa penyebab pankreas tidak
dapat menghasilkan cukup insulin pada penderita diabetes tipe 1 ini
adalah sebagai berikut (Fauzi, 2014 : 73-74)
a) Faktor Keturunan
Apabila orangtua atau saudara sekandung yang mengalami
penyakit ini, maka resiko diabetes tipe 2 lebih tinggi.
b) Pola Makan dan Gaya Hidup
Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu
utama pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara
maksimal. Mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food
yang menyajikan makanan berlemak dan tidak sehat merupkan
penyebab utama. Kurang olahraga dan istirahat yang tidak
mencukupi juga berpengaruh terhadap munculnya penyakit ini.
c) Kadar Kolesterol Tinggi
Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi akan menyerap
insulin yang diproduksi oleh pankreas. Pada akhirnya, tubuh
tidak dapat menyerap insulin ini untuk merubahnya menjadi
energi.
d) Obesitas
Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan oleh timbunan
lemak yang tidak positif bagi tubuh. Seperti kolesterol, lemak
juga akan menyerap produksi insulin pankreas secara habis-
habisan sehingga tubuh tidak kebagian insulin untuk
diproduksi sebagai energi.
3) Pada DM Jenis Lain
Misalnya disebabkan oleh karena kerusakan pankreas akibat
kurang gizi, obat, hormon atau hanya timbul pada saat hamil.
(Waspadji dan sukardji, 2004 : 4).
c. Patofisiologi
Peningkatan gula darah merupakan tanda utama dari diabetes
mellitus yang terjadi akibat penurunan, penyerapan glukosa oleh sel-
sel disertai dengan peningkatan pengeluaran glukosa oleh hati.
Pengeluaran glukosa oleh hati meningkat karena proses yang
menghasilkan glukosa adalah glikogenesis dan glukoneogenesis
berlangsung karena insulin tidak ada. Ketika kadar glukosa darah
meningkat pada saat glukosa diinfiltrasi melebihi kapasitas sel-sel
tubulus yang melakukan reabsorbsi sehingga menimbulkan efek
osmotik yang menarik H2O menyebabkan diuresis osmotic yang
ditandai oleh Poliuri. Cairan yang berlebihan keluar dari tubuh
menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer, karena penurunan volume
darah.Kegagalan sirkulasi tersebut apabila tidak diperbaiki akan
menyebabkan aliran darah ke otak menutup, sehingga menimbulkan
gagal ginjal sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak adekuat, selain
itu sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami gangguan fungsi
saraf dan dehidrasi tersebut dapat menyebabkan polidipsi dan polipagi
yang merupakan mekanisme kompensasi untuk mengatasi dehidrasi.
Gejala yang khas adalah polidipsi (merupakan kompensasi untuk
mengatasi dehidrasi) selain itu terjadi defisiensi glukosa intra sel.nafsu
makan meningkat, sehingga timbul polipaghi. Sintesis trigliserida
menurun saat lipolisis meningkat, sehingga terjadi peningkatan asam
lemak dari simpanan trigliserida. Asam lemak tersebut digunakan
sebagian oleh sel sehingga sumber energi alternatif akan dikeluarkan
oleh hati hingga menyebabkan pengeluaran yang berlebihan pada
keton ke dalam darah dan menimbulkan ketosis, lama-kelamaan
menyebabkan asidosis metabolik. Asidosis akan menelan fungsi otak
dan apabila cukup parah dapat menimbulkan koma diabetik dan
kematian.
d. Manifestasi Klinis
Menurut Fauzi ( 2014) pada permulaan gejala Diabetes Melitus yang
ditunjukan meliputi :
1) Polidipsia (banyak minum)
Rasa haus dan ingin minum terus. Kadang hal ini sering
ditafsirkan karena udara yang panas dan banyak kerja berat,
padahal tanda-tanda ini muncul sebagai awal gejala penyakit DM.
2) Polifagia (banyak makan)
Penderita sering makan (banyak makan) ini terjadi akibat kadar
gula yang tinggi namun tidak dapat masuk kedalam seluntuk
digunakan dalam proses metabolisme. Ketika kadar gula darah
tidak dapat masuk kedalam sel, tubuh berpikir belum
mendapatkan asupan makanan sehingga mengirim sinyal lapar
untuk mendapatkan glukosa lebih banyak agar sel-sel dapat
berfungsi.
3) Poliuria (banyak kencing)
Gejala yang sering dirasakan penderita adalah sering kencing
dengan volume urine yang banyak kencing yang sering pada
malam hari terkadang sangat mengganggu penderita. Pada kondisi
ini ginjal bekerja sangat aktif untuk menyingkirkan kelebihan
glukosa didalam darah.
4) Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan
gejala awal yang sering dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat
capek kerap di rasakan.
Gejala kronik yang sering timbul adalah :
1) Kesemutan
2) Kulit terasa panas seperti tertusuk jarum, gatal dan kering
3) Rasa tebal di kulit
4) Kram
5) Mudah lelah dan marah
6) Mudah ngantuk
7) Mata kabur
8) Gatal di sekitar kemaluan (keputihan)
9) Seksual menurun
10) Pada ibu hamil mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi BB lahir lebih dari 4 kg.
f. Komplikasi
1) Komplikasi akut, terdiri dari:
a) Hipoglikemia
Adalah keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan
penurunan glukosa darah. Gejala yang timbul berupa gelisah
sampai berat dan kejang. Penyebab timbulnya hipoglikemia
adalah obat-obatan hipoglikemia oral gongan sulfonylurea,
khususnya glibenclamid. Meskipun hipoglikemia sering pula
terjadi pada pengobatan pada insulin, tetapi kejadian ini sering
timbul karena pasien tidak mempertahankan atau belum
mengetahui pengaruh beberapa perubahan pada tubuhnya.
Penyebab hipoglikemia yaitu makan kurang dari aturan yang
ditentukan, berat badan turun, sesudah olahraga. Tanda dari
hipoglikemia mulai timbul bila glukosa darah kurang dari 50
mg/dl, meskipun reaksi hipoglikemia bias didapat pada kadar
glukosa darah yang lebih tinggi.
b) Hiperglikemia
Adalah adanya masukan kalori yang berlebihan, penghentian
obat oral maupun insulin yang didahului oleh stress akut. Tanda
khas kesadaran menurun disertai dehidrasi berat.
c) Ketoasidosis diabetic (KAD)
Adanya gangguan metabolic yang mengancam kehidupan yang
secara potensial atau akut dapat terjadi sebagai akibat defisiensi
insulin dalam waktu lama, dikarakteristikan dengan
hiperglikemia yang ekstrim (lebih dari 300 mg/dl). KAD
dimanifestasikan sebagai status berlanjutnya patofisiologi dari
DM, pasien tampak sakit berat dan memerlukan intervensi
darurat untuk mengurangi kadar glukosa darah dan
memperbaiki asidosis berat elektrolit dan ketidak seimbangan
cairan. Factor-faktor pencetus KAD adalah obat-obatan
(steroid, diuretic, alcohol), penurunan masukan cairan,
kegagalan masukan insulin sesuai program, stress emosi berat,
kegagalan untuk mentaati modifikasi diet.
2) Komplikasi Kronik
a) Penyakit makrovaskuler
Penyakit makrovaskuler adalah karena aterosklerosis,
terutama mempengaruhi pembuluh darah besar dan sedang,
karena adanya kekurangan insulin, lemak diubah menjadi
glukosa untuk energi. Perubahan pada sintensis dan
katabolisme lemak mengakibatkan peningkatan LDL (Low
Density Lipoprotein). Oklusi vaskuler dari arterosklerosis
dapat menyebabkan penyakit arteri koroner, penyakit
vascular perifer dan penyakit vascular serebral. Penderita DM
dengan kelainan makrovaskular dapat memberikan gambaran
kelainan pada tungkai bawah, baik berupa ulkus maupun
gangrene diabetic. Pada penderita tersebut bila dilakukan
perabaan arteri mungkin akan teraba denyut yang berkurang
sampai menghilang. Penderita dengan gangguan
cerebrovaskular dapat memberikan gambaran berupa
kelumpuhan infark jantung juga dapat terjadi akibat kelainan
makrovaskular, rasa nyeri dada sering tidak dijumpai akibat
adanya neuropati.
b) Penyakit Mikrovaskular
Terutama mempengaruhi pembuluh darah kecil dan
disebabkan oleh penebalan membrane dasar kapiler dari
peningkatan kadar glukosa darah secara kronis, ini
menyebabkan diabetic retinopati, neuropati dan nefropati.
c) Neuropati diabetic
Disebabkan oleh kerusakan kecepatan konduksi saraf karena
konsentrasi glukosa tinggi dan penyakit mikrovaskular.
Neuropati motor sensori berperan dalam ulkus dan infeksi
kaki dan telapak kaki. Neuropati autonomic berperan dalam
kandung kemih neurogenik, impotensi, konstipasi yang
berubah-ubah dengan diare, hipotensi ortostatik dan adanya
keluhan gangguan pengeluaran keringat. Keluhan tersering
adalah berupa kesemutan, rasa lemah dan baal.
d) Retinopati Diabetik
Penderita dengan retinopati diabetic akan dapat mengalami
gejala penglihatan kabur yang dapat disebabkan katarak,
ataupun gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada
lensa oleh hiperglikemia.
e) Nefropati Diabetik
Penderita dengan nerfropati diabetic dapat menunjukkan
gambaran gagal ginjal menahun seperti lemas, mual, pucat
sampai keluhan sesak nafas akibat penimbunan cairan.
Adanya gagal ginjjal yang dibuktikan dengan kenaikan kadar
kreatinin atau ureum serum ditemukan berkisar antara 2-7%.
g. Penatalaksanaan Medis
Dalam mengelola DM untuk jangka pendek tujuannya adalah
menghilangkan keluhan dan gejala dan mempertahankan rasa nyaman
dan sehat. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah untuk mencegah
komplikasi, baik makroangiopati, mikroangiopati maupun neuropati
dengan tujuan akhir menurunkan morbilitas dan mortalitas DM.
Prinsip pengelolaan Diabetes Mellitus didasarkan pada :
1) Perencanaan makan (diet)
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
karbohidrat 60-70 %, protein 10-15 %, dan lemak 20-25 %. Ada
beberapa cara untuk menentukan kalori yang dibutuhkan
penderita diabetes mellitus, diantaranya adalah dengan
memperhitungkan berdasarkan kebutuhan kalori basal yang
besarnya 25-30 kalori/ kg BB ideal, ditambah atau dikurangi
bergantung pada beberapa factor yaitu jenis kelamin, usia,
aktivitas, adanya komplikasi dan berat badan.
Cara yang mudah lagi yaitu dengan perhitungan kasar, yaitu
untuk pasien kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-2100, dan
gemuk 1300-1500 kalori. Perhitungan berat badan ideal dengan
rumus standar Brocca sebagai berikut :
BBI = (TB dalam cm – 100) – 10%
Terapi diet yang diberikan kepada penderita diabetes mellitus
terbagi dalam tiga macam yaitu :
a) Diet rendah kalori
Kategori diet untuk penderita diabetes mellitus
1 1100 50 30 160
2 1300 55 35 195
3 1500 60 40 225
4 1700 65 45 260
5 1900 70 50 300
6 2100 80 55 325
7 2300 85 65 350
8 2500 90 65 390
Keterangan :
- Diet 1 – 3 : diberikan kepada penderita diabetes mellitus yang
sangat gemuk atau obesitas.
- Diet 4 – 6 : diberikan kepada penderita diabetes mellitus
dengan berat badan normal.
- Diet 7 – 8 : diberikan kepada penderita diabetes mellitus
dengan berat badan kurus (kurang dari berat badan normal)
dan diabetes mellitus dengan komplikasi. Latihan Fisik
b) Diet bebas gula
Tipe ini digunakan untuk penderita yang lanjut usia dan tidak
tergantung pada insulin. Tidak memakan gula dan makan
yang mengandung gula. Mengkonsumsi makanan sumber
karbohidrat sebagai bagian dari keseluruhan hidangan secara
teratur.
c) Sistem penukar
Sistem penukar memungkinkan terjadinya variasi makanan
sehingga penderita tidak merasa bosan,tetapi tetap dalam
jumlah kalori yang ditentukan. Misalnya : nasi ditukar dengan
roti atau lainnya. Tipe ini lebih rumit dari tipe diet yang
lain,tetapi mempunyai kelebihan yaitu fleksibel dan bervariasi
daripada tipe bebas gula.
Untuk melaksanakan diet tipe ini diperlukan sebuah daftar
standar yang berisikan berbagai jenis makanan penukar
dengan kandungan kalorinya. Untuk menentukan perhitungan
jumlah kalori dan garam,makanan dibagi dalam tujuh
golongan, bahan makanan dalam tiap golongan mempunyai
nilai gizi sama. Jumlah tiap makanan itu dinamakan satuan
penukar.
d) Makanan yang perlu dihindari
Makanan yang perlu dihindari oleh penderita diabetes mellitus
adalah gula murni,gula jawa, syrup, madu, selai, manisan, jeli,
permen, cokelat, susu kental manis, minuman botol ringan, es
krim , kentang (mengandung indeks glikemik tinggisehingga
mudah menaikkan kadar gula darah), biscuit, kue kue, roti
manis, dodol, makanan yang digoreng, susu fullcream yang
dikonsumsi secara berlebihan, snack yang mengandung gula,
pemanis buatan yang tinggi kalori, pudding, sari buah-buahan,
buah-buahan yang dikalengkan dalam larutan syrup, abon,
dendeng, sarden, mentega dari lemak hewan dan minyak
jenuh. Diet diabetes mellitus yang dianjurkan adalah makanan
yang mengandung karbohidrat, rendah lemak, dan protein
dalam porsi yang berimbang dengan kebutuhan tubuh dan
susu nonfat seperti susu kedelai dan susu diabetasol (khusus
untuk penderita diabetes mellitus).
2) Latihan jasmani (olahraga)
Latihan fisik dilakukan secara teratur (3 – 4 kali seminggu)
selama kurang lebih 30 menit seperti: ja1an - jalan, jogging,
berenang, dan bersepeda dalam tempo sedang karena dapat
membantu kerja metabo1isme tubuh sehingga dapat mengurangi
kebutuhan akan insulin. Hal ini perlu dipersiapkan sebelum
berolahraga untuk mencegah hipoglikemia adalah makan yang
cukup dan tes kadar gula darah. Latihan akan menurunkan kadar
glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh
otot. Latihan ini juga berguna untuk meningkatkan kepekaan
insulin (glukosa uptake).
3) Obat
Pemberian obat-obatan penurun gula darah dan insulin
a) Obat – obatan golongan sulfonylurea (glibenklamid) bekerja
dengan menstimulasi sel beta pancreas untuk melepaskan
insulin yang tersimpan
b) Obat-obatan golongan biguanid (metformin) bekerja dengan
menurunkan glukosa darah tetapi menyebabkan penurunan
sampai dibawah normal.
c) Insulin : untuk pasien yang sudah tidak dapat kadar glukosa
darahnya dengan kombinasi sulfonylurea dam metformin,
langkah berikut yang mungkin diberikan adalah insulin
semua orang dengan diabetes tipe I memerlukan insulin
eksogen karena insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak
ada. Orang dengan diabetes mellitus tipe II tentu mungkin
membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah atau apabila stress
fisiologis seperti pada tingkatan pembedahan, orang dengan
diabetes mellitus kehamilan bila diet saja tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah, diabetes dengan
ketoasidosis dan pengobatan syndrome hipoglikemia, orang
diabetes mellitus yang mendapat nutrisi parentral atau yang
memerlukan suplemen tinggi kalori
4) Perawatan di rumah
Penderita DM sering mengalami gangguan sirkulasi pada kaki
sehingga mudah terinfeksi dan terjadi luka. Untuk menghindari
hal tersebut diperlukan adanya perawatan kaki yaitu mencuci
kaki dengan benar, mengeringkan dan memberikan minyak
(kita harns berhati - hati agar jangan sampai celah antara jari
kaki menjadi basah). Inspeksi kaki harns dilakukan setiap hari
untuk memeriksa apakah terdapat gejala kemerahan, lepuh,
fisura, kalus, atau ulserasi. Hindari berjalan tanpa alas kaki,
kuku jari kaki harns dipotong rata tanpa membuat lengkungan
pada sudut.
5) Penyuluhan kesehatan.
Penyuluhan diperlukan karena penyakit diabetes mellitus
adalah yang berhubungan dengan gaya hidup. Pengobatan
dengan obat-obatan penting, tetapi tidak cukup. Pengobatan
diabetes mellitus memerlukan keseimbangan antara beberapa
kegiatan yang memerlukan bagian integral dari kegiatan rutin
sehari-hari seperti makan, tidur, bekerja, dan lain-lain.
Berhasilnya pengobatan diabetes mellitus tergantung pada
kerjasama antara petugas kesehatan dengan pasien dan
keluarganya. Pasien yang mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang diabetes mellitus kemudian selanjutnya mengubah
perilaku, akan dapat mengendalikan kondisi penyakitnya
sehingga ia dapat hidup lebih lama.
6) Pada pasien DM cedera kaki kadang tidak dirasakan karena
kepekaan kakinya sudah menghilang dan penyebab terjadinya
cedera antara lain cedera termal (misalnya berjalan dengan kaki
telanjang di jalan yang panas, memeriksa air panas untuk mandi).
Therapi pada ulkus kaki meliputi tirah haring, pemberian
antibiotik, dan debridement serta pengendalian gula darah.
i) Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme
pada wanita
j) Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen,
anseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus
lemah/menurun.
k) Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus
pada kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa
berat pada tungkai.
l) Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung,
turgor jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis
(keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus
7) Indeks Katz
Digunakan untuk menilai aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)
Aktivitasyang dinilai :
a) Bathing (mandi)
Mandiri : memerlukan bantuan pada satu bagian atau tidak
sama sekali.
Tergantung : memerlukan bantuan lebih dari satu bagian tubuh
atu tidak dapat mandi sendiri
b) Dressing (berpakaian)
Mandiri : menaruh, mengambil, memakai atau menanggalkan
pakaian sendiri.
Tergantung : tidak dapat melakukan sebagian atau seluruhnya
c) Toiletting
Mandiri : pergi ke toilet, duduk sendiri di toilet, membersihkan
kotoran sendiri.
Tergantung: mendapat bantuan dari orang lain
d) Transfering
Mandiri : berpindah dari dan ke tempat tidur, dari dan ke
tempat duduk (memakai atau tidak memakai alat bantu).
Tergantung : tidak dapat melakukan sendiri atau mendapat
batuan
e) Continence
Mandiri : dapat mengontrol BAB dan BAK.
Tergantung : tidak dapat mengontrol sebagian atau seluruhnya
(menggunakan kateter)
f) Feeding
Mandiri : mengambil makanan dari piring dan memasukan ke
dalam mulut (Tidak termasuk kemampuan memotong daging
serta menyiapkan makanan).
Tergantung: memerlukan bantuan untuk makan atau tidak
dapat makan secara parenteral.
Dari ke 6 fungsi diatas kemudian diklasifikasikan menjadi 7
tahapan sesuai dengan aktivitas yang mampu dilakukan
- Indekx katz A : Mandiri untuk 6 aktivitas
- Indekx katz B : Mandiri untuk 5 aktivitas
- Indekx katz C : Mandiri, kecuali “Bathing” dan 1 fungsi
lain
- Indekx katz D : Mandiri, kecuali “Bathing, Dressing” dan
1 fungsi lain
- Indekx katz E : Mandiri, kecuali “Bathing, Dressing,
Toileting” dan 1 fungsi lain
- Indekx katz F : Mandiri, kecuali “Bathing, Dressing,
Toileting, Transfering” dan 1 fungsi lain
- Indekx katz G : Tergantung pada orang lain untuk 6
aktivitas
Dalam menentukan sejauh mana penderita lansia mampu
melakukan aktivitas perlu diingat beberapa hal seperti :
- Pasien dalam keadaan emosi yang labil (baru masuk
RS/panti werda)
- Adanya peraturan di panti yang mengharuskan lansia
dimandikan dan di pakaikan pakaian oleh petugas dll
- Motivasi dari penderita atau lingkungan sendiri
Pengkajian status fungsional, kognitif, afektif dan sosial
(a) Pengkajian Status Fungsional INDEKS KATZ
Indek Keterangan
A Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan
pakaian, pergi ke toilet, berpindah, dan mandi.
B Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas.
C Mandiri, kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang lain.
D Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi yang
lain.
E Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan
satu fungsi yang lain.
G Ketergantungan untuk enam fungsi tersebut
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasi sebagai C, D, E, F dan G
c. Rencana Keperawatan
N Diagnosa Tujuan (NIC) Intervensi (NOC)
o Keperawatan
1 Resiko Blood Glucose Level Hyperglycemia
ketidakstabilan 1) Glukosa darah dalam Management
kadar glukosa batas normal 1) Memantau
darah 2) Glukosa urin dalam peningkatangula
batas normal darah
3) Urin keton 2) Memantau gejala
hiperglikemia,
poliuria, polidipsi,
poliphagi, dan
kelelahan
3) Memantau urin keton
4) Memberikan insulin
yang sesuai
5) Memantau status
cairan
6) Antisipasi situasi
dalam persyaratan
pemberian insulin
7) Membatasi gerakan
ketika gula darah
diatas 250 mg/dl,
terutama apabila
terdapat urin keton
8) Mendorong pasien
untuk memantau gula
darah
Hipoglycemia
Management
1) Mengenali pasien
dengan resiko
hipoglikemia
2) Memantau gula darah
3) Memantau gejala
hipoglikemia
seperti:tremor,
berkeringat, gugup,
tacikardi, palpitasi,
mengigil, perubahan
perilaku, coma.
4) Memberikan
karbohidrat sederhana
yang sesuai
5) Memberikan glukosa
yang sesuai
6) Melaporkan segera
pada dokter
7) Memberikan glukosa
melalui IV
8) Memperhatikan jalan
nafas
9) Mempertahankan
akses IV
10) Lindungi jangan
sampai cedera
11) Meninjau peristiwa
terjadinya
hipoglikemia dan
faktor penyebabnya
12) Memberikan umpan
balik mengenai
manajemen
hipoglikemia
13) Mengajarkan
pasien dan keluarga
mengenai gejala,
faktor resiko,
pencegahan
hipoglikemia
14) Menganjurkan
pasien memakan
karbohidrat yang
simple setiap waktu
d. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat
menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar
manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan
perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi,
penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan
lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman,
nyaman dan keselamatan klien.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana
mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk
mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil
dari proses keperawatan.