Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN HIPOGLIKEMIA

DISUSUN OLEH :

1. Dewi Fatimah (A12020002)


2. Aeni Yuwan Sefiana (A12020005)
3. Alviogariska Yuda Saputri (A12020011)
4. Andika Alfi Damara (A12020015)
5. Andika Ridho Maulidna (A12020016)
6. Anisa Awalussangadah (A12020021)
7. Anisa Rositasari (A12020024)
8. Arwandanu Fadilah (A12020028)
9. Chantika Shinta Rahma (A12020032)
10. Dilla Nur Azizah (A12020035)
11. Dzikrina Farikhatussolikhah (A12020038)
12. Elsa Dwi Yuliana (A12020040)
13. Endra Priyanto (A12020044)
14. Erfina Rahmawati (A12020045)
15. Estu Wibowo (A12020046)
16. Fadilah Nurma Andriasari (A12020047)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA

A. DEFINISI
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah sewaktu dibawah
60 mg/dl, kadar gula atau glukosa di dalam tubuh lebih rendah dari kebutuhan tubuh
(Smeltzer, 2002). Faktor yang memudahkan hipoglikemia antara lain kelebihan
dosis insulin pada pengidap diabetes dependen-insulin per-oral maupun perIV,
penggunaan sulfonylurea, kurangnya konsumsi makanan yang cukup, latihan fisik
yang berlebih, dan situasi stress (Nitil, 2011).
Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas normal
kadar glukosa darah (Kedia, 2011). Dan menurut McNaughton (2011), hipoglikemia
merupakan suatu keadaan dimana kadar glukosa darah <60 mg/dl. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa, hipoglikemia merupakan kadar glukosa darah dibawah normal
yaitu <60 mg/dl.

B. ETIOLOGI
Etiologi utama hipoglikemia berbeda-beda untuk tiap kelompok populasi
(bayi, anak-anak, dewasa, dan lansia). Pada bayi dan anak-anak, hipoglikemia lebih
disebabkan oleh defek glikogenolisis, glukoneogenesis, hormon kontraregulatorik,
dan hiperinsulinisme. Pada orang dewasa, hipoglikemia lebih banyak disebabkan
oleh kelebihan insulin dan sekretagog insulin absolut maupun relatif, imbalans
insulin dibandingkan penyerapan makanan, kegagalan mekanisme kontraregulasi
hipoglikemia, dan pengaruh berbagai obat-obatan. Sementara itu, pada populasi
lansia, hipoglikemia sangat dipengaruhi oleh durasi perjalanan penyakit diabetes,
perubahan fisiologis terkait penuaan pada mekanisme kontraregulasi hipoglikemia,
serta profil farmakokinetik obat diabetes oral dan insulin.
Price (2006) mengutarakan bahwa hipoglikemia terjadi karena ketidak
mampuan hati memproduksi glukosa yang dapat disebabkan karena penurunan
bahan pembentuk glukosa, penyakit hati atau ketidak seimbangan hormonal. Dosis
pemberian insulin yang kurang tepat, kurangnya asupan karbohidrat karena
menunda atau melewatkan makan, konsumsi alkohol, peningkatan pemanfaatan
karbohidrat karena latihan atau penurunan berat badan (Kedia, 2011).
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain :
1. Adrenergik seperti: pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas,
gelisah, sakit kepala, mengantuk.
2. Neuroglikopenia seperti bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap
perilaku, lemah, disorientasi, penurunan kesadaran, kejang, penurunan
terhadap stimulus bahaya.

D. PATOFISIOLOGI
Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative
ataupun absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma
glukosa. Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar
glukosa darah, baik pada penderita diabetes tipe I ataupun pada penderita diabetes
tipe II. Glukosa sendiri merupakan bahan bakar metabolisme yang harus ada untuk
otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan dengan sistem saraf pusat, sistem
pencernaan dan sistem peredaran darah (Kedia, 2011).
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain
itu otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan cadangan glukosa
(dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi
otak yang normal sangat tergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi.
Gangguan pasokan glukosa dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat
sehingga terjadi penurunan suplay glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan suplay
glukosa ke otak dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplay oksigen ke otak
sehingga akan menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).
E. PATHWAY

F. KOMPLIKASI
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang
berubah selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia
juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah
bahkan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan
gangguan neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan system
saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara yang abnormal
(Jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang berlangsung lama bisa
menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat
menyebabkan koma sampai kematian.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan hipoglikemia antara lain dengan
pemeriksaan glukosa darah sebelum dan sesudah suntikan dekstrosa.

H. PENATALAKSANAAN
Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung pada keparahan
dari hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati dengan asupan karbohidrat
seperti minuman yang mengandung glukosa, tablet glukosa, atau mengkonsumsi
makanan ringan. Dalam Setyohadi (2011), pada minuman yang mengandung
glukosa, dapat diberikan larutan glukosa murni 20- 30 gram (1 ½ - 2 sendok
makan).
Pada hipoglikemia berat membutuhkan bantuan eksternal, antara lain (Kedia,
2011) :
1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena pingsan, kejang,
atau perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat pemberian dekstrosa
dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis biasanya diberikan kepada orang
dewasa, sedangkan konsentrasi 25% biasanya diberikan kepada anak-anak.
2. Glukagon
Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin, glukagon adalah
pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak
seperti dekstrosa, yang harus diberikan secara intravena dengan perawatan
kesehatan yang berkualitas profesional, glukagon dapat diberikan oleh subkutan
(SC) atau intramuskular (IM) injeksi oleh orang tua atau pengasuh terlatih. Hal
ini dapat mencegah keterlambatan dalam memulai pengobatan yang dapat
dilakukan secara darurat.
SKENARIO KASUS

Seorang wanita 68 tahun dengan berat badan 43 kg (BMI 20 kg/m2) masuk IRD
dengan sesak dan penurunan kesadaran. Riwayat nyeri perut 3 hari yang lalu dan
muntah 3 hari yang lalu. Dari rumah sakit sebelumnya pasien pemeriksaan gula
darah 84 mg/dL. Saat dalam pemeriksaan lab RSUD Dr. Sutomo gula darah pertama
24 mg/dL mendapatkan dekstrose 40% 50 mL menjadi 230 mg/dl. Pasien di
diagnosa dengan syok sepsis ec perforasi organ berongga, acute kidney injury,
anemia, hipoalbuminemia, pasca hipoglikemia berat. Pemeriksaan penunjang Hb 8,6
, leukosit dalam batas normal, Na 136, K 3,6, CI 101, Sc 3,28, Albumin serum 2,82,
APTT >1,5 x dari kontrol, asidosis metabolic. Dilakukan resusitasi cairan sesuai
sepsis bundle, dilakukan eksplorasi laparatomi repair perforasi gaster. Selama
operasi pasien mendapat vasopresor dan support ventilator. Perawatan hari pertama
pemeriksaan gula darah turun menjadi 54 mg/dL mendapatkan dekstrose 40% 50
mL ulangan gula darah menjadi 107 mg/dL. Setelah itu gula darah tidak menurun
tanpa pemberian dekstrose 40% ulangan. Pasien tidak membaik selama 12 hari
perawatan dengan Support Ventilator, pasien pernah dilakukan penyapihan 2 kali
namun gagal, pasien masih dalam kondisi syok dengan bantuan vasopressor dan
pasien mengalami artrial fibriasi. Keluarga pasien menolak perawatan dan pulang
paksa tanpa alasan yang jelas.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama : Ny. T
Usia : 68 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Kebumen
Tanggal pengkajian : 13 Oktober 2022
No RM : 342 – 210
2. Penanggung jawab
Nama : Tn. D
Usia : 70 Tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Alamat : Kebumen
Hubungan dengan klien : Suami
3. Pengkajian primer
a. Airway : Tidak terdapat sumbatan jalan napas
b. Breathing : Terdapat sesak napas, RR 26x/menit
c. Circulation : Akral dingin, Nadi 110 x/menit
d. Disability : E3 V4 M5 = GCS 12 (Apatis)
e. Exposure : Tidak terdapat gangguan
4. Pengkajian sekunder
1. Riwayat kesehatan utama :
Pasien mengeluh sesak napas
5. Tanda-tanda vital
TD : 80/60 mmHg
N : 110x/menit
RR : 26x/menit
S : 35,5 °C
SpO2 :
92%
6. Pengkajian Head to toe
Kepala : Kepala pasien tidak terdapat jejas, bentuk kepala simetris, rambut
terdapat uban, kulit kepala bersih, tidak terdapat nyeri tekan
Muka : Muka pasien tampak berbentuk oval, tidak terdapat jejas, sedikit
pucat
Mata : Mata pasien tampak simetris kanan kiri, konjungtiva anemis, pupil
isokor, sklera anikterik
Hidung : Hidung pasien tampak normal, simetris, tidak ada polip, terpasang
simple face mask 7 liter/menit
Telinga : Telinga pasien tampak bersih, tidak ada lesi
Leher : Leher pasien tidak terdapat jejas, nadi carotis teraba
Dada/Thorax :
Paru-Paru
I : Pasien tampak menggunakan otot bantu napas
Pa : Ada edema dan ada nyeri tekan
P : Terdengar suara hipersonor
A : Terdapat suara tambahan ronchi, bunyi redup
Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat
Pa : Tidak ada jejas dan nyeri tekan
P : Terdapat suara pekak
A : Terdapat Suara lup dup
Abdomen
I : Perut tampak kembung, terdapat jejas
A : Bising usus 20x/menit
P : Bunyi tympani
Pa : Terdapat nyeri tekan, perforasi organ berongga, acute kidney injury
Ekstremitas :
- Atas : Tangan kanan terpasang infus asering 20 tpm
- Bawah : Tidak terdapat edema
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin 8,6 g/dL 13,0 – 16,5 g/dL

Leukosit 4.500/mm 4.500-10.000/mm

Natrium 136 136 – 145 mmol/L

Kalium 3,6 3,7 – 5,2 mmol/L

CI (Klorida) 101 98 – 108 mEq/l

Albumin Serum 2,82 g/L 3,7 – 5,2 g/L

APTT >1,5 25– 36 detik

8. Terapi
1) Resusitasi cairan sesuai sepsis bundle
2) Eksplorasi laparatomi repair perforasi gaster
3) Selama operasi pasien mendapat vasopresor dan support ventilator.
4) Perawatan hari pertama pemeriksaan gula darah turun menjadi 54 mg/dL
mendapatkan dekstrose 40% 50 mL ulangan gula darah menjadi 107 mg/dL.
A. ANALISA DATA

Hari/tanggal Data Fokus Problem Etiologi Diagnosa

Kamis, 13 DS : Pola nafas Hiperventilasi Pola nafas


Oktober 2022 tidak efektif , kelelahan tidak efektif
- Pasien datang
otot b.d
dengan sesak nafas
pernafasan hiperventilasi,
DO : kelelahan otot
pernafasan
- Pasien tamoak
terengah-engah
- Pasien bernafas
dengan otot
bantu
pernafasan
- TD : 80/60
mmHg
- N :
110x/menit
- RR :
26x/menit
- S : 35,5 °C
- SpO2 : 92%

Kamis, 13 DS : Ketidakstabilan Hipoglikemia Ketidakstabilan


Oktober 2022 gula darah gula darah b.d
- Pasien datang
Hipoglikemia
dengan gula darah
84 mg/dL

DO :

- Gula darah
pertama 24
mg/dL→230
mg/Dl ( dengan
40% 50ml
dekstrose )

- Gula darah kedua


54 mg/ dL → 107
mg/ dL ( dengan
40% 50ml
dekstrose)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi, kelelahan otot pernafasan
2. Ketidakstabilan gula darah b.d hipoglikemia
C. INTERVENSI

Hari/tanggal Diagnosa SLKI SIKI

Kamis, 13 Pola nafas tidak Pola Napas (L. 01004) Pemantauan Respirasi (I.
Oktober 2022 efektif b.d 01014)
Setelah dilakukan
hiperventilasi,
tindakan keperawatan Observasi
kelelahan otot
1x24 jam diharapkan
pernafasan 1. Monitor frekuensi,
pola nafas pasien
irama, kedalaman,
membaik dengan
dan upaya napas
Kriteria Hasil : 2. Monitor pola napas
(seperti bradipnea,
- Dispnea menurun
takipnea,
- Penggunaan otot hiperventilasi,
bantu napas menurun Kussmaul, Cheyne-

- Pemanjangan fase Stokes, Biot,

ekspirasi menurun ataksik


3. Monitor
- frekuensi napas
kemampuan batuk
membaik
efektif
- kedalaman napas 4. Monitor adanya
membaik produksi sputum
5. Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
6. Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi
napas
8. Monitor saturasi
oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-ray
toraks

Terapeutik

1. Atur interval waktu


pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan
hasil pemantauan

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan


prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu

Kamis, 13 Ketidakstabilan Ketidakstabilan Ketidakstabilan kadar


Oktober 2022 gula darah b.d kadar glukosa darah glukosa darah (L.03022)
Hipoglikemia (L.03022)
Observasi
Setelah dilakukan
1. Identifikasi tanda
tindakan keperawatan
dan gejala
1x24 jam diharapkan
hipoglikemia
gula darah membaik
2. Identifikasi
dengan kriteria hasil :
kemungkinan
- Kesadaran membaik penyebab
hipoglikemia
- Kadar glukosa dalam
darah membaik Terapeautik

1. Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
2. Pertahankan
kepatenan IV, jika
perlu

Edukasi

1. Anjurkan monitor
kadar glukosa
darah
2. Ajarkan
pengelolaan
hipoglikemia

Kolaborasi

1. Kolaborasi
pemberian
dekstrosa
2. Kolaborasi
pemberian
glucagon
D. IMPLEMENTASI

Hari/tanggal Diagnosa Implementasi Respon

Kamis, 13 Pola Nafas Pemantauan respirasi 1. Pasien kooperatif


Oktober 2022 Tidak Efektif
1. Memantau pola 2. Pasien mampu
b.d
pernafasan melakukan anjuran dari
hiperventilasi
perawat dengan baik
2. Mengkaji tanda-tanda
vital 3. Pasien mampu
menerima penjelasan dari
3. Mengatur posisi klien
perawat dengan baik
senyaman mungkin
4. Perawat dan dokter
4. Melakukan kolaborasi
dapat bekerja sama
dengan pemberian
dengan baik untuk
therapi obat
pemberian analgetik

Kamis, 13 Ketidakstabilan Ketidakstabilan kadar 1. Pasien belum tau


Oktober 2022 gula darah b.d glukosa darah tanda dan gejala
Hipoglikemia (L.03022 ) hipoglikemia
2. Pasien mau
1. Identifikasi tanda
dilakukan
dan gejala
GDS ,GCS
hipoglikemia
3. Pasien tampak
2. Identifikasi
masih sesak
kemungkinan
4. Pasien mau
penyebab
memonitor kadar
hipoglikemia
glukosanya
3. Identifikasi
5. Pasien mau
GDS,GCS jika
diberikan
perlu
dekstrosa
4. Pertahankan
6. Pasiien mau
kepatenan jalan
diberikan
nafas
glukagon
5. Pertahankan
kepatenan IV, jika
perlu
6. Anjurkan monitor
kadar glukosa
darah
7. Ajarkan
pengelolaan
hipoglikemia
8. Kolaborasi
pemberian
dekstrosa
9. Kolaborasi
pemberian
glucagon

E. EVALUASI

Hari/ tanggal DX Catatan Perkembangan

Kamis, 13 Oktober 2022 Pola Nafas Tidak Efektif b.d S: Klien mengatakan sesak
hiperventilasi
Klien mengatakan Nyeri
saat bernafas

O: Terlihat kesakitan saat


bernafas

Nafas dangkal dan cepat

RR : 26x/menit

A: Masalah belum teratasi

P: Melanjutkan intervensi

- Memantau pola pernafasan

- Mengkaji tanda-tanda vital

- Mengatur posisi klien


senyaman mungkin
- Melakukan kolaborasi
dengan pemberian therapi
obat

Kamis, 13 Oktober 2022 Ketidakstabilan gula darah S : Klien masih lemes


b.d Hipoglikemia
O : Glukosa darah belum
stabil

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjut intervensi

- Monitor kadar gula darah

- Monitor pemberian
dekstrosa & glukogen
DAFTAR PUSTAKA

Hadiatma, M. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Hipoglikemia Pada


Pasien Diabetes Mellitus Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Moewardi (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Mustika, N. R. W. (2012). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny. Y Dengan


Diabetes Mellitus Tipe II (Hipoglikemi) Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta)

https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/hipoglikemia/etiologi

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai