KEPERAWATAN GERONTIK
Oleh:
Rahmatu Sjukriyah
NIM: 2014901084
Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan Rahmat
dan Karunia-Nya, shalawat beriringan salam untuk Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Gerontik
Pada Ny.M Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Pasir Jambak
Dalam menyelesaikan Laporan Kasus ini peneliti telah mendapat bantuan dan
bimbingan serta dukungan moril dari berbagai pihak, oleh sebab itulah pada kesempatan ini
1. Ibu Ns. Helmanis Suci, S. Kep, M. Kep sebagai pembimbing akademik dan selaku dosen
yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan
Kasus ini.
Kelurahan Pasir Nan Tigo Padang yang telah banyak memberikan masukan dan
3. Kepada orang tua, adik, kakak dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa,
keperawatan yang seperjuangan yang telah banyak memberikan motivasi, informasi dan
semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan bagi para pembaca agar dapat digunakan sebaik-
baiknya. Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Kasus ini masih belum sempurna, untuk
itu Penulis mengharapkan kritikan, saran dan masukan yang dapat membangun kesempurnaan
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
BAB l PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 9
BAB ll TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis ...................................................................... 10
B. Asuhan Keperawatan Teoritis................................................... 44
BAB lll LAPORAN KASUS
A. Pengkajian................................................................................. 47
B. Analisa Data.............................................................................. 48
C. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 48
D. Intervensi Keperawatan............................................................. 50
E. Implementasi Keperawatan....................................................... 53
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 75
B. Saran ......................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 77
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dimaksud dengan lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun keatas. Secara umum seseorang dikatakan lanjut usia jika sudah berusia diatas 60
tahun, tetapi defenisi ini sangat bervariasi tergantung dari aspek sosial budaya, fisiologis
populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan
populasi Lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Pada tahun 2000 jumlah Lansia
sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total populasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia
24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia
mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada
Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2017, menyatakan
bahwa dari 53,3 juta kematian di dunia didapatkan penyebab kematian akibat penyakit
dan infeksi saluran napas bawah sebesar 4,8%. Data penyebab kematian di Indonesia
pada tahun 2016 didapatkan total kematian sebesar 1,5 juta dengan penyebab kematian
endokrin 9,3% dan Tuberkulosa 5,9%. IHME juga menyebutkan bahwa dari total 1,7
juta kematian di Indonesia didapatkan faktor risiko yang menyebabkan kematian adalah
Data World Health Organization (WHO) tahun 2017 menunjukkan sekitar 1,13
sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-
54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%), umur 65-74 tahun (63,2), dan umur 75
tahun ke atas (69,5). Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620
kelompok umur diatas 75 tahun memiliki prevalensi tertinggi yaitu mencapai (24,9%),
umur 65-74 tahun (23,3%) dan 55-64 tahun (18,4%). Hal ini berarti akan semakin
banyak penduduk yang berisiko tinggi untuk menderita hipertensi khususnya penduduk
lanjut usia. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2018 menyebutkan
khususnya pada lansia. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa hipertensi merupakan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan sistol dan diastol mengalami
kenaikan yang melebihi batas normal tekanan (tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan
44,1% dari total penduduk dewasa. Data itu di dapat dari hasil survei riset kesehatan
dasar Riskesdas 2014. Hanya sekitar 54,4% dari 80,8% kasus yang meminum obat
hipertensi atau darah tinggi tidak menunjukkan gejala atau tanda khas yang bisa dipakai
sebagai peringatan dini. Terdapat 76% kasus hipertensi di masyarakat yang diprediksi
Hipertensi dengan nilai tekanan darah yang tidak terkontrol dengan baik dapat
tekanan darah pada penderita hipertensi adalah tidak rutinnya penderita hipertensi untuk
melakukan pengobatan karena hipertensi seringkali tidak menunjukkan gejala atau tanda
yang khas (Iswahyuni, 2017). Selain itu, kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh
penderita hipertensi juga merupakan salah satu faktor penyebab tidak terkendalinya nilai
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rihiantoro (2018) ada beberapa faktor
penyebab terjadinya hipertensi, antara lain karakteristik individu (usia, jenis kelamin,
faktor genetik), pola makan,stres, gaya hidup (kurang aktivitas fisik) dan kebiasaan
merokok. Ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia
dan biasanya pada usia > 40 tahun. Bertambahnya umur maka resiko terkena hipertensi
menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi,
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk membuat Laporan Kasus
Puskesmas Lubuk Buaya Pasir Jambak RT 01 RW 07 Kelurahan Pasir Nan Tigo Padang
Tahun 2022”
C. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat
1. Teoritis
Alifah Padang.
2. Praktisi
a. Mampu memberikan informasi mengenai masalah keperawatan gerontik pada
b. Diharapkan bisa menjadi bahan masukan bagi keluarga dan tahu bagaimana cara
TINJAUN TEORITIS
1. Pengertian
golongan yaitu usia pertengahan (middle age) adalah 45 – 59 tahun, lanjut usia lanjut
usia (elderly) adalah 60 – 74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75 – 90 tahun dan
usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2015).. Sedangkan menurut
Pasal 1 ayat (2), (3), (4), UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa
usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam
dkk, 2016).
Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun
wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya
untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu
2. Tipe Lansia
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Menurut Nugroho (2015),
tipe lansia dapat di bedakan menjadi 5:
dan dermawan.
b. Tipe mandiri
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman dalam pergaulan
d. Tipe pasrah
Lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,pekerjaan apa saja
dilakukan.
e. Tipe bingung
3. Teori Penuaan
a. Teori Biologis
genetik untuk spesies tertentu. Teori ini menunjukkan bahwa menua terjadi
karena perubahan molekul dalam sel tubuh sebagai hasil dari mutasi spontan
2) Teori Imunologis
3) Teori Stres
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena
kerusakan fungsi sel. Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan oleh
kerbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia
menghindari gangguan.
2) Teori Aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut
5) Teori perkembangan
jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif
maupun negatif.
a. Perubahan fisik
1) Sistem indra
2) Sistem muskuloskeletal
hari.
napas lebih berat, ukuran alveoli melebar dan jumlahnya berkurang, reflex dan
4) Sistem perkemihan
angsur.
b. Perubahan kognitif
c. Perubahan psikososial
1) Pensiun
Menurut Azizah (2017), ada tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia
meliputi :
B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian
Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam pembuluh nadi arteri.
Jantung berdetak, lazimnya 60 hingga 70 kali dalam 1 menit pada kondisi istirahat
(duduk atau berbaring), darah dipompa menuju darah melalui arteri. Tekanan darah
tekanan sistolik.Tekanan darah menurun saat jantung rileks diantara dua denyut nadi
desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada pembuluh arteri,
2. Anatomi Fisiologi
a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepala tangan dan terletak didalam dada, batas
kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis
2) Bawah : diafragma
b. Arteri
Arteri adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan
organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan
terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang
lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang
disampaikan pada suatu organ).
sekali cabang yang pada gilirannya tebagi lagi menjadi pembuluh yang lebih kecil
yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm (0,16 inci) saat mereka mencapai
jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih kecil kira-kira 30 µm. Fungsi
Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic
1) Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan darah
2) Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya
2006)
c. Arteriol
Arteriol adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif
diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada
meningkat.
d. Pembuluh darah utama dan kapiler
langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil
menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat penghubung antara pembuluh
e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga
sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel
langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan.
ke dalam darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan
jaringan. Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk
oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara
sempurna satu sama lain. Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah
dari bagian atau alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Vena yang ukurannya
besar seperti vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang
yang lebih kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi vena
3. Penyebab
a. Faktor genetik
menderita hipertensi.
b. Kebiasaan hidup
c. Umur
d. Merokok
Zat kimia yang berbahaya yang terkandung dalam rokok dapat merusak sel
endotel pembuluh darah sehingga terjadi jejas pada pembuluh darah yang akan
e. Makanan
terjadinya hipertensi.
f. Psikologis
Stres adalah respon seseorang terhadap sistem saraf yang melibatkan semua
g. Kegemukan
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
Menurut Sutanto (2015), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain gejala
ringan seperti :
c. Mudah marah
d. Telinga berdengung
e. Sukar tidur
f. Sesak napas
h. Mudah lelah
i. Vertigo
j. Mata berkunang-kunang
5. Klasifikasi
(primer). Penyebab hipertensi secara esensial secara pasti belum diketahui. Ada
b. Hipertensi sekunder
derajat hipertensi, tekanan darah dibagi menjadi 5 kategori yaitu kategori normal,
Tekanan darah dikatakan normal apabila tekanan sistolik <120 mmHg dan
diastolik <80 mmHg. Pre- hipertensi jika tekanan sistolik berada di antara rentang
120-139 mmHg dan diastolik 80-89 mmHg. Tekanan sistolik 140-159 mmHg dan
derajat 2 apabila tekanan sistolik ≥160 mmHg dan diastolik ≥100 mmHg.
Dinyatakan hipertensi derajat 3 apabila tekanan sistolik ≥180 mmHg dan diastolik
Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan
Sistolik (mmHg) Darah
Diastolik
(mmHg)
Normal <120 <80
Pre Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100
Hipertensi derajat 3 ≥180 ≥110
(Sumber : Kowalski, 2016)
Perhitungan nilai MAP dapat dilakukan dengan cara menjumlah sistole dengan 2
kali diastole dan hasilnya dibagi 3. Rentang normal MAP adalah 70- 100 mmHg.
hipertensi derajat 1 jika MAP 106-119 mmHg, hipertensi derajat 2 jika nilai MAP
≥120 mmHg, dan hipertensi derajat 3 jika nilai MAP ≥ 133 mmHg.
Tabel 2.2
Kategori Hipertensi
Kategori Nilai MAP
(mmHg)
Normal <93
Pre-Hipertensi 93-105
Hipertensi derajat 1 106-119
Hipertensi derajat 2 ≥120
Hipertensi derajat 3 ≥133
(Sumber : Kowalski, 2016)
6. Patofisiologi
vasomotor, mendula di otak, jika faktor genetik, rokok, obesitas, pola tidur tidak
sehat, umur >50 tahun, dll. Sehingga darah yang kotor banyak mengandung zat kimia
dan kolesterol, serta zat endotel yang tidak baik yang dapat merusak pembuluh darah
sehingga terjadi jejas pada pembuluh darah dan tekanan perifer yang juga bisa
(konsentik). Pada masa dan volume akhir sistolik ventrikel kiri pada stadium
selanjutnya, terus hipertrofi tidak teratur dan akhirnya aliran darah koroner terbatas
menjadi eksentik, berkurang rasio antara masa & volume jantung akibat peningkatan
Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, merokok, stress, kurang olahraga, genetik, alkohol,
konsentrasi garam, obesitas
Hipertensi
Sesak
Intoleransi aktifitas
gg. pertukaran gas
8. Komplikasi
a. Stroke
b. Serangan jantung
c. Gagal jantung
d. Kebutaan
e. Kelumpuhan
a. Otak
2) Perdarahan
b. Ginjal
3) Gagal ginjal
c. Jantung
1) Membesar
3) Cepat lelah
4) Gagal jantung
9. Pemeriksaan Penunjang
yaitu :
ginjal.
hipertensi
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non-Farmakologi
hidup. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa pola hidup sehat dapat
kardiovaskular. Strategi pola hidup sehat yang dijalani minimal selama 4-6 bulan
risiko kardiovaskular lain. Terapi farmakologi dapat dimulai jika tidak didapatkan
kardiovaskular yang lain. Pola hidup sehat yang dianjurkan antara lain:
1) Penurunan Berat Badan
tubuh normal. Target indeks massa tubuh dalam rentang normal untuk orang
meliputi konsumsi sayuran, buah-buahan, dan produk susu rendah lemak total
lebih dari 2 gr/hari. Diet rendah garam bermanfaat untuk mengurangi dosis
3) Aktivitas Fisik
dilakukan paling tidak 3 hari dalam seminggu. Terhadap pasien yang tidak
Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per
5) Tidak Merokok
mengkonsumsi alkohol.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah lebih
dari 6 bulan menjalani pola hidup sehat, pasien hipertensi derajat 1 dengan
penyakit penyerta dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥2. Beberapa prinsip
berikan obat dosis tunggal, berikan obat generik (non-paten) untuk mengurangi
biaya, perhatikan faktor komorbid pada pasien usia lanjut (>55 tahun), tidak
mengenai terapi farmakologi, dan pantau efek samping obat secara teratur
1. Pengkajian
(Mickey, 2017)
a. Anamnesis
pola hidup). Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah pernakah klien dirawat
dengan maslah yang sama. Kaji adanya pengonsumsian makanan tinggi lemak
yang sama dengan klien karena klien menderita hipertensi dipengaruhi oleh
faktor genetic.
f. Pola nutrisi
g. Pola eliminasi
defekasi.
h. Personal Hygine
i. Neurosensori
Hal ini perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari
masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan faktor
4) Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah kesehatan yang
pelayanan kesehatan ?
perawatannya)
keluarga
lingkungan rumah
lingkungan
kesehatan
5) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan dan bila tidak dapat
apakah penyebabnya
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
Batasan karakteristik
pemberi asuhan)
waspada)
4) Perilaku distraksi
Batasan karakteristik:
2) Ketidaknyamanan
4) Gerakan lambat
c. Defisiensi pengetahuan
Batasan karakteristik:
2) Kurang pengetahuan
membaik nyeri
9) Kemampuan
mengenali onset nyeri Terapeutik
meningkat 1) Diskusikan jenis analgesik
10) Kemampuan yang disukai untuk
mengenali penyebab mencapai analgesia optimal
nyeri meningkat 2) Pertimbangkan
11) Kemampuan pengguanaan infus kontinu,
menggunakan teknik atau bolus oploid
non-farmakologis untuk mempertahankan
kadar dalam serum
3) Tetapkan target efektifitas
analgesik
untuk mengoptimalkan
respons pasien
4) Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik dan
efek yang tidak diinginkan
Edukasi
1) Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
Dukungan Nyeri
Akut: Manajemen
Nyeri
Observasi
1) Identifikasi
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respons nyeri
non verbal
4) Identifikasi faktor yang
memperberat
dan memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
8) Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
5) Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1) Berikan
teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5) Ajarkan
teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
analgetik
2 Gangguan Setelah dilakukan Energy Manajemen
mobilitas fisik pengkajian selama 1x24 Observasi
jam didapatkan hasil: 1) Identifikasi adanya nyeri
-pergerakan esktremitas atau keluhan fisik lainnya
meningkat 2) Identifikasi toleransi fisik
-kekuatan otot meningkat melakukan pergerakan
-nyeri menurun - 3) - dan tekanan darah
kecemasan menurun sebelum memulai
mobilisasi
4) Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik
1) Fasilitasi aktivitas mobilitas
dengan alat bantu
2) Fasilitasi melakukan
pergerakan
3) Libatkan kelurga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2) Anjurkan melakukan
mobilisasi dini - Anjurkan
mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. duduk
ditempat tidur).
3 Defisit Setelah dilakukan asuhan Edukasi kesehatan
pengetahuan keperawatan selama 1x30 Observasi
menit, diharapkan 1) Identifikasi pengetahuan
perilaku pasien sesuai pasiedn dan keluarga
dengan pengetahuan tentang hipertensi
dengan kriteria hasil :
1) Tingkat pengetahuan Teraputik
2) Perilaku sesuai anjuran 1) Berikan kesempatan untuk
meningkat bertanya
3) Pertanyaan tentang
masalah yang dihadapi Edukasi
menurun 1) Jelaskan tentang hipertensi
4) Persepsi yang keliru 2) Edukasi tentang pantangan
terhadap masalah hipertensi dan
menurun d. Menjalani penatalaksanaannya
pemeriksaan yang
tidak tepat menurun Observasi
1) Identifikasi pengetahuan
tentang perawatan asam
urat
2) Jelaskan pantangan asam
urat
3) Jelaskan kebutuhan nutrisi
asam urat
4) Anjurkan untuk berobat ke
pel kesehatan terdekat
BAB III
TINJAUN KASUS
A. Pengkajian
1. Biodata
Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 75 thn
Status Pekerjaan : -
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat :
Tanggal Pengkajian : 14 Januari 2022
Diagnosa Medis : Hipertensi
4. Aktivitas Rekreasi
Hobi : Menjahit
Bepergian/wisata :-
Keanggotaan organisasi : -
5. Riwayat Keluarga
a. Saudara kandung
2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi dan waktu :5x sehari
Kebiasaan BAK pada malam hari :Sebelum Tidur
Keluhan :-
b. BAB
Frekuensi dan waktu :1x sehari
Kebiasaan BAB pada malam hari :-
Keluhan
:-
3. Personal Higine
a. Mandi : 2x sehari
b. Oral Higine : 2x sehari
c. Cuci rambut : 1x 2 hari
d. Kuku dan tangan : 1x seminggu
C. Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Sering pusing mendadak
b. Gejala yang dirasakan : Nyeri Kepala, Pusing, kaku
kuduk
c. Timbulnya keluhan : Sudah 1 thn terkahir
d. Waktu timbulnya keluhan : Tiba-tiba
e. Upaya mengatasi : Duduk, lalu minum obat
2. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah diderita :-
b. Riwayat alergi :-
c. Riwayat kecelakaan :-
d. Riwayat di rawat di rumah sakit :-
e. Riwayat pemakaian obat : Ada
3. Pengkajian/pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum (TTV)
TD : 170/100 mmhg
N : 85x/i
S : 36,5
RR : 24x/i
Nyeri : P (Penyakit Hipertensi)
Q (Tiba-Tiba)
R (Kepala)
S (5)
b. BB/TB : 58 kg/ 157 cm
c. Rambut : Lurus, beruban, dan ketombe
d. Mata : Penglihatan tidak terlalu bagus
e. Telinga : Baik
f. Mulut, gigi, dan bibir : Gigi Ompong, sisa 4
g. Dada :
Jantung
Inspeksi : Simestris (ictus cordis tidak tampak)
Perkusi : 1-2 sama
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultrasi : Tidak ada suara tambahan
Paru
Inspeksi : Simetris, ada sedikit oto bantu pernafasan
Perkusi : Tympani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultrasi : Vesikuler
h. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Perkusi : Normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekanal
Auskultrasi : Bising usus +
i. Kulit : Keriput
j. Ekstremitas atas : Kekuatan otot 9
k. Ekstremitas bawah : Kekuatan otot 8
tangan
20. Kehilangan rasa √
21. Gemetar / tremor √
22. Nyeri atau pegal pada daerah tengkuk √
I Fungsi saluran perkemihan √
23. Buang air kecil banyak
24. Sering buang air kecil √
25. Pengeluaran air kemih (ngompol) √
JUMLAH 20
Analisa Hasil
Skor : ≤ 25 : Tidak ada masalah kesehatan kronis s/d, maslah kesehatan kronis ringan
(√)
: 26-50: masalah kesehatan kronis sedang
: ≥ 51 : Masalah kesehatan kronis berat
II. Fungsi Kognitif
Analisa Hasil :
Point : 13-17 : Mandiri
Point : 0-12 : Ketergantungan (√)
DO :
1. TD : 170/100 mmhg
2. Klien tampak sering duduk
3. Klien tampak lemah
Ketidakmampuan
DS :
Kurang keluarga
1. Klien mengatakan sering lupa
pengetahuan mengenal
minum obat
masalah
2. Klien mengatakan sering lupa
makan makanan yang
dilarang
DO :
1. Obat pasien tampak masih
banyak
2. Klien tampak tak menjaga
makan, dan dibiarkan
keluarga
LAMPIRAN 2
2. Diskusikan dengan
keluarga tentang
cara merawat
anggota keluarag yg
sakit
3. Evaluasi kembali
tentang merawat
anggota keluarga yg
sakit
4. Berikan pujian pada
keluarga atas
jawaban yang benar
1 14 Januari S:
2022 - Klien dan keluarga mengatakan belum paham
benar dengan hipertensi
O:
- Klien tampak belum paham dan mengerti
- Klien dan keuluarga masih tampak bingung
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan