Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH EPIDEMOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

“ Penyakit Diabetes Militus “

Kelompok 2 :
1. Alifah Ulima Zhafira J410200136
2. Dewi Kurniawati J410200138
3. Sherly Nur Cahya J410200143
4. Anggita Cinderella M.K J410200155
5. Lavita Nur Indah Sari J410200178
6. Aqsyal Vicho Fandiya J410200180
7. Nisrina Raniah Sutrisno J410200184
8. Anton Sujarwo J410200188

DOSEN PENGAMPU :
Anisa Catur Wijayanti, S.KM., M.Epid

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan judul “Penyakit Diabetes Militus” ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Epidemologi Penyakit Tidak Menular. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar
menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Surakarta, Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 5
1.2 Tujuan.................................................................................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................... 7
2.1 PENGERTIAN.................................................................................................... 7
2.2 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT............................................................................ 9
2.3 DETERMINAN...................................................................................................11
2.4 FAKTOR RESIKO PENYAKIT.........................................................................14
2.5 UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN..........................................23
BAB III PENUTUP.................................................................................................................29
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................29
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prevalensi Diabetes Mellitus Berdasarkan Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan
Daerah Domisili Tahun 2018.............................................................................. 9
Gambar 2.2 Prevalensi Diabetes Mellitus Berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk
Semua Umur.......................................................................................................10
Gambar 2.3 Prevalensi Diabetes Mellitus Berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk
Umur >15 Tahun Menurut Provinsi, Tahun 2013 dan 2018...............................11
Gambar 2.4 Tabel Faktor Risiko Komplikasi Terkait Diabetes...............................................17
Gambar 2.5 Tabel Distribusi A1C...........................................................................................18
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM)


yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional,
nasional maupun lokal. Salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu
mengalami peningkatan penderita setiap tahun di negara-negara seluruh dunia.
Diabetes merupakan serangkaian gangguan metabolik menahun akibat pankreas
tidak memproduksi cukup insulin, sehingga menyebabkan kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif, akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa
dalam darah.
Penderita DM sering muncul tanpa keluhan. Namun, ada beberapa gejala
yang harus diwaspadai sebagai tanda kemungkinan munculnya DM. Gejala yang
sering dirasakan penderita DM antara lain poliuria (sering buang air kecil),
polidipsia (sering haus), dan polifagia (mudah lapar). Selain itu, sering pula
muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak tubuh terganggu,
kesemutan pada tangan dan kaki, timbul gatal-gatal yang sering mengganggu
pada kulit (pruritus), dan BB (Berat Badan) turun tanpa sebab yang jelas.
Menurut Internasional Diabetes Federation (IDF) (2012) menyatakan bahwa
tahun 2005 di dunia terdapat 200 juta (5,1 %) orang dengan diabetes dan diduga
20 tahun kemudian yaitu tahun 2025 akan meningkat menjadi 333 juta (6,3 %)
orang, negara-negara seperti India, China, Amerika Serikat, Jepang, Indonesia,
Pakistan, Banglades, Italia, Rusia, dan Brasil merupakan 10 negara dengan
jumlah penduduk diabetes terbanyak di dunia. International Diabetes Federation
mengungkapkan pada 2015 orang yang terkena Diabetes Mellitus (DM)
menyentuh 415 juta jiwa dan diantara jumlah tersebut 98% nya adalah pengidap
DM Tipe 2.
Indonesia sendiri telah menduduki peringkat ke-7 jumlah penderita diabetes
terbanyak di dunia dengan jumlah penderita mencapai 7,6 juta orang pada
rentang usia 20-79 tahun. Menurut data Riskesdas tahun 2018, menyatakan
prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun di
Indonesia sebesar 2 %. Hal ini menjadikan diabetes melitus sebagai penyakit
kronis ke-4 berdasarkan prevalensinya. Provinsi DKI Jakarta menduduki
peringkat ke-1 dengan prevalensi DM tetinggi berdasarkan diagnosis dokter
pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar 3,4 % .
Tingginya angka kejadian diabetes mellitus juga harus diimbangi dengan
terapi pengobatan yang paripurna. Kolaborasi antar tenaga medis dan gizi
menjadi penting dalam proses terapi pada penyakit diabetes mellitus (Perkeni,
2015). Sejak tahun 2003 American Dietetic Association (ADA) menyusun
Standarized Nutrition Care Process (NCP). Kemudian pada tahun 2006, Asosiasi
Dietisien Indonesia (ASDI) mulai mengadopsi NCP-ADA menjadi Proses
Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). PAGT adalah pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi berkualitas yang dilakukan oleh tenaga gizi,
melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi
kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan
gizi.
1.2 Tujuan
a) Tujuan Umum
Untuk menganalisis penyebaran penyakit ginjal kronis yang ada
diIndonesia.
b) Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifkasi faktor-faktor risiko penyebab terjadinya
penyakit ginjal kronis.
2. Untuk mengetahui siapa saja yang menjadi kelompok rentan
terhadap penyakit ginjal kronis.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan dan pengendalian
yang dapat mempengaruhi penyakit ginjal kronis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit dimana kadar gula di dalam
darah meningkat tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan insulin secara
adekuat (Nabyl R.A, 2012). Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang
disebabkan oleh adanya gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
dalam tubuh. Gangguan tersebut disebabkan oleh berkurangnya produksi insulin
yang diperlukan dalam proses perubahan gula menjadi tenaga. Kekurangan
insulin menyebabkan terjadinya peningkatan kadar gula dalam darahatau
terdapatnya kandungan gula dalam air kencing (Iskandar, 2009).
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia dan glukosuria disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik
akut maupun kronik, sebagai akibat kurangnya insulin di dalam tubuh, gangguan
primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai dengan
gangguan metabolisme lemak dan protein (Aspiani, 2014). Diabetes Mellitus
merupakar-penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan
peningkatan glukosa darah (hiperglikemi) disebabkan karena ketidakseimbangan
antar suplai dan kebutuhan insulin. Insulin dalam tubuh dibutuhkan
memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat digunakan untuk
metabolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya insulin
menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan menimbulkan peningkatan gula
darah, sedangkan sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat dibutuhkan
dalam kelangsungan dan fungsi sel (Tarwoto, 2012).
Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis yakni:
Diabetes Mellitus tipe-1 Diabetes mellitus tipe-1 adalah penyakit kronis yang
ditandai dengan ketidak mampuan tubuh untuk menghasilkan atau memproduksi
insulin yang diakibatkan oleh rusaknya sel-β pada pancreas. Diabetes mellitus
tipe-1 disebut dengan kondisi autoimun oleh karena sistem imun pada tubuh
menyerang sel-sel dalam pankreas yang dikira membahayakan tubuh. Reaksi
autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. Diabetes
mellitus tipe-1 sering terjadi pada masa anak-anak tetapi penyakit ini dapat
berkembang pada orang dewasa.(Kerner and Brückel, 2014). Diabetes mellitus
tipe-2 adalah jenis yang paling umum dari diabetes mellitus. Diabetes tipe-2
ditandai dengan cacat progresif dari fungsi sel-β pankreas yang menyebabkan
tubuh kita tidak dapat memproduksi insulin dengan baik. Diabetes mellitus tipe-
2 terjadi ketika tubuh tidak lagi dapat memproduksi insulin yang cukup untuk
mengimbangi terganggunya kemampuan untuk memproduksi insulin. Pada
diabetes mellitus tipe-2 tubuh kita baik menolak efek dari insulin atau tidak
memproduksi insulin yang cukup untuk mempertahankan tingkat glukosa yang
normal.(Kerner and Brückel, 2014).
Beberapa pasien dengan diabetes tipe ini akan tetap tidak terdiagnosis
selama bertahun-tahun karena gejala jenis ini dapat berkembang sedikit demi
sedikit dan itu tergantung pada pasien . Diabetes tipe-2 sering terjadi pada usia
pertengahan dan orang tua, tetapi lebih umum untuk beberapa orang obesitas
yang memiliki aktivitas fisik yang kurang. Diabetes Mellitus Gestational adalah
intoleransi glukosa pada waktu kehamilan, pada wanita normal atau yang
mempunyai gangguan toleransi glukosa setelah terminasi kehamilan. Diabetes
melitus gestational terjadi di sekitar 5 – 7% dari semua kasus pada kehamilan
(Kerner and Brückel, 2014). Diabetes Mellitus tipe lain ini disebabkan oleh
karena kelainan genetik pada kerja insulin, kelainan pada sel- β, penyakit
pancreas, endocrinopathies, infeksi, dan karena obat atau zat kimia dan juga
sindrom penyakit lain (Kerner and Brückel, 2014).
Diabetes adalah penyakit kronis yang serius yang terjadi baik ketika
pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah,
atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin
yang dihasilkannya. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang
penting, salah satu dari empat prioritas penyakit tidak menular (PTM) yang
ditargetkan untuk tindakan oleh para pemimpin dunia. Baik jumlah kasus
maupun prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir.
2.2 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang terus
meningkat prevalensinya di seluruh dunia dan sebagian besar tergolong DM tipe
2. Peningkatan kasus DM tersebut sebagai akibat perubahan gaya hidup dan pola
makan masyarakat. Diabetes Mellitus (DM) merupakan kelompok penyakit
metabolik dengan karateristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
1. Distribusi dan Frekuensi
a. Menurut Orang (Person)
Pada tahun 2012, sekitar 1,5 juta kematian secara langsung
disebabkan oleh DM dan lain 2,2 juta kematian yang disebabkan glukosa
darah tinggi (WHO, 2016). Pada tahun 2015, jumlah DM pada laki-laki
215,2 juta lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan 199,5 juta. Pada
tahun 2040 diperkirakan penderita DM pada laki-laki sebanyak 328,4
juta dan perempuan sebanyak 313,3 juta (IDF, 2015). Pada Tahun 2015
dikawasan Asia Pasifik bagian Barat, prevalensi penderita DM tertinggi
terdapat pada kategori umur >60 tahun sebesar 55% (IDF, 2015).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013), Prevalensi penderita DM
tertinggi terdapat pada kategori umur 55-64 tahun (5,5%), 65-74 tahun
(4,2%) dan 45-54 tahun (3,9%) dan terendah pada kategori umur 15-24
tahun (0,6%) (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Rumah Sakit St Elisabet pada tahun 2012-2013, Prevalensi
penderita DM tertinggi terdapat pada kategori umur > 65 tahun (31,9%),
46-55 tahun (31,2%), dan 56-65 tahun (28,4%) (Tampubolon, 2015).

Gambar 2.1 Prevalensi Diabetes Mellitus Berdasarkan Kelompok Umur,


Jenis Kelamin, dan Daerah Domisili Tahun 2018
b. Menurut Waktu (Time)
Jumlah penderita DM terus meningkat selama beberapa dekade
terakhir, karena pertumbuhan penduduk, peningkatan usia rata-rata
penduduk, dan kenailkan prevalensi DM pada setiap usia. Pada tahun
2014 prevalensi DM pada usia dewasa mencapai 8.5% (WHO, 2016).
Secara global, Diabetes menyebabkan 5 juta kematian di tahunnya 2015
dan tiap 6 detik seseorang akan meninggal akibat DM (IDF, 2015). Pada
tahun 2012 prevalensi penderita DM sebanyak 9,3% dari total populasi
di negara Amerika Serikat (CDC, 2014). Berdasarkan dari data
RISKESDAS (2013) Prevalensi DM secara nasional di Indonesia dari
tahun 2007 ke tahun 2013 mengalami peningkatan dari 1,1% naik
menjadi 1,5%.

Gambar 2.2 Prevalensi Diabetes Mellitus Berdasarkan Diagnosis Dokter


pada Penduduk Semua Umur
c. Menurut Tempat (Place)
International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa lebih
dari 371 juta orang di dunia yang berumur 20-79 tahun memiliki DM .
Indonesia merupakan negara urutan ke-7 dengan prevalensi DM
tertinggi, di bawah China, India, USA, Brazil, Rusia dan Mexico
(Kemenkes RI, 2013). Tiga dari empat orang penderita DM tinggal di
negara berpendapatan rendah dan sedang. Jumlah penderita DM,di
perkotaan cenderung lebih banyak (260,7 juta) dari pada di perdesaan
(145,1 juta) (IDF, 2015). Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013, Prevalensi DM yang terdiagnosis dokter
tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%),
Sulawesi Utara (2,4%), dan Kalimantan Timur (2,3%).

Gambar 2.3 Prevalensi Diabetes Mellitus Berdasarkan Diagnosis Dokter


pada Penduduk Umur >15 Tahun Menurut Provinsi, Tahun 2013 dan
2018
2.3 Determinan
a. Usia
Diabetes melitus dapat terjadi pada semua kelompok umur,
terutama di atas 45 tahun karena risiko terkena DM akan meningkat
dengan bertambahnya usia. DM tipe I biasanya terjadi pada usia muda
yaitu pada usia < 45 tahun, sedangkan DM tipe II biasa terjadi pada usia
≥ 45 tahun (Fatimah RN, 2015) Menurut penelitian yang dilakukan di
Rumah Sakit Martha Friska tahun 2014 penderita DM umur 61-70 tahun
dengan proporsi 36% (Lumban Gaol RS, 2015).
b. Riwayat keluarga dan faktor keturunan
Riwayat keluarga dan faktor keturunan menjadi penyebab penting
terhadap kejadian penyakit DM. Faktor genetik memberi peluang besar
bagi timbulnya penyakit DM. Anggota keluarga penderita DM memiliki
kemungkinan lebih besar menderita DM dibandingkan dengan anggota
keluarga yang tidak menderita DM. Apabila ada keluarga yang menderita
DM, maka seseorang tersebut memiliki risiko 40% menderita DM
(Nainggolan O dkk, 2013). Menurut Diabetes UK dalam Chandra dan
Luh (2015) Apabila salah satu orang tua menderita DM maka resiko
untuk menderita DM adalah sebear 15%. Jika kedua orang tua memiliki
DM maka resiko untuk menderita DM meningkat menjadi 75% DM tipe
I lebih banyak dikaitkan dengan faktor keturunan dibandingkan dengan
DM tipe II. Seorang yang menderita DM diduga mempunyai gen
diabetes dan merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat
homozigot dengan gen resesif tersebut yang dapat menderita DM
(Fatimah RN, 2015).
c. Pola makan tidak seimbang
Konsumsi pola makanan yang tidak seimbang seperti asupan
makanan tinggi energi dan tinggi lemak tanpa disertai dengan aktifitas
fisik merupakan faktor resiko dari penyakit DM. Asupan energi yang
berlebihan akan meningkatkan resistensi insulin. Terjadinya peningkatan
penderita DM di berbagai negara karena adanya perubahan pola makan,
yaitu dari makanan tradisional yang sehat, tinggi serat, rendah lemak,
rendah kalori menuju makanan tinggi kalori seperti karbohidrat, lemak,
daging merah dan rendah serat (Azrimaidaliza, 2011). Mengkonsumsi
makanan dan minuman manis lebih dari 1x/ hari memiliki
kecenderungan terkena DM sebesar 53,1%. Mengkonsumsi makanan dan
minuman asin lebih dari 1x/hari memiliki kecenderungan terkena DM
sebesar 26,2%. Mengkonsumsi makanan dan minuman berlemak lebih
dari 1x/hari memiliki kecenderungan terkena DM sebesar 40,7%
(Kemenkes RI, 2014).
d. Kurangnya aktivitas fisik
Kebugaran jasmani dapat menggambarkan kondisi fisik
seseorang untuk mampu melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
aktivitas sehari-hari. Pada umumnya DM tipe II diderita orang yang
mengalami obesitas. Obesitas menyebabkan jumlah reseptor dan
kepekaan insulin menurun yang mengakibatkan glukosa darah yang
masuk ke dalam sel berukurang, sehingga sel kekurangan bahan
metabolisme energi dan kadar glukosa darah meningkat melebihi angka
normal (PERKENI,2008). Menurut PERKENI (2008) dalam Chaveau
dan Kaufman (1889) latihan fisik pada DM dapat menyebabkan
peningkatan pemakaian glukosa darah oleh otot yang aktif sehingga
latihan fisik/olahraga secara langsung dapat menyebabkan penurunan
kadar lemak tubuh, mengontol kadar gula darah dan memperbaiki
sensitivitas insulin.
e. Alkohol dan rokok
Alkohol dan Rokok perubahan-perubahan dalam gaya hidup
berhubungan dengan peningkatan frekuensi DM khususnya tipe II.
Alkohol akan menganggu metabolisme gula darah terutama pada
penderita DM , sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan
meningkatkan tekanan darah (Fatimah RN, 2015). Zat yang terkandung
dalam rokok yaitu Nikotin dapat menyebabkan pengurangan sensitivitas
insulin dan meningkatkan terjadinya resistensi insulin (PERKENI, 2008).
f. Infeksi
Infeksi pada pasien DM sangat berpengaruh terhadap
pengendalian glukosa darah. Infeksi dapat memperburuk kendali glukosa
darah, dan kadar glukosa darah yang tinggi meningkatkan kerentanan
atau memperburuk infeksi. Kadar glukosa yang tidak terkendali perlu
segera diturunkan, antara lain dengan menggunakan insulin, dan setelah
infeksi teratasi dapat diberikan kembali pengobatan seperti semula
(PERKENI, 2015).
Secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan
diabetes pada tahun 2014, dibandingkan dengan 108 juta pada tahun
1980 Prevalensi global (standar usia) diabetes hampir dua kali lipat sejak
tahun 1980, meningkat dari 4,7% menjadi 8,5% pada populasi orang
dewasa. Ini mencerminkan peningkatan faktor risiko terkait seperti
kelebihan berat badan atau obesitas. Selama dekade terakhir, prevalensi
diabetes telah meningkat lebih cepat di negara-negara berpenghasilan
rendah dan menengah daripada di negara-negara berpenghasilan tinggi.
International Diabetes Federation mengungkapkan pada 2015 orang yang
terkena Diabetes Mellitus (DM) menyentuh 415 juta jiwa dan diantara
jumlah tersebut 98% nya adalah pengidap DM Tipe 2. Dapat
disimpulkan bahwa masyarakat lebih rentan mengidap DM tipe 2.
Diabetes Mellitus ialah suatu penyakit yang disebabkan oleh
hiperglikemia atau kadar glukosa yang banyak dalam darah serta adanya
kelainan pada proses metabolisme karena kekurangan insulin.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2030 akan
terjadi peningkatan penduduk yang terkena Diabetes Mellitus minimal
366 juta jiwa. Sedangkan hasil dari survei yang dilakukan WHO,
Indonesia masuk kedalam 4 negara tertinggi yang penduduknya yang
menderita DM begitu pula dengan China, AS, dan India.

2.4 FAKTOR RESIKO PENYAKIT


1. Diabetes Tipe 1
Penyebab pasti diabetes tipe 1 tidak diketahui. Secara umum
disepakati bahwa diabetes tipe 1 adalah hasil dari interaksi kompleks
antara gen dan faktor lingkungan. Diabetes tipe 1 diduga disebabkan oleh
reaksi kekebalan (tubuh menyerang dirinya sendiri secara tidak sengaja).
Mayoritas diabetes tipe 1 terjadi pada anak-anak dan remaja Faktor risiko
diabetes tipe 1 tidak sejelas prediabetes dan diabetes tipe 2. Orang yang
hidup dengan diabetes memerlukan pemberian insulin setiap hari untuk
bertahan hidup. Faktor risiko yang diketahui meliputi:
- Riwayat keluarga : Memiliki orang tua, saudara laki-laki, atau
perempuan dengan diabetes 1
- Usia: Anda bisa terkena diabetes tipe 1 pada usia berapa pun, tetapi lebih
mungkin berkembang saat Anda masih anak-anak, remaja, atau dewasa
muda.
- Di Amerika Serikat, orang kulit putih lebih mungkin mengembangkan
diabetes tipe 1
2. Diabetes Tipe 2
Tipe 2 menyumbang sebagian besar orang yang hidup dengan
diabetes secara global. Kelebihan lemak tubuh, ukuran ringkasan dari
beberapa aspek diet dan aktivitas fisik, merupakan faktor risiko terkuat
untuk diabetes tipe 2, baik dalam hal basis bukti yang paling jelas, dan
risiko relatif terbesar. Kegemukan dan obesitas, bersama dengan
kurangnya aktivitas fisik, diperkirakan menyebabkan sebagian besar
beban diabetes global. Pinggang lebih tinggi , lingkar perut dan indeks
massa tubuh (BMI) yang lebih tinggi dikaitkan dengan peningkatan
risiko diabetes tipe 2, meskipun hubungannya dapat bervariasi pada
populasi yang berbeda.
Beberapa praktik diet terkait dengan berat badan yang tidak sehat
dan/atau risiko diabetes tipe 2, termasuk asupan asam lemak jenuh yang
tinggi, asupan lemak total yang tinggi, dan konsumsi serat makanan yang
tidak memadai. Asupan minuman manis yang tinggi, yang mengandung
jumlah yang cukup banyak gula bebas, meningkatkan kemungkinan
kelebihan berat badan atau obesitas, terutama di kalangan anak-anak.
Bukti terbaru lebih lanjut menunjukkan hubungan antara konsumsi tinggi
minuman manis dan peningkatan risiko diabetes tipe 2.
Nutrisi anak usia dini mempengaruhi risiko diabetes tipe 2 di
kemudian hari. Faktor- faktor yang tampaknya meningkatkan risiko
termasuk pertumbuhan janin yang buruk, berat badan lahir rendah
(terutama jika diikuti oleh pertumbuhan mengejar pascakelahiran yang
cepat) dan berat badan lahir tinggi.
Merokok aktif (berbeda dari pasif) meningkatkan risiko diabetes
tipe 2, dengan risiko tertinggi di antara perokok berat. Risiko tetap tinggi
untuk sekitar 10 tahun setelah berhenti merokok, jatuh lebih cepat untuk
perokok ringan
Berisiko terkena diabetes tipe 2 jika :
1. Memiliki prediabetes
2. Kelebihan berat badan
3. Berusia 45 tahun atau lebih
4. Memiliki orang tua, saudara laki-laki, atau saudara perempuan dengan
diabetes tipe 2.
5. Aktif secara fisik kurang dari 3 kali seminggu
6. Pernah menderita diabetes gestasional (diabetes selama kehamilan)
atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 9 pon
7. Orang Afrika-Amerika, Hispanik/Amerika Latin, Indian Amerika,
atau Penduduk Asli Alaska (beberapa penduduk Kepulauan Pasifik
dan Amerika Asia juga berisiko lebih tinggi)

Dapat dicegah atau menunda diabetes tipe 2 dengan perubahan gaya


hidup yang sederhana dan terbukti seperti menurunkan berat badan jika
kelebihan berat badan, makan lebih sehat, dan melakukan aktivitas fisik
secara teratur.

3. Pradiabetes
Berisiko terkena pradiabetes jika Anda:
1. Kelebihan berat badan
2. Berusia 45 tahun atau lebih
3. Memiliki orang tua, saudara laki-laki, atau perempuan dengan diabetes
tipe 2.
4. Aktif secara fisik kurang dari 3 kali seminggu
5. Pernah menderita diabetes gestasional (diabetes selama kehamilan) atau
melahirkan bayi dengan berat lebih dari 9 pon
6. Orang Afrika-Amerika, Hispanik/Amerika Latin, Indian Amerika, atau
Penduduk Asli Alaska (beberapa penduduk Kepulauan Pasifik dan
Amerika Asia juga berisiko lebih tinggi)
4. Diabetes Gestasional
Faktor risiko dan penanda risiko untuk GDM termasuk usia
(semakin tua seorang wanita usia reproduksi, semakin tinggi risiko GDM
nya); kelebihan berat badan atau obesitas; penambahan berat badan yang
berlebihan selama kehamilan, riwayat keluarga diabetes: GDM selama
kehamilan sebelumnya; riwayat lahir mati atau melahirkan bayi dengan
kelainan kongenital dan kelebihan glukosa dalam urin selama kehamilan.
Diabetes pada kehamilan dan GDM meningkatkan risiko masa depan
obesitas dan diabetes be 2 paida Keturunannya.
Gestational diabetes (GDM) adalah kondisi sementara yang terjadi
pada kehamilan dan membawa risiko jangka panjang diabetes tipe 2.
Kondisi ini muncul ketika nilai glukosa darah di atas normal tetapi masih
di bawah diagnostik diabetes. Wanita dengan diabetes gestasional berada
pada peningkatan risiko beberapa komplikasi selama kehamilan dan
persalinan, seperti juga bayi mereka. Diabetes gestasional didiagnosis
melalui skrining prenatal. daripada gejala yang dilaporkan.
Berisiko terkena diabetes gestasional (diabetes saat hamil) jika Anda:
1. Menderita diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya
2. Telah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 9 pon
3. Kelebihan berat badan
4. Berusia lebih dari 25 tahun
5. Memiliki riwayat keluarga dengan diabetes tipe 2
6. Memiliki kelainan hormon yang disebut sindrom ovarium
polikistik (PCOS)
7. Orang Afrika-Amerika, Hispanik/Amerika Latin, Indian Amerika,
Penduduk Asli Alaska, Penduduk Asli Hawaii, atau Penduduk
Kepulauan Pasifik

Diabetes gestasional biasanya hilang setelah bayi Anda lahir tetapi


meningkatkan risiko diabetes tipe 2 di kemudian hari. Bayi Anda lebih
mungkin mengalami obesitas sebagai anak atau remaja, dan lebih
mungkin untuk mengembangkan diabetes tipe 2 di kemudian hari juga.
Sebelum hamil, Anda mungkin dapat mencegah diabetes gestasional
dengan menurunkan berat badan jika Anda kelebihan berat badan, makan
lebih sehat, dan melakukan aktivitas fisik secara teratur

5. Faktor Resiko Komplikasi Terkait Diabetes


Di antara orang dewasa AS berusia 18 tahun atau lebih yang
didiagnosis diabetes, perkiraan kasar untuk tahun 2013-2016 yang

Gambar 2.4 Tabel Faktor Risiko


Komplikasi Terkait Diabetes
ditunju
a. Merokok
1) 21,6% adalah pengguna tembakau berdasarkan laporan diri atau
kadar serum cotinine.
2) 15,0% melaporkan merokok saat ini.
3) 36,4% telah berhenti merokok tetapi memiliki riwayat merokok
setidaknya 100 batang dalam hidup mereka.
b. Kegemukan dan Obesitas
89,0% kelebihan berat badan atau obesitas, yang didefinisikan sebagai
indeks massa tubuh (BMI) 25 kg/m² atau lebih tinggi. Secara khusus:
1) 27,6% kelebihan berat badan (BMI 25,0 hingga 29,9 kg/m²).
2) 45,8% mengalami obesitas (BMI 30,0 hingga 39,9 kg/m²).
3) 15,5% mengalami obesitas ekstrim (BMI 40,0 kg/m' atau lebih tinggi).
c. Ketidakaktifan fisik
38,0% tidak aktif secara fisik, didefinisikan sebagai mendapatkan kurang
dari 10 menit seminggu aktivitas sedang atau berat di setiap kategori
aktivitas fisik pekerjaan, waktu luang, dan transportas
d. A1C
Gambar 2.5 Tabel Distribusi A1C
Memiliki nilai A1C 7,0% atau lebih tinggi. Secara khusus :
1) 22,3% memiliki nilai A1C 7,0% hingga 7,9%.
2) 13,2% memiliki nilai A1C 8,0% hingga 9,0%
3) 14,6% memiliki nilai A1C lebih tinggi dari 9,0%
4) 6,3% orang dewasa berusia 18-44 tahun memiliki tingkat A1C 10%
atau lebih tinggi, dibandingkan dengan 12,7% dari mereka yang
berusia 45-64 tahun dan 4,3% dari mereka yang berusia 65 tahun atau
lebih

e. Tekanan darah tinggi


68,4% memiliki tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih tinggi atau
tekanan darah diastolik 90 mmHg lebih tinggi atau sedang dalam
pengobatan resep untuk tekanan darah tinggi mereka
f. Kolesterol Tinggi
43,5% memiliki kadar non-HDL 130 mg/dl. atau lebih tinggi,
Khususnya:
1) 22,4% memiliki tingkat non-HDL 130 hingga 159 mg/Dl
2) 11,2% memiliki kadar non-HDL 160 hingga 189 mg/dL
3) 99% memiliki kadar non-HDL 190 mg/dL atau lebih tinggi

Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Diubah


a. Riwayat Keluarga
Dengan DM Peran genetik riwayat keluarga dapat meningkatkan
risiko kejadian DM. Apabila keluarga ada yang menderita DM maka
akan lebih berisiko mengalami DM. Hal ini dibuktikan dengan penentu
genetik diabetes ada kaitannya dengan tipe histokompatibilitas HLA
yang spesifik . Hal ini juga diperkuat oleh hasil penelitian oleh
Aravinda di India ditemukan Faktor yang mendorong insiden DM Tipe
2 diantaranya keluarga (Aravinda, 2019).
b. Umur
Umur meningkatkan risiko mengalami diabetes usia yang berisiko
adalah usia di atas 45 tahun dan pada negara maju penduduk yang
berisiko adalah usia 65 tahun ke atas
Faktor Risiko Yang Dapat Diubah
a. Obesitas
Obesitas ialah penumpukan lemak dalam tubuh yang sangat tinggi.
Kalori yang masuk ke tubuh lebih tinggi dibandingkan aktivitas fisik
yang dilakukan untuk membakarnya sehingga lemak menumpuk dan
meningkatkan risiko DM tipe 2. Hal ini juga diperkuat oleh hasil
penelitian oleh Li di Cina ditemukan Faktor risiko diabetes adalah
overweight dan obesitas (Li, 2015).

b. Kurang Aktivitas Fisik


Kurangnya aktivitas fisik yang dapat membakar kalori menaikkan
risiko DM Tipe 2. Strategi terbaik untuk mencegah DMT2 ialah dengan
mengendalikan berat badan serta menjalankan aktivitas fisik minimal 30
menit perhari. Intervensi di tempat kerja yang membahas diet dan
aktivitas fisik dapat efektif dalam mengubah perilaku dan hasil terkait
Kesehatan
Rekomendasi WHO tentang aktivitas fisik disediakan untuk
kelompok usia yang berbeda
1) Direkomendasikan bahwa anak-anak dan remaja berusia 5-17 tahun
harus melakukan setidaknya 60 menit aktivitas fisik intensitas sedang
hingga kuat setiap hari.
2) Direkomendasikan bahwa orang dewasa berusia 18-64 tahun harus
melakukan setidaknya 150 menit aktivitas fisik aerobik intensitas
sedang (misalnya jalan cepat, joging berkebun) tersebar sepanjang
minggu, atau setidaknya 75 menit aktivitas fisik aerobik intensitas
kuat aktivitas sepanjang minggu, atau kombinasi setara aktivitas
intensitas sedang dan kuat.
3) Untuk orang dewasa yang lebih tua, jumlah aktivitas fisik yang sama
dianjurkan, tetapi juga harus mencakup: keseimbangan dan aktivitas
penguatan otot yang disesuaikan dengan kemampuan dan keadaannya.
c. Hipertensi
Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian oleh Aynalem & Zeleke
tahun 2018 di Ethiopia ditemukan Faktor risiko yang mampu
dimodifikasi lingkar pinggang tinggi, riwayat merokok, dan hipertensi
diperkuat juga oleh penelitian Fieffe tahun 2011 di Perancis bahwa Usia,
BMI, dan hipertensi adalah faktor risiko DM 2.
d. Dislipidemia
Dislipidemia ialah keadaan kadar lemak darah meningkat. Hal ini
dapat berisiko menyebabkan DM tipe 2. Dislipidemia tidak
menimbulkan gejala sehingga kita harus melaksanakan pemeriksaan
darah atau checkup sehingga dapat mendeteksi dini dislipidemia.
Rekomendasi diet oleh WHO dan Organisasi Pangan dan Pertanian
(FAO) untuk pencegahan diabetes tipe 2 termasuk membatasi asupan
asam lemak jenuh kurang dari 10% dari total asupan energi (dan untuk
kelompok berisiko tinggi, kurang dari 7%); dan mencapai asupan serat
makanan yang cukup (asupan harian minimum 20 g) melalui konsumsi
sereal gandum utuh, kacang polong, buah-buahan dan sayuran secara
teratur
e. Merokok
Faktor risiko yang paling sering ditemui dalam berbagai penyakit
termasuk DM Tipe 2. Nikotin dapat meningkatkan kadar hormon
katekolamin dalam tubuh, antara lain adrenalin dan noradrenalin.
Naiknya tekanan darah, denyut jantung, glukosa darah, dan pernapasan
merupakan efek yang ditimbulkan dari pelepasan adrenalin tersebut.
Merokok aktif (berbeda dari pasif) meningkatkan risiko diabetes tipe 2,
dengan risiko tertinggi di antara perokok berat. Risiko tetap tinggi untuk
sekitar 10 tahun setelah berhenti merokok, jatuh lebih cepat untuk
perokok ringan.
f. Pengelolaan Stres
Ketika penderita DM tipe 2 mengalami stres mental, gula darah
penderita akan meningkat. Adrenalin dan kortisol adalah hormon yang
akan muncul ketika stress. Hormon tersebut berfungsi meningkatkan
gula darah untuk meningkatkan energi dalam tubuh . Hal ini juga
diperkuat oleh hasil penelitian oleh Kaur tahun 2017 di India bahwa
Pasien diabetes didominasi perempuan dan mengalami stress

Obesitas adalah penyakit yang mempengaruhi sebagian besar


sistem tubuh. Ini mempengaruhi jantung, hati, ginjal, sendi, dan sistem
reproduksi. Ini mengarah ke berbagai penyakit tidak menular (PTM),
seperti diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, hipertensi dan stroke,
berbagai bentuk kanker, serta masalah kesehatan mental. Orang dengan
obesitas juga tiga kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena
COVID-19.

Kelebihan berat badan atau obesitas dibandingkan laki-laki.


Prevalensi obesitas tertinggi di Wilayah WHO Amerika dan terendah di
WHO Wilayah Asia Tenggara. Proporsi orang yang kelebihan berat
badan atau obesitas meningkat dengan tingkat pendapatan negara.
Negara berpenghasilan tinggi dan menengah memiliki lebih banyak dari
dua kali lipat prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas di negara-
negara berpenghasilan rendah.

Aktivitas fisik secara teratur mengurangi risiko diabetes dan


meningkatkan glukosa darah, dan merupakan kontributor penting untuk
keseimbangan energi secara keseluruhan, pengendalian berat badan dan
pencegahan obesitas - semua eksposur risiko terkait dengan prevalensi
diabetes di masa depan. Oleh karena itu, target global pengurangan relatif
10% dalam aktivitas fisik sangat terkait dengan target global untuk
menghentikan risiko diabeles. 2014 Namun, prevalensi ketidakaktifan
fisik secara global semakin mangkhawatirkan. Pada Tahun 2010, tahun
terakhir yang datanya tersedia , hanya di bawah seperempat dari semua
orang dewasa berusia di atas 18 tahun tidak memenuhi rekomendasi
minimum untuk aktivitas fisik per minggu dan diklasifikasikan sebagai
kurang aktif secara fisik.

Di semua wilayah WHO dan di semua kelompok pendapatan


negara, wanita kurang aktif dibandingkan pria, dengan 27% wanita dan
20% pria diklasifikasikan sebagai kurang aktif secara fisik. Kurangnya
aktivitas fisik sangat umum di kalangan remaja, dengan 84% anak
perempuan dan 78% anak laki-laki tidak memenuhi persyaratan minimum
untuk aktivitas fisik untuk usia ini. Prevalensi ketidakaktifan fisik
tertinggi di negara-negara berpenghasilan tinggi di mana hampir dua kali
lipat dari berpenghasilan rendah. negara, Di antara wilayah WHO,
Wilayah Mediterania Timur menunjukkan prevalensi tertinggi tidak aktif
pada orang dewasa dan remaja

2.5 UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


1. Tindakan Upaya Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
Besarnya insiden, prevalensi, dan komplikasi diabetes mellitus
menggambarkan betapa pentingnya pencegahan dini terhadap
penyakit diabetes mellitus. Adapun cara pencegahannya adalah
mengatur pola makan, olah raga, kurangi merokok, dan menurunkan
berat badan berlebih. Diabetes tipe 2 (sebelumnya disebut non-
insulin-dependent, atau onset dewasa) terjadi akibat penggunaan
insulin yang tidak efektif oleh tubuh. Lebih dari 95% orang dengan
diabetes memiliki diabetes tipe 2. Jenis diabetes ini sebagian besar
merupakan hasil dari kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas
fisik.Gejalanya mungkin mirip dengan diabetes tipe 1 tetapi
seringkali kurang ditandai. Akibatnya, penyakit ini dapat didiagnosis
beberapa tahun setelah onset, setelah komplikasi muncul.Sampai saat
ini, diabetes tipe ini hanya terlihat pada orang dewasa tetapi sekarang
juga semakin sering terjadi pada anak-anak.
Langkah-langkah gaya hidup sederhana telah terbukti efektif
dalam mencegah atau menunda timbulnya diabetes tipe 2. Untuk
membantu mencegah diabetes tipe 2 dan komplikasinya, orang harus:
a. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat
b. Aktif secara fisik – melakukan setidaknya 30 menit aktivitas
reguler dengan intensitas sedang hampir setiap hari. Lebih
banyak aktivitas diperlukan untuk mengontrol berat badan
c. Makan makanan yang sehat, hindari gula dan lemak jenuh
d. Hindari penggunaan tembakau – merokok meningkatkan risiko
diabetes dan penyakit kardiovaskular.

Pencegahan diabetes melitus tipe 2 juga dipengaruhi oleh


faktor sosial ekonomi. Terdapat beberapa alasan yang menjelaskan
bahwa status sosial ekonomi yang rendah mempengaruhi tingkat
olahraga/aktifitas fisik yang rendah pula, yaitu keterbatasan
keuangan dimana diperlukan uang untuk dapat membeli peralatan
olahraga untuk menunjang kesehatan, kemudian hidup di
lingkungan yang terbatas atau minim sarana/fasilitas olahraga,
selain itu kurangnya pengetahuan tentang olahraga dan tidak
adanya dukungan sosial untuk berolah raga juga menjadi alasan
bahwa status sosial ekonomi rendah mempengaruhi tingkat
olahraga. Individu dengan status ekonomi rendah, sedikit
mendapatkan mereka melakukan gaya hidup sehat untuk mencegah
terhadap kecacatan akibat penyakit diabetes mellitus tipe 2.

Perilaku gaya hidup sehat penderita diabetes mellitus dalam


penelitian tersebut yaitu pengaturan pola makan, pola tidur,
aktivitas fisik, konsumsi serat, tidak konsumsi alkohol serta tidak
merokok. Remaja sekarang cenderung melakukan gaya hidup
modern yang serba santai, instant, dan canggih. Makin beragamnya
jenis makanan yang manis, dan berkolesterol tinggi serta ditambah
dengan adanya teknologi canggih membuat semuanya serba
otomatis. Gaya hidup tersebut dapat menjadikan faktor yang
meningkatkan individu tanpa riwayat diabetes berisiko terjangkit
diabetes melitus tipe 2.

Upaya pencegahan siswa merupakan upaya pencegahan


tingkat dasar. Diharapkan remaja terus melakukan tindakan upaya
preventif tersebut sehingga dapat mencegah dari berbagai penyakit,
utamanya yang diakibatkan oleh gaya hidup tidak sehat. Remaja
juga diharapkan mampu mencegah timbulnya kebiasaan baru yang
tidak sehat dalam masyarakat dan tidak meniru kebiasaan dalam
masyarakat yang dapat meningkatkan risiko terserang penyakit
diabetes. Tren yang sebaiknya tidak ditiru oleh remaja yaitu trend
makan junk food, kecanduan game yang menyebabkan malas
beraktivitas, serta tergabung dalam pergaulan yang buruk. Pola
hidup sehat dapat dilakukan remaja dengan beberapa cara.

a. Menjaga pola makan dapat dilakukan dengan mengatur asupan


karbohidrat dalam setiap makanan yang dimakan, mengonsumsi
makanan gizi sehat dan seimbang, menghindari mengonsumsi
makanan yang berkolestrol tinggi atau siap saji. Konsumsi
makanan yang bergizi dan seimbang merupakan hal yang
penting untuk mencegah penyakit diabetes melitus tipe
b. Melakukan kebiasaan olah fisik atau olah raga yang bermanfaat
untuk tubuh dan peredaran darah. Hal yang terpenting dalam
olah raga adalah rutin dan terusmenerus dan tetap mengontrol
berat badan. Olahraga tidak harus yang berat, namun sebaiknya
rutin. Ketiga, tidak atauolahraga rutin cenderung juga
berperilaku demikian. Kondisi ini karena individu tersebut
terpengaruh oleh perilaku orang lain. Motivasi dari tenaga
kesehatan dan keluarga juga dapat menjadi pendorong individu
melakukan upaya kesehatan. Contohnya, tenaga kesehatan dan
keluarga memberi motivasi untuk rutin cek kesehatan

2. Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2


Pengetahuan yang dimiliki oleh individu dapat mempengaruhi
seseorang dalam berperilaku. Hal ini dikarenakan individu yang
memiliki pengetahuan akan dapat mengetahui apa yang dibutuhkan,
serta mampu mengatasi atas kebutuhan hidupnya. Terbentuknya suatu
perilaku yang baru berawal dari pengetahuan (kognitif), artinya
seseorang mengetahui materi terlebih dulu kemudian pengetahuan
tersebut akan membentuk sikap dan tindakan. Pengetahuan dan
pemahaman tentang penyakit diabetes melitus akan membentuk
perilaku atau tindakan apa yang akan dilakukan untuk mencegah
penyakit diabetes melitus WHO bertujuan untuk merangsang dan
mendukung penerapan langkah-langkah efektif untuk pengawasan,
pencegahan dan pengendalian diabetes dan komplikasinya, terutama
di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Untuk itu,
WHO:
Memberikan pedoman ilmiah untuk pencegahan penyakit tidak
menular utama termasuk diabetes;
a. Mengembangkan norma dan standar untuk diagnosis dan
perawatan diabetes;
b. Membangun kesadaran tentang epidemi global diabetes,
menandai Hari Diabetes Sedunia (14 November); dan
c. Melakukan surveilans diabetes dan faktor risikonya.

Pada April 2021, WHO meluncurkan Global Diabetes Compact,


sebuah inisiatif global yang bertujuan untuk perbaikan berkelanjutan
dalam pencegahan dan perawatan diabetes, dengan fokus khusus
untuk mendukung negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Compact menyatukan pemerintah nasional, organisasi
PBB, organisasi non-pemerintah, entitas sektor swasta, lembaga
akademik, dan yayasan filantropi, orang yang hidup dengan diabetes,
dan donor internasional untuk bekerja pada visi bersama untuk
mengurangi risiko diabetes dan memastikan bahwa semua orang yang
didiagnosis dengan diabetes memiliki akses ke pengobatan dan
perawatan yang adil, komprehensif, terjangkau dan berkualitas. Pada
Mei 2021, Majelis Kesehatan Dunia menyetujui Resolusi tentang
penguatan pencegahan dan pengendalian diabetes. Ini
merekomendasikan tindakan di berbagai bidang termasuk
meningkatkan akses ke insulin; mempromosikan konvergensi dan
harmonisasi persyaratan peraturan untuk insulin dan obat-obatan lain
dan produk kesehatan untuk pengobatan diabetes; dan menilai
kelayakan dan nilai potensial dari pembuatan alat berbasis web untuk
berbagi informasi yang relevan dengan transparansi pasar untuk obat-
obatan diabetes dan produk kesehatan.

Upaya manajemen penyakit Diabetes Mellitus seperti olahraga,


dukungan keluarga, dan diet menjadi faktor penyebab, bukan faktor
jenis kelamin yang menjadi penyebab Mengenai perempuan yang
lebih berisiko untuk mengalami komplikasi kronis Diabetes Mellitus
dapat disebabkan karena selain adanya fase menopause, riwayat
diabetes gestasional juga memperbesar kemungkinan perempuan
untuk mengalami Diabetes Mellitus tipe 2 di kemudian hari dan
terjadinya komplikasi karena diabetes tersebut Tingkat pengetahuan
mempengaruhi perilaku. Pendidikan, tradisi atau kebiasaan dalam
mayarakat serta pengalaman hidup mempengaruhi perubahan
perilaku seseorang yang sesuai dengan kesehatan badan yang terus
bertambah melebihi berat badan ideal, gejala-gejala lain seperi sering
kencing, sering minum dan sering makan. Umur dapat memengaruhi
risiko dan terjadinya Diabetes Mellitus tipe 2.

Kenaikan kadar gula darah sangat berhubungan dengan umur,


sehingga prevalensi Diabetes Mellitus tipe 2 akan meningkat seiring
dengan semakin meningkatnya umur dan mengakibatkan semakin
tinggi pula gangguan toleransi glukosa. Pada umur > 30 tahun proses
penuaan yang berlangsung mengakibatkan perubahan anatomi tubuh,
fungsi tubuh dan biokimia. Menurut WHO pada umur > 30 tahun,
maka kenaikan kadar glukosa darah bisa sampai 1-2 mg/dL/tahun
pada saat tidak makan dan akan naik 5,6-13 mg/dL pada 2 jpp atau 2
jam setelah makan. Perubahan fisiologi biasanya menurun secara
drastis pada usia > 40 tahun. Lebih dari 37 juta orang Amerika
menderita diabetes (sekitar 1 dari 10), dan sekitar 90-95% di
antaranya menderita diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 paling sering
berkembang pada orang di atas usia 45, tetapi semakin banyak anak-
anak, remaja, dan dewasa muda juga mengembangkannya. Diabetes
tipe 2 Spanyol (Spanyol) wanita duduk di sofa makan semangkuk
buah segar makan sehat adalah resep untuk mengelola diabetes. Lebih
dari 37 juta orang Amerika menderita diabetes (sekitar 1 dari 10), dan
sekitar 90-95% di antaranya menderita diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2
paling sering berkembang pada orang di atas usia 45, tetapi semakin
banyak anak-anak, remaja, dan dewasa muda juga
mengembangkannya.

Diabetes biasanya akan timbul saat sudah memasuki umur


rentan, yaitu umur > 45 tahun yang mengalami kegemukan, sehingga
insulin pada tubuh tidak peka. Teori yang ada mengatakan bahwa
faktor degeneratif yaitu fungsi tubuh yang menurun yang terjadi pada
seseorang ≥ 45 tahun dapat mengalami peningkatan risiko pada
kejadian diabetes melitus dan intoleransi glukosa khususnya
kemampuan dari sel β pada metabolisme glukosa untuk produksi
insulin (Pangemanan, 2014). Apabila terdapat tanda dan gejala
tersebut, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih cepat atau secara
dini diabetes mellitus melalui skrining dengan pemeriksaan kadar
gula darah sewaktu. endapat ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan, dimana mayoritas responden memiliki pengetahuan baik
memiliki upaya pencegahan yang baik pula.

3. Penanngulangan dan Penanganan Diabetes Mellitus


Cara penanggulangan dan penanganan penyakit diabetes mellitus:
a. Makan sehat dan aktif, atau dokter meresepkan insulin, obat
suntik lainnya, atau obat diabetes oral untuk membantu
mengelola gula darah penderita diabetes mellitus dan
menghindari komplikasi.
b. Penting juga untuk menjaga tekanan darah dan kolesterol
penderita diabetes mellitus mendekati target yang ditetapkan
dokter.
c. Pemeriksaan gula darah secara teratur.
d. Stres adalah bagian dari kehidupan, tetapi stres dapat membuat
pengelolaan diabetes menjadi lebih sulit, termasuk mengelola
kadar gula darah dan menangani perawatan diabetes setiap hari.
Aktivitas fisik yang teratur, tidur yang cukup, dan latihan
relaksasi dapat membantu.
e. Buat janji temu secara teratur dengan tim perawatan kesehatan
untuk memastikan penderita diabetes mellitus berada di jalur
yang benar dengan rencana perawatan, dan untuk mendapatkan
bantuan dengan ide dan strategi baru jika diperlukan.
f. Jika perlu, berikan insulin pada diri penderita diabetes mellitus
sendiri dengan jarum suntik, pena, atau pompa.
g. Memantau kaki, kulit, dan mata penderita diabetes mellitus
untuk mendeteksi masalah lebih awal.
h. Membeli persediaan diabetes dan menyimpannya dengan benar.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein dalam tubuh.
Diabetes mellitus tipe-2 terjadi ketika tubuh tidak lagi dapat
memproduksi insulin yang cukup untuk mengimbangi terganggunya
kemampuan untuk memproduksi insulin.
2. Faktor risiko DM seperti usia, genetik, pola makan yang tidak seimbang,
kurang aktivitas fisik, gaya hidup alkoholik dan merokok. Faktor risiko
yang tidak dapat diubah yaitu genetik dan umur. Sedangkan faktor risiko
yang dapat diubah yaitu obesitas, stres, aktivitas fisik, hipertensi,
dislipidemia, gaya hidup yang tidak sehat,
3. Pencegahannya dilakukan pada tiga level, yaitu primer berupa
penyuluhan pada faktor risiko; sekunder berupa diagnosis dini
(skirning), pengobatan, dan diet; tersier berupa tindakan rehabilitatif
untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Tindakan penanggulangan
iaalah pengendalian DM yang lebih diprioritaskan pada pencegahan dini
melalui upaya pencegahan faktor risiko DM seperti upaya promotif dan
preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Dan
adapun faktor penanggulangan Diabetes Melitus Tipe 2 yaitu melalui
Edukasi, Perencanaan Makan, Aktivitas fisik dan Pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA
Aravinda J. Risk Factors In Patients With Type 2 Diabetes in Bengaluru: A
Retrospective Study. World Journal of Diabetes. 2019;10(4):241–8.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2021Type 2 Diabetes”,
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.cdc.go
v/diabetes/basics/type2.html&ved=2ahUKEwj1uuXZxsz2AhWLUWwGHXIiC1
0QFnoECAQQBQ&usg=AOvVaw2KAGJR4z26dZn2y-Dh4pa7, diakses pada
17 Maret 2022 pukul 14.05.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2021. Diabetes Risk Factors.
Available: https://www.cdc.gov/diabetes/basics/risk-factors.html [Accessed
25 March 2022].
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2021. Risk Factors for
Diabetes Related Complications. Available:
https://www.cdc.gov/diabetes/data/statistics report/riskscomplications.html
[Accessed 25 March 2022].
Fieffe S, Petrossians P, Morange I, Chanson P, Cortet C, Rohmer V, et al. Diabetes
In Prevalence, Acromegaly, Evolution, And Risk Factors: Data from the
French Acromegaly Registry. European Journal of Endocrinology.
2011;164(6):877–84
Global action plan for the prevention and control of noncommunicable diseases 2013-
2020. Geneva: World Health Organization; 2013
Global status report on noncommunicable diseases. Geneva: World Health
Organization; 2014.
Kaur H, Kochar R. Stress and Diabetes Mellitus. International Journal of Health
Sciences and Research2015;5(1):156–64.
Khairani. (2019). Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018. Pusat Data Dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI, 1–8.
Li S, He F, Guo S, Yan Y, He J, Zhang M, et al. Prevalence of diabetes mellitus and
impaired fasting glucose, Associated with risk factors in rural Kazakh adults in
Xinjiang, China. International Journal of Environmental Research and Public
Health. 2015;12(1):554–65
Luo J, Rossouw J, Tong E, Giovino GA, Lee CC, Chen C, dkk. Merokok dan diabetes:
apakah meningkat? risiko pernah pergi? Jurnal Epidemiologi Amerika.
2013;178:(6)937–945.
Nuraisyah, F. (2018). Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Kebidanan Dan
Keperawatan Aisyiyah, 13(2), 120–127. https://doi.org/10.31101/jkk.39
OMS. (2016). Global Report on Diabetes. Isbn, 978, 6–86.
https://sci-hub.si/https://apps.who.int/iris/handle/10665/204874%0Ahttps://
apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/204874/
WHO_NMH_NVI_16.3_eng.pdf?sequence=1%0Ahttp://www.who.int/about/
licensing/copyright_form/index.html%0Ahttp://www.who.int/about/licens
Soelistiji, S. A. (2015). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2
di Indonesia 2015. In Jakarta : Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia (PB Perkeni), 2015. https://online.fliphtml5.com/acptd/nkka/
Task Force on Community Preventive Services. A recommendation to improve
employee weight status through worksite health promotion programs
targeting nutrition, physical activity or both. American Journal of
Preventive Medicine. 2009; 37:358–359
WHO global strategy on people-centred and integrated health services. Interim report.
Geneva: World Health Organization; 2015.
Willi C, Bodenmann P, Ghali WA, Faris PD, Cornuz J. Merokok aktif dan risiko tipe 2
diabetes: tinjauan sistematis dan meta-analisis. Jurnal Asosiasi Medis Amerika.
2007;298:(22)2654–2664.
World Health Organization (WHO). 2016. WHO calls for global action to halt rise in
and improve care for people with diabetes. Available:
https://www.who.int/news/item/06-04-2016-world-health-day-2016-who calls-
for-global-action-to-halt-rise-in-and-improve-care-for-people-with-diabetes
[Accessed 25 March 2022].
World Health Organization (WHO). 2022. World Obesity Day 2022 – Accelerating
action to stop obesity. Available: https://www.who.int/news/item/04-03- 2022-
world-obesity-day-2022-accelerating-action-to-stop-obesity [Accessed 25
March 2022].
World Health Organization. Global Report On Diabetes. Geneva: WHO; 2016
WHO.(2021)."Diabetes",https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.who.int/newsroom/factsheets/
detail/
diabetes&ved=2ahUKEwiE8u6g68v2AhUG63MBHZRsA0gQFnoECAQQBQ&
usg=AOvVaw2FkubZ4zy77-RBg6CHsNjw , diakses pada 17 Maret 2022 pukul
06.15

Anda mungkin juga menyukai