Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMEDIK II

Pertemuan 9
Prosedur Pewarnaan Sederhana pada Kapang

Oleh
Nama : Sherly Nur Cahya
NIM/ SHIFT: J410200143/Shift F

Pengampu :
Dr. Ambarwati, M.Si

Asisten:
Muhammad Masykuri A

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
A. JUDUL
Laporan praktikum ini berjudul “Prosedur Pewarnaan Sederhana pada Kapang”.
B. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Mikroskop dengan obyek glass dan cover glass
2. Jarum ose
3. Pipet tetes
4. Bunsen

Bahan:

1. Bahan-bahan alami seperti roti berjamur dan tempe


2. Alkohol 70%
3. Laktofenol atau metilen biru
4. Kapas
C. CARA KERJA
1. Pembuatan preparat kapang dan khamir secara langsung atau sederhana
a) Disterilkan tangan dan meja kerja dengan alkohol 70%.
b) Dipijarkan jarum ose pada lidah api bunsen.
c) Diambil satu ose kapang dari bahan alami (roti busuk atau tempe) diletakkan di
atas obyek glass.
d) Diteteskan beberapa tetes laktofenol atau metilen biru di atas obyek glass.
e) Diratakan preparat dengan ose (jika preparat dibuat dari biakan kuman murni,
larutan laktofenol atau metilen biru diteteskan dulu pada obyek glass baru
ditambahkan satu ose biakan kapang murni di atasnya).
f) Ditutup preparat dengan cover glass.
g) Dilakukan langkah di atas di dekat bunsen sebagai langkah sterilisasi.
h) Diamati preparat di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah (10X) dulu.
i) Jika bayangan sudah terlihat jelas, pembesaran dapat diubah ke pembesaran
sedang (40X).
j) Digambar struktur kapang yang terlihat.
2. Cara Henricis’ slide culture atau preparat tetesan gantung
a) Dibersihkan sebuah cover glass dengan alkohol 70% dan dilakukan fiksasi pada
lidah api bunsen.
b) Disaat masih dalam keadaan panas, berikan lilin pada 2 sisi cover glass yang
berlawanan selebar 2 mm dan tebal 1 mm.
c) Diletakkan cover glass tadi pada bagian tengah obyek glass cekung yang sudah
difiksasi dengan bagian yang ada lilinnya menempel pada obyek glass cekung.
d) Dibuat suspensi spora kapang dengan cara mengambil 2 ose biakan kapang murni
dan dimasukkan ke dalam agar cair (suhu 45-50 0C).
e) Diambil suspensi spora kapang tadi dengan pipet kapiler steril dan diteteskan
suspensi di antara cover glass dan obyek glass cekung melalui bagian yang tidak
berlilin sampai suspensi mengisi setengah bagian cover glass.
f) Diinkubasi biakan tadi (obyek glass ditempatkan pada cawan petri, kemudian
ditambahkan kapas yang dibasahi aquadest steril) pada suhu 300C selama 2 X 24
jam.
g) Setelah 2 x 24 jam diambil biakan dan diamati di bawah mikroskop.
h) Pengamatan dilakukan dengan pembesaran lemah baru dengan pembesaran
sedang.
i) Digambar struktur kapang yang terlihat.
D. HASIL
No Gambar Perbesaran Keterangan Hasil yang tampak

1. Rhizopus sp:
- Memiliki
sporangiospora
10× (kotak spora).
- Sporangiospora
yang sudah tua
berwarna lebih
gelap.
- Di dalam
sporangiospora
40× terdapat spora-
spora yang banyak
Dengan dan jika sudah
menggunak matang, dia akan
an cara pecah dan
langsung mengeluarkan spora
(sederhana) yang dapat
pada tempe digunakan sebagai
alat
40× perkembangbiak-an
secara aseksual
- Sporangiospora
(kotak spora)
berbentuk bulat,
dan halus
permukaannya.
40×

2. Aspergillus sp:
- Memiliki metula.
- Konidiospora
(kotak konidia)
40× memiliki bentuk
yang tidak sehalus
permukaan dari
Rhizopus sp.
- Memiliki bagian
Dengan astrigma.
menggunak - Di dalam
an cara konidiospora (kotak
40× langsung konidia) terdapat
(sederhana) konidia dan jika
pada roti sudah matang, dia
akan pecah dan
mengeluarkan
konidia yang dapat
digunakan sebagai
alat
40× perkembangbiak-an
secara aseksual.

3, Dengan Rhizopus sp:


menggunak - Memiliki
an cara sporangiospora
10× Henricis’ (kotak spora).
slide culture - Sporangiospora
atau yang sudah tua
preparat berwarna lebih
tetesan gelap.
gantung - Sporangiospora
pada tempe (kotak spora)
40× berbentuk bulat,
dan halus
permukaannya.
- Terdapat rizoid
- Model hifanya
septat (terdapat
sekat)
- Sporangiospora
(kotak spora)
terlihat lebih jelas.

4. Aspergillus sp:
- Memiliki metula.
- Konidiospora
10× (kotak konidia)
memiliki bentuk
Dengan yang tidak sehalus
menggunak permukaan dari
an cara Rhizopus sp.
Henricis’ - Memiliki bagian
slide culture astrigma.
40× atau - Hifa terlihat sangat
preparat jelas.
tetesan - Dapat melihat
gantung pertumbuhannya.
pada roti - Morfologi terlihat
lebih utuh.
40× - Model hifanya
septat (terdapat
sekat)
E. PEMBAHASAN
Jamur atau fungi merupakan organisme eukariotik yang mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Mempunyai inti sel
2. Memproduksi spora
3. Tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis
4. Dapat berkembang biak, baik secara seksual maupun aseksual
5. Beberapa jenis mempunyai bagian-bagian tubuh berbentuk filamen dengan dinding
sel yang mengandung selulosa atau benda kitin atau keduanya.

Fungi terdiri dari dua kelompok besar yaitu kapang dan khamir. Perbedaan utama
antara kedua kelompok adalah bahwa kapang hidupnya berkoloni dan mempunyai
filamen yang membentuk miselium, sedangkan khamir merupakan sel tunggal yang tidak
berfilamen.

Menurut Soeroso (1994) kapang atau mould merupakan fungi mikroskopis yang
struktur tubuhnya atau thallusnya berupa filamen atau hifa. Hifa ini bercabang-cabang
membentuk kumpulan atau massa yang disebut miselium. Berdasarkan ada tidaknya
sekat, hifa dapat dibagi menjadi 2 yaitu

1. Hifa aseptat atau hifa yang tidak memiliki sekat, artinya hifa tersebut berupa pipa
panjang kosong tidak terbagi oleh sekat.
2. Hifa septat atau hifa yang memiliki sekat, artinya hifa yang panjang tersebut terbagi
oleh sekat menjadi bagian-bagian (seperti sel tunggal). Hifa septat ini masih dapat
dikategorikan dalam dua golongan, yaitu:
a) Hifa septat uninukleat, yaitu hifa tersebut mempunyai sekat dan antara dua sekat
terdapat satu inti sel.
b) Hifa septat multinukleat, yaitu hifa tersebut mempunyai sekat dan antara dua
sekat terdapat banyak (dua atau lebih) inti sel.

Kapang mempunyai sistem reproduksi dua macam, yaitu :

1. Reproduksi secara aseksual, yaitu pertumbuhan kapang dari sepotong miselium dan
dari spora aseksual.
Spora aseksual kapang diproduksi dalam jumlah yang banyak, ukurannya kecil,
ringan dan tahan terhadap keadaan kering. Spora ini mudah diterbangkan oleh angin
dan mampu tumbuh menjadi miselium baru di tempat lain. Menurut Dwidjoseputro
(1989) beberapa macam spora aseksual yang biasa dikenal adalah : Sporangiospora,
konidiospora, klamidospora dan artrospora.
a) Sporangiospora, spora jenis ini berupa sel tunggal yang terbentuk dalam
sporangium pada ujung sporangiofora. Contohnya pada Rhizopus dan Mucor.
b) Konidiospora, spora jenis ini bisa berupa sel tunggal maupun multisel, terbentuk
pada ujung konidiosfora dan sifatnya terbuka. Contohnya pada Penicillium dan
Aspergillus.
c) Klamidospora, spora jenis ini berupa sel tunggal, terbentuk dari bagianbagian
miselium yang membesar yang kemudian dindingnya menebal. Contohnya pada
Fusarium.
d) Artrospora, spora jenis ini berupa sel tunggal, terbentuk dari pemisahan potongan
sel hifa (miselium tidak menjadi lebih besar dari aslinya). Contohnya pada
Geotrichum.
2. Reproduksi secara seksual, yaitu pertumbuhan yang didahului dengan pembentukan
spora seksual. Kapang yang memiliki spora seksual ini disebut sebagai kapang
sempurna. Reproduksi secara seksual pada kapang umumnya terjadi setelah beberapa
generasi melakukan reproduksi secara aseksual. Salah satu contoh spora jenis ini
adalah zigospora yang berupa spora besar yang dikelilingi oleh dinding tebal.
Contohnya pada Rhizopus.
Pertumbuhan kapang pada makanan dapat dilihat dengan mudah karena
penampakannya yang berserabut seperti kapas pada awalnya, tetapi jika spora telah
timbul akan terbentuk berbagai warna tertentu tergantung dari jenis kapangnya. Ada
bermacam-macam nama, bentuk dan letak spora kapang pada pendukungnya. Pada
kapang juga dapat ditemukan berbagai bentuk atau struktur khusus yang berasal dari
perubahan dengan fungsi yang khusus pula, misalnya: stolon, rhizoid, konidiofor, sel
kaki dan lain-lain.
Namun demikian untuk mengamati struktur tertentu dari kapang tidak dapat dilihat
dengan jelas tanpa membuat preparat. Pembuatan preparat kapang dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu dengan:
a) Cara langsung (sederhana) dapat dilakukan dengan membuat ulasan dari biakan
kapang murni atau kapang dari bahan-bahan alami seperti roti, tape atau tempe
pada obyek glass. Keunggulan cara ini adalah relatif mudah dan cepat dilakukan.
Namun cara ini juga mempunyai kekurangan. diantaranya adalah :
✓ Dalam pembuatan preparat ini kita perlu berhati-hati, usahakan membuat
ulasan pada obyek glass setipis mungkin, sebab jika kurang tipis akan
menyebabkan struktur-struktur kapang menumpuk sehingga sukar dilamati.
Selain itu terkadang struktur kapang akan hancur atau pecah sehingga kita
sulit mendapatkan struktur yang utuh atau sempurna.
✓ Preparat jenis ini akan mudah mengering, bahkan mungkin akan mengering
sebelum pengamatan dilakukan. Oleh karena itu untuk mencegah agar
preparat tidak mengering perlu ditambahkan larutan laktofenol atau metilen
blue. Penggunaan metilen blue ini selain untuk mencegah pengeringan juga
dapat berperan sebagai pewarna preparat sehingga preparat yang diamati akan
lebih jelas terlihat.
b) Cara Henrici’s slide culture (biakan tetesan gantung), dilakukan dengan
menumbuhkan dulu biakan kapang murni pada medium agar pada obyek glass
cekung. Dengan cara ini struktur kapang akan lebih mudah terlihat dan lebih utuh.
Namun kekurangannya cara ini harus kita buat minimal 2 hari sebelum
pengamatan dilakukan.

Rhizopus sp

1. Pengertian
Jamur Rhizopus sp adalah fungi yang merupakan filum zygomiycota, ordo mucorales.
Ciri khas jamur ini mempunyai hifa yang membentuk rizoid yang menempel ke
subtrat. Stolon atau miselium dari jamur Rhizopus sp ini menyebar diatas subtratnya
karena hifa dari jamur ini adalah vegetative. Jamur Rhizopus sp bereproduksi dengan
cara aseksual dan memproduksi sporangifor bertangkai. Sporangifornya berpisah dari
hifa dengan hifa yang lainya oleh sebuah dinding seperti septa. salah satu spesies dari
fungi ini iyalah jamur Rhizopus sp stolonifer yang ditemukan pada roti yang sudah
basi (Santoso, 2013).
2. Morfologi
Ciri morfologi Rhizopus sp:
a) Terdiri dari benang hifa bercabang membentuk miselium.
b) Hifa tidak bersekat (bersifat sinositik).
c) Hifa atau sekat antar hifa ditemukan pada saat sel reproduksi terbentuk.
3. Habitat
a) Rhizopus stolonifer
Jamur ini biasanya disebut sebagai jamur kapang hitam roti, karena spora yang
dibentuknya berwarna hitam dan sering tumbuh pada roti (Natawijaya Saepudin
Pangesti, 2015).
b) Rhizopus oryzae
Jamur ini banyak di temukan didaerah yang beriklim tropis dan sub tropis. jamur
ini bisa diisolasi dari tanah, terdapat juga pada tempe, kacang tanah, biji-
bijian,dan juga pada air terpolusi dan pada buah dan sayur yang sudah membusuk.
c) Rhizopus oligosporus
Spesies fungi ini terdapat pada tempe dan diketahui berasal dari Negara
Jepang,Cina dan Indonesia.
d) Rhizopus nigrican
Spesies ini dapat menyebabkan kerusakan pada pangan,roti, sayur sayuran, dan
buah buahan (Santoso,2013).
4. Klasifikasi
Menurut Alexopoulos dan Mims (1979), klasifikasi Rhizopus sp sebagai berikut:
Kingdom : Mycetae
Divisi : Amastigomycota
Subdivisi : Zygomycotina
Class : Zygomycetes
Order : Mucorales
Family : Mucoraceae
Genus : Rhizopus

Gambar Rhizopus sp (Majid:2010)


Rhizopus sp mempunyai koloni yang berwarna keputihan menjadi abu-
abu kecoklatan hingga coklat kekuningan. Rizoid dari jamur ini berwarna
coklat, bercabang dan berlawanan arah dengan sporangiofor bisa muncul
langsung dari stolon tanpa adanya rizoid. Sporangiofor bisa satu atau
berkelompok kadang-kadang meyerupai garpu, dinding berduri, warna
coklat gelap hingga berwarna coklat kehitaman dengan diameter 50-200
µm. Kolumela berbentuk usia biakan, serta mencapai tinggi kurang lebih
10 mm. Stolonnya berdinding halus atau agak kasar dan hampir tidak
berwarna, sporangiospora jamur ini berbentuk bulat atau tidak, biasanya
berbentuk poliginal, terdapat garis pada permukannya dan mempunyai
panjang sekitar 4-10 µm. Klamidospora berbentuk bulat, dengan diameter
10-35 µm atau berbentuk elips dan berukuran (8-130)x(16-24) µm. Spesies
ini dapat tumbuh pada suhu optimum yaitu 350C dengan suhu minimum 5-7
0C dansuhu maksimum pertumbuhan nya yaitu 35-440C (Ganjar, 2000).

Aspergillus sp

1. Pengertian
Aspergillus sp adalah jenis jamur yang bersifat eukariotik. Ciri-ciri jamur Aspergillus
sp secara mikroskopis yaitu memiliki hifa bersepta dan bercabang, konidia muncul
dari foot cell (Miselium yang bengkak dan berdinding tebal) membawa sterigmata
dan akan muncul konida membentuk rantai bewarna hijau, coklat dan hitam
(Srikandi, 1992).
2. Klasifikasi
Menurut Syafurisal (2014), klasifikasi dari Aspergillus sp sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Divisi : Amastigomycota
Kelas : Deutromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus sp.
3. Identifikasi
Jamur Aspirgillus sp dapat dikelompokan sebagai berikut:
a) Aspergillus flavus
Aspergillus flavus merupakan fungi jenis kapang saprofit di tanah yang memiliki
peranan penting dalam megolah nutrien yang terdapat pada sisa-sisa tumbuh-
tumbuhan dan binatang. Jamur jenis ini juga terdapat pada biji-bijian yang
mengalami deteriorasi mikrobiologi dan dapat menyerang semua jenis substrat
organik dimana saja dan kapan saja kalau kebutuhan untuk tumbuh sesuai.
Kondisi ideal yang dibutuhkan untuk pertumbuhanya yalah suhu yang lebih tinggi
dari suhu optimal dan kelembaban udara yang lebih tinggi.(Scheidegger dan
Payne, 2003).
Pengamatan secara makroskopis pada Aspergillus flavus memiliki ciri-ciri yaitu,
koloni berwarna hijau kekuningan atau kuning kecoklatan dengan dengan bentuk
koloni granular dan kompak (Elmer et al, 1978).
Secara mikroskopis Aspergillus flavus memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki
konidiofor, vesikel berbentuk bulat, phialids berada di atas vesikel dan memiliki
konidia yang bulat, halus atau kasar (Koneman et al, 1992).
b) Aspergillus niger
Aspergillus niger adalah jenis jamur berfilamen, kosmopolitan dan dapat
ditemukan diberbagai tempat di alam. Jamur ini disebut sebagai keindahan. Jamur
ini memiliki konidia berasal dari kepala spora yang beradiasi dari pusat struktur,
menyerupai Aspergillus. Aspergillus terpisah secara genus, namun memiliki
kekerabatan yang dekat dengan spesies Penicillium di dalam kingdom fungi.
Koloni Aspergillus niger berwarna putih sampai kuning pada permukaan bawah
koloni yang kemudian berubah warna menjadi coklat gelap hingga hitam setelah
terbentuk konidiofor (konidia). Kepala konidia radiat.Tangkai konidia
(konidiofor) berdinding halus, hialin, tetapi sering berwarna coklat.Vesikula bulat
sampai semi bulat dengan diameter 10-100 μm. Fialid duduk pada metula dengan
ukuran 7,0 – 9,5 x 3 – 4 μm. Metula hialin sampai coklat, sering bersekat dengan
ukuran 15 – 25 x 4,5 – 6,0 μm. Konidia bulat sampai semi bulat dengan diameter
3,5 – 5 μm dan berwarna coklat dengan ornament (Noverita, 2009).
c) Aspergillus fumigatus
Aspirgillus fumigatus merupakan fungi saprotrophic yang banyak terdapat di
alam, jamur ini berbentuk kapang banyak ditemukan di tanah terdapat juga pada
pembusukan bahan organik seperti timbunan kompos dan lainya, jamur ini
memiliki peranan yang sangat penting dalam mengolah karbon dan nitrogen.
Koloni jamur menghasilkan ribuan konidiapermenit (2-3 μm) dari konidiospora
yang siap tersebar di alam yang memiliki warna abu-abu dan hijau. Jamur
Aspergillus fumigates memiliki genom haploid, jamur ini tidak mengalami siklus
seksual. Aspergillus fumigatus bereproduksi dengan pembentukan konidiospora
yang dilepaskan ke dalam lingkungan (Marvel, 2007).
Pengamatan secara makroskopis Aspergillus fumigatus memiliki ciri-ciri yaitu,
memiliki koloni yang berwarna hijau tua dengan bentuk koloni granular dan
kompak (Elmer et al, 1978). Pengamatan mikroskopis memiliki ciri-ciri memiliki
rantai oval kecil konidia yang melekat pada ujung satu atau dua baris sterigmata
yang teratur melingkar pada permukaan ujung konidiospora yang disebut vesikel
(Elmer et al, 1978).

Patogenitas jamur

Jamur Aspergillus spadalah jamur yang dapat menghasilkan Mikotoksin. Salah satu
mikotoksin yang dihasilkan adalah Aflatoksin. Aflatoksin ini bersifat karsinogenik dan
hepatotoksik. Gangguan kesehatan yang diakibatkan spora kapang akan menyerang
saluran pernapasan. reaksi alergi karena terpapar oleh spora jamur atau sel vegetative
fungi, demam, asma, penyakit pada paru-paru yang berlangsung lama dan parah,
keracunan akibat toksik yang diproduksi fungi aflatoksin yang menyebabkan kanker hati,
mikosis infeksi jamur dalam tubuh seperti histo plasmosis, kandidiasis, superficial
mikosis. Yang umum sering mencemari udara adalah Aspergillusis, yaitu tumbuhnya
kapang dari genus Aspergillus pada saluran pernapasan (Ariana Diah, 2002).

Rhizopus sp dapat menyebabkan pembusukan pada bahan pangan, buah-buahan dan


sayuran salah satu spesies nya adalah Rhizopus nigrican. Kelompok jamur ini
mempunyaisifat heterotrof, non-motile, serta berserabut, hidup dari bahan organik. Jamur
ini tersebar di seluruh penjuru dunia, sebagian besar jamur ini saprofit pada roti, keju
acar, makanan yang basah, kulit, buah-buahan dan sayuran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah sebagai berikut:


Pada umumnya pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh (Syaifuddin,2017)

1. Kebutuhan air
Sebagian jamur membutuhkan air dalam jumlah yang sangat sedikit pertumbuhannya
dibandingkan bakteri
2. Suhu pertumbuhan
Kapang dan khamir tumbuh optimal pada suhu kamar yaitu pada suhu berkisaran (25
– 30)0C akan tetapi ada beberapa spesies jamur yang bisa tumbuh pada suhu 35-
37°C-37°C dan suhu lebih tinggi contohnya adalah fungi Aspergillus sp.
3. Oksigen dan pH
Oksigen dan pH menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur karena
setiap jamur membutuhkan oksigen akan lebih baik jika dalam kondisi asam atau pH
nya rendah karena jamur itu sendiri bersifat aerobic.
4. Subtrat atau media
Secara umum jamur dapat memanfaatkan berbagai komponen dalam makanan
baik sederhana maupun yang kompleks. jamur dapat membuat enzim hidrolitik
seperti amylase, proteinase, pectinase,dan lipase. Oleh karena itu fungi bisa
tumbuh pada pangan yang mengandung pati, protein, dan lipid didalamnya.
5. Komponen penghambat
Beberapa jamur dapat mengeluarkan komponen penghambat organisme lainya
komponen ini adalah antibiotik. Ada beberapa komponen lain bersifat mikostatik
yaitu dapat mrnghambat pertumbuhan jamur atau fungisidal yaitu membunuh
jamur.
F. KESIMPULAN
1. Identifikasi untuk memperkirakan Rhizopus sp atau Aspergillus sp sebenarnya dengan
pewarnaan sederhana sudah cukup, sedangkan untuk melihat bentuk hifanya ataupun
hasilnya akan lebih baik menggunakan cara Henricis’ slide culture.
2. Pada pewarnaan sederhana hanya dapat melihat sporangiospora (kotak spora) dan
juga hifanya terlalu prodit (tidak jelas), sedangkan pada cara Henricis’ slide culture
akan tampak rizoid, hifanya jelas, dan kotak sporanya relatif terpisah.
3. Keuntungan metode Henricis’ slide culture yaitu morfologi yang didapatkan akan
relatif lebih jelas dibanding dengan pewarnaan sederhana.
4. Metode Henricis’ slide culture membutuhkan waktu yang relatif lama karena
membutuhkan inkubasi.
5. Metode pewarnaan sederhana tidak memakan banyak waktu.
G. DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Slamet. 2013. Stasistika Ekonomi plus Aplikasi SPSS. Ponorogo : Umpo Press.

Natawijaya D, Saepudin, Adam & Pangesti D. 2015. Uji Kecepatan Pertumbuhan Jamur
Rhizopus stolonifer dan Aspergillus niger yang diinokulasikan pada Beberapa Jenis Buah
Lokal. Jurnal Siliwangi. 1(1)

Srikandi Fardiaz. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Koneman E W (at al). 1992. Color Atlas and Test Book of Diagnostic Microbiologi.
Philadelphia: J.B Lippincott Company.

Noverita, F. Dinah dan S. Ernawati. 2009. Isolasi dan Uji Aktivitas Anti Bakteri Jamur
Endofit dari Daun dan Rimpang Zingiber Ottensii. Jurnal Farmasi Indonesia, 4 (4), 172.

Azwar, Saifuddin. 2017. Metode Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai