Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMEDIK II

Pertemuan 12
Pemeriksaan Uji Kekuatan Disinfektan dengan Metode Sumuran

Oleh
Nama : Sherly Nur Cahya
NIM/ SHIFT: J410200143/Shift F

Pengampu :
Dr. Ambarwati, M.Si

Asisten:
Muhammad Masykuri A

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
A. JUDUL
Laporan praktikum ini berjudul “Pemeriksaan Uji Kekuatan Disinfektan dengan Metode
Sumuran”.
B. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Cawan petri
2. Tabung rekasi
3. Rak tabung reaksi
4. Pipet ukur
5. Pelubang gabus
6. Botol timbang
7. Jarum ose
8. Bunsen
Bahan:
1. Biakan bakteri Bacillus sp
2. Formalin
3. Detol
4. Handsanitizer
5. Akuades steril
6. Alkohol 70%
7. Kapas
8. Spirtus
C. CARA KERJA
1. Disterilkan tangan dan meja kerja dengan alkohol 70%.
2. Dibuat suspensi bakteri Bacillus sp, caranya diambil satu ose biakan bakteri dan
dimasukkan pada 10 ml akuades steril dalam tabung reaksi.
3. Dibuat piaraan agar cawan dari Bacillus sp, caranya diambil 1 mL suspensi Bacillus
sp, ditambahkan media NA cair, diratakan dan dipadatkan.
4. Cawan petri dibagi menjadi 4 juring (dibuat dengan spidol di bagian bawah cawan
petri), dan diberi label.
5. Dibuat lubang sumuran pada agar cawan dengan pelubang gabus diameter 6 mm.
6. Dimasukkan sebanyak 10 mikrolit Formalin ke sumuran di salah satu juring, sesuai
dengan labelnya.
7. Dengan cara yang sama dimasukkan 10 mikrolit detol, handsanitizer dan akuades
steril (kontrol) ke masing-masing sumuran di masing-masing juring sesuai dengan
labelnya.
8. Semua piaraan diinkubasi pada suhu 35 0C selama 24 jam.
9. Diamati pertumbuhan bakteri dan terbentuknya daerah hambatan (daerah yang tidak
ditumbuhi bakteri).
10. Ditentukan berturut-turut disinfektan mana yang membentuk daerah hambatan dari
yang paling besar.
D. HASIL
No Gambar Keterangan

1. Formalin:
- Memiliki hambatan yang paling
besar.
- Hasil pengukuran hambatan
desinfektan formalin yaitu 50
mm.
- Dikategorikan penghambatan
kuat.

2. Dettol:
- Memiliki hambatan yang besar
setelah formalin.
- Hasil pengukuran hambatan
desinfektan formalin yaitu 29
mm.
- Dikategorikan penghambatan
kuat.

3. Handsanitizer:
- Tidak memiliki hambatan.

Kontrol:
- Tidak memiliki hambatan.
E. PEMBAHASAN
Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan. Metode
difusi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu metode silinder, metode lubang/sumuran dan
metode cakram kertas. Metode lubang/sumuran yaitu membuat lubang pada agar padat
yang telah diinokulasi dengan bakteri. Jumlah dan letak lubang disesuaikan dengan
tujuan penelitian, kemudian lubang diinjeksikan dengan ekstrak yang akan diuji. Setelah
dilakukan inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya daerah
hambatan di sekeliling lubang (Kusmayati dan Agustini, 2007).
Desinfektan adalah zat kimia yang mematikan sel vegetatif belum tentu
mematikan bentuk spora mikroorganisme penyebab suatu penyakit. Desinfektan
digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada benda-benda mati
seperti meja, lantai, objek glass dan lain-lain.
Semakin kuat penghambatannya semakin efektif digunakan. Kerusakan yang
ditimbulkan komponen antimikroba dapat bersifat mikrosidal (kerusakan tetap) atau
mikrostatik (kerusakan sementara yang dapat kembali). Suatu komponen akan bersifat
mikrosidal atau mikrostatik tergantung pada konsentrasi dan kultur yang digunakan.
Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain: gangguan pada senyawa penyusun dinding sel,
peningkatan permeabilitas membran sel yang dapatmenyebabkan kehilangan komponen
penyusun sel, menginaktivasi enzim, dan destruksi atau kerusakan fungsi material
genetik.
Bacillus sp adalah bakteri gram positif dimana selnya sebagian besar (90%) terdiri
dari lapisan peptidoglikan dan lapisan tipis asam teikoat (Fardiaz, 1989). Asam teikoat
menyebabkan permukaan sel bakteri gram positif bersifat polar dan mempunyai muatan
negatif. Sifat ini akan mempengaruhi laju penetrasi molekul-molekul ke dalam sel yang
akhirnya dapat menyebabkan kebocoran sel.
1. Metode sumuran pada formalin
Zona bening terjadi karena antimikroba akan mengakibatkan pembentukan cincin-
cincin hambatan di dalam area pertumbuhan bakteri yang padat sehingga tak ada
bakteri yang tumbuh di dalam cincin tersebut. Keampuhan suatu antimikroba dapat
dilihat dari seberapa besar zona bening yang terbentuk akibat berdifusinya zat
antibiotika tersebut, Antimikroba yang berbeda memiiki laju difusi yang berbeda
pula, karena itu keampuhan antimikroba satu sama lain tidak sama (Wilson 1982).
Formaldehid membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi
(kekurangan air). Menurut Dewi (2010) unsur aldehida didalamnya bersifat mudah
bereaksi dengan protein, karena ketika dimasukan ke media, formalin akan mengikat
unsur protein mulai dari bagian permukaan hingga terus meresap ke bagian dalam.
Protein yang telah rusak, tidak akan digunakan bakteri untuk bermetabolisme dan
menghasilkan energi, sehingga tidak terjadi pertumbuhan bakteri kerena sumber
nutrien untuk tumbuh telah dirusak oleh antibiotik formalin.
Praktikum ini menggunakan metode sumuran, kelebihan metode ini yaitu lebih
mudah mengukur luas zona hambat yang terbentuk karena isolat beraktivitas tidak hanya
di permukaan agar tetapi juga sampai bawah, sedangkan kekurangannya yaitu pada
metode ini, media sangat rentan terkontaminasi pada saat pembuatan lubang dan
memasukan sampel karna sering membuka cawan dari pada metode seperti difusi disk.
Prinsip metode ini adalah membuat lubang pada agar yang telah diinokulasi
dengan bakteri, kemudian larutan diteteskan pada lubang sumuran yang telah
dibuat.Penghambatan pertumbuhan mikroorganisme terlihat adanya zona hambat
(wilayah jernih) disekitar lubang sumuran.
Menurut Nedialkova & Naidenova, 2005, kekuatan suatu antibiotik dalam
menghambat pertumbuhan bakteri uji dapat dikategorikan sebagai berikut:
✓ Jika diameter daerah hambatan (termasuk diameter kertas cakram 6 mm) 7-15
mm, maka dikategorikan penghambatan lemah.
✓ Jika diameter daerah hambatan (termasuk diameter kertas cakram 6 mm) 16-25
mm, maka dikategorikan penghambatan sedang.
✓ Jika diameter daerah hambatan (termasuk diameter kertas cakram 6 mm) Lebih
dari 25 mm, maka dikategorikan penghambatan kuat.
F. KESIMPULAN
1. Pada kontrol negatif tidak terjadi hambatan.
2. Bakteri Bacillus sp termasuk bakteri gram positif.
3. Formalin dan detol dikategorikan penghambatan kuat.
4. Pada handsanitizer tidak memiliki hambatan.
5. Hasil pengukuran uji kekuatan formalin: 50 mm dikategorikan penghambat kuat,
hasil pengukuran uji kekuatan dettol: 29 mm dikategorikan penghambat kuat,
handsanitizer dan kontrol tidak memiliki hambatan.
6. Jenis desinfektan yang mempunyai efektivitas paling baik dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus sp adalah formalin.
7. Semakin kuat penghambatannya semakin efektif digunakan.

G. DAFTAR PUSTAKA
Agustina Retnaningsih, Annisa Primadiamanti, dan Intan Marisa. 2019. Uji Daya Hambat
Ekstrak Etanol Biji Pepaya Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Shigella dysentriae
dengan Metode Difusi Sumuran. Jurnal Analis Farmasi, 4(2): 122 – 129.

Kusmayati, Agustini, N.W.R., 2007. Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dari mikroalga
(Porphyridium cruentum). Jurnal Biodiversitas, 8(1): 48-53.

Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang


Press.

Pelczar M.J. dan Chan. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 1. Jakarta: UI Press.

Wilson Gisvold. 1982. Buku Teks Wilson dan Gisvold Kimia Farmasi dan Medisinal
Organik. Semarang: IKIP Semarang Press.

Anda mungkin juga menyukai