Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI

Mata Kuliah : PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

RESISTENSI MIKROBA TERHADAP

ANTIMIKROBA

OLEH :

NAMA : SITI WARDANI


NIM : 4171141045
Jurusan : BIOLOGI
Program : PENDIDIKAN BIOLOGI (S1)
Kelompok : 2 (DUA)
Tgl. Pelaksanaan : 14 NOVEMBER 2019

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2019
I. JUDUL PERCOBAAN : RESISTENSI MIKROBA TERHADAP
ANTIMIKROBA
II. TUJUAN PENELITIAN:
1. Untuk mengetahui kepekaan bakteri terhadap antibiotik yang sering digunakan
2. Untuk megetahui teknik uji sensitivitas
3. Untuk mengetahui kegunaan dari antibiotik

III. TINJAUAN TEORITIS :

Uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan
bakteri terhadap zat anti bakteri dan untuk mengetahui senyawa murniyang memiliki aktivitas
anti bakteri. Metode uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan
mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang
rendah. Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan
bakteriterhadap zat anti bakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri. Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur
Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode
ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan
terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat anti bakteri.
Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat
antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang
terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif (Waluyo, 2008).

Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap anti
biotik atau sensitivitas adalah kepekaan suatu anti biotik yang masih baik untuk memberikan
daya hambat terhadap mikroba. Uji sensitivitas terhadap suatu antimikroba untuk dapat
menunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap mikroba. Suatu
penurunan aktivitas antimikroba akan dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat
ditunjukkan oleh metode kimia, sehingga pengujian secara mikrobiologis dan biologi
dilakukan. Biasanya metode merupakan standar untuk mengatasi keraguan tentang
kemungkinan hilangnya aktivitas antimikroba (Djide, 2008).

Resistensi bakteri terhadap antibiotik merupakan suatu yang alamiah. Namun,


penggunaan antibiotik secara terusmenerus tanpa memperhatikan dosis, akan mempercepat
proses resistensi antibiotik tersebut. Bakteri akan membuat mekanisme mempertahankan diri
karena paparan yang terus-menerus oleh antibiotik. Bahaya resistensi antibiotika merupakan
salah satu masalah yang dapat mengancam kesehatan masyarakat. Hampir semua jenis bakteri
saat ini menjadi lebih kuat dan kurang responsif terhadap pengobatan antibiotika. Bakteri
Resisten antibiotik adalah bakteri yang tidak dapat terkontrol atau dibunuh oleh antibiotik.
Bakteri mampu bertahan dan berkambang biak terhadap antibiotik. Kebanyakan bakteri
penyebab infeksi dapat menjadi resisten terhadap beberapa antibiotik Walewangko, dkk.
2015).

Antibiotik lainnya seperti amoksisilin memiliki tingkat resistensi sebesar 67,16%


sehingga sering dikombinasikan dengan asam klavulanat karena asam klavulanat merupakan
inhibitor beta-laktamase yang dapat melindungi amoksisilin dari hidrolisis beta-laktamase.
Namun, mekanisme resistensi itu tak hanya melalui produksi enzim β-Lactamase yang dapat
merusak antibiotik golongan β-Lactam, tetapi juga melalui perubahan pada penicilline binding
protein (PBP) dan terjadi pengurangan ataupun peningkatan masuk atau keluarnya dengan
mekanisme efflux serta enzim autolisin bakteri tidak bekerja sehingga timbul toleransi bakteri
terhadap obat. Antibiotik dikenal ada dua tipe, yaitu antibiotik yang bersifat bakteriostatik
dengan aktivitas menghambat perkembangan bakteri dan memungkinkan sistem kekebalan
inangnya mengambil alih sel bakteri yang dihambat, contohnya tetrasiklin. Tipe kedua ialah
antibiotik yang bersifat bakterisidal yang dapat membunuh bakteri dengan cara menghambat
pembentukan dinding sel dan bersifat toksik pada sel bakteri, contohnya penisilin (Pratiwi,
2017).

Staphylococcus aureus merupakan patogen oportunistik yang berkolonisasi di


permukaan kulit dan mukosa individu. 30-50% bakteri tersebut berkolonisasi pada individu
yang sehat dan sepuluh sampai dua puluh persennya menetap secara persisten pada individu
itu. Bakteri tersebut mampu menimbulkan penyakit-penyakit yang berspektrum luas pada
manusia dimulai dari penyakit yang disebabkan oleh toxin, seperti toxic shock syndrome,
sampai dengan penyakit-penyakit yang mematikan seperti septicemia, endocarditis,
pneumonia, dan osteomyelitis. Amoxicillin digunakan untuk mengatasi infeksi yang
disebabkan oleh bakteri gram negatif (Haemophilus Influenza, Escherichia coli, Proteus
mirabilis, Salmonella). Amoxicillin juga dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang
disebabkan oleh bakteri positif (seperti; Streptococcus pneumoniae, enterococci,
nonpenicilinase-producing staphylococci, Listeria) tetapi walaupun demikian,
aminophenisilin, amoxicillin secara umum tidak dapat digunakan secara sendirian untuk
pengobatan yang disebabkan oleh infeksi streprococcus dan staphilococcal (Mardiah, 2017).
IV. ALAT DAN BAHAN :
A. ALAT

No. Nama Alat Jumlah


1. Tabung reaksi 1 buah
2. Bunsen 1 buah
3. Cawan petri 2 buah
4. Pipet tetes 1 buah
5. Mortal 1 buah
6. Mesin vortex 1 buah
7. Plastik wrap 1 buah

B. BAHAN

No. Nama Bahan Jumlah


1. Media NA Secukupnya
2. Aquades 9 ml
3. Suspensi bakteri E. Coli dan 1 ml
Stapilococus
4. Antibiotik (Amoxillin, Ampisilin,
Ciptofloxin, Cefadroxil, 1 tablet/kapsul
Chlorampenil)
V. PROSEDUR KERJA :

No. Prosedur Kerja


1. Siapkan antibiotik seperti ampsillin, kemudian gerus menggunakan
mortal

2. Tabung reaksi diisi dengan 9 ml aqudes dan masukkan bubuk antibiotik


yang sudah digerus kedalam tabung reaksi

3. Homogenkan menggunakan mesin vortex

4. Tuang suspensi masing-masing bakteri ke dalam cawan petri sebanyak 1


ml
5. Lalu tuang media NA kedalam cawan petri yang telah terisi bakteri,
tunggu hingga media mengeras

6. Buat sumur atau lubang ditengah media yang sudah mengeras

7. Teteskan 1-2 antibiotik yang sudah homogen ke dalam sumur atau


lubang yang telah dibuat tadi

8. Inkubasikan pada suhu 37˚C selama 24 jam

9. Ukur diameter penghambatnya (zona bening) disekitar cakram


VI. HASIL DAN PEMBAHASAN :
A. TABEL HASIL PENGAMATAN

No Sampel Antimikroba Dokumentasi Diameter


(zona bening)
1. E.coli - Ciprofloxin

33,8 mm

- Ampisillin

26,4 mm

- Cepadroxil

43,8 mm

- Chlorampenil

Tidak ada zona

- Amoxillin

15,4 mm
2. Staphylococcus - Ciprofloxin

36,9 mm

- Ampisillin

20,9 mm

- Cepadroxil

45 mm

- Chlorampenil

41,7 mm

- Amoxillin

20,1 mm
B. PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan metode tuang untuk menentukan
zona bening pada bakteri didapatkan bahwa pada bakteri E.coli dengan menggunakan
antimikroba (antibiotik) yang berbeda didapatkan diameter zona beningnya yaitu, Ciprofloxin
(33,8 mm), Ampisillin (26,4 mm), Cepadroxil (43,8 mm), Chlorampenil (tidak ada zona
bening), Amoxillin (15,4 mm). Sedangkan pada bakteri Staphylococcus juga dengan
menggunakan antimikroba (antibiotik) yang berbeda didapatkan diameter zona beningnya
yaitu, Ciprofloxin (36,9 mm), Ampisillin (20,9 mm), Cepadroxil (45 mm), Chlorampenil (41,7
mm), Amoxillin (20,1 mm).

Pada data terdapat antibiotik yang tidak bisa menghambat pertumbuhan bakteri
dikarenakan antibiotik yang digunakan tidak spesifik terhadap bakteri yang ditanam didalam
media, ataupun terjadi resistensi bakteri terhadap antibiotik tersebut dengan berbagai
mekanisme.

Mekanisme kerja antibiotik antara lain :

1. Menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga menghambat perkembang biakan


dan menimbulkan lisis. Contoh : penisilin dan sefalosforin.
2. Mengganggu keutuhan membrane sel, mempengaruhi permeabilitas sehingga
menimbulkan kebocoran dan kehilangan cairan intraseluler. Contoh : nistatin.
3. Menghambat sintesis protein sel bakteri. Contoh : tetrasiklin, kloramfenikol,
eritromisin.
4. Menghambat metabolisme sel bakteri. Contoh : sulfonamide.
5. Menghambat sintesis asam nukleat. Contoh : rifampisin dan golongan kuinolon.

Sifat antibiotik sebaiknya menghambat atau membunuh mikroorganisme patogen tanpa


merusak inang, bersifat bakterisid, tidak menyebabkan resistensi pada kuman, tidak bersifat
alergenik atau tidak menimbulkan efek samping bila digunakan dalam jangka waktu lama,
larut dalam air, serta stabil.

Bakteri dapat menjadi resisten terhadap antibiotik melalui beberapa cara. Beberapa
bakteri dapat menetralkan antibiotik. Bakteri lainnya dapat mengubah struktur luar bakteri
sehingga antibiotik tidak bisa menempel pada bakteri untuk membunuhnya. Setelah terkena
antibiotik, terkadang salah satu bakteri dapat bertahan hidup karena menemukan cara untuk
melawan antibiotik. Jika satu bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik, bakteri dapat
melipat gandakan diri kemudian mengganti semua bakteri yang terbunuh.
VII. KESIMPULAN :

1. Pengujian kepekaan terhadap antibiotik ditujukan untuk memprediksi kesuksesan atau


kegagalan in vitro terapi antibiotik. Pengujian ini dilakukan secara in vitro untuk
menentukan respon pertumbuhan dari bakteri patogen yang sudah diisolasi terhadap
antibiotik tertentu.
2. Teknik uji sensivitas menggunakan bakteri E.coli, antibiotik. Uji sensitivitas antibiotik
dari yang sensitiv adalah uji untuk mengidentifikasi bkteri yang sensitiv terhadap suhu
antibiotik.
3. Kegunaan antibiotik yaitu baik mikroba peka terhadap antibiotik yang digunakan maka
natibiotik akan menumbuh patogen atau menghalangi pertumbuhannya, bila mikroba
resistensi terhadap antibiotik maka antibiotik tidak akan membunuh mikroba atau
menghalangi pertumbuhannya.
VIII. DAFTAR PUSTAKA :

Djide M, Natsir. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Mardiah. 2017. Uji Resistensi Staphylococcus aureus Terhadap Antibiotik, Amoxillin,


Tetracyclin dan Propolis. Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan. Vol 8 (16): 1-6

Pratiwi, Rina Hidayati. 2017. Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen Terhadap Antibiotik.
Jurnal Pro-life. Vol 4 (3): 418-422

Walewangko, Gabriela V. Vh, dkk. 2015. Uji Resistensi Bakteri Escherichia Coli Yang Di
Isolasi Dari Plak Gigi Menggunakan Merkuri Dan Ampisilin. Jurnal e-Biomedik. Vol 3
(1): 118-123

Waluyo, Dud. 2008. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang: MM Press.

MEDAN, 21 NOVEMBER 2019

DOSEN/ ASISTEN PRAKTIKAN

Siti wardani

NIP/NIM : NIM : 4171141045

Anda mungkin juga menyukai