Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum ke-10 Hari/tanggal : Selasa/ 9 April 2019

Mikrobiologi Akuatik Waktu :08.00-11.00 WIB


Dosen : Muhammad Arif Mulya, SPi
Wida Lesmanawati, SPi MSi
Dosen asisten : Fadhil Setiawan
Laras Cica Marsela
Indah Febristi Grahanny,AMd

Pengaruh Bahan Antimikroba terhadapViabilitas Bakteri

Disusun oleh:
Kelompok 1
Desty Mega Oktavia J3H818114

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN


PERIKANAN BUDIDAYA
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar belakang
Bakteri bersifat ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan.
Bakteri biasa digunakan sebagai probiotik bagi ikan dan bakteri yang merugikan
bisa mengakibatkan penyakit. Penyakit ikan dalam kegiatan budidaya dapat
mengakibatkan kerugian ekonomis, semua itu berhubungan dengan lingkungan
tempat hidup ikan dikarenakan didalamnya terdapat berbagai jenis mikroorganisme
serta polusi. Mikroorganisme dalam melakukan segala aktivitas hidupnya, tentu
dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama faktor lingkungan dan unsur ekologi.
Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup mikroba
dikelompokkan menjadi faktor abiotik dan biotik (Kusnadi 2003).
Mikroba ialah jasad renik yang mempunyai kemampuan sangat baik untuk
bertahan hidup. Jasad tersebut dapat hidup hamper di semua tempat di permukaan
bumi. Mikroba mampu beradaptasi dengan lingkungan yang sangat dingin hingga
lingkungan yang relative panas, dari ligkungan yang asam hingga basa.
Berdasarkan peranannya, mikroba dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
mikroba menguntungkan dan mikroba merugikan (Afriyanto 2005).
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau
menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa
antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya
atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan
berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer
dan sebagainya (Lutfi 2004).
Antibiotika pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun
1929, yang secara kebetulan menemukan suatu zat antibakteri yang sangat efektif
yaitu penisilin. Penisilin ini pertama kali dipakai dalam ilmu kedokteran tahun 1939
oleh Chain dan Florey. antbiotik ialah suatu bahan kimia yang dikeluarkan oleh
jasadrenik/hasil sintetis semi-sintetis yang mempunyai struktur yang sama dan zat
ini dapatmerintangi/memusnahkan jasad renik lainnya (Widjajanti 1996).
Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil
maupun spiril,dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebaliknya, suatu antibotik
yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotik yang spektrumnya
sempit. Penisilin hanya efektif untuk memberantas terutama jenis kokus, oleh
karena itu penisilin dikatakan mempunyai spektrum yang sempit. Tetrasiclin efektif
bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu. Oleh karena itu tetrasiclin dikatakan
mempunyai spectrum luas (Dwidjoseputro 2003).
Zona bening di sekitar kertas cakram dapat menunjukkan adanya aktivitas
antibakteri. Luas zona bening sangat dipengaruhi oleh adanya antibaktei fraksi
tersebut. Apabila semakin luaas zona bening yang didapat, hal ini menunjukkan
bahwa semakin baik antimikroba yang digunakan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi aktivitas mikroba yaitu pH lingkugan,
komponenkomponenperbenihan, stabilitas obat, besarnya inokulumbakteri, masa
pengeraman, dan aktivitas metabolik mikroorgnisme (Melnick 2001).
Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk
menguji aktivitas antimikroba, metode difusi dapat dilakukan 3 cara yaitu metode
silinder, lubang dan cakram kertas. Cakram kertas yang mengandung obat tertentu
tersebut ditanam pada media pembenihan agar padat yang telah dicampur dengan
mikroba uji. Kemudian diinkubasi pada suhu tertentu selama 18-24 jam.
Selanjutnya diamati adanya daerah jernih di sekitar kertas cakram yang
menunjukkan tidak adanya pertumbuhan mikroba (Wattimena 1987). Bahan
antimikroba sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup bakteri. Akan tetapi
tidak semua bahan antimikroba berpengaruh terlalu kuat terhadap bakteri. Hal ini
dipengaruhi oleh jenis bakteri dan bahan antimikroba itu sendiri. Bahan
antimikroba dapat menghambat perkembangbiakan bakteri (bakteriostatik), bahkan
ada yang sanggup membunuhnya (bakteriosida)., dengan tahapan sebagai berikut,
yaitu merusak membran, mendenaturasi protein, menghambat pembentukan
dinding sel, dan mengganggu sintesis protein. Pada praktikum kali ini digunakan
berbagai macam bahan antimikroba seperti formalin, alkohol, dan antibiotik.
Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) gangguan pada senyawa
penyusun dinding sel, (2) peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat
menyebabkan kehilangan cairan sel, (3) menginaktivasi enzim, dan (4) destruksi
atau fungsi material genetik (Susrama 2012).

Tujuan
Untuk mengamati dan mengetahui pengaruh berbagai bahan antimikroba
terhadap viabilitas bakteri.
METODOLOGI

Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada Selasa, 9 April 2019 pukul 08.00-11.00
WIB bertempat di Laboratorium Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan
Budidaya PSDKU, Sukabumi.

Alat dan bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bunsen, media TSA dalam
cawan petri, pinset, tisu, kertas cakram, mikropipet, batang penyebar, korek api,
dan kertas label. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah alkohol 70%,
larutan antibiotik, larutan ekstrak pace-pace, larutan formalin 10%, larutan
fisiologis, bakteri Bacillus sp, dan bakteri Aeromonas hydrophylla.

Prosedur Kerja
Langkah pertama yaitu semua alat dan bahan disiapkan. Tangan praktikan
dan meja kerja disterilkan dengan Alkohol 70% lalu dilap dengan tisu. Bunsen
dinyalakan dengan menggunakan korek api. Bakteri yang terdapat di dalam
eppendorf, diambil sebanyak 0,1 ml mengunakan pipet mohr kemudian
dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi media TSA. Kemudian bakteri sudah
ada dalam media TSA, diratakan secara menyeluruh pada media TSA dengan
menggunakan spreader atau batang penyebar. Lalu media yang telah rata oleh
bakteri dibagi menjadi empat bagian menggunakan spidol kemudian diberi label
agar tidak tertukar. Kertas cakram yang berbentuk lingkaran kecil dibasahi oleh
bahan antimikroba yaitu alkohol 70%, larutan antibiotik, larutan ekstrak pace-pace,
larutan formalin 10% lalu diletakkan dibagian yang sudah ditentukan, sedangkan
untuk larutan fisiologis digunakan sebagai pembanding dan diletakkan ditengah-
tengah media TSA. Setalah itu cawan petri diwrap dan dibungkus dengan plastik,
kemudian diinkubator selama 18-24 jam. Setelah itu, esok harinya diamati tiap
masing-masing cawan yang berisi bahan antimikroba yang ditanam dengan cara
diukur daya hambat menggunakan mistar.
PEMBAHASAN
Hasil
Berikut merupakan data dari hasil praktikum Pengaruh Bahan Mikroba
Terhadap Viabiltas Bakteri. Disajikan pada Tabel. 1
Tabel 1 Hasil Pengaruh Bahan Antimikrobia Terhadap Viabilitas Bakteri

Zona Hambat
Larutan
Aeromonas hydriphila Bacillus sp.

Larutan Fisiologis

Diameter = 0 Diamter = 0

Formalin

Diameter = 3,7 cm Diameter = 4,1 cm

Alkohol

Diameter = 0
Diameter = 0

Antibiotik

Diameter = 0,6 cm Diameter 1,8 cm

Pace-Pace
Diameter = 0,7 cm Diameter = 1 cm

Berdasarkan Tabel. 1 didapatkan hasil bahwa formalin mempunyai diameter


lingkaran terbesar pada bakteri Aeromonas hydrophila maupun bakteri Bacillus sp.,
sedangkan alkohol memiliki diameter lingkaran terkecil pada bakteri Aeromonas
hydrophila dan tidak memiliki diameter lingkaran di bakteri Bacillus sp, sedangkn
larutan fisiologis digunakan sebagai kontrol dalam praktikum ini.

Pembahasan
Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme tertentu
yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri atau bahkan
membunuh bakteri walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Antibiotik
digunakan untuk menghentikan aktivitas mikroba pada jaringan tubuh makhluk
hidup sedangkan disinfektan bekerja dalam menghambat atau menghentikan
pertumbuhan mikroba pada benda tak hidup, seperti meja, alat gelas, dan lain
sebagainya. Bahan antimikroba berfungsi untuk mematikan, merusak,
menghambat pertumbuhan dari mikroba. Antimikroba bekerja dengan cara
merusak dinding sel atau merusak protein dari mikroba sehingga mikroba tersebut
mati. Bahan antimikroba bekerja dengan beberapa mekanisme yaitu membunuh
dirinya sendiri, mempertahankan hidupnya, dan melawan bakteri lain (Widjajanti
1996).
Hal ini karena kemampuan zat antibakteri akan berbeda untuk setiap bahan
yang berbeda. Menurut (Pelczar 2006) senyawa anti bakteri memiliki kemampuan
yang berbeda untuk menghambat pertumbuhan bakteri tergantung jenis senyawa
dan jenis bakterinya. Alkohol diatas 40% merupakan bahan yang efektif membunuh
bakteri. Menurut Harrington dan Weikel (1957) dalam Firmansyah (2005) pada
perlakuan kering, konsentrasi alkohol 60 – 70 % paling efektif untuk menghambat
pertumbuhan bakteri. Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat
dibedakan atas beberapa kelompok sebagai berikut merusak dinding sel,
mengganggu permeabilitas sel, merusak molekul protein dan asam nukleat,
menghambat aktivitas enzim, menghambat sintesa asam nukleat. Aktivitas anti
mikroba yang dapat diamati secara langsung adalah perkembangbiakannya. Oleh
karena itu mikroba disebut mati jika tidak dapat berkembang biak.
Menurut Olson (1999) dalam Fithratyrrah (2005) formalin dapat digunakan
untuk mensterilkan peralatan kedokteran, desinfektan untuk pembersih lantai,
kapal, gudang, dan pakaian, sebagai germisida dan fungisida pada tanaman dan
sayuran. Bahan ini juga efektif sebagai pembasmi lalat dan serangga lainnya serta
digunakan untuk mengawetkan spesimen biologi, termasuk mayat dan kulit.
Ekstrak pace-pace (Leucas sp.) merupakan bahan fitofarmaka yang digunakan,
berfungsi dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Hasan and Tahir (2004) dalam Suparman (2005) yang menyatakan
bahwa pace-pace mengandung flavonoid yang memiliki kemampuan sebagai
antibakteri dan antifungal.
Menurut Lunggana (2002) larutan fisiologis merupakan garam NaCl yang
mempunyai keseimbangan kepekatan larutan dengan kepekatan cairan tubuh
(isotonik). Pemberian larutan fisiologis pada mikroba tidak akan membentuk zona
bening karena bahan ini tidak berfungsi sebagai antimikroba. Dalam praktikum
larutan fisiologis dapat membentuk zona bening.
Keampuhan suatu antimikroba dapat dilihat dari seberapa besar zona bening
yang terbentuk akibat berdifusinya zat antibiotika tersebut, Antimikroba yang
berbeda memiiki laju difusi yang berbeda pula, karena itu keampuhan antimikroba
satu sama lain tidak sama (Wilson 1982).

KESIMPULAN
Berdasarkan data yang telah diperoleh untuk praktikum pengaruh bahan
antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
bahan kimia seperti larutan alkohol, larutan formalin dan senyawa kimia lainnya
merupakan zat antibakteri yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme
melalui penghambatan pertumbuhan bakteri. Cara kerja dari zat antibakteri tersebut
diantaranya dengan mendenaturasi protein, merusak membran, mengganggu
sistematis protein dan menghambat pembentukan dinding sel. Senyawa antibakteri
mengandung zat kimia khusus yang dapat berfungsi untuk membunuh bakteri,
sehingga bahan atau larutan tersebut sangat efektif dan berpengaruh untuk
menghambat pertumbuhannya bakteri. Namun tidak untuk larutan fisiologis atau
garam NaCl karena larutan ini mempunyai keseimbangan kepekatan larutan dengan
kepekatan cairan tubuh (isotonik) sehingga tidak berfungsi sebagai zat antimikroba.

SARAN
Sebaiknya saat praktikum disediakan bakteri lain selain Aeromonas
hydrophilia dan Bacillus sp sehingga dapat mengetahui bakteri yang sangat cocok
pada beberapa bahan antimikroba yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta


Jawetz, Melnick, dan Aldelberg.2001. Mikrobiologi Kedokteran buku1. Salemba.
Medika.Surabaya.
Lutfi, Ahmad, 2004, Kimia Lingkungan, Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta.
Singh, g., Singh, o.p. & Maurya, s. (2002).Chemical and biocidal investigations
onessential oils of some Indian Curcuma species. Progress in Crystal
Growth and Characterization of Materials 45: 75-81. [Online].
Wattimena.1987. Diktat Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Lab ultur Jaringan
Tanaman PAU Bioteknologi IPB .Bogor.
Widjajanti, U, Nuraini, 1996. Obat-obatan. Kanisus, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai