Disusun oleh:
Kelompok 6
Kristin Novita Simanihuruk J3H218126
Latar belakang
Antimikorba adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,
zat tersebut memiliki khasiat atau kemampuan untuk mematikan/menghambat
pertumbuhan kuman sedangkan toksisitas terhadap manusia relative kecil.
Pernyataan tentang definisi antimikroba menurut Waluyo (2004), antimikroba
merupakan suatu zat-zat kimia yang diperoleh atau dibentuk dan dihasilkan oleh
mikroorganisme, zat tersebut mempunyai daya penghambat aktivitas
mikororganisme lain meskipun dalam jumlah sedikit. Pengertian antimikroba
menurut Entjang (2003) dalam Rostinawati (2009), antimikroba adalah zat kimia
yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang mempunyai khasiat antimikroba.
Beberapa sifat yang perlu dimiliki oleh zat antimikroba menurut Waluyo (2004)
adalah untuk menghambat atau membunuh mikroba patogen tanpa merusak inang,
bersifat bakterisida dan bukan bakteriostatik, tidak menyebabkan resistensi pada
kuman atau mikorba, tidak menimbulkan alergenik atau menimbulkan efek
samping bila digunakan dalam jangka waktu lama dan zat antimikroba dapat larut
dalam air dan stabil.
Banyak tanaman yang dapat dijadikan obat infeksi yang disebabkan oleh
mikroba. Banyak penelitian yang berkaitan tentang berbagai tumbuhan yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba. Setiap bagian dari tumbuhan dapat
digunakan sebagai antimikroba selama bagian tumbuhan tersebut mempunyai
kandungan senyawa antimikroba. Dalam satu bagian tumbuhan dapat terkandung
berbagai macam senyawa, namun memiliki kadar yang berbeda dengan bagian
tumbuhan yang lain. Bagian tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan
antibakteri seperti daun, buah, biji, kulit batang, akar, rempah-rempah dan lainnya.
Terdapat banyak penelitian tentang uji daya antimikroba dengan menggunakan
tumbuhan herbal, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Manu (2013)
untuk mengetahui daya antimikroba menggunakan bahan daun beluntas (Pluchea
indica L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan
Pseudomonas aeruginosa. Tanaman beluntas merupakan salah satu tanaman dari
suku Asteraceae yang mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, minyak
atsiri, asam klorogenik, natrium, kalium, magnesium, dan fosfor serta akarnya
mengandung flavonoid dan tanin (Agoes, 2010 dalam Manu, 2013). Daun
beluntas melalui proses maserasi dan dilarutkan dengan etanol 80% untuk
mendapat ekstrak kemudian diujikan daya antimikroba dengan metode difusi agar
menggunakan cylinder cup. Hasil dari penelitian dari ekstrak etanol daun
beluntas memberikan diameter daya hambat antara 1,203 cm - 1,593 cm terhadap
Staphylococcus aureus; 1,051 cm - 1,430 cm terhadap Bacillus subtilis dan 1,143
cm - 1525 cm terhadap Pseudomonas aeruginosa. Penelitian lain memanfaatkan
daun lidah buaya (Aleo barbadensis, Miller) untuk menguji daya hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli
ATCC 25922, kedua bakteri yang menyebabkan banyak terjadinya infeksi. Lidah
buaya diketahui memiliki kandungan zat aktif antara lain saponin, sterol,
acemannan dan antrakuinon (Furnawanthi, 2004 dalam Ariyanti, dkk, 2012).
Penelitian dilakukan oleh Ariyanti, dkk (2012) menggunakan metode Kirby Baure
untuk menguji tingkat kepekaan bakteri uji melalui zona hambat yang terbentuk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya memiliki kemampuan
untuk penghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi
100% dan bakteri Echerichia coli pada konsentrasi 75%. Curcuma sp. diketahui
mengandung senyawa aktif antara lain terpenoid, flavonoid, minyak atsiri, fenol
dan kurkuminoid yang berfungsi sebagai antimikroba sehingga sering digunakan
dalam ramuan tadisional (Rukmana, 2010). Penelitian uji daya antimikroba
menggunakan Curcuma sp. dilakukan oleh Adila, dkk (2013) dengan bakteri uji
Staphylococcus aureus, Echerichia coli dan Candidas albicans. Tumbuhan lain
yang diketahui dapat menghambat pertumbuhan bakteri adalah daun salam. Daun
salam (Syzygium polyantum) mempunyai kandungan zat aktif seperti flavonoid,
tannin dan minyak atsiri yang teridiri dari eugenol dan sitral (Sudirman, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Sudirman (2014) mendapatkan hasil bahwa
ekstrak daun salam dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus. Bunga Rosella dikenal mempunyai kandungan senyawa kimia yang
bermanfaat untuk pengobatan maupun sebagai bahan makanan. Rosella atau
Hibiscus sabdariffa L. mengandung senyawa aktif yang berfungsi sebagai
antibakteri, antara lain alkaloid, tanin, flavonoid dan saponin. Pengujian aktivitas
antimikroba ekstrak etanol kelopak yang dilakukan oleh Yoo, dkk (2012)
mendapatkan hasil bahwa ekstrak etanol kelopak bunga Rosella memiliki aktivitas
antimikroba pada konsentrasi 5%, 10%, 20% dan 30% terhadap Streptococcus
pyogenes.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan antimikroba
terhadap pertumbuhan bakteri Aeromonas Hydrophila dan Bacillus sp.
METODOLOGI
Prosedur Kerja
Bakteri diambil sebanyak 50 µl dengan mikropipet, lakukan secara
aseptik. Pengerjaan dilakukan di depan api bunsen untuk menghindari
kontaminasi dengan bakteri lain. Siapkan dua buah cawan petri yang berisi media
TSA, satu cawan petri untuk bakteri Aeromonas Hydrophila (A) ditandai dengan
spidol serta cawan lainnya digunakan untuk bakteri Bacillus sp. (B). Kemudian
bakteri dipindahkan ke cawan petri yang telah ditandai sesudahnya disebar
menggunakan batang penyebar.
Pengujian larutan uji dimulai dengan mengambil kertas saring berbentuk
bulat kecil dari dalam tube menggunakan pinset. Sebelumnya permukaan dasar
cawan dibagi menjadi empat bagian dan diberi tanda Al (alkohol), F (formalin), S
(sirih merah), L (larutan fisiologis) dan O (antibiotik). Setelah itu kertas saring
yang diambil sebanyak selembar tadi dicelupkan ke masing-masing larutan uji.
Kertas saring diletakkan pada bagian atas media sesuai dengan larutan uji masing-
masing. Sisi bagian samping cawan petri diberi plastik wrap agar tidak
terkontaminasi. Tahap terakhir cawan petri diinkubasi dengan suhu 28C selama
2x24 jam sehingga pengamatan dilakukan dua hari setelahnya. Catat hasil
pengamatan dengan mengukur diameter zona hambatnya menggunakan penggaris.
PEMBAHASAN
Hasil
Berikut merupakan hasil dari praktikum pengaruh bahan antimikroba
terhadap pertumbuhan bakteri oleh kelompok enam mikrobiologi akuatik yang
disajikan dalam bentuk tabel.
Pembahasan
Praktikum kali ini adalah ingin mencoba bahan antibiotik mana yang
paling kuat pengaruhnya terhadap pertumbuhan bakteri. Bahan antimikroba yang
digunakan adalah formalin, alkohol, sirih merah dan antibiotik (OTC) dengan
larutan fisiologis sebagai kontrol. Dalam pengamatan didapatkan bahwa diameter
zona bening yang dihasilkan oleh larutan-larutan ini berbeda-beda. Perbedaan ini
juga dapat dilihat pada pengujian terhadap jenis bakteri yang berbeda. Hal ini
karena kemampuan zat antibakteri akan berbeda untuk setiap bahan yang berbeda.
Menurut Pelczar (2006) senyawa anti bakteri memiliki kemampuan yang berbeda
untuk menghambat pertumbuhan bakteri tergantung jenis senyawa dan jenis
bakterinya. Alkohol diatas 40% merupakan bahan yang efektif membunuh
bakteri. Menurut Harrington dan Weikel (1957) dalam Firmansyah (2005) pada
perlakuan kering, konsentrasi alkohol 60 % – 70 % paling efektif untuk
menghambat pertumbuhan bakteri. Zat antibakterial adalah zat yang mengganggu
pertumbuhan dan metabolisme melalui penghambatan pertumbuhan bakteri.
Senyawa anti bakteri mengandung zat kimia khusus yang dapat berfungsi untuk
menghambat pertumbuhan bakteri.
Formalin merupakan senyawa kimia yang sering digunakan sebagai bahan
pengawet. Sebagai bahan pengawet, zat ini mampu menghambat pertumbuhan
bakteri pembusuk. Oleh karena itu, larutan ini mampu mengahambat pertumbuhan
bakteri uji dan bahkan zona bening yang dihasilkannya paling besar. Menurut
Olson (1999) dalam Fithratyrah (2005) formalin dapat digunakan untuk
mensterilkan peralatan kedokteran, desinfektan untuk pembersih lantai, kapal,
gudang, dan pakaian, sebagai germisida dan fungisida pada tanaman dan sayuran.
Bahan ini juga efektif sebagai pembasmi lalat dan serangga lainnya serta
digunakan untuk mengawetkan spesimen biologi, termasuk mayat dan kulit.
Menurut Lunggana (2002) larutan fisiologis merupakan garam NaCl yang
mempunyai keseimbangan kepekatan larutan dengan kepekatan cairan tubuh
(isotonik). Pemberian larutan fisiologis pada mikroba tidak akan membentuk zona
bening karena bahan ini tidak berfungsi sebagai antimikroba. Dalam praktikum
larutan fisiologis dapat membentuk zona bening, hal ini tidak sesuai dengan tinpus
yang didapat. Adanya kesalahan yang dilakukan oleh praktikan ataupun lainnya
yang dapat menyebabkan hal ini terjadi. Kemudian diameter zona bening yang
didapat yang paling besar yaitu pada antibiotik. Menunjukan yang paling efektif
sebagai zat anti bakteri.
Daun sirih merah mengandung golongan senyawa flavonoid, alkaloid,
alkohol, polifenolat, tanin, dan minyak atsiri (Marliyana, et al., 2013). Minyak
atsiri berperan sebagai antibakteri dengan cara menganggu proses terbentuknya
membran atau dinding sel sehingga tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna.
Minyak atsiri yang aktif sebagai antibakteri umumnya mengandung gugus fungsi
hidroksil (-OH) dan karbonil. Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri
melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah,
terbentuk kompleks protein dengan fenol dengan ikatan yang lemah dan segera
mengalami penguraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan
presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi, fenol dapat menyebabkan
koagulasi protein dan sel membran mengalami lisis (Rachmawaty, et al., 2016).
Minyak atsiri tersusun dari beberapa senyawa utama, yaitu citral, sitronelol dan
geraniol yang bersifat antibakteri dan memiliki kemamuan untuk membunuh
bakteri (Rahman, dkk, 2013). Selain itu, minyak atsiri mengandung senyawa
senyawa volatile seperti golongan monoterpen dan sesquiterpen yang termasuk
golongan senyawa bersifat antimikroba (Emamgoreishi, 2005 dalam Dewi, dkk,
2013).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang didapat, diketahui bahwa faktor aktivitas
antimikroba berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri. Pengaruh bahan
antimikroba paling signifikan yang diwakili oleh luasnya zona hambat diperoleh
pada larutan formalin dengan diameter zona hambat maksimum sebesar 4 cm.
Zona hambat terkecil diperoleh pada bahan sirih merah dengan diameter zona
hambat 0,3 cm. Apabila pada larutan uji sama sekali tidak ditemukan aktivitas
antimikroba yang diindikasikan dari tidak terbentuknya zona hambat dan negatif.
SARAN
Bakteri merupakan mikroorganisme yang dapat merugikan bahkan dapat
menguntungkan, apabila memungkinkan dapat ditambah lagi spesies bakteri yang
akan diuji terutama bakteri yang berkaitan dengan kegiatan perikanan budidaya
agar pengetahuan mahasiswa lebih luas lagi. Sebaiknya dilakukan pengujian
terhadap fungi dengan antimikroba bertujuan untuk dapat dibandingkan
pengaruhnya dengan bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Waluyo, L., 2004, Mikrobiologi Umum, Malang, UMM press.
Entjang,I., 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi, 103-104, PT
Citra Aditya Bakti, Bandung.
Rostinawati, T., 2009, Aktivitas Antibakteri Ekstrak
EtanolBunga Rosella (Hibiscus sabdariffaL.)
Terhadap Escherichia coli, Salmonella typhi
danStaphylococcus aureusDengan metode Difusi
Agar,Penelitian Mandiri, Fakultas Farmasi,
Universitas Padjajaran.