OLEH:
NI WAYAN SANDY PRAMITHA
PO.71.39.1.21.061
Bakteri Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi pada kulit (Mutiaha dkk, 2014). Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram
positif yang dapat menyebabkan luka di permukaan kulit seperti melepuh dan
peradangan. Staphylococcus aureus termasuk flora normal yang terdapat pada kulit dan
selaput lendir manusia, namun ada juga yang bersifat patogen pada tubuh manusia
yang tersusun dalam kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, tidak membentuk
spora, dan tidak bergerak, biasanya hidup dalam saluran pernapasan dan kulit.
Staphylococcus aureus menginfeksi manusia melalui invasi jaringan dan pengaruh toksin
yang dihasilkannya.
untuk mengetahui antibiotika yang sesuai harus dilakukan kultur bakteri dan uji kepekaan
antibiotika karena saat ini sudah banyak yang resisten terhadap berbagai jenis antibiotika
mikroorganisme dalam tubuh, sehingga infeksi sulit untuk disembuhkan bahkan dapat
resistensi antibiotik pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 700.000, sehingga
diperkirakan pada tahun 2050 angka kematian mencapai 10 juta jiwa dimana jumlah
angka kematian oleh resistensi antibiotik lebih besar dari pada angka kematian yang
disebabkan oleh kanker. Hal ini disebabkan cepatnya perkembangan dan penyebaran
tinggi sebagai obat melalui pengetahuan empiris yang diyakini masyarakat didaerah
tertentu (Ningsih, 2015). Masyarakat lebih menyukai obat yang berasal dari tumbuhan
atau yang disebut dengan obat herbal. Hal ini dikarenakan adanya beberapa alasan yaitu
khasiat dan tidak adanya efek samping (Ismarani, 2013). Secara umum zat flavonoid,
alkaloid, dan tanin digunakan sebagai antibakteri Staphylococus aureus yang bekerja
dengan cara merusak dinding sel bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bahkan
bisa menyebabkan kematian pada bakteri. (Harlita et al., 2018; Rostikawati, 2020). Untuk
skrining fitokimia yang digunakan untuk mempelajari komponen senyawa aktif yang
seperti buah, daun, dan kulit. Jeruk kunci (Citrus Microcarpa Bunge) merupakan
tanaman yang termasuk dalam keluarga Rutaceae yang telah dikembangkan kemudian
populer diseluruh Asia Tenggara, terutama Filipina. Jeruk kunci banyak di temui daerah
sumatra, banyak juga ditemukan di daerah Kepulauan Bangka Belitung hampir setiap
rumah memiliki pohon jeruk kunci (Roby Darisand, 2014) . Buah ini dapat tumbuh pada
daerah yang memiliki iklim tropis dan subtropis. Buahnya dimanfaatkan secara luas oleh
Masyarakat untuk bumbu masakan dan minuman. Salah satu tanaman yang berpotensi
untuk dikembangkan sebagai obat antibakteri yaitu jeruk kunci ( Citrus x microcarpa
Bunge). Jeruk kunci memiliki banyak manfaat diantaranya kaya akan mineral dan vitamin
C (Said, 2010).
antara lain flavonoid, poli fenol, alkaloid (Wulandari et al 2013), tanin terpenoid,steroid,
saponin (Roanisca et al 2021). Pada kulit buah dan daging buah tanaman jeruk kunci
(bunge Citrus x Microcarpa) Senyawa aktif yang terkandung adalah senyawa flavonoid
antibiotik. Pada daun jeruk kunci (bunge Citrus x Microcarpa) terdapat kandungan
minyak atsiri. Manfaat minyak atsiri pada aktivitas antibakteri adalah dengan cara
menembus dinding sel bakteri gram positif yang lebih tipis (yulliasri,2000).
Penelitian yang dilakukan oleh Roanisca dan R G Mahardika, tahun 2020 dengan
penelitian yang telah dilakukan, Jeruk x microcarpa mengandung senyawa tanin hasil
dari pengujian dengan FeCL3 dengan perubahan warna hitam kehijauan. Uji antibakteri
antibakteri. Konsentrasi terendah 20% yaitu 12,36 mm, konsentrasi ekstrak 40%
mempunyai daya hambat sebesar 17,37 mm konsentrasi ekstrak 60% membentuk zona
bening sebesar 19,61 mm, dan pada konsentrasi ekstrak 80% dan 100% membentuk zona
bening masing-masing sebesar 22,90 mm dan 26,63 mm. Pertumbuhan Staphylococus
aureus menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak limbah buah jeruk
kunci. Konsentrasi 20%, 40% dan 60% mempunyai daya hambat antibakteri yang relatif
kuat. sedangkan untuk konsentrasi 80% dan 100% kemampuan menghambatnya sangat
kuat.
terdahulu telah membuktikan bahwa jeruk kunci ( Citrus microcarpa bunge) memiliki
Staphylococus Aureus. Akan tetapi, bagian dari tanaman jeruk kunci ( Citrus microcarpa
bunge) seperti daun dan kulit hanya sebagai limbah rumah tangga yang tidak terpakai,
Padahal senyawa yang terkandung didalamnya merupakan salah satu bahan alami yang
membuktikan “Apakah ekstrak kombinasi dari daun, kulit, dan buah jeruk kunci (Citrus
Staphylococcus aureus
kulit dan buah jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge) dapat menghambat
kombinasi daun, kulit dan buah jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge) yang
TINJAUAN PUSTAKA
metabolit yang dihasilkan oleh tumbuhan yang terdapat pada daun, kulit dan buah jeruk
kunci ( Citrus Microcarpa Bunge). Senyawa metabolitt adalah senyawa yang dihasilkan
oleh tumbuhan yang berguna untuk kelangsungan hidup. Senyawa yang terdapat pada
metabolit sekunder yaitu flavonoid, fenolik, alkaloid, steroid, terpenoid dan saponin.
Skrining fitokimia digunakan untuk menguji ada atau tidaknya senyawa metabolit yang
Senyawa organik yang terdapat di dalam tumbuhan dibedakan menjadi dua yaitu,
senyawa metabolit sekunder dan senyawa metabolit primer. Senyawa metabolit primer
merupakan senyawa utama yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang, seperti
karbohidrat, protein dan lemak. Sedangkan senyawa metabolit sekunder disebut juga
sebagai senyawa non nutrisi karena dihasilkan tumbuhan untuk melindungi tumbuhan
Metode yang bisa dilakukan untuk mengetahui adanya senyawa bioaktif yaitu
dalam penelitian ini, untuk mencari senyawa bioaktif baru dari bahan alam yang bisa
menjadi bahan baku obat tertentu. Penelitian ini yaitu uji fitokimia, dimana uji yang akan
dilakukan adalah flavonoid, fenolik, alkaloid, saponin, terpenoid dan steroid (Rasyd,
2012).
2.1.1 Flavonoid
Flavonoid adalah salah satu metabolit sekunder yang berada pada daun,
hal ini terjadi bisa saja karena akibat adanya proses fotosintesis sehingga yang
terlihat pada daun muda tidak terlalu banyak menghasilkan flavonoid. Senyawa
yang dihubungkan oleh atom C3 yang merupakan rantai alfatik (Harborne, 2009).
Flavonoid sendiri terdiri dari 15 atom karbon dan pada umumnya ada pada
tumbuhan sebagai glikosida. Gugus gula inilah memiliki senyawa satu atau lebih
ada atau tidaknya pada senyawa flavonoid yaitu ditambahkan magnesium dan
asam klorida pada ekstrak sampel tumbuhan sehingga menghasilkan warna merah
2.1.2. Fenol
bentuk senyawa aktif pada tumbuhan atau makanan. Kandungan fenol yang
terdapat di dalam suatu tumbuhan dinyatakan sebagai GAE (galic acid equivalent)
adalah jumlah kesetaraan asam galat di dalam 1 gram sampel. Senyawa fenolik ini
bisa mencegah berbagai jenis penyakit. Senyawa fenolik ini berperan sebagai
salah satu faktor pelindung terhadap adanya bahaya oksidasi bagi tubuh manusia
(Harborne, 2009).
dan bakterisidal. Fenol itu sendiri adalah senyawa yang bersifat polar sehingga
menjadi kelarutan yang paling tinggi di dalam pelarut polar. Senyawa fenol
mempunyai peran yang sangat penting sebagai antioksidan yang terdapat di dalam
bagian kulit, daun, batang dan biji. Untuk mengetahui adanya atau tidaknya
senyawa fenolik pada suatu tumbuhan yaitu ditambahkan FeCl3 1% di dalam air
2.1.3. Alkaloid
bahkan lebih atom nitrogen. Alkaloid biasanya tidak berwarna dan sering bersifat
terdapat pada akar, kulit kayu, daun dan buah. Alkaloid bisa bedakan dari
sebagian besar komponen lain berdasarkan sifat basa yang terdapat didalam
tumbuhan sebagai garam dengan berbagai asam organik. Garam pada tumbuhan
ini adalah senyawa padat berbentuk kristal tidak berwarna. Alkaloid bebas tidak
larut didalam air tetapi larut didalam pelarut organik, sebaliknya alkaloid dalam
bentuk garam dapat larut didalam air tetapi tidak larut didalm pelarut organik
(Tobing, 2007).
2.1.4. Saponin
sifat seperti sabun yaitu memiliki senyawa aktif dipermukaan yang bisa
menimbulkan busa jika dikocok dalam aquades dan pada konsentrasi yang rendah
antimikroba. Saponin adalah senyawa yang berasa pahit dan dapat mengakibatkan
2.1.5. Terpenoid
terdistribusi luas didalam dunia tumbuhan dan hewan. Terpenoid tidak hanya
ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi, namun terdapat juga pada terumbu
karang dan mikroba. Struktur terpenoid dibangun oleh molekul isoprene. Untuk
sulfat, jika adanya senyawa terpenoid maka larutan akan berwarna merah
2.1.6. Steroid
17 atom karbon yang tersusun dari empat buah gabungan cincin, tiga diantaranya
berbentuk jarum dengan karakteristik yang mengandung gugus OH, gugus metil
dan memiliki ikatan rangkap yang tidak terkonjugasi. Salah satu kandungan
steroid yang ada pada tanaman yaitu campetrol yang memiliki efektifitas sebagai
anti kanker. Untuk mengetahui adanya senyawa steroid yaitu ditambahkan asam
klorida, asam cuka dan asam sulfat yang akan menghasilkan warna larutan
berwarna hijau atau biru, yang menandakan adanya steroid didalam tumbuhan
2.1.7. Tanin
tumbuhan, termasuk kategori tumbuhan tingkat tinggi atau rendah yang memiliki
(Soenardjo, 2017: 91). Untuk mengetahui adanya senyawa tanin dalam tanaman
didinginkan dan disaring. Ditambahkan FeCl3 beberapa tetes pada filtrat. Reaksi
positif apabila terbentuk coklat kehijauan atau biru kehitaman (Ikalinus et al.,
2015)
2.2.1 Morfologi
Jeruk merupakan buah tahunan yang berasal dari Asia. Negara Cina dipercaya
sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh (David, 2007). Jeruk memiliki berbagai
macam jenis. Tanaman jeruk umumnya tumbuh ditempat yang memperoleh sinar
matahari langsung, teknik okulasi dan pencangkokan salah satu cara untuk
memperbanyak tanaman jeruk. Salah satu jenis jeruk yang banyak dijumpai diindonesia
adalah Jeruk kunci, biasa digunakan sebagai bumbu masakan dan minuman.
Jeruk kunci (Citrus microcarpa Bunge) ini sendiri memiliki bakal buah berbentuk
bola, pada pangkal dan ujung datar, berwarna hijau kuning, buah berbentuk kecil
bertangkai pendek, berwarna kuning saat matang, hampir berbentuk seperti bola,
diameternya 3-5 cm dengan kulit buah yang tipis, dan menghasilkan buah per tahun
antara 2000 – 2.150 buah (Ratulangi and Ratulangi 2016). Buah jeruk kunci (Citrus
microcarpa Bunge) memiliki kulit dengan permukaan halus dan berpori minyak,
Pohon jeruk kunci (Citrus microcarpa Bunge) mampu tumbuh dengan ketinggian
kira-kira 2–7 m, tumbuh tegak ramping, silindris, cabang yang padat, batang berduri,
daun dan batang mengembang menyamping, memiliki akar tunggang. Daun jeruk kunci
(Citrus microcarpa Bunge) sangat aromatik, berbentuk oval, berwarna hijau gelap,
permukaan atas mengilap, permukaan bawah berwarna hijau kekuningan, dan berukuran
4–7 cm. Pada bagian dekat tangkai, daunnya bertepi halus, semakin tinggi semakin
bergerigi. Bunga jeruk kunci (Citrus microcarpa Bunge) terdiri dari bunga majemuk,
memiliki putik dan benang sari dalam satu bunga pada satu pohon, sehingga satu pohon
jeruk kunci mampu melakukan pembuahan tanpa adanya pohon lain (Yuniarti, 2008).
Kulit buah jeruk kunci (Citrus microcarpa Bunge) memiliki kulit yang tebal dan
beraroma wangi Kulit buah jeruk kunci (Citrus microcarpa Bunge) adalah salah satu
tanaman yang dapat digunakan ekstraknya untuk proses biosintesis nanopartikel perak
dengan metode hijau (green chemistry) yang bersifat antibakteri sehingga sangat
membantu dalam mengatasi berbagai masalah yang ditimbulkan oleh bakteri infeksi
saluran kemih. Akar buah jeruk kunci (Citrus microcarpa Bunge) memiliki akar
tunggang dimana akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang –
cabang menjadi akar-akar yang kecil. Akarnya memiliki cabang dan serabut akar. Ujung
akar tanaman jeruk terdiri dari sel-sel muda yang senantiasa membelah dan merupakan
titik tumbuh akar jeruk. Ujung akar terlindung oleh tudung akar yang bagian luarnya
Gambar 2.1 Buah, kulit, dan daun jeruk kunci (Citrus microcarpa Bunge)
2.2.2 Morfologi
Kingdom : Plantae
Pilum : Tracheophyta
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : X microcarpa Bunge
Ada banyak nama daerah tanaman jeruk kunci (Citrus microcarpa Bunge),
diantaranya adalah jeruk kalamansi (Bengkulu), jeruk cina atau limau calong
kimia antara lain flavonoid, poli fenol, alkaloid (Wulandari et al 2013), tanin
terpenoid,steroid, saponin (Roanisca et al 2021). Pada kulit buah dan daging buah
tanaman jeruk kunci (bunge Citrus x Microcarpa) Senyawa aktif yang terkandung
mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik. Pada daun jeruk kunci (bunge
2.2.5 Manfaat
sambal kecap atau sambal terasi atau dibuat minuman segar dengan
menambahkan air dan gula. Aromanya yang menyegarkan dengan rasa asam
kecut mampu menghilangkan bau amis makanan laut dan menambah lezat
hidangan. Buah ini sering dijadikan asam untuk cuka. Selain itu biasa
ditambahkan kedalam model atau tekwan untuk menambahkan rasa asam pada
makanan. Aromanya sangat segar dan bisa dikonsumsi langsung karena rasanya
macam penyakit seperti dijadikan sebagai campuran obat batuk, influenza, radang
tenggorokan, demam, sakit kepala dan lelah, obat pilek, dan obat masuk angin
dengan cara direbus bersama dengan kayu putih dan dioleskan ke punggung dan
dada. Jika digunakan sebagai obat batuk, ambil Jeruk kunci, kecap dan garam,
kemudian minum setiap pagi dan sore hari secara teratur. Dengan begitu batuk
2.3 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah berupa bahan yang telah dikeringkan, belum
mengalami pengelolahan apapun, biasanya digunakan sebagai bahan obat, ada tiga jenis
simplisia yaitu simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral).
Simplisia nabati adalah simplisia yang berasal dari tanaman (baik tanaman utuh, bagian
tumbuhan maupun eksudat tumbuhan). Eksudat tumbuhan adalah isi sel dari tumbuhan
yang dikeluarkan dengan cra tertentu dan dipisahkan dari tumbuhannya dan belum
2.4 Ekstraksi
berada dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai. Prinsip
penyari, sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut tersari disebut ampas (Yuwono,
2009).
1. Jenis pelarut
Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah zat terlarut yang
Secara umum, kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat terlarut ke dalam
pelarut.
Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula jumlah senyawa
4. Ukuran partikel
Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku semakin kecil.
Dalam arti lain, rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran partikel
semakin kecil.
5. Pengadukan
6. Lama waktu
Lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan ekstrak yang lebih banyak, karena
Jenis pelarut berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut. Hal yang
kepolaran yang sama akan lebih mudah Tertarik/terlarut dengan pelarut yang
memiliki tingkat kepolaran yang sama. Berkaitan dengan polaritas dari pelarut,
senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu contoh pelarut polar
b. Pelarut semipolar
dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan senyawa-
senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah: aseton, etil asetat,
kloroform.
c. Pelarut nonpolar
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk
mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar.
Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai jenis minyak. Contoh: heksana,
a. Ekstrak encer
b. Ekstrak kental
Sediaan ini liat pada kondisi dingin dan tidak dapat dituang kandungan air sekitar
30%.
c. Ekstrak kering
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan
massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada
1. Cara dingin
a. Maserasi
ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan
b. Perkolasi
sempurna yang umumnya dilakukan pada temperature ruangan. Proses terdiri dari
2. Cara panas
a. Refluks
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
b. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru
dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak kontinu
c. Digesti
temperatur yang lebih tinggi dari temperature ruangan, yaitu secara umum
d. Infundasi
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Proses
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai
titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-1000C (Saraswati, 2015).
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai pada temperature kamar, terlindung
dari cahaya. Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel
akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel
dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan
diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa
tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar
sel dan di dalam sel. Keuntungan dari metode maserasi adalah peralatan yang
untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih
banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras
tersering di dunia. Tingkat keparahan infeksinya pun bervariasi, mulai dari infeksi
traktus respiratorius, sampai infeksi mata dan Central Nervous System (CNS)
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Ordo : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Staphylococcus berdiameter 0,8 - 1,0 mikron, tidak bergerak, dan tidak berspora.
besar berwarna agak kuning dalam media yang baik. Staphylococcus aureus
anaerob fakultatif dan dapat tumbuh karena melakukan respirasi aerob atau
fermentasi dengan asam laktat. Staphylococcus aureus dapat tumbuh pada suhu
Empat spesies dengan kepentingan klinis yang paling sering dijumpai adalah
patogen utama untuk manusia. Hampir setiap orang akan mengalami beberapa
beragam, dari keracunan makanan atau infeksi kulit minor sampai infeksi berat
staphyloxanthin yang bersifat sebagai faktor virulensi. Pada Mannitol Salt Agar
indikator pH, merah fenol, berubah menjadi kuning. Staphylococcus aureus yang
melalui invasi jaringan dan atau karena pengaruh toksin yang dihasilkannya.
Infeksi dimulai dari tempat koloni pathogen pada tubuh, lalu ditularkan melalui
tangan ke tempat bakteri dapat memasuki tubuh, misalnya di luka yang ada di
kulit, tempat insisi pembedahan, tempat masuk kateter vaskuler, atau tempat lain
dapat menyebabkan komplikasi berat misalnya sepsis yang fatal akibat bakteremi
bersifat antigenik. Sebagian besar bahan ekstraseluler yang dihasilkan bakteri ini
juga bersifat antigenik. Polisakarida yang ditemukan pada jenis yang virulen
adalah polisakarida A dan yang ditemukan pada jenis yang tidak patogen adalah
Uji kualitas media mencakup aspek yang luas, baik media buatan sendiri
maupun media jadi, oleh karena itu penyiapan media harus diperhatikan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penyiapan media yaitu, sampel media dehidrasi
harus ditimbang dan ditambahkan ke dalam air suling dan bebas mineral, lalu
melarutkan zat - zat dalam medium. Panas yang digunakan harus diatur hanya
cukup sampai membuat larutan yang sempurna, kecuali dinyatakan lain dalam
bongkahan kecil agar atau bahan media yang akan dilarutkan dapat turun ke dasar
inaktivasi zat-zat gizi dan kehilangan kadar air yang berarti karena penguapan.
Media dilarutkan ke dalam wadah yang berukuran cukup dan sterilisasi dengan
otoklaf. Setelah selesai harus segera dikeluarkan dari otoklaf untuk menghindari
pemanasan yang lebih lama. Wadah berisi media agar harus dipindahkan ke
Penyiapan lebih lama di penangas air harus dihindari. pH setiap media harus
diperiksa dengan pH meter setelah media dibiarkan dingin sampai suhu kamar.
Untuk menguji media agar, dapat digunakan elekrode permukaan atau elektrode
biasa. Media yang menyimpang > 0,2 unit pH dari pH optimum harus dibuang.
Media dapat dituang ke dalam tabung atau cawan petri dalam ruangan bersih atau
di bawah aliran udara leminar. Ruangan tersebut harus dijaga cukup terang, bebas
dari bahan - bahan lain dan bebas dari lalu lalang selama proses pembagian.
tumbuh dengan baik dalam kaldu biasa pada suhu 37℃. Kisaran suhu
pertumbuhan adalah 15 - 40℃ dan suhu optimum adalah 35℃. Dalam lempeng
agar darah pada suhu 37℃, pembentukan pigmen kurang baik. Akan tetapi,
apabila koloni tersebut dipindahkan ke agar biasa atau perbenihan Loeffler dan
diinkubasi pada suhu kamar, pembentukan pigmen akan sangat baik (Radji,
1) Pewarnaan Gram
gram merupakan salah satu pewarnaan yang paling sering digunakan, yang
dengan kapas yang telah diberi alkohol kemudian kaca objek diberi label.
ose jarum, kemudian di totol pada bagian kaca objek lalu homogenkan dan
apusan dengan air keran secara perlahan - lahan. Genangi preparat dengan
larutan peluntur iodin gram selama 1 menit. Bilas dengan air keran.
Dekolarisasi dengan etil alcohol 95%. bilas dengan air keran secara
dengan air mengalir secara perlahan. Keringkan dan amati di bawah lensa
medium standar untuk tumbuh berbagai jenis bakteri dan merupakan cara
3) Uji Katalase
(H2O2) 3% pada gelas obyek yang bersih. Biakan dioleskan pada gelas
4) Uji Koagulase
yaitu uji slide dan uji tabung. Uji slide digunakan untuk mengetahui
adanya ikatan koagulase. Uji slide dikerjakan dengan cara setetes aquades
atau NaCl fisiologis steril diletakkan pada kaca benda, kemudian satu ose
tabung
penelitian ini adalah uji maltosa dan laktosa. Pertama- tama kaldu
karbohidrat ditandai dengan etiket, kemudian biakan bakteri
diinokulasikan pada suhu 37℃ selama 24 jam. Uji gula - gula bersifat
cara memupuk bakteri pada media cair dengan cara biakan bakteri
diinkubasikan pada suhu 37℃ selama 24 - 48 jam. Hasil positif jika kaldu
Bakteri yang dibiakkan pada media cair dipupuk pada media agar
lempengan sampai merata. Pada uji ini, cakram kertas saring yang telah
Hasil penilaiannya berupa sensitive (S), resisten (R), dan intermediate (I).
memperlihatkan zona hambatan yang lebih besar dari jangkauan nilai yang
terlihat pada tabel. Sebaliknya, kuman yang resisten tidak memperlihatkan
yang diameternya lebih kecil dari jangkauan nilai pada tabel (Kuswiyanto,
2015).
Uji Fitokimia
2.6 Kerangka Teori
Kombinasi
Daun, Kulit Dan Buah Jeruk Kunci
( Citrus microcarpa bunge)
Ekstraksi
2.7 Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
Staphylococcus aureus dari ekstrak kombinasi daun, kulit dan buah jeruk kunci ( Citrus
Microcarpa Bunge) .
3.3 Alat
Alat yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu batang pengaduk, erlenmeyer,
gelas beker, ayakan, blender, alat maserasi, pipet volume, cawan porselen, kertas cakram,
gunting/pisau, pipet tetes, alumuium foil, kertas saring, wrapping plactic, pinset, spidol,
kertas label, penggaris, kawat ose, toples kaca untuk maserasi, corong, sarung tangan,
masker, spatula, tabung reaksi, rak tabung, spiritus, kapas, tissu, hot plate, mikropipet,
rotary evaporator, autoklaf, BSC (Bio Safety Cabinet), timbangan analitik, lemari
3.4 Bahan
1. Ekstrak kombinasi daun, kulit dan buah jeruk kunci ( Citrus Microcarpa
Bunge)
2. etanol 96%,
4. Amoxicillin
Kesehatan (BBLK)
kombinasi daun, kulit dan buah jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge)
diambil dari kota palembang sebanyak 5 kg. Sampel yang akan diuji dibersihkan
jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge) atau dimaserasi dengan pelarut etanol
96% sebanyak 800 mL dalam tabung kaca sampai terendam seluruhnya, sesekali
menambahkan lagi pelarut etanol 96% hingga didapatkan filtrat yang tidak
etanol habis menguap. Bahan kental serta pekat yang tertinggal disebut ekstrak.
Kemudian ditimbang.
Kultur murni bakteri ditanam secara aseptik pada tabung reaksi yang berisi
suhu kamar.
aktif ekstrak kombinasi daun, kulit dan buah jeruk kunci ( Citrus Microcarpa
Bunge) digunakan metode kertas cakram kertas dengan cara sebagai berikut:
Hinton Broth (MHB) steril sebagai media pertumbuhan khusus untuk uji
antimikroba. Suspensi mikroba uji dibuat dengan mengatur kekeruhan mikroba
sampai didapat nilai rapat optis (Optical Density) setara dengan standar
mm dan ketebalan yang sama diletakkan di permukaan agar dengan jarak yang
ekstrak kombinasi daun, kulit dan buah jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge)
dari masing-masing konsentrasi. Dimana ekstrak kombinasi daun, kulit dan buah
jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge) dilarutkan dalam pelarut aquadest. Injeksi
ekstrak kombinasi daun, kulit dan buah jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge)
dilakukan pada beberapa cawan dengan konsentrasi yang berbeda, yaitu (25%,
terbentuknya daerah penghambatan disekitar cakram uji (Bailey dan Scott, 2004).
0,05mm).
Daftar Pustaka
Brooks, GF., Carroll KC, Butel JS, Morse, and all (2013). Mikrobiologi Kedokteran
Jawetz, Melnick, & Adelberg. Ed. 25. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Harlita, T. D., Oedjijono, & Asnani, A. (2018). The antibacterial activity of dayak
onion (Eleutherine palmifolia (L.) merr) towards pathogenic bacteria. Tropical Life
Sciences Research, 29(2), 39–52. https://doi.org/10.21315/tlsr2018.29.2.4
Muntiaha, miryam ch, Paulina V. Y Yamlean, dan Widya Astuti Lolo. 2014. Uji
Efektivitas Sediaan Krim Getah Jarak Cina (Jatropha multifida L.) Untuk
Pengobatan Luka Sayat YangTerinfeksi Bakteri Staphylococcus aureus
Pada Kelinci (Orytolagus cuniculus).Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol.
3.
Okwu. (2008). Citrus fruits. In A rich source ofphytochemicals and their rolesin
human health (pp. 6(2):451-471). Int J Chem.
Ningsih,I, Y. 2015. Peran Studi Etnofarmasi dalam Pencarian Tumbuhan Obat yang Berpotensi
Dikembangkan sebagai Antidiabetes. Pharmacy. ISSN: 1693-3591. Vol.12, No.01.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Simak, Keunggulan dan Manfaat Jeruk
Kunci", Klik untuk baca: https://agri.kompas.com/read/2023/02/24/134720284/simak-
keunggulan-dan-manfaat-jeruk-kunci?page=all.
Salempa, P., Bioaktivitas fraksi n-heksan dan Senyawa -Sitosterol dari kayu akar
Pterospermumsubpeltatum C.B.Rob, Farmakologi, Vol.4, No.2, (2009), h. 45
Rasyd, Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder dan UJi Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Metanol Teripang (Stichopus Hermani), Jurnal Ilmu Dan Teknik Kelautan Tropis, Vol.4, No 2,
(2012),
h. 363
19 Harborne, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Edisi II,
(Bandung: Institut Teknologi Bandung, 2009), h. 36
20 Tobing, Isolasi Senyawa Alkaloida dari Batang Tumbuhan Brotowali (Tinospora crispa
L.), Majalah Obat Tradisional, Vol.16, No.3, (2007), h. 142
Sirait, Penuntun Fitokimia dalam Farmasi, (Bandung: ITB, 2007), h. 21
62
62
DAFTAR PUSTAKA
Adriani F. 2010. Pemberian ekstrak teh hijau menurunkan berat badan, lingkar
perut, dan presentase lemak tubuh pada wanita kelebihan berat badan yang
melakukan latihan fisik dengan pola makan biasa [skripsi]. Denpasar:
Universitas Udayana.
Ainurrochmah A, Ratnasari E, Lisdiana L. 2013. Efektivitas ekstrak daun
binahong (Anredera cordifolia) terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri
Shigella flexneri dengan metode sumuran. Jurnal Lentera Bio. 2(3):233–7.
Anindita R, Tri RS, Nanik HS. 2012. Potensi teh hijau (Camelia sinensis L.)
dalam perbaikan fungsi hepar pada mencit yang diinduksi Monosodium
Glutamat (MSG). 2(20):15-23.
Bobone, Emaliah, Herdi Y, Ovi YM, Siti RP. 2013. Antibiotik. Pangkal Pinang:
Poltekkes Kemenkes RI.
Brooks GF, Butel, JS, Morse SA. 2008. Mikrobiologi kedokteran terjemahan.
Edisi Ke-23. Jakarta: EGC.
Brooks GF, Morse SA, Butel JS, Carroll KC, Mietzner TA. 2013. Mikrobiologi
kedokteran. Edisi Ke-25. Jakarta: EGC.
Clifford MN, Van der Hooft JJ, Crozier, A. 2013. Human studies on the
absorption, distribution, metabolism, and excretion of tea polyphenols. Am. J.
Clin. Nutr. 98:1619S–30S.
Dewi FK. 2010. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda
citifolia L.) terhadap bakteri pembusuk daging segar [skripsi]. Surakarta:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Sebelas Maret.
Erwiyani AR. 2009. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah ceremeh
(Phyllanthus acidus (L.) Skeels) terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli dan bioautografinya [skripsi]. Surakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Febrika L. 2012. Aktivitas antimikroba pada ekstrak jinta hitam (Nigella sativa)
terhadap pertumbuhan bakteri Gram positif (Staphylococcus aureus,
63
63
Streptococcus sp.) dan bakteri Gram negatif (Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae) secara in vitro [skripsi]. Bandar Lampung: Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
Handajani NS. Purwoko T. 2008. Aktivitas ekstrak rimpang lengkuas (Alpinia
galanga) terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus sp. penghasil aflatoksin
dan Fusarium moniliforme. Biodiversitas. 9(3):161-4.
Hendrayati TI. 2012. Perubahan morfologi Escherichia coli akibat paparan ekstrak
etanol biji kakao (Theobroma cacao) secara in vitro [skripsi]. Jember:
Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Hosseinzadeh H, Bibi S, Sahar S, Bahman. 2016. Effect of catechins, green tea
extract and methylxanthines in combination with gentamicin against
Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa. Journal of
Pharmacopuncture. 19(4):312–8.
Indang N, Guli MM, Alwi M. 2013. Uji resistensi dan sensitivitas bakteri
Salmonella thypi pada orang yang sudah pernah menderita demam tifoid
terhadap antibiotik. Jurnal Biocelebes. 7(1): 27–34.
International Tea Committee (ITC). 2015. Annual bulletin of statistics 2015.
International Tea Committee. USA.
Ismail KM. 2014. Uji daya hambat bakteri Aeromonas hydrophila setelah
pemberian ekstrak kasar daun sirsak (Annona muricata L) secara in vitro
[artikel skripsi]. Malang: Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya.
Jawetz M, Melnick R, Adelberg. 2008. Mikrobiologi kedokteran. Jakarta: EGC.
Hlm.199-200.
Jeon J, Joo HK, Chang KL, Chil HO, Hae JS. 2014. The antimicrobial activity of
(-)-Epigallocatehin-3-Gallate and green tea extracts against Pseudomonas
aeruginosa and Escherichia coli isolated from skin wounds. Ann Dermatol.
26(5):564-9.
Jigisha A, Nishant R, Navin K, Pankaj G. 2012. Green tea: A magical herb with
miraculous outcomes. Int. Res. J. Pharm. 3:139–48.
Karlina CY, M. Ibrahim, G. Trimulyono. 2013. Aktivitas antibakteri ekstrak herba
krokot (Potulaca oleracea L.) terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Lentera Bio. 2(1):87–93.
Kassem M. 2008. Society for general microbiology. Edinburgh.1
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 2406/Menkes/Per/XII/2011 tentang Pedoman
Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta: Kemenkes RI.
64
64
Kohanski MA, Dwyer DJ, Wierzbowski J, Cottarel G, Collins JJ. 2008.
Mistranslation of membrane proteins and two-component system activation
trigger antibiotic-mediated cell death. 135:679–90.
Kuntari C. 2007. Uji aktivitas penangkapan radikal hidroksil oleh ekstrak etanol
teh hijau dan teh hitam dengan metode deoksiribosa [skripsi]. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Kusuma SAF. 2010. Escherichia coli. Bandung: Fakultas Farmasi Universitas
Padjajaran.
Kress H. 2011. Practical herbs. [Online] [diakses pada 05 Oktober 2017]. Tersedia
dalam: http://henriettesherbal,com/pictures/p03/pages/camellia-sinensis-
1.htm.
Mahmood T, Akhtar N, Khan BA. 2010. The morphology, characteristics, and
medicinal properties of Camellia sinensis (tea). 4(19):2028–33.
Marie P, Onge. 2005. Dietary fats, teas, dairy, and nuts: Potential functional foods
for weight control. Journal American Society for Clinical Nutrition. 81:7-15.
Murase T, Misawa K, Haramizu S, Hase T. 2009. Catechin-induced activation of
the LKB1/AMP-activated protein kinase pathway. Biological Science
Laboratories. Journal Biochem Parmachol. 78(1):78-84.
Nygren BL, Schilling KA, Blanton EM, Silk BJ, Cole DJ, Mintz ED. 2012.
Foodborne outbreaks of shigellosis in the USA 1998-2008. Epidemiology and
Infection. 141(2)233–241.
Pelczar MJ, Chan ECS. 2007. Dasar - dasar mikrobiologi I. Jakarta: UI-Press.
Purwani EH, Setyo WN, Rauf R. 2009. Respon hambatan bakteri Gram positif
dan negatif pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diawetkan dengan
ekstrak jahe (Zingiber officinale). Jurnal Kesehatan. 2(1):61–70.
Putra AMP, Rustifah, Muhammad A. 2015. Uji aktivitas antimikroba infusum teh
hijau dan teh hitam (Camellia sinensis (L.) Kuntze) terhadap Escherichia coli
dan Candida albicans. Jurnal Ilmiah Manuntung. 1(1):68-74.
Putri ND. 2015. Identifikasi bakteri Escherichia coli pada es batu yang dijual
warung nasi di kelurahan Pisangan tahun 2015 [skripsi]. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Pratiwi ST. 2008. Mikrobiologi farmasi. Jakarta: Penerbit Airlangga. Hlm.22-
42,154-67 dan 188-89
Prayoga E. 2013. Perbandingan efek ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.)
dengan metode difusi disk dan sumuran terhadap pertumbuhan bakteri
65
65
Staphylococcus aureus [skripsi]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Redjeki S. 2014. Uji aktivitas antimikroba infusum teh hijau dan teh hitam
(Camellia sinensis (L.) Kuntze) terhadap Escherichia coli dan Candida
albicans. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. 11(1):98-107.
Reygaert W, Jusufi I. 2013. Green tea as an effective antimicrobial for urinary
tract infections caused by Escherichia coli. Front Microbiol. 4(162):1-4.
Reygaert WC. 2014. The antimicrobial possibilities of green tea (focused review).
5(434)
Rundengan CH, Fatmawali, Herny S. 2017. Uji daya hambat ekstrak etanol biji
pinang yaki (Areca vestiaria) terhadap bakteri Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa. Jurnal Ilmiah Farmasi. 6(1):37-
46.
Saraswati A. 2015. Efektivitas ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis) dengan
NaOCL 2,5% terhadap bakteri Enterococcus faecalis sebagai alternatif larutan
irigasi saluran akar [skripsi]. Makassar: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin.
Sastroasmoro S. 2014. Metode penelitian klinis dasar. Jakarta: PT. Bina Rupa
Aksara.
Setiabudy R. 2007c. Pengantar antimikroba. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R.,
Nefrialdi, Elysabeth, penyunting. Farmakologi dan terapi. Edisi Ke-5.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hlm. 585 – 598.
Setiabudy R. 2012. Farmakologi dan terapi. Edisi Ke-5. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI. Hlm. 673,714,720
Siswoyo R. 2009. Kimia organik.Jakarta: Erlangga.
Soleha TU. 2015. Susceptibility test of antimicroba. Juke Unila. 5(9):119-23.
Stalmach A, Troufflard S, Serafini M, Crozier A. 2009. Absorption, metabolism
and excretion of Choladi green tea flavan-3-ols by humans. Mol. Nutr. Food
Res. 53:S44–53.
Standar Nasional Indonesia. 2009. Batas maksimum cemaran mikroba dalam
pangan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Suardana dan Swarcita. 2009. Higiene makanan. Denpasar: Udayana University
Press.
Sumarno. 2000. Teknik dasar pemeliharaan mikroba. Jakarta: Intan Prawira
66
66
Tammi A. 2016. Perbandingan daya hambat ekstrak daun salam (Syzygium
polyanthum [wight.] walp) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli secara in vitro [skripsi]. Bandar Lampung:
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Taylor PW, Hamilton-Miller JMT, Stapleton PD. 2009. Antimicrobial properties
of green tea catechins. Food Science and Technology Bulletin. 2:71–81.
Tuminah S. 2007. Teh sebagai salah satu antioksidan. Jakarta: Depkes RI.
Waluyo L. 2012. Mikrobiologi umum. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Widyasanti A, Siti H, Dadan R. 2015. Aktivitas antibakteri ekstrak teh putih
terhadap bakteri Gram positif dan negatif. Jurnal Penelitian Teh dan Kina.
18(1):55-60.
Yuwono LF. 2009. Daya antibakteri ekstrak daun teh (Camellia sinensis) terhadap
pertumbuhan Streptococcus sp. pada plak gigi [skripsi]. Surakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.