Anda di halaman 1dari 7

Skrining Fitokimia Dan Uji Antibakteri Ekstrak Kombinasi Daun, Kulit

Dan Buah Jeruk Kunci ( Citrus microcarpa bunge) Terhadap


Pertumbuhan Bakteri Staphylococus Aureus

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Kesehatan

OLEH:
NI WAYAN SANDY PRAMITHA
PO.71.39.1.21.061

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN FARMASI
TAHUN 2024
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteri Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri yang dapat menyebabkan

infeksi pada kulit (Mutiaha dkk, 2014). Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram

positif yang dapat menyebabkan luka di permukaan kulit seperti melepuh dan peradangan.

Staphylococcus aureus termasuk flora normal yang terdapat pada kulit dan selaput lendir

manusia, namun ada juga yang bersifat patogen pada tubuh manusia (Brooks et al., 2013).

Staphylococcus aureus berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 μm yang tersusun dalam

kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak,

biasanya hidup dalam saluran pernapasan dan kulit. Staphylococcus aureus menginfeksi

manusia melalui invasi jaringan dan pengaruh toksin yang dihasilkannya.

Infeksi dengan Staphylococcus aureus dapat diobati dengan antibiotika. Namun untuk

mengetahui antibiotika yang sesuai harus dilakukan kultur bakteri dan uji kepekaan

antibiotika karena saat ini sudah banyak yang resisten terhadap berbagai jenis antibiotika

(Soedarto, 2015). Resistensi antibiotik menyebabkan kebalnya kuman atau mikroorganisme

dalam tubuh, sehingga infeksi sulit untuk disembuhkan bahkan dapat menyebabkan kematian

(Humaida, 2014). Angka kematian yang disebabkan oleh resistensi antibiotik pada tahun

2014 mengalami peningkatan sebesar 700.000, sehingga diperkirakan pada tahun 2050 angka

kematian mencapai 10 juta jiwa dimana jumlah angka kematian oleh resistensi antibiotik

lebih besar dari pada angka kematian yang disebabkan oleh kanker. Hal ini disebabkan

cepatnya perkembangan dan penyebaran infeksi bakteri (Depkes RI, 2016).


Pengembangan obat antibakteri baru sebagai alernatif pengobatan berpotensi tinggi

sebagai obat melalui pengetahuan empiris yang diyakini masyarakat didaerah tertentu

(Ningsih, 2015). Masyarakat lebih menyukai obat yang berasal dari tumbuhan atau yang

disebut dengan obat herbal. Hal ini dikarenakan adanya beberapa alasan yaitu khasiat dan

tidak adanya efek samping (Ismarani, 2013). Secara umum zat flavonoid, alkaloid, dan tanin

digunakan sebagai antibakteri Staphylococus aureus yang bekerja dengan cara merusak

dinding sel bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bahkan bisa menyebabkan

kematian pada bakteri. (Harlita et al., 2018; Rostikawati, 2020). Untuk mengetahui

kandungan metabolit sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan skrining fitokimia

yang digunakan untuk mempelajari komponen senyawa aktif yang terdapat pada sampel

(Endarini, 2016).

Tanaman jeruk kunci (Citrus Microcarpa Bunge) mempunyai bagian-bagian seperti

buah, daun, dan kulit. Jeruk kunci (Citrus Microcarpa Bunge) merupakan tanaman yang

termasuk dalam keluarga Rutaceae yang telah dikembangkan kemudian populer diseluruh

Asia Tenggara, terutama Filipina. Jeruk kunci banyak di temui daerah sumatra, banyak juga

ditemukan di daerah Kepulauan Bangka Belitung hampir setiap rumah memiliki pohon jeruk

kunci (Roby Darisand, 2014) . Buah ini dapat tumbuh pada daerah yang memiliki iklim

tropis dan subtropis. Buahnya dimanfaatkan secara luas oleh Masyarakat untuk bumbu

masakan dan minuman. Salah satu tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai

obat antibakteri yaitu jeruk kunci ( Citrus x microcarpa Bunge). Jeruk kunci memiliki banyak

manfaat diantaranya kaya akan mineral dan vitamin C (Said, 2010).


Tanaman jeruk kunci (bunge Citrus x Microcarpa) mengandung senyawa kimia

antara lain flavonoid, poli fenol,alkaloid (Wulandari et al 2013), tanin terpenoid,steroid,

saponin (Roanisca et al 2021). Pada kulit buah dan daging buah tanaman jeruk kunci (bunge

Citrus x Microcarpa) Senyawa aktif yang terkandung adalah senyawa flavonoid

(Tripoli,2007). Manfaat flavonoid antara lain untuk melindungi struktur sel, meningkatkan

efektifitas vitamin C, antiinflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik.

Penelitian yang dilakukan oleh Roanisca dan R G Mahardika, tahun 2020 dengan

judul “Ekstrak buah bunge Citrus x Microcarpa sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus”. Skripsi dari Universitas Bangka Belitung, Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, Jeruk x microcarpa mengandung senyawa tanin hasil dari pengujian dengan

FeCL3 dengan perubahan warna hitam kehijauan. Uji antibakteri dilakukan dengan

menggunakan metode difusi cakram, menunjukkan aktivitas antibakteri. Konsentrasi

terendah 20% yaitu 12,36 mm, konsentrasi ekstrak 40% mempunyai daya hambat sebesar

17,37 mm konsentrasi ekstrak 60% membentuk zona bening sebesar 19,61 mm, dan pada

konsentrasi ekstrak 80% dan 100% membentuk zona bening masing-masing sebesar 22,90

mm dan 26,63 mm. Pertumbuhan Staphylococus aureus menurun seiring dengan

meningkatnya konsentrasi ekstrak limbah buah jeruk kunci. Konsentrasi 20%, 40% dan 60%

mempunyai daya hambat antibakteri yang relatif kuat. sedangkan untuk konsentrasi 80% dan

100% kemampuan menghambatnya sangat kuat.


1.1 Rumusan Masalah

Tanaman jeruk kunci sangat mudah dijumpai di Palembang, Sayangnya penggunaan

tanaman ini hanya sebagai pelengkap hidangan. Bagian dari tanaman ini seperti daun dan kulit

jeruk kunci (Citrus microcarpa x Bunge) hanya sebagai limbah rumah tangga yang tidak

terpakai, Padahal senyawa yang terkandung didalam tanaman ini merupakan salah satu bahan

alami yang dapat dikembangkan sebagai agen antibakteri. Hal inilah mendorong penulis untuk

melakukan penelitian dengan judul “ Skrining fitokimia dan uji antibakteri ekstrak kombinasi

daun, kulit,dan buah ( Citrus microcarpa bunge) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococus

Aureus.

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui ekstrak etanol jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge) mempunyai

aktivitas antibakteri.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui ekstrak kombinasi daun, kulit dan buah jeruk kunci ( Citrus

Microcarpa Bunge) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus

aureus

2. Untuk mengetahui pada konsentrasi berapakah ekstrak kombinasi daun, kulit dan buah

jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge) dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus
3. Untuk mengetahui Senyawa apa saja yang terkandung didalam ekstrak kombinasi daun,

kulit dan buah jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge) yang mempunyai aktivitas

sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.

1.3 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kandungan yang terdapat didalam

buah jeruk kunci

2. Sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan manfaat buah jeruk

kunci sebagai alternatif pengobatan antibakteri

3. Mengoptimalkan pemanfatan sumber daya alam untuk mendukung potensi daerah.


Daftar Pustaka

Brooks, GF., Carroll KC, Butel JS, Morse, and all (2013). Mikrobiologi Kedokteran
Jawetz, Melnick, & Adelberg. Ed. 25. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Soedarto. (2015). Mikrobiologi Kedokteran . jakarta: CV. Sagung Seto.

Harlita, T. D., Oedjijono, & Asnani, A. (2018). The antibacterial activity of dayak
onion (Eleutherine palmifolia (L.) merr) towards pathogenic bacteria. Tropical Life
Sciences Research, 29(2), 39–52. https://doi.org/10.21315/tlsr2018.29.2.4

Said M. 2010. Pengendalian Pneumonia Pada Anak Balita Dalam Rangka


Pencapaian MDG4.Jakarta: Bulletin jendela epidemiologi. Vol. 3.

Muntiaha, miryam ch, Paulina V. Y Yamlean, dan Widya Astuti Lolo. 2014. Uji
Efektivitas Sediaan Krim Getah Jarak Cina (Jatropha multifida L.) Untuk
Pengobatan Luka Sayat YangTerinfeksi Bakteri Staphylococcus aureus
Pada Kelinci (Orytolagus cuniculus).Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol.
3.

Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI; 2016.

Okwu. (2008). Citrus fruits. In A rich source ofphytochemicals and their rolesin
human health (pp. 6(2):451-471). Int J Chem.

Ningsih,I, Y. 2015. Peran Studi Etnofarmasi dalam Pencarian Tumbuhan Obat yang Berpotensi
Dikembangkan sebagai Antidiabetes. Pharmacy. ISSN: 1693-3591. Vol.12, No.01.

Anda mungkin juga menyukai