OLEH:
NI WAYAN SANDY PRAMITHA
PO.71.39.1.21.061
Bakteri Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi pada kulit (Mutiaha dkk, 2014). Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram
positif yang dapat menyebabkan luka di permukaan kulit seperti melepuh dan peradangan.
Staphylococcus aureus termasuk flora normal yang terdapat pada kulit dan selaput lendir
manusia, namun ada juga yang bersifat patogen pada tubuh manusia (Brooks et al., 2013).
kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak,
biasanya hidup dalam saluran pernapasan dan kulit. Staphylococcus aureus menginfeksi
Infeksi dengan Staphylococcus aureus dapat diobati dengan antibiotika. Namun untuk
mengetahui antibiotika yang sesuai harus dilakukan kultur bakteri dan uji kepekaan
antibiotika karena saat ini sudah banyak yang resisten terhadap berbagai jenis antibiotika
dalam tubuh, sehingga infeksi sulit untuk disembuhkan bahkan dapat menyebabkan kematian
(Humaida, 2014). Angka kematian yang disebabkan oleh resistensi antibiotik pada tahun
2014 mengalami peningkatan sebesar 700.000, sehingga diperkirakan pada tahun 2050 angka
kematian mencapai 10 juta jiwa dimana jumlah angka kematian oleh resistensi antibiotik
lebih besar dari pada angka kematian yang disebabkan oleh kanker. Hal ini disebabkan
sebagai obat melalui pengetahuan empiris yang diyakini masyarakat didaerah tertentu
(Ningsih, 2015). Masyarakat lebih menyukai obat yang berasal dari tumbuhan atau yang
disebut dengan obat herbal. Hal ini dikarenakan adanya beberapa alasan yaitu khasiat dan
tidak adanya efek samping (Ismarani, 2013). Secara umum zat flavonoid, alkaloid, dan tanin
digunakan sebagai antibakteri Staphylococus aureus yang bekerja dengan cara merusak
dinding sel bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bahkan bisa menyebabkan
kematian pada bakteri. (Harlita et al., 2018; Rostikawati, 2020). Untuk mengetahui
yang digunakan untuk mempelajari komponen senyawa aktif yang terdapat pada sampel
(Endarini, 2016).
buah, daun, dan kulit. Jeruk kunci (Citrus Microcarpa Bunge) merupakan tanaman yang
termasuk dalam keluarga Rutaceae yang telah dikembangkan kemudian populer diseluruh
Asia Tenggara, terutama Filipina. Jeruk kunci banyak di temui daerah sumatra, banyak juga
ditemukan di daerah Kepulauan Bangka Belitung hampir setiap rumah memiliki pohon jeruk
kunci (Roby Darisand, 2014) . Buah ini dapat tumbuh pada daerah yang memiliki iklim
tropis dan subtropis. Buahnya dimanfaatkan secara luas oleh Masyarakat untuk bumbu
masakan dan minuman. Salah satu tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
obat antibakteri yaitu jeruk kunci ( Citrus x microcarpa Bunge). Jeruk kunci memiliki banyak
saponin (Roanisca et al 2021). Pada kulit buah dan daging buah tanaman jeruk kunci (bunge
(Tripoli,2007). Manfaat flavonoid antara lain untuk melindungi struktur sel, meningkatkan
Penelitian yang dilakukan oleh Roanisca dan R G Mahardika, tahun 2020 dengan
judul “Ekstrak buah bunge Citrus x Microcarpa sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus”. Skripsi dari Universitas Bangka Belitung, Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, Jeruk x microcarpa mengandung senyawa tanin hasil dari pengujian dengan
FeCL3 dengan perubahan warna hitam kehijauan. Uji antibakteri dilakukan dengan
terendah 20% yaitu 12,36 mm, konsentrasi ekstrak 40% mempunyai daya hambat sebesar
17,37 mm konsentrasi ekstrak 60% membentuk zona bening sebesar 19,61 mm, dan pada
konsentrasi ekstrak 80% dan 100% membentuk zona bening masing-masing sebesar 22,90
meningkatnya konsentrasi ekstrak limbah buah jeruk kunci. Konsentrasi 20%, 40% dan 60%
mempunyai daya hambat antibakteri yang relatif kuat. sedangkan untuk konsentrasi 80% dan
tanaman ini hanya sebagai pelengkap hidangan. Bagian dari tanaman ini seperti daun dan kulit
jeruk kunci (Citrus microcarpa x Bunge) hanya sebagai limbah rumah tangga yang tidak
terpakai, Padahal senyawa yang terkandung didalam tanaman ini merupakan salah satu bahan
alami yang dapat dikembangkan sebagai agen antibakteri. Hal inilah mendorong penulis untuk
melakukan penelitian dengan judul “ Skrining fitokimia dan uji antibakteri ekstrak kombinasi
daun, kulit,dan buah ( Citrus microcarpa bunge) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococus
Aureus.
1. Untuk mengetahui ekstrak etanol jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge) mempunyai
aktivitas antibakteri.
1. Untuk mengetahui ekstrak kombinasi daun, kulit dan buah jeruk kunci ( Citrus
aureus
2. Untuk mengetahui pada konsentrasi berapakah ekstrak kombinasi daun, kulit dan buah
Staphylococcus aureus
3. Untuk mengetahui Senyawa apa saja yang terkandung didalam ekstrak kombinasi daun,
kulit dan buah jeruk kunci ( Citrus Microcarpa Bunge) yang mempunyai aktivitas
2. Sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan manfaat buah jeruk
Brooks, GF., Carroll KC, Butel JS, Morse, and all (2013). Mikrobiologi Kedokteran
Jawetz, Melnick, & Adelberg. Ed. 25. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Harlita, T. D., Oedjijono, & Asnani, A. (2018). The antibacterial activity of dayak
onion (Eleutherine palmifolia (L.) merr) towards pathogenic bacteria. Tropical Life
Sciences Research, 29(2), 39–52. https://doi.org/10.21315/tlsr2018.29.2.4
Muntiaha, miryam ch, Paulina V. Y Yamlean, dan Widya Astuti Lolo. 2014. Uji
Efektivitas Sediaan Krim Getah Jarak Cina (Jatropha multifida L.) Untuk
Pengobatan Luka Sayat YangTerinfeksi Bakteri Staphylococcus aureus
Pada Kelinci (Orytolagus cuniculus).Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol.
3.
Okwu. (2008). Citrus fruits. In A rich source ofphytochemicals and their rolesin
human health (pp. 6(2):451-471). Int J Chem.
Ningsih,I, Y. 2015. Peran Studi Etnofarmasi dalam Pencarian Tumbuhan Obat yang Berpotensi
Dikembangkan sebagai Antidiabetes. Pharmacy. ISSN: 1693-3591. Vol.12, No.01.