Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ivani Dayanara

NIM : 1508305016
Judul Praktikum : Assei Mikrobiologi
Tanggal Praktikum : 23 Maret 2017

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Assei Mikrobiologi merupakan suatu cara analisis pengukuran suatu bahan
yang berhubungan dengan nilai, kekuatan, kemampuan, serta kandungan dengan
menggunakan mikroba sebgai jasad penguji. (Waluyo, 2004). Metode yang
digunakan untuk assei mikrobiologi diantaranya ada sumur difusi. (Pelczar &
Chan, 2007). Terdapat dua zona pada metode sumur difusi, yaitu zona radikal dan
zona irradikal. Zona radikal merupakan suatu zona disekitar cawan yang tidak
ditemukan adanya pertumbuhan bakteri, sedangkan zona irradikal ditemukan
pertumbuhan bakteri namun sudah dihambat oleh zat anti bakteri (Mazni, 2008).
Antibiotik adalah suatu golongan senyawa, baik alami maupun sintetik yang
memiliki efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
organism (Craig, 1998). Menurut Van Saena et al. (2005) mengatakan bahwa
antibiotik berdasarkan sifatnya, yaitu bersifat bakterisidal dan bakteriostatik.
Antibiotik bakterisidal merupakan antibiotik yang dapat membasmi bakteri
atau bersifat dekstruktif, sedangkan antibiotik bakteriostatik adalah antibiotik
yang bekerja dengan menghambat pertumbuhan, perkembangan ataupun
multiplikasi bakteri. Sedangkan antibiotik berdasarkan resistensinya yaitu
antibiotik spektrum luas yaitu mampu mematikan atau menghambat pertumbuhan
bakteri gram positif maupun negative, dan spektrum sempit yaitu hanya mampu
mematikan salah satu bakteri antara gram postif atau negativ. (Entjang, 2003).
I.2 Tujuan
Untuk mengetahui metode dalam assei mikrobiologi, dan bagaimana
efektifitas atau potensi suatu antibiotika terhadap pertumbuhan bakteri, serta
mengetahui persentase daya hambat yang dihasilkan masing-masing sampel.
II. METODE
Metode yang digunakan adalah sumur difusi, pada praktikum ini
meggunakan sampel daun jambu biji sebagai antibiotika. Langkah pertama yaitu
media NA yang telah dilubangi dan diberi sediaan biakan bakteri (E. coli). Daun
jambu biji dibersihkan dengan air mengalir, dipotong kecil-kecil, dihaluskan
dengan menggunakan mortar, dan ditambah sedikit air steril. Kemudian digerus
sari dari daun jambu biji dan disaring, dimasukkan kedalam Erlenmeyer. Langkah
kedua, diambil air steril menggunakan pipet dan diberi kedalam lubangan
pertama, dan diberi juga sari daun jambu biji pada lubangan kedua dan ketiga.
Setelah itu di inkubasi 24 jam, di amati perubahan yang terjadi serta diukur
diameter daerah atau zona bening yang terbentuk, lalu ditentukan presentase daya
hambatnya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


III.1 Hasil
(Terlampir)
III.2 Pembahasan
Sampel yang digunakan pada praktikum Assei mikrobiologi diantaranya
Kunyit, daun Mint, daun Jambu biji, daun Sirih, daun Juwet, dan rimpang Jahe,
serta amoxicillin sebagai kontrol positif. Amoksisilin adalah salah satu yang
paling penting dari β-laktam sebagai antibiotik yang digunakan dalam aplikasi
klinis (Zhang et al., 2010). Hasil persentase daya hambat yang didapatkan pada
praktikum ini antara lain, kunyit dengan daya hambatnya sebesar 36,25%.
Menurut Said (2001) kunyit mengandung berbagai senyawa diantaranya adalah
kurkumin dan minyak atsiri, yang melakukan presipitasi dan denaturasi protein,
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sehingga mampu menghambat
petumbuhan dari bakteri. Kemampuan kunyit untuk mengikat radikal, mengurangi
kompleks besi dan menghambat peroksidasi menunjukkan efek yang
menguntungkan penggunaannya dalam memasak dan obat-obatan (Tilak, 2004).
Hasil persentase daya hambat pada daun Mint sebesar 58,7%. Daun mint
mengandung bahan organik (etanol, metanol, etil asetat, kloroform, heksana dan
petroleum eter) ekstrak daun ditemukan memiliki aktivitas antibakteri yang kuat
terhadap berbagai bakteri patogen. Ekstrak etil asetat daun menunjukkan
penghambatan jelas dari kloroform, petroleum eter dan heksan. Aktivitas ekstrak
daun menjadi lebih berpengaruh pada Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus dan
Proteus vulgaris dari Escherichia coli. (Sujana et al., 2013)
Hasil persentase daya hambat pada daun jambu biji sebesar 32,71%. Daun
Jambu Biji mengandung beberapa kimia konstituen seperti comarins, minyak
esensial, flavonoid, triterpen dan ellagitannins yang diketahui memiliki sifat
antimikroba. Ekstrak daun ini menunjukkan hasil yang efektif dan efisien
terhadap bakteri pathogen bekas. daun Psidium guajava bisa berfungsi sebagai
baik sumber agen antibakteri. (Garode and Waghode, 2014)
Hasil persentase daya hambat pada daun Sirih sebesar 35%. Daun sirih
mengandung konsentrasi tinggi dari asam lemak seperti asam palmitat, asam
stearat dan ester asam lemak hidroksi. Aktivitas sterol pada permukaan dinding sel
bakteri dan membran menyebabkan perubahan dalam struktur utama dari sel
dinding membran, menyebabkan pori pembentukan dan degradasi komponen
bakteri. Ini menunjukkan daun sirih mampu ampuh sebagai aktivitas antimikroba
terhadap beragam mikroorganisme patogen. (Chakraborty and Barkha, 2011)
Hasil persentase daya hambat pada daun Juwet sebesar 48,75%. Daun
Juwet kaya senyawa yang mengandung anthocyanin, glukosida, ellagic acid,
Isoquercetin, kaemferol dan myrecetin. Kandungan ini sebagai antioksidan yang
menyumbang untuk pemulungan radikal bebas dan efek perlindungan pada enzim
antioksidan, juga ditemukan memiliki jumlah fenolat tinggi dengan aktivitas
antioksidan yang signifikan dan cukup kaya protein dan kalsium. (Nascimento et
al., 2000)
Hasil persentase daya hambat pada Jahe sebesar 80%. Jahe mengandung
zat antimikroba seperti zingiberol, zingiberine dan bisabolene. (Melvin et al.,
2009). Juga, Jahe mengandung senyawa metabolit terutama golongan flavonoid,
fenol, terpenoid, dan minyak atsiri yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme patogen yang merugikan kehidupan manusia. (Benjelalai, 1984)

IV. KESIMPULAN
Metode yang digunakan dalam assei mikrobiologi yaitu sumur difusi.
Melalui metode sumur difusi, besar presentase daya hambat dari berbagai sampel
menunjukkan hasil yang berbeda, diantaranya kunyit 36,25%, daun Mint 58,75%,
daun Jambu Biji 32,71%, daun Sirih 35%, daun Juwet 48,75%, dan rimpang Jahe
80%. Semakin besar presentase zona hambat maka semakin besar pula daya
hambat pertumbuhan bakteri. Dari masing-masing sampel, dapat dilihat bahwa
rimpang Jahe memiliki persentase daya hambat yang terbesar sehingga
menunjukkan bahwa baik sebagai antibiotika karena mempunyai daya hambat
paling besar terhadap petumbuhan bakteri.

DAFTAR PUSTAKA

Benjelalai. 1984. Pengantar ilmu pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta:


UGM Press
Chakraborty, Devjani., Barkha Shah. 2011. Antimicrobial, Antioxidative And
Antihemolytic Activity Of Piper betle Leaf Extracts. International Journal
of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 3(3): 192-199
Craig, W. A. 1998. Choosing An Antibiotic On The Basis of Pharmacodynamics.
New England: Ear Nose Throat J
Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Garode, Am., SM Waghode. 2014. Antibacterial Activity Of Psidium guajava


Linn (Guava) Leaves Extracts On Bacterial Pathogens. International
Journal of Bioassays. 3 (02): 1794‐1796

Mazni, R. 2008. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Bidara Upas
(Merremia mammosa Chois) terhadap Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli serta Brine Shrimp Lethality Test. Surakarta:Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Melvin, M. J., Jayachitra J., Vijayapriya M. 2009. Antimicrobial activity of some
common spices against certain human pathogens. Journal of Medicinal
Plants Research, 3(11): 1134-1136
Nascimento, Gislene G. F., Juliana Locatelli., Paulo C. Freitas., Giuliana L. Silva.
2000. Antibacterial Activity Of Plant Extracts And Phytochemicals On
Antibiotic-Resistant Bacteria. Brazillian Journal of Micobiology. 31(04)

Pelczar, M. J., E. C. S. Chan. 2007. Dasar–Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press


Said, Ahmad. 2007. Khasiat dan Manfaat Temulawak. Jakarta: Sinar Wadja
Lestari
Sujana, Para., Thulasi Muneppa Sridhar., Penchalaneni Josthna., Challagundla
Varadarajulu Naidu. 2013. Antibacterial Activity and Phytochemical
Analysis of Mentha piperita L. (Peppermint)—An Important Multipurpose
Medicinal Plant. American Journal of Plant Sciences 4: 77-83

Tilak, J. C., Banerjee M., Mohan H., Devasagayam T. P. 2004. Antioxidant


availability of turmeric in relation to its medicinal and culinary
uses. Phytother Res. 18: 798–804.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
Zhang, Ye-wang., Rui-Jiang Liu., Xi-Ming Xu. 2010. One-pot, two-step
enzymatic synthesis of amoxicillin by complexing with Zn2+. Applied
Microbiology and Biotechnology. Heidelberg 88.1 : 49-55.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai