2(2):64-66, 2006
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau
ISSN : 1829-5460
64
PENDAHULUAN
Bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis
merupakan kelompok bakteri enterobacteriaceae
yang hidup di dalam saluran pencernaan manusia
sebagai penghuni usus (enteron) dan bersifat
patogen. Bakteri E. coli dapat menyebabkan
gastroenteritis pada manusia, sedangkan B. subtilis
dapat menyebabkan kerusakan pada makanan
kaleng yang juga dapat mengakibatkan
gastroenteritis pada manusia yang
mengkonsumsinya. Oleh sebab itu makanan yang
disimpan dalam waktu lama perlu dilakukan
pengawetan agar tidak membahayakan konsumen.
Untuk mencegah dan mengendalikan pertumbuhan
bakteri pada bahan makanan umumnya digunakan
bahan kimia pengawet berupa zat kimia sintetik.
Alternatif lain yang memungkinkan untuk
dikembangkan adalah pemanfaatan senyawa
bioaktif yang dihasilkan oleh tumbuhan. Salah satu
diantaranya adalah pemanfaatan senyawa metabolit
*) Komunikasi
Penulis :
Laboratorium Pendidikan Biologi
PMIPA FKIP Universitas Riau
66
Terbentuknya daerah bening di sekitar kertas
cakram menunjukkan terjadinya penghambatan
pertumbuhan koloni bakteri akibat pengaruh
senyawa bioaktif yang terdapat pada ekstrak jahe.
Senyawa-senyawa metabolit sekunder golongan
fenol, flavanoid, terpenoid dan minyak atsiri yang
terdapat pada ekstrak jahe diduga merupakan
golongan senyawa bioaktif yang dapat
menghambat pertumbuhan bakeri.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya
diketahui bahwa senyawa fenol, terpenoid dan
flavonoid merupakan senyawa produk metabolisme
sekunder tumbuhan yang aktif menghambar
pertumbuhan bakteri. Ekstrak akar Acanthus
ilicifolius dilaporkan dapat menghambat
pertumbuhan koloni bakteri Vibrio
parahaemolyticus sp (Nursal, 1997) dan Vibrio sp
(Nursal, 1998). Senyawa triterpenoid yang terdapat
pada ekstrak daun Premna schimperi dilaporkan
dapat menghambat pertumbuhan koloni bakteri
Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis pada
http://biologi-fkip.unri.ac.id/karya_tulis/6%20nursal-BIOAKTIFITAS%20EKSTRAK
%20JAHE%2064-66.pdf
bacillus gram negative
control penisilin n keluarganya
Gastroenteritis adalah diare dengan atau tanpa muntah yang disebabkan masuknya bakteri, virus atau
toksin. Penyebabnya biasanya tidak. Akan tetapi makanan dan minuman yang terkontaminasi merupakan
sumber utama infeksi.
Jahe adalah rempah-rempah yang banyak digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Tanaman ini selain
digunakan sebagai bumbu dapur juga berkhasiat sebagai obat. Ciri khas jahe terdapat pada aroma dan rasanya
yang tajam. Aroma pada jahe disebabkan oleh adanya minyak atsiri terutama golongan seskuiterpenoid sebanyak
lebih dari 3 %. Sedangkan rasa yang pedas disebabkan oleh adanya senyawa gingerol dan shogaol. Di Indonesia,
jahe diracik menjadi suatu minuman penghangat badan yang dikenal dengan nama wedang jahe. Minuman ini
sangat bermanfaat untuk mengusir dingin terutama bagi mereka yang tinggal di daerah pegunungan.
Zingiberis officinale, nama latin tanaman jahe merupakan tanaman yang tumbuh tegak dan merumpun dengan tinggi
mencapai 30 cm 1m. Jahe biasanya ditanam pada dataran rendah sampai dataran tinggi (daerah subtropis dan
tropis) pada ketinggian 1500 m diatas permukaan laut. Menurut Farmakope Belanda, Zingiber rhizoma (rimpang
jahe) yang berupa umbi Zingiber officinale mengandung 6% bahan obat-obatan yang sering dipakai sebagi rumusan
obat-obatan atau sebagai obat resmi di 23 negara. Menurut daftar prioritas WHO, jahe merupakan tanaman obatobatan
yang
paling
banyak
dipakai
di
dunia.
Terdapat tiga jenis jahe yang popular di pasaran yaitu jahe gajah, jahe kuning dan jahe merah. Jahe gajah
merupakan jahe yang paling disukai di pasaran internasional. Bentuknya besar gemuk dan rasanya tidak terlalu
pedas. Daging rimpang berwarna kuning hingga putih. Jahe kuning merupakan jahe yang banyak dipakai sebagai
bumbu masakan, terutama untuk konsumsi lokal. Rasa dan aromanya cukup tajam. Ukuran rimpang sedang dan
berwarna kuning. Jahe merah merupakan jahe yang sering digunakan sebagai bahan dasar jamu karena kandungan
minyak atsirinya tinggi dan rasanya paling pedas. Ukuran rimpangnya kecil berwarna merah, dengan serat lebih
besar
dibanding
jahe
biasa.
Secara empiris, jahe diketahui berkhasiat merangsang kelenjar pencernaan sehingga baik untuk membangkitkan
nafsu makan. Minyak jahe yang berisi gingerol, berkhasiat mencegah dan mengobati mual dan muntah. Jahe segar
yang ditumbuk halus juga dapat digunakan sebagai obat luar untuk mengatasi mulas. Beberapa khasiat jahe juga
telah dibuktikan secara ilmiah melalui penelitian di laboratorium. Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu
mencegah penggumpalan darah. Jadi mencegah tersumbatnya pembuluh darah, penyebab utama stroke dan
serangan jantung. Jahe dapat mencegah mual melalui proses blokade serotonin, yaitu senyawa kimia yang dapat
menyebabkan
perut
berkontraksi,
sehingga
timbul
rasa
mual.
Tidak hanya itu, jahe ternyata berkhasiat sebagai antibakteri. Bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis yang
bersifat patogen terhadap saluran pencernaan manusia dapat dihambat pertumbuhan koloninya dengan ekstrak
jahe. Namun ekstrak jahe lebih aktif menghambat pertumbuhan koloni bakteri B.subtilis dibandingkan dengan bakteri
E.coli (Nursal, 2006). Bakteri E.coli dapat menyebabkan gastroentritis pada manusia, sedangkan B.subtilis dapat
menyebabkan kerusakan pada makanan kaleng yang juga dapat menyebabkan gastroentritis pada manusia yang
mengkonsumsinya.
Jenis bakteri patogen lain yang dapat dihambat pertumbuhannya adalah bakteri penyebab tuberkulosis, bakteri
periodontal yang menyebabkan periodontitis, dan bakteri yang menyerang saluran pernafasan. Ekstrak etanol
rimpang jahe merah menunjukkan aktivitas antituberkulosis terhadap M.tuberkulosis galur H37Rv, Labkes-232, dan
Labkes-450 masing-masing pada minggu ke-2,2 dan 3 (Neng, 2006). Melalui metode tertentu pada uji penapisan
antibakteri, kita dapat mengetahui pada minggu keberapa aktivitas penghambatan pertumbuhan koloni bakteri
terjadi. Ekstrak rimpang jahe dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif seperti bakteri
yang menyerang saluran pernafasan, diantaranya Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Streptococcus
pneumoniae dan Haemophilus influenzae (Akoachere et.al, 2002). [10]-gingerol dan [12]-gingerol, yaitu senyawa
yang berhasil diisolasi dari rimpang jahe menunjukkan aktivitas antibakteri yang kuat secara in vitro melawan bakteri
anaerob
yang
menyebabkan
periodontitis
pada
rongga
mulut
manusia
(Park,
2008).
Dari satu tanaman jahe, Yang Maha Kuasa menyediakan beragam manfaat untuk kesehatan manusia. Kini tinggal
bagaimana usaha manusia memanfaatkannya dan tugas peneliti untuk terus mengeksplorasi manfaat dan
pengembangannya
guna
mencapai
hasil
yang
optimal.
Sumber
Fisheri, Neng, 2006, Uji Aktivitas Ekstrak Etanol dan Fraksi Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc. Var. Sunti. Val.) Terhadap
Mycobacterium tubeculosis Galur H37Rv, Galur Labkes-232, Galur Labkes-450, Beberapa Bakteri Lain, dan Jamur, Sekolah Farmasi ITB.
Park, Miri, 2008, Antibacterial Activity of [10]-Gingerol and [12]-Gingerol isolated from Ginger Rhizome Against Periodontal Bacteria,
Phytother.
Res.
22,
14461449.
Akoachere, 2002, Antibacterial Effect of Zingiber officinale and Garcinia kola on Respiratory Tract pathogens, East African Medical Journal,
79(11):588-92.
http://dikaameliaifani.blogspot.com/2010/05/jahe-dan-khasiat-anti-bakteri.html
bahwa minyak atsiri yang terkandung dalam rimpang jahe memilki efek analgetika yang
lebih kuat daripada ekstrak etanol rimpang jahe dengan kandungan minyak atsiri yang
sama.
Jahe yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi yang berasal dari oleoresin
membuat jahe berfungsi sebagai penangkap radikal bebas. Ini berarti jahe memiliki
aktivitas anti peradangan, antimutagenik (www.friedli.com ), dapat melindungi
lemak/membran dari kerusakan oksidatif, menghambat oksidasi kolesterol dan
meningkatkan kekebalan tubuh (www.indohafi.com ).
6-shogaol yang terkandung dalam oleoresin jahe mengurangi peradangan di lutut dan
melindungi tulang rawan pada tulang paha dari kerusakan (Levy, et al, 2006). Khasiat ini
berasal dari gugus-gugus fungsi yang terdapat pada shogaol, yaitu, gugus hidroksil,
karbonil, ikatan-ikatan rangkap dalam cincinnya dan metoksi. Gingerol yang menyusun
sekitar 1 - 2% dari minyak atsiri jahe dapat meredakan kejang (antispasmodik), sebagai
antiradang dan antirematik (Samiran dan Ismail, 2005). Aktivitas ini berasal dari gugusgugus fungsi yang terdapat pada gingerol, yaitu, gugus hidroksil, karbonil, ikatan-ikatan
rangkap dalam cincinnya dan metoksi.
Magnesium, kalsium dan fosfor yang terkandung dalam jahe berfungsi bersamasama dalam pembentukan tulang, kontraksi otot dan transmisi syaraf. Tingginya
kandungan mineral ini dalam jahe membuat jahe cocok sebagai obat kejang otot dan
lemah otot. Peran jahe dalam mengobati lemah otot juga dikarenakan oleh kandungan
potassium yang tinggi di dalamnya (www.friedli.com ).
Jahe juga memiliki fungsi untuk mengurangi sesak nafas karena jahe dapat berfungsi
sebagai decongestant atau pelega nafas (Block, Leslie L, et al, 2000). Selain itu, pada
penelitian yang dilakukan Sustiami, 1994 didapatkan minyak atsiri jahe pada dosis 5 L,
10, 15, 20, 25 menghambat secara bermakna terhadap pertumbuhan Candida albicans
dengan P<0,05. Ini berarti, jahe dapat mengobati sesak nafas karena kandidiasis pada
paru-paru yang disebabkan oleh Candida albicans.
LANGUATIS RHIZOMALanguatis rhizoma yang dimaksud ialah rimpang Alpinia
galanga atau lengkuas. Dalam taksonomi, lengkuas termasuk dalam divisi
Magnoliophyta, kelas Liliopsida, ordo Zingiberales, subfamili Alpiniodeae, suku Alpiniae
dan genus Alpinia. Taksonomi lengkuas tersebut menunjukkan bahwa lengkuas dan
jahe tergolong dalam satu ordo.
Rimpang lengkuas setidaknya mengandung 1 % minyak atsiri berwarna kuning
kehijauan yang terutama terdiri dari metil sinamat 48%, sineol 20%-30%, eugenol,
kamfer 1%, seskuiterpen, pinen, galangin dan lain-lain. Selain itu, rimpang lengkuas
juga mengandung resin yang disebutgalangol, kristal berwarna kuning yang
konsentrasi hambat minimum 150 mm, krim yang mengandung minyak atsiri rimpang
lengkuas 11% b/b dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans dengan
konsentrasi hambat minimum 210 mm. Sedangkan, krim yang mengandung minyak
atsiri rimpang lengkuas 15% b/b dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans
dengan konsentrasi hambat minimum 240 mm (Soeratri, widji, 2005).
Selain itu, Ekstrak kloroform dari lengkuas dapat menghambat pertumbuhan jamur B.
cinerea dengan konsentrasi penghambatan minimum 156,3 g/mL, pestalotiopsis sp
dengan konsentrasi penghambatan minimum 2500 g/mL, C. gloeosporioides dengan
konsentrasi penghambatan minimum lebih dari 2500 g/mL (Khewkhom, 2007).
Ekstrak rimpang lengkuas dapat mengobati ambeien, linu, encok, rematik maupun
penyakit pinggang karena eugenol yang terkandung di dalamnya yang merupakan
anggota dari kelas allil benzena dapat digunakan sebagai anastesis dan analgesik
dimana analgesik berfungsi meredakan rasa sakit (www.wikipedia.com ).
Selain itu, lengkuas yang digabungkan dengan ekstrak jahe terbukti dapat menurunkan
gejala osteoartitis pada lutut, mengurangi sakit sendi, mengurangi peradangan, dapat
membangun kembali kartilago (Cho, Suk H, 2006), mengurangi gejala remathoid
arthritis, arthritis reaktif dan mengurangi produksi sitokina yang properadangan.
Pengurangan produksi sitokina ini dilakukan dengan cara mengurangi respon
peradangan, meningkatkan fungsi sel dengan mengurangi reduksi IL-1, TNF, IL-6 dan
mereduksi fungsi sel B dan T (Chavali, Andasiva R, 1997). Selain itu, lengkuas juga
dapat menguatkan otot yang lama tidak digerakkan karena sakit atau rematik (Kunia,
Kabelan, 2006).
Rimpang lengkuas dapat mengobati bronkitis karena kandungan minyak atsiri rimpang
lengkuas dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans yang dapat menyebabkan
kandidiasis pada paru-paru. Kandidiasis pada paru-paru dapat menyebabkan bronkhitis,
nyeri dan sesak nafas (Hamdi, S, 1997).
Rimpang lengkuas dapat pula mengobati sesak nafas karena pneumonia. Ini
disebabkan karena minyak atsiri lengkuas dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus yang dapat mengakibatkan pneumonia (www.wikipedia.com).
ALSTONIAE CORTEX Alstoniae cortex yang dimaksud ialah kayu dari tanaman
bergenus Alstoniae atau kayu pulai. Namun tanaman bergenus Alstoniae yang banyak
digunakan sebagai obat ialah Alstoniae constricta. Dalam taksonomi, Alstoniae
constricta termasuk dalam divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Gentianales,
famili Apocynaceae, suku Plumeriae, subsuku Alstoniinae dan genus Alstonia
(www.wikipedia.com). Taksonomi tersebut menunjukkan bahwa Alstoniae constricta dan
lengkuas tergolong dalam satu divisi yang sama.
Dalam jamu ini ekstrak kayu pulai berperan dalam mengobati diabetes mellitus, sesak
nafas karena bronkhitis dan gatal-gatal.
Alstoniae constricta mengandung alstonin (C21H20N2O4), yang merupakan suatu
alkaloid amorf berwarna kuning-oranye, alstonisin yang amorf dan tidak larut dalam air
mendidih, porfirin (C21H25N3O2) yang putih dan tidak berupa kristal (Felter, HW dan
John Uri Lloyd, 1898), alstonidin (Rhemington, JP dan Horatio C Wood, 1918), reserpin
(Robert, et al, 1964), porfirosin, alstonilidin, vincamajin, O-3,4,5trimethoxycinnamoylvincamajin,o-3,4,5-trimethoxybenzoylquebrachidin, suatu golongan
bisindol dengan rumus molekul C43H50N4O7 (Crow, WD, 1970).
Alstonin yang merupakan kelompok alkaloid memiliki aktivitas antibronkhitis (Wakim,
KG, 1947), antidiabetes (Elizabethzky, 2006), antibakteri (Leite, Sonia Pereira, 2006),
anti penyakit jiwa (antipsychotic) dan anti cemas (anxiolytic) (Costa-campos, et al,
2004). Efek anticemas dari alstonin dapat membuat penderita penyakit lebih dapat
tenang dalam menjalani pengobatan. Ini dapat mengakibatkan penderita penyakit dapat
lekas sembuh. Efek antibakteri dari alstonin dapat mengobati gatal-gatal yang
disebabkan karena bakteri.Alstonidin dapat memperlancar aliran darah. Ini dapat
membantu penyembuhan penyakit (Dwec, Anthony C, 2007). Alstonidin juga termasuk
golongan alkaloid. Reserpin yang merupakan golongan alkaloid memberikan efek
tenang sehingga dapat mempercepat penyembuhan (Andrew, et al, 1958).
BURMANI CORTEX
Burmani cortex yang dimaksud ialah kayu manis (Padang) atau Cinnamommum
burmannii. Dalam taksonomi, Cinnamommum burmannii termasuk kingdom Plantae,
divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, order Laurales, family Lauraceae dan genus
Cinnamon.
Kayu manis mengandung minyak atsiri, safrol, sinamaldehid, eugenol, tanin,
dammar dan kalsium oksalat (Wahyudi, Andi, 2002). Ekstrak air kayu manis
mengandung senyawaan fenol sebesar 9,3%. Senyawa lain yang ditemukan adalah
flanonoid, tanin, triterpenoid, dan saponin (Azima, fauzan, 2002). kayu manis selain
berfungsi memberikan rasa manis pada jamu, juga berperan dalam mengobati asam
urat, hernia, encok, penyakit pinggang, rematik, gatal-gatal, dan sesak nafas karena
kandidiasis pada paru-paru maupun pneumonia. Selain itu, kayu manis baik dikonsumsi
untuk penderita diabetes mellitus.
Menurut Prof. Hembing Wijayakusuma, kayu manis berkhasiat untuk obat asam urat,
tekanan darah tinggi, maag, tidak nafsu makan, sakit kepala (Vertigo), masuk angin,
diare, perut kembung, nyeri pinggang, muntah-muntah, hernia, susah buang air besar,
asma, sariawan, sakit kencing, rematik dan menghilangkan rasa sakit (Wahyudi, Andi,
2002).
Kayu manis dapat mengobati gatal-gatal dan sesak nafas pada kandidiasis paru-paru
disebabkan karena kayu manis menunjukkan efek anti bakteri. Minyak atsiri yang
terkandung dalam kayu manis dapat menghambat pertumbuhan bakteri Candida
albicans, Escherichia coli, Streptococcus agalactiae, Enterococcus faecalis,
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermis (Arnal-schnebelen, et al, 2004).
Candida albicans yang dapat dihambat pertumbuhannya oleh minyak atsiri kayu manis
merupakan penyebab kandidiasis paru.
Kayu manis dari Indonesia juga memiliki aktivitas antibakteri. Harry Onggirawan, 1980
telah melakukan penentuan koefisien fenol minyak atsiri kulit kayu manis terhadap
bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhosa. Dari hasil penelitian tersebut,
ternyata minyak atsiri kulit kayu manis mempunyai daya antimikroba (koefisien fenol)
3,18 (berarti 3,18 kali lebih kuat daripada fenol) terhadap bakteri Staphylococcus aureus
dan daya antimikroba (koefisien fenol) 3,64 terhadap Salmonella typhosa. Ria Amelya,
1992 telah melakukan penelitian tentang pengaruh daya hambat kayu manis terhadap
bakteri Staphylococcus aureus. Dari hasil penelitian tersebut, ternyata sari Kayu Manis
dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 1,1%,
sedangkan pada konsentrasi 0,3%; 0,5%; 0,7%; dan 0,9% tidak dapat menghambat
(www.iptek.net ). Staphylococcus aureus yang dapat dihambat oleh sari kayu manis
dapat menyebabkan pneumonia.
Kayu manis baik dikonsumsi untuk penderita diabetes mellitus karena polimer polifenol
yang terkandung dalam kayu manis menjaga kadar gula dalam darah (Anderson, RA, et
al, 2004). Selain itu, sinamaldehid yang terkandung dalam minyak atsiri kayu manis
memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang melindungi sel dari kerusakan oksidatif.
Kayu manis dapat mengobati encok, penyakit pinggang dan rhematik karena
mengandung eugenol yang dapat sebagai analgesik. Efek analgesik dari eugenol dapat
mengurangi rasa sakit (www.wikipedia.com ).
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, RA, 2004, ``Isolation and Characterization of Polyphenol Type-A Polymers
from Cinnamon with Insulin-like Biological Activity``, J. Agric. Food. Chem, 52: 65-70.
Andrew, F. N., Perry, T. W., Martin Stob, Beeson, W. M., 1958, ``The Effects of
Diethylstilbestrol, Testoterone and Resepine on Growth and Carcass Grade of Lambs``,
J. Animal Sci, 17: 157.
Anonim, 1995, ``Farmakope Indonesia``, Edisi IV, Departemen Kesehatan Indonesia,
Jakarta, Hal. 6.
Arnal-schnebelen, B., Hadji-Minaglou, F., Peroteau, J. F. Rybeire, F. Bilberberg, V. G.
De, 2004, ``Essential oils in infectious gynaecological disease: a statistical study of 658
cases``, International Journal of Aromatherapy, 2004 (Vol. 14) (No. 4) 192-197.
Azima, fauzan, 2002, ``Kayu Manis Cegah Aterosklerosis dan Kanker``, Pikiran Rakyat
edisi 30 September 2004, Jakarta.
Block, Leslie L, David, J. W. G., David Rolf, 2000, ``Inhalation Therapy Decongestant
with Foraminous Carrier``, US Patent nomor 6. 090. 403.
Chavali, Andasiva R, 1997, ``Formulation for Alleviating Symptoms Associated with
Arthritis``, US Patent nomor 5. 683. 698.
Cho, Suk H, Idaho Falls, R. A. Forse, 2006, ``Dietary Suppements and Methods for
Treating Pain and Inflammation``, US Patent nomor 7. 138.149 B2.
Costa-campos, 2004, ``Anxiolytic Propeties of the Antipsychotic Alkaloid Alstonine``,
Journal of Pharmacology, Biochemistry and Behaviour, Vol. 77, Hal.481.
Crow, W. D., N. C. Hancox, S. R. Johns, J. A. Lamberton, 1970, ``New alkaloids of
Alstonia constricta``, Australian Journal of Chemistry 23(12) 2489 - 2501.
Darwis, 1991, ``Tanaman Obat Family Zingiberaceae``, Badan Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Industri, Jakarta, Hal. 8-12.
Dwec, Anthony C, 2007, ``Impotence-Evaluating Traditional Remedies``, Personal Care
edisi Juli 2007.
Elizabethzky, E dan L Costa-campos, 2006, ``The Alkaloid Alstonine: A Review of Its
Pharmacological Properties``, eCAM, doi: 10. 1093/ecam/nel011.
Felter, HW dan John Uri Lloyd, 1898, ``Extractum Alstoniae Constrictae Fluidum.-Fluid
Extract of Alstonia Constricta``, www.herbalmagick.com.
Hamdi, S, 1997, ``Kandidiasis Paru``, Cermin Dunia Kedokteran No. 114, 1997 27,
Jakarta.
Haraguchi, H., Kuwata, Y. K, Inada, 1996, ``Antifungal Activity from Alpinia galangal and
the Competition for Incorporation of Unsaturated Fatty Acid in Cell Growth``, Planta
Medica, 62, 4, 308-313.
Hendradi, Esti, Soemiati, E. R. Himawati, Rosita Noorma, Arie Sulistyarini, 2000,
``Formulasi Sediaan Topikal dari Perasan Rimpang Zingiber officinale Rosc dengan
Menggunakan Beberapa Basis Krim``, J. Penelitian Med. Eksakta, Vol.1 April 2000: 6878.
Khotimah, 1996, ``Penelitian Khasiat Analgetika Minyak Atsiri dan Ekstrak Etanol
Rimpang Zingiber officinale Rosc dengan Metode Writhing Test Pada Mencit``, Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya.
Kunia, Kabelan, 2006, ``Lengkuas Pengganti Formalin``, Pikiran Rakyat edisi 26 Januari
2006, Bandung.
Khewkhom, N., Sangchote, S., Greger, H., 2007, ``In Vitro Antifungal Activity of Some
1 komentar:
afni clink mengatakan...
tentang gugus fungsi yg bkaitan dg aktivitasna...itz just theoritical
6 Juni 2009 05:07
Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langgan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
2011 (21)
2010 (1)
2009 (11)
Juni (11)
farmakodinamika obat
terapi gen
air,kesdahan,nitrat,kalsium,dll
uji organoleptik
yoghurt
strawberry
susu
2008 (2)
2007 (2)
Mengenai Saya