Anda di halaman 1dari 9

Oral Biology 3

Peran Jahe (Zingiber officinale) Sebagai Antimikroba


pada Saluran Akar

Oleh :
PUTRI GUSTI HAKIKI
04111004005

Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si

Program Studi Kedokteran Gigi


Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
2013

Putri Gusti Hakiki


04111004005
Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
Peran Jahe (Zingiber officinale) Sebagai Antimikroba pada Saluran Akar
Abstract :
Streptococcus mutans, Candida albicans and Enteroccocus faecalis are the three oral
microorganisms most commonly implicated in causation of oral infections and treat
endodontic failure. All these oral microorganisms have grown resistant to routinely used
antimicrobials. There is a need for an antimicrobial agent which is effetive, safe and
economical. Zingiber officinale, commonly known as Ginger is one such plant product which
has beed used from ancient time. It has shown to possess promising inhibitory effect on many
of the oral microorganisms. Phytochemical screening of Ginger revealed the presence of
biologically active chemical compounds such tannins, Phenols, Saponins, alkaloids and
flavonoids as antimicrobial agent that are inhibitory to the growth of these pathogens.
Keywords : antimicrobial, Zingiber officinale, phytochemical
Pendahuluan
Selama prosedur perawatan saluran akar, tindakan instrumental, irigasi, desinfeksi
merupakan hal yang wajib dilakukan selama dan sesudah pembersihan dan pembentukan
saluran akar. Dengan tujuan untuk pembinasaan mikroorganisme patogenik yang
mensyaratkan pengambilan jaringan pulpa dan debris terlebih dahulu. Bahan bahan
desinfeksi yang digunakan harus memenuhi persyaratan yaitu tetap stabil dalam larutan, tidak
mengganggu perbaikan jaringan periapikal, tidak menodai struktur gigi, harus mampu
dinonaktifkan dalam medium biakan, tidak emnginduksi respon imun antar sel, germisida dan
fungisida yang efektif, memiliki efek antimikrobial yang lama, aktif dengan adanya darah,
serum, dan derivat protein jaringan, serta memiliki tegangan permukaan yang rendah.1,2,3,4
Antimikroba yang digunakan pada saluran akar dapat berasal dari sintetik maupun
alami, bahan dari material alam lebih dianjurkan karena memiliki lebih sedikit efek samping
dan lebih aman dibanding sintetik. Hal ini dapat terlihat dari kandungan berbagai material
alam yang dapat digunakan sebagai antimikrobial terhadap mikroflora khususnya pada
saluran akar, seperti cengkeh, jahe, mahkota dewa, Aloe vera, dan lain - lain. Mikroorganisme

yang terdapat dalam saluran akar dapat menyerbu jaringan periapikal dan tidak saja
menimbulkan rasa sakit, tetapi juga menghancurkan periodonsium termasuk tulang. Medikasi
intrasaluran mengurangi atau menghilangkan flora mikrobial di dalam saluran akar untuk
mencegah dan perawatan inflamasi periradikular, apabila tidak dilakukan tindakan tersebut
makan miroorganisme patogenik lainnya akan semakin mengingkat.3,4
Penelitian pemanfaatan ekstrak jahe sebagai bahan antimikroba telah dilakukan di luar
negeri (Singh, dkk.2008). Di Indonesia, penelitian aktivitas antimikroba dari jahe sudah
banyak dilakukan, diantaranya oleh Undriyani (1987), Lienni (1991) dan Radiati (2002).
Selain sebagai antimikroba, jahe juga memiliki banyak khasiat terhadap kesehatan manusia,
diantaranya berperan sebagai antikanker (Surch dkk, 1998), antiinflamasi (Jolad dkk, 2004),
antioksidan (Chan dkk,2008). Selama pengisian sealer, kandungan antimikrobial juga hal
aktivitas yang penting untuk mengeliminasi bakteri beserta substratnya dari saluran akar.
Mikroorganisme fakultatif seperti Enteroccocus faecalis, S. Aureus dan jamur Candida
albicans merupakan mikroflora yang cukup resisten dalam saluran akar dan sering
menyebabkan

kegagalan dalam perawatan saluran akar. Oleh karena itu perlu

dipertimbangkan tentang keefektifan antimikroba untuk menghindari infeksi saluran akar


yang berkelanjutan akibat aktivitas bakteri tersebut.4
Mikroflora Saluran Akar
Pada sebagian kasus, dijumpai mikroorganisme gram positif dan gram negatif, serta
jamur. Organisme organisme ini lebih sering ditemukan dalam berbagai kombinasi daripada
sebagai suatu spesies tunggal. Bakteri anaerob obligat sering dihubungkan dengan gigi yang
memiliki lesi periapikal. Flora mikrobial saluran akar biasanya terdiri dari organisme yang
dapat hidup pada jaringan pulpa mati yaitu saprofit, yang dapat tumbuh pada lingkungan
dengan tegangan oksigen rendah dan yang yang dapat bertahan dalam lingkungan dengan
makanan terbatas. Organisme gram positif lebih dominan dalam saluran akar dan beberapa
dianataranya bersifat resisten, seperti Enterococcus.3

Jahe (Zingiber officinale)

Jahe berasal dari Asia tropis. Bentuk liar dari tanaman jaher tidak diketahui asalnya
dengan pasti, namun diperkirakan berasal dari India. Jahe disebarkan ke Eropa dan Afrika

Timur oleh pedagang Arab di India. Saat ini jahe dibudidayakan di seluruh daerah tropis
termasuk Indonesia (Sutarno dkk,1999).
Taksonomi Jahe5
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae (biji tertutup)
Class
: Monocotyledonae (biji berkeping satu)
Ordo
: Zingebrales
Famili
: Zingiberaceae
Subfamili
: Zingiberoidae
Genus
: Zingiber
Species
: Zingiber officinale
Rimpang jahe memiliki ciri diantaranya bentuk rimpang bercabang tidak beraturan,
berkulit cukup keras, dagingnya berwarna kuning, berserat dan berbau harum, jahe menyukai
iklim lembab. Berdasarkan ukuran bentuk dan warna kulit, rimpang jahe diklasifikasikan
menjadi tiga varietas yaitu : Zingiber officinale vas Roscoe (putih, besar), Zingiber officinale
var Rubrum (jahe merah), Zingiber officinale var Amarum (putih, kecil).6
Tabel 1. Komposisi kmia rimpang jahe segar per 100g
Kandungan
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Besi
Fosfor
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin C

Jumlah
51 kJ
1,50 g
1,00 g
10,10 g
21 mg
2 mg
39 mg
30 IU
0,02 mg
4 mg

Sumber: Departemen Kesehatan RI (1992)

Peran Jahe (Zingiber officinale) sebagai Antimikroba pada Saluran Akar


Jahe terdiri atas minyak esensial atau minyak jahe dan oleoresin atau ekstrak jahe
yang menjadi sifat khas dari jahe. Minyak jahe berperan dalam aroma jahe. Kandungan
minyak jahe beragam antara 1 3 % sedangakan oleoresin pada jahe berperan dalam
menimbulkan rasa pedas dengan kandungan 4-7,5%. Minyak jahe umumnya digunakan
sebagai flavor minuman, kosmetika, manisan , parfum dan farmasetikal. Rasa pedas pada
jahe disebabkan golongan fenilakil keton atau gingerol dan 6-gingerol merupakan komponen
teraktif pada jahe. Gingerol memiliki rantai carbon beragam antara C5-C9. Selama
pengeringan dan penyimpanan, gingerol berubah menjadi shogaol yang lebih berpotensi

dibanding gingerol. Senyawa 6-gingerol yang terpapar oleh peningkatan suhu menyebabkan
perubahan bentuk menjadi zingeron yang menghasilkan rasa pedas yang sedang, diantara
bentuk komponen bioaktif jahe yaitu zingiberen, 6-gingerol, geraniol dan farnesen.5

Senyawa antimikroba merupakan senyawa yang dapat membunuh atau menghambat


pertumbuhan bakteri. Penghambatan terhadap uji bakteri dapat bersifat bakterisidal maupun
bakteriostatik. Bahan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik,
bakteri dalam kondisi ini dapat dicirikan dengan jumlah pertumbuhan sel yang dapat terlihat
lebih rendah dibanding jumlah total sel normal, sedangkan bahan pembunuh bakteri disebut
bakterisidal yang dicirikan dengan jumlah pertumbuhan sel yang terlihat pada fase statsioner
menurun drastis dibanding jumlah total sel normal.5

Senyawa antimikroba memiliki mekanisme penghambatan yang berbeda beda.


Meknaisme kerja senyawa antimikroba dapat berupa merusak dinding sel hingga terjadi lisis,
mengubah permeabilitas membran sitoplasma, sehingga sel bocor, menyebabkan denaturasi
protein sel, menghambat kerja enzim sel, merusak molekul protein dan asam nukleat, serta
menghambat sintetis asam nukleat. Senyawa antimikroba diharapkan memiliki kriteria yaitu
aman, ekonomis, tidak menyebabkan perubahan cita rasa dan aroma, tidak mengalami
penurunan aktivitas, tidak menyebabkan timbulnya strain resisten dan memiliki spektrum
yang luas dalam menghambat pertumbuhan bakteri, seperti : sodium benzoat, asam benzoat,
sorbat, asam organik, silfit, sulfur oksida, nitrit, paraben, komponen fenolik, asam lemak
rantai sedang, halogen. Surfaktan dan peroksida. Selain itu senyawa fitokimia yang terdapat
dalam tumbuhan seperti golongan fenolik, alkaloid, dan terpenoid.7,8

Berdasarkan hasil penelitian secara in vitro, ekstrak jahe yang dilarutkan dengan 10%
ethanol memberikan efek yang maksimal karena secara biologi ethanol merupakan pelarut
organik dan dapat mengaktifkan senyawa kimia organik yang terdapat di dalam kandungan
ekstrak jahe.7,8
Senyawa fitokimia yang berperan aktif sebagai antimikroba saluran akar yaitu :8
1. Alkaloid berperan sebagai racun yang dapat mengubah struktur fisiolgis dari tubuh
bakteri sehingga dapat dikategorikan memiliki efek bakterisidal
2. Flavonoid berperan sebagai antioksidan dan juga antiinflamasi
3. Tannin memiliki zat zat yang terkandung dalam Saponin yang berperan sebagai
expectorant dan emulsifying agent.
4. Phenol berperan sebagai agen antimikrobial yang menghambat pertumbuhan bakteri
patogen

Kesimpulan :
Jahe adalah salah satu produk herbal yang memiliki antimikrobial untuk menghambat
pertumbuhan bakteri patogen temasuk mikroflora saluran akar dan bersifat aman untuk

digunakan dibanding bahan sintetik karena efek samping yang minimal, serta ekonomis.
Pelarutan senyawa kimia organik yang terkandung di dalam ekstrak jahe oleh pelarut organik
seperti ethanol dengan konsentrasi 10% dapat mengaktifkan agen antimikrobial organik
seperti tannins, Phenol, Saponin, alkaloid dan flavonoid yang berperan dalam menghambat
pertumbuhan bakteri patogen dan

mengubah struktur fisiologis bakteri sehingga dapat

dikatakan bersifat bakterisidal karena kemampuannya membunuh bakteri patogen melalui


toksis yang terkandung dalam alkanoid. Enteroccocus faecalis, Candida albicans dan
S.aureus merupakan mikroflora yang cukup resisten di dalam saluran akar dan sering
menyebabkan kegagalan perawatan endodontik, sehingga dibutuhkan konsentrasi yang sesuai
untuk menghambat aktivitas bakteri tersebut.
Referensi :
1. Walton, dkk.2008.Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia edisi 3.Jakarta:EGC
2. Rasinta Tarigan.2004.Perawatan Pulpa Gigi (Endodontik).Jakarta:EGC
3. Grossman, dkk.1995.Ilmu Endodontik dalam Praktek edisi kesebelas.Jakarta:EGC
4. Wafaa Mohammed Ali, dkk.2012.Evaluation of Antibacterial Effects of Ginger
Extract When Used as One Component of the Root Canal Sealers; (An in vitro Study).
Tiktri Journal of Pharmaceutical Sciences. University of Mosul, Iraq.Vol. 8, p.162170(2).
5. Rahmat Rukmana.Buku Usaha Tani Jahe. Jakarta: Sari Budidaya
6. Meika Syahbana Rusli,dkk.2010.Sukses Memproduksi Minyak

Atsiri.Jakarta:

PT.AgroMedia Pustaka
7. Anjan Giriraju, dkk.2012.Evaluation of Antimicrobial Potential of 10% Ginger
Extract Againts S.mutans, Candida Albicans and Enteroccocus faecalis-An in vitro
Study.International Journal of Science Innovations and Discoveries, India.Vol.2,
p.260-5(1).
8. Okigbo, dkk.2009.Potential Inhibitory Effects of Some AfricanTuberous Plant
Extracts on E.coli, Staphylococcus aureus and Candida Albicans.International Journal
of Integrative Biology,Nigeria.Vol.6, p.91-8(2).

Anda mungkin juga menyukai