PENDAHULUAN
Sumber daya alam yang sangat berlimpah terhampar luas pada daratan dan
membuat senyawa bioaktif dianggap menjadi penting untuk dibuat menjadi obat
Tenggara berdasarkan bentuk, sifat dan tempat tumbuh yang ditelusuri dari literasi
1
2
umummnya dipakai yakni methanol, etanol, etil asetat, n-heksan dan kloroform
senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi. Maka dari itu harus diperhatikan
sifat kepolaran dari pelarut ketika ingin mengekstraksi suatu senyawa (Arifianti,
2014).
TINJAUAN PUSTAKA
dan memiliki manfaat dalam pengobatan tradisional. Semua bagian dari tanaman
ini bisa dimanfaatkan dalam pengobatan. Akan tetapi masih banyak penduduk
Indonesia yang tidak memanfaatkan tanaman ini dengan baik. penyebabnya yakni
(Oktavianus, 2013).
Tanaman ini bertumbuh kembang di area ekstrim dan sangat tahan akan
bencana alam dan serangan mikroba sehingga sangat berpotensi untuk diteliti
mangrove mencakup berbagai jenis mahkluk hidup yang bisa saling berinteraksi,
4
5
berfungsi sebagai pelindung, serta bisa mencegah erosi dan abrasi (Tarigan,
2008).
2.1.1.Taksonomi
Menurut Ellison, et. all., (2010) taksonomi mangrove (Rhizophora stylosa)
adalah sebagai berikut:
Kingdom : iPlantae
Divisi : iMagnoliophyta
Kelas : iMagnoliopsida
Ordo : iMalpighiales
Family : iRhizophoraceae
Genus : iRhizophora
2.1.2. Morfologi
Mangrove memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
2) Memiliki akar tunjang dengan panjang hingga 3m, dan akar udara yang
hijau, panjang gagang 1-3,5 cm. Bentuknya elips melebar, ujung daun
4) Buahnya berbentuk seperti buah pir, warna coklat, berisi 1 biji femtil
tanaman yang berefek fisiologis bagi mahkluk hodup, senyawa ini berperan
2014).
metabolit sekunder hhanya sedikit dihasilkan oleh tanaman. Senyawa ini hanya
serta memiliki varian struktur dan fungsi yang berbeda-beda (Ergina et. all,,
2014).
Alkaloid lebih mudah terkomposisi karena bersifat basa terutama oleh panas
tumbuhan yang berfungsi sebagai alat pelindung diri dari ancaman sekitar
Definisi lain dari alkaloid yaitu senyawa alam bersifat basa karena
terdapat Atom N pada molekulnya serta bisa memberi efek pada manusia
dalam dosis kecil. Senyawa ini sangat larut dalam pelarut yang bersifat non
7
2. Terpenoid
luas untuk senyawa yang dimiliki rumus bangun dengan unit kimia C 5H8
(Hanani, 2014).
tersebar luas pada dunia flora dan fauna namun juga bisa ditemukan pada
Senyawa ini dimiliki oleh tanaman yang berbau dan bisa diisolasikan
penyambungan dari dua ataupun lebih atom karbon. Senyawa ini sangat
8
(Sahidin, 2015).
4. Steroid
menghilangkan 3 gugus metil pada atom karbon 4 dan 14. Salah satu contoh
sikloheksana serta satu cincin siklopentana yang tergabung pada ujung tiga
cincin tersebut. Senyawa ini disusun oleh isoprene dari rantai hidrokarbon
yang panjang sehingga memiliki sifat non polar. Senyawa steroid yang
mengandung gugus –OH dikenal dengan sterol yang lebih memiliki sifat
polar. Senyawa ini bisa diekstraksi dari tumbuhan dan hewan. Bagi
5. Saponin
triterpenoid. Saponin ada pada sebagian besar tanaman dan beberapa hewan.
Saponin tersebar merata pada tanaman seperti akar, batang, daun, biji dan
buah. Pada tanaman yang rentan dengan serangga dan mikroba, dinyatakan
senyawa aktif yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan
merah.Larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan, dan
spiroketal.Kedua jenis saponin ini larut dalam air dan etanol, tetapi tidak
aktivitas haemolisis, merusak sel darah merah, tidak beracun bagi binatang
Menurut Guclu dan Mazza (2007), saponin memiliki efek positif yang
berguna bagi tubuh.Efek positif saponin ditinjau dari segi kesehatan dapat
trombosit, selain itu saponin merupakan senyawa yang mempunyai efek anti
6. Tanin
2013).
(Mangan, 2009).
disari dari satu ataupun lebih dari bagian tanaman atau hewan. Bahan aktif pada
ekstrak terdapat didalam sel sehingga membutuhkan metode ekstraksi dan pelarut
yang sesuai dengan ekstrak yang akan dipakai. Ekstrak kering adalah ekstrak yang
diapat dari penguapan ekstrak kental yang bertujuan untuk menghilangkan segala
dengan menggunakan pelarut yang sesuai dari sampel yang akan diuji. Salah satu
ekstraksi yang sering dipakai yaitu dengan metode ekstraksi maserasi, metode
serbuk simplisia dengan memakai pelarut dengan diaduk beberapa kali dalam
kurun waktu tertentu, proses ini dilaksanakan pada suhu kamar, kerugian utama
dari proses ini yakni sangat memerlukan banyak waktu, menggunakan banyak
pelarut, ada beberapa senyawa yang sulit disari pada suhu kamar (DITJEN POM,
1979).
2.4. Maserasi
Maserasi adalah cara menyari yang sederhana dapat dilaksanakan dengan
hanya merendam sampel pada larutan pada jangka waktu beberapa hari didalam
suhu kamar dan terlindung dari cahaya. Metode ekstraksi ini bisa dilaksanakan
asalkan simplisia yang digunakan sesuai dengan pelarut yang digunakan (Hanani,
simplisia dengan pelarut yang sesuai dalam suhu kamar serta terhindar dari
cahaya. Metode ini sering banyak digunakan karena proses pengerjaannnya yang
mudah. Proses ini akan habis jika kestimbangan antar konsentrasi senywa telah
sampel dalam cairan pelarut sesuai dalam jangka waktu yang dibutuhkan dan
13
berada pada suhu ruangan serta terlindung dari cahaya. Tembusnya cairan
kedalam sel tanamanlah yang membuat konsentrasi seimbang dari dalam dan luar
sel sehingga senyawa bisa ditarik dari dalam sel tanaman (Lestari, 2011).
Kelebihan dari metode ini yakni tidak memakan biaya, tak butuh banyak
peralatan, bisa mengekstraksi senyawa yang tak tahan panas dan sangat aman
dilakukan karena tak butuh proses pemanasan. Kelemahan dari metode ini yakni
membutuhkan waktu lama dalam prosesnya dan penggunaan pelarut yang banyak
(Rahmawati, 2015).
2.5. Pelarut
Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain.
tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi. Sifat
pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah, mudah
ekstraksi, fraksinasi, dan fase gerak kromatografi disajikan dalam tabel 2.1.
Pelarututamauntukekstraksisimplisia.
Campuran dengan aseton atau
asetonitril untuk fase gerak fase
Metanol 33
terbalik. Rasio sangat kecil terhadap
klorofom atau diklorometana untuk
fasegerak KLT fase normal.
Bentuk campuran dengan air untuk
Asetonitril 36,6 fase gerak KLT fase terbalik dan
HPLC
DMSO
Pelarut untuk bioassay.Bentuk
(Dimetil 47,2
terdeutronasi sebagai pelarut NMR
Sulfoksida)
Pengekstraksi polar, membuat infusa,
membuat dekokta. Dalam
Air 80 bentukterdeutron sebagai pelarut
NMR.
banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam, karena dapat
Menurut Rahmawati (2015), komponen aktif yang dapat diekstrak dari suatu
bahan tergantung pada kepolaran pelarut yang digunakan. Senyawa yang terikat
pada pelarut polar antara lain alkaloid, asam amino, polihidroksi steroid, dan
saponin. Senyawa yang terikat pada pelarut semi polar antara lainpeptida dan
depsipeptida. Senyawa yang terikat pelarut non polar antara lain hidrokarbon,
asam lemak, dan terpen. Konstanta dielektrik (ε) merupakan salah satu ukuran
kepolaran pelarut yang mengukur kemampuan pelarut untuk menyaring daya tarik
Tabel 2.2Pelarut Organik dan Sifat Fisiknya mengacu pada (Rahmawati, 2015)
METODE PENELITIAN
Identifikasi alkaloid
Identifikasi flavonoid
Senyawa Bioaktif Identifikasi saponin
(Metabolit Sekunder) Identifikasi terpenoid&steroid
Identifikasi tanin
Negatif Positif
Keterangan :
= Variabel bebas
=Variabel terikat
24
25
Variabel Indepeden atau variabel bebas dalam penelitian ini yaitu ekstrak
maserasi.
kepolarannya.
26
3.6.1. Populasi
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mangrove yang
3.6.2. Sampel
Sampel penelitian yangakan digunakan adalah akar mangrove yang diambil
dari Desa Borgo Satu, Kecamatan Belang, Kabupaten Minahasa Tenggara, yang
sudah diekstrak.
3.7.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan kaca/gelas
yang umum dipakai seperti gelas beker, tabung reaksi, batang pengaduk,pisau,
aluminium foil, timbangan analitik, kertas saring, rak tabung reaksi, corong kaca,
3.7.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :akar mangrove,
H2SO4 (Asam Sulfat) , serbuk Mg (Magnesium) , FeCl 3 (Besi III klorida), dan HCl
(Asam Klorida).
selama 3-5 hari, simplisia yang telah kering selanjutnya dirajang kemudian
etanol 70% dengan perbandingan 1:7,5 gram/ml dan disimpan dalam wadah
tertutup rapat dan terlindung dari cahaya selama 3x24 jam. Hasil maserasi
tanin.
A. Uji Alkaloid
tetes asam sulfat. Apabila muncul warna merah ataupun ungu maka bisa
sama seperti terpenoid akan tetapi untuk hasil akan membentuk warna hijau
(Septyaningsih, 2010).
C. Uji Flavonoid
setelah itu dikocok. Apabila terbentuk warna jingga ataupun merah maka bisa
D. Uji Saponin
E. Uji Tanin