Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Uraian Tumbuhan
II.1.1 Klasifikasi Tanaman
Secara toksonomi genus mahoni (Swietenia) diklasifikasikan sebagai
berikut (Cronquist, 2005):
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rutales
Family : Meliaceae
Genus : Swietenia
spesies : Swietenia mahagoni Jacq.

II.1.2 Nama lain


Nama Indonesia : Mahoni. Maoni, Moni
Nama Asing : Mahogany
(Dalimartha, 2009)
II.1.3 Morfologi Tanaman
Mahoni termasuk tumbuhan tropis dari famili Meliaceae yang berasal
dari Hindia Barat. Tumbuhan ini dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati,
pinggir pantai, dan dijalan-jalan sebagai pohon peneduh. Perkembang-
biakannya dengan menggunakan biji, cangkokan, atau okulasi. Untuk
tanaman mahoni yang akan digunakan sebagai tanaman obat, maka tidak
boleh diberi pupuk kimia (anorganik) maupun pestisida. Buahnya pahit dan
berasa dingin (Harianja, 2008).
Tanaman ini merupakan tanaman tahunan dengan tinggi ± 5-25 m,
berakar tunggang, berbatang bulat, percabangan banyak dan kayunya
bergetah. Daunnya majemuk menyirip genap, helaian daun berbentuk bulat
telur, ujung dan pangkalnya runcing, dan tulang daunnya menyirip. Daun
muda berwarna merah, setelah tua berwarna hijau. Bunganya majemuk
tersusun dalam karangan yang keluar dari ketiak daun. Buahnya bulat telur,
berlekuk lima, berwarna cokelat. Di dalam buah terdapat biji berbentuk pipih
dengan ujung agak tebal dan warnanya coklat kehitaman (Yuniarti, 2008).
II.1.3 Kegunaan
Pohon mahoni selama ini dikenal sebagai penyejuk jalanan atau
sebagai bahan untuk membuat segala bentuk mebel. Pohon ini selain
kayunya bagus untuk segala keperluan bangunan dan perkakas, kulit batang
dan bijinya juga dapat digunakan sebagai obat (Dalimartha, 2009).
Buah mahoni (Swietenia mahagoni) memiliki banyak manfaat sebagai
obat diantaranya sebagai obat penurun panas, obat kencing manis (Diabetes
Mellitus), tekanan darah tinggi, peluruhan lemak, masuk angin, radang usus,
diare, luka, dan bisul. Sebagian obat alamiah ini berasal dari alam atau
tumbuh-tumbuhan, inilah taraf permulaan dari obat yang dikenal dengan obat
tradisional (Dalimartha, 2006).
II.1.4 Kandungan Kimia
Biji mahoni mengandung saponin, flavonoid dan alkaloid, terpenoid,
antrakinon, glikosida jantung, dan minyak volatil (Yelaware et al, 2014).
Selain itu juga mengandung senyawa limonoid (Bhurat et al, 2011; Setiani
2009).
II.2 Ekstraksi
II.2.1 Definisi Ekstraksi
Ekstraksi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
penemuan obat tradisional. Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan
dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Pemilihan
metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang akan
diisolasi (Mukhriani, 2014).
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang
terdapat dalam simplisia. Ekstrak ini didasarkan pada perpindahan massa
komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada
lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk kedalam pelarut (Syamsuni,
2006).
II.2.2 Penyarian Secara Maserasi
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat
aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang
mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin,
stirak, dan lain-lain (Qurata, 2012).
Pemilihan pelarut yang digunakan untuk proses maserasi akan
memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan
senyawa bahan alam dalam pelarut tersebut. Teknik maserasi terutama
digunakan apabila senyawa organik yang terdapat pada bahan alam
menunjukkan presentasi yang cukup banyak. Serta ditemukan pelarut untuk
melarutkan senyawa organik tanpa pemanasan. Biasanya cara ini
membutuhkan waktu agak lama dan agak sulit mencari pelarut organik yang
baik untuk melarutkan senyawa yang terkandung dalam sampel. Akan tetapi
jika struktur senyawa yang akan diisolasi sudah diketahui, maka metode
perendaman ini merupakan metode yang paling praktis (Manjang, 2006).
Maserasi merupakan ekstraksi sampel dengan pelarut organik seperti
metanol dan pada temperatur kamar pelarut mudah terdistribusi ke dalam sel
tumbuhan dan tidak merusak senyawa yang ada didalamnya karena tidak
ada pemanasan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa
bahan alam karena dengan perendaman, sampel dan pelarut akan terjadi
kontak yang cukup lama (Djaswir, 2005).
II.3 Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia adalah pemeriksaan kimia secara kualitatif terhadap
senyawa-senyawa aktif biologis yang terdapat dalam simplisia tumbuhan.
Senyawa-senyawa tersebut adalah senyawa organik, oleh karena itu skrining
terutama ditujukan terhadap golongan senyawa organik seperti alkaloida,
saponin, tanin, flavonoid, dan lain-lain (Farnworth, 1966).
Pada penelitian tumbuhan, untuk aktivitas biologi atau senyawa yang
bermanfaat dalam pengobata, satu atau lebih konstituen yang mempunyai
respon farmakologi yang perlu diisolasi. Oleh karena itu, pemeriksaan
fitokimia teknik skrining dapat membantu langkah-langkah fitofarmakologi
yaitu melalui seleksi awal dari pemeriksaan tumbuhan tersebut untuk
membuktikan ada tidaknya senyawa kimia tertentu dalam tumbuhan tersebut
yang dapat dikaitkan dengan aktivitas biologi (Farnworth, 1966).
II.4 Uraian Kimia
II.4.1 Alkaloida
Alkaloida merupakan metabolit sekunder terbesar yang banyak
ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi dan mempunyai susunan basa
nitrogen, yaitu satu atau dua atom nitrogen (Harborne, 1987; Bhat et.al,
2009). Alkaloid sering beracun bagi manusia dan mempunyai efek fisiologis
yang menonjol, sehingga sering digunakan untuk pengobatan (Harborne,
1987). Alkaloid dibentuk berdasarkan prinsip pembentukan campuran dan
terbagi menjadi 3 bagian, yaitu elemen yang mengandung N terlibat pada
pembentukan alkaloid, elemen tanpa N yang ditemukan dalam molekul
alkaloid dan reaksi yang terjadi untuk pengikatan khas elemen-elemen pada
alkaloid (Sirait, 2007). Fungsi alkaloid dalam tumbuhan belum diketahui
secara pasti. Namun alkaloid berfungsi sebagai pengatur tumbuh atau
panghalau dan penarik serangga (Harborne, 1987).
II.4.2 Saponin
Saponin adalah glikosi datriterpena dan sterol yang telah terdeteksi
dalam lebih dari 90 genus pada tumbuhan. Glikosida adalah suatu komplek
santara gula pereduksi (glikon) dan bukan gula (aglikon). Banyak saponin
yang mempunyai satuan gula sampai 5 dan komponen yang umum ialah
asam glukuronat. Adanya saponin dalam tumbuhan ditunjukkan dengan
pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau
memekatkan ekstrak (Harborne, 1987).
II.4.3 Tanin
Tanin adalah senyawa organik yang sangat kompleks dan banyak
terdapat pada bermacam-macam tumbuhan. Tanin bersifat amorf dan
mempunyai daya untuk menyamak kulit hewan. Struktur tannin belum dapat
ditentukan secara pasti, namun diartikan sebagai senyawa-senyawa alami
dengan bobot molekul antara 500-3000, serta mempunyai gugus hidroksi
fenolik (1-2 tiap satuan bobot molekul) dan dapat membentuk ikatan silang
yang stabil dengan protein dan bipolimer lain (Yudha, 2007).
Tanin merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran
polifenol yang sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal, tanin dapat
didefinisikan dengan kromatografi. Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi
adstrigensia, antiseptik, dan pemberi warna (Yudha, 2007).
II.4.4 Flavonoid
Flavonoid merupakan golongan fenol terbesar yang senyawanya
terdiri dari C6-C3-C6 dan sering ditemukan diberbagai macam tumbuhan
dalam bentuk glikosida atau gugusan gula bersenyawa pada satu atau lebih
grup hidroksil fenolik (Sirait, 2007: Bhat et. al, 2009). Flavonoid merupakan
golongan metabolit sekunder yang disintesis dari asam piruvat melalui
metabolisme asam amino (Bhat et. al, 2009). Flavonoid adalah senyawa
fenol, sehingga warnanya berubah bila ditambah basa atau amoniak.
Terdapat sekitar 10 jenis flavonoid yaitu antosianin, proantosianidin, flavonol,
flavon, glikoflavon, biflavonil, khalkon, auron, flavanon, dan isoflavon
(Harborne, 1987).
Penamaan flavonoid berasal dari bahasa latin yang mengacu pada
warna kuning dan sebagian besar flavonoid adalah berwarna kuning.
Flavonoid sering ditemukan dalam bentuk pigmen dan co-pigmen. Flavonoid
adalah golongan pigmen organik yang tidak mengandung molekul nitrogen.
Kombinasi dari berbagai macam pigmen ini membentuk pigmentasi pada
daun, bunga, buah dan biji tanaman. Pigmen ini merupakan antraktan bagi
serangga dan merupakan agen polinasi. Pigmen juga bermanfaat bagi
manusia dan salah satu manfaat yang penting adalah sebagai antioksidan
(Bhat et. al, 2009). Bagi manusia, flavon dalam dosis kecil sebagai stimulan
pada jantung dan pembuluh darah kapiler sebagai diuretik dan antioksidan
pada lemak (Sirait, 2007).

Anda mungkin juga menyukai