Anda di halaman 1dari 4

LATAR BELAKANG

Sebagaimana umumnya interaksi antara makhluk hidup, pada tumbuhan juga terjadi interaksi yang
saling menguntungkan dan ada pula interaksi kompetisi, bahkan ada interaksi dimana salah satu
tumbuhan dirugikan atau dihambat pertumbuhannya. Baik tumbuhan, hewan ataupun makhluk hidup
yang lainnya melakukan persaingan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Hal ini dapat
memperlihatkan adaptasi antar makhluk hidup dengan sesamanya, makhluk hidup yang lainnya dan
lingkungannya. Terdapat beberapa tumbuhan yang menghasilkan senyawa kimia dalam melakukan
persaingan yang kemudian disebut Alelopati. Kemudian senyawa kimia yang dihasilkannya dapat
menghambat pertumbuhan jenis tumbuhan lainnya disebut alelokimia.

Setiap jenis senyawa metabolit sekunder memiliki fungsi yang berbeda. Senyawa ini tidak esensial untuk
kelangsungan hidup tanaman, tetapi memberikan beberapa manfaat. Metabolit sekunder berfungsi
sebagai mekanisme pertahanan tumbuhan, baik dari cekaman biotik maupun abiotik. Selain sebagai
mekanisme pertahanan, senyawa ini jugahidup. Metabolit sekunder tidak digunakan oleh tanaman
untuk pertumbuhan dan diproduksi lebih banyak ketika tanaman dalam keadaan cekaman. Senyawa ini
diproduksi secara terbatas dalam kelompok taksonomi tertentu. Tumbuhan berevolusi dengan berbagai
cara untuk bertahan dari berbagai cekaman, salah satunya dengan menghasilkan metabolit sekunder
yang bersifat toksik (Angin, 2019: 39)

Kemangi (Ocimum sanctum) merupakan tanaman tahunan yang tumbuh liar yang dapat ditemukan di
tepi jalan dan di tepi kebun. Tanaman ini tumbuh ditempat tanah terbuka maupun agak teduh dan tidak
tahan terhadap kekeringan. Tumbuh kurang lebih 300 m di atas permukaan laut (Zainal, dkk. 2016).
Tanaman kemangi (Ocimum sanctum L.) merupakan tanaman yang mudah didapatkan, tanaman
kemangi adalah sejenis tanaman hemafrodit yang tumbuh di daerah tropis tanaman ini termasuk family
lamiaceae yang banyak tumbuh di indonesia. Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan
teknologimasyarakat telah memanfaatkan tanaman kemangi sebagai hasil alam yang menjadi nilai
ekonomi tinggi, biasanya masyarakat menjadikan daun kemangi sebagai pelengkap masakan atau
sebagai lalapan (Safwan, dkk. 2016).

TINJAUN PUSTAKA

Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme dan
ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Metabolit
sekunder dihasilkan melalui reaksi sekunder dari metabolit primer (bahan organik primer) seperti
karbohidrat, lemak, dan protein (Purwantini, 2002). Tumbuh-tumbuhan yang mengandung bahan
organik primer kemungkinan besar mengandung bahan organik sekunder. Metabolit sekunder berupa
molekul-molekul
kecil, bersifat spesifik (tidak semua organisme mengandung senyawa sejenis), mempunyai struktur yang
bervariasi, setiap senyawa memiliki fungsi atau peranan yang berbeda-beda. Pada umumnya senyawa
metabolit sekunder berfungsi untuk mempertahankan diri atau untuk mempertahankan eksistensinya di
lingkungan tempatnya berada. kecil, bersifat spesifik (tidak semua organisme mengandung senyawa
sejenis), mempunyai struktur yang bervariasi, setiap senyawa memiliki fungsi atau peranan yang
berbeda-beda. Pada umumnya senyawa metabolit sekunder berfungsi untuk mempertahankan diri atau
untuk mempertahankan eksistensinya di lingkungan tempatnya berada (Ergina, 2014: 165).

Klasifikasi : Tumbuhan

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Tubiflorae

Famili : Lamiaceae

Genus : Ocimum

Spesies : Ocimum sanctum L

1. Deskripsi tanaman kemangi


Tanaman yang banyak tumbuh didaerah tropis ini merupakan herbal
tegak atau semak, tajuk membulat, bercabang banyak, sangat harum dengan tinggi 0,3 – 1,5 m. Batang
pokoknya tidak jelas, berwarna hijau sering keunguan dan berambut atau tidak. Daun tunggal,
berhadapan, dan tersusun dari bawah ke atas. Panjang tungkai daun 0,25 – 3 cm dengan setiap helaian
daun berbentuk bulat telur sampai elips, memanjang dan ujungnya runcing atau tumpul. Pangkal daun
pasak sampai membulat, dikedua permukaan berambut halus, tepi daun bergerigi lemah, bergelombang
atau rata ( Maryati dkk, 2007) Bunga kemangi tersusun pada tangkai bunga berbentuk menegak.
Bunganya jenis hemafrodit, berwarna putih dan berbau sedikit wangi. Bunganya majemuk berkarang
dan diketiak daun ujung terdapat daun pelindung berbentuk bibir, sisi luar berambut kelenjer, berwarna
ungu atau hijau, dan ikut menyusun buah, mahkota bunga berwarna putih.

Habitat
Di Indonesia kemangi banyak terdapat di daerah Jawa dan Madura. Banyak ditemukan di sekitar
pinggiran ladang, sawah kering, juga ditanam di taman dan di pinggir jalan, hutan terbuka, padang
rumput, tumbuh liar di jalanan dan kadang-kadang juga dibudidayakan. Tanaman ini dapat tumbuh pada
dataran rendah hingga ketinggian 1100 meter diatas permukaan air laut. Ocimum sanctum L biasanya
tumbuh antara pertengahan Februari sampai akhir September dan berbunga sekitar bulan April
(Sudarsono dkk., 2002)
Kandungan kimia daun kemangi
Secara keseluruhan tanaman kemangi mengandung minyak atsiri yang banyak memiliki aktivitas
antibakteri. Disamping itu juga mengandung flafon apigenin, luteolin, flavon O-glukotisidaapigenin 7-O
glukoronida, luteolin 7-O glukoronida, flavon C-glukosida orientin, molludistin dan asam ursolat.
Sedangkan pada daun kemangi sendiri, penelitian fitokomia telah membuktikan adanya flafonoid,
glikosid, asam gallic dan asternya, asam kaffeic, dan minyak atsiri yang mengandung eugenol sebagai
komponen utama. Minyak atsiri dalam daun kemangi (Ocimum sanctum L) mengandung aldehid,
alkaloid, asam askorbat, beta carotene, carvacrol, cineole, eugenol, eugenol-metil-eter, glikosida, linalol,
metil chavicol, limatrol, caryofilin, asam ursolat, n-triacontanol dan fenol. Kandungan pada biji kemangi
ungu antara lain beta-sitosterol, lemak, asam linoleat, asam oleat, asam palmitat, pentosdan protein.
Kandungan kimia dari daun kemangi yang bersifat larvasida adalah eugenol dan metil chavicol (Fitriani
Tallama, 2014).

Saponin merupakan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan beberapa spesies tanaman, terutama
tanaman dikotil dan berperan sebagai bagian dari sistem pertahanan tanaman. Saponin merupakan
senyawa glikosida kompleks dengan berat molekul tinggi. Ternyata saponin tanpa dicampur dengan
apapun dapat berfungsi sebagai insektisida. Cara kerja saponin dalam meracuni serangga belum
sepenuhnya diketahui dengan jelas. Pengaruh saponin terlihat pada gangguan fisik pada tubuh luar
serangga (kutikula), yakni mencuci lapisan lilin yang melindungi tubuh serangga dan menyebabkan
kematian, karena serangga akan kehilangan banyak cairan tubuh. Beberapa kasus menunjukkan bahwa
saponin dapat masuk melalui organ pernafasan dan menyebabkan kerusakan membran sel atau
mengganggu proses metabolisme (Novizan, 2002). Saponin juga mengandung steroid yang dapat
menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktis digestivus larva sehingga dinding traktus
digestivus larva menjadi korosif.

Kandungan senyawa yang terdapat pada kemangi adalah senyawa fenolik, yaitu, cirsimaritin, cirsilineol,
apigenin, isotymusin, tanin dan asam rosmarinat,dan jumlah yang cukup besar dari eugenol (komponen
utama minyak atsiri) (Singh, dkk. 2012). Daun kemangi kaya akan mineral makro yaitu kalsium, fosfor,
dan magnesium, juga mengandung betakaroten dan vitamin C. Daun kemangi juga mengandung
komponen non gizi antara lain senyawa flavonoid dan eugenol, boron, anetol, arginin dan minyak atsiri.
Komposisi yang terkandung didalamkemangi antara lain grotenoid 19,77 ± 0,01%, total phenolic 2,09 ±
0,10% dan total flavonoid 1.87 ± 0,02% (Bhattacharya, dkk. 2014).

Alelopati merupakan suatu istilah yang telah lama dikenal, dan pertama kali digunakan oleh Hans
Molisch tahun 1937 dalam Junaedi et al. (2006) berasal dari kata allelon (saling) dan pathos (menderita).
Menurut Molisch, alelopati meliputi interaksi biokimia secara timbal balik, merupakan senyawa yang
bersifat menghambat maupun memacu antara semua jenis tumbuhan termasuk mikroorganisme. Pada
tahun 1974, Rice dalam Junaedi et al. (2006) memberikan batasan alelopati sebagai keadaan yang
merugikan yang dialami tumbuhan akibat tumbuhan lain, melalui produksi senyawa kimia yang
dilepaskan ke lingkungannya. Batasan ini kemudian terus diverifikasi melalui berbagai penelitian, dan
pada tahun 1984, Rice melaporkan bahwa senyawa organik yang bersifat menghambat pada suatu
tingkat konsentrasi, ternyata dapat memberikan rangsangan pada tingkat konsentrasi yang lain. Dalam
perkembangan selanjutnya alelopati didefinisikan sebagai pengaruh langsung ataupun tidak langsung
dari suatu tumbuhan terhadap yang lainnya termasuk mikroorganisme, baik yang bersifat positif
(perangsangan), maupun negatif (penghambatan) terhadap pertumbuhan, melalui pelepasan senyawa
kimia ke lingkungannya (Inderjit & Keating 1999; Singh et al. 2003 dalam Junaedi dkk. 2006). Istilah
alelopati diartikan pula sebagai suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan menghasilkan zat kimia
yang dapat menghambat pertumbuhan jenis tumbuhan lain yang ada atau bersaing dengan tumbuhan
tersebut ( kamsurya, 2020: 25-26).

BAB 3 PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai