TINJAUN PUSTAKA
http://www.google.com/search/q=gambar+jambu+biji&tbm
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Mrytales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
8
2.1.2 Nama Daerah
Tanaman jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu,
Eropa, Afrika dan Asia. Tanaman ini tumbuh didaerah tropis dan
ini sangat adaptif dan dapat tumbuh tanpa pemeliharaan. Di Jawa sering
ditanam sebagai tanaman buah, sangat sering hidup alamiah ditepi hutan
9
tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak daun, berkumpul 1-3 bunga,
berwarna putih. Buahnya buah buni, berbentuk bulat sampai bulat telur,
berwarna hijau sampai hijau kekuningan. Daging buah tebal, buah yang
Buah Jambu Biji biasa digunakan sebagai makanan atau diolah untuk
menjadi produk minuman jus dan selai. Pemanfaatan lain untuk tanaman
Jambu Biji secara keseluruhan dari bagian daun, bunga, kulit kayu,
Daun Jambu Biji mengandung zat akti seperti zat samak, minyak
yang dilakukan oleh Esti Dyah Utami (2018). Senyawa aktif Quercetin
dalam daun jambu biji yang diduga memiliki aktivitas anti alergi
10
dengan mekanisme penghambat pelepasan histamin dari sel mast pada
dan flavon, senyawa ini banyak terdapat pada tanaman famili Myrtaceae
1. Tanin
lapisan rongga mulut oleh tanin. Pada umumnya tanin terdapat pada
11
2. Minyak Atsiri
(Agusta, 2000).
3. Flavonoid
flavon. Quersetin juga adalah salah satu dari senyaa yang paling
12
umum pada tumbuhan berpembuluh, senyawa ini juga diketahui bisa
trombosit darah ketika terjadi serangan demam berdarah, selain itu juga
olehya( Tjay dan Raharja, 2015). Quersetin juga bisa mengatasi alergi
13
2.2 Simplisia
berikut. Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan
lain umumnya berupa bahan yang dtelah dkerigkan. Berdasarkan hal itu
Mulyani, 2004).
1) Simplisia Nabati
tanaman dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari sel atau za-zat
2) Simplisia Hewani
zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
14
3) Simplisia Pelikan (Mineral)
atau mineral yangg belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana, akan tetapi belum atau bukan berupa zat kimia murni.
c. Waktu panen
2. Sortasi Basah
Mulyani, 2004)
15
3. Pencucian
dari mata air). Simplisia yang mengandung zat mudah larut dalam
4. Pengubahan Bentuk
5. Pengeringan
yang lebih lama. Dengan penurunan kadar air, hal tersebut dapat
16
mengandung bahan aktif tidak tahan panas atau mudah menguap,
6. Sortasi Kering
pengotor lain yang masih ada atau tertinggal pada simplisia kering.
8. Pemeriksaan Mutu
Beberapa jenis simplisia tertentu ada yang perlu diperiksa dengan uji
17
Adapun 5 macam pemeriksaan untuk menilai simplisia tersebut
1) Secara Organoleptik
2) Secara Mikroskopik
terhadap serbuk.
3) Secara Fisika
lebur, titik beku, kadar air, sifat-sifat simplisia dibawah sinar UV,
4) Secara Kimia
kadar.
18
5) Secara Biologis
(Susilowati-Kiki W. 2010).
serangga.
aktif
oksigen dan uap air. (Didik gunawan dan Sri Mulyani, 2004)
2.3 Ekstrak
Menurut Farmakope Indonesia jilid IV, Ekstrak adalah sediaan pekat yang
diperoleh dengan mengekstraksi zat akti aktif dari simplisia nabati atau
hampir semua pelarut duapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
(Syamsuni, 2007).
19
Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat
dengan pengurangan tekanan agar bahan utama obat sesedikit mungkin terkena
Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati yang mengandung etanol
sebagai pelarut, pengawet atau kedua-duanya. Jika tidak dinyatakan lain pada
1g simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak cair dapat dibuat dari ekstrak yang
sesuai. Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan
Menurut literatur lain, ekstrak ada tiga macam yaitu ekstrak kering
(siccum), kental (spissum), dan cair (liquidum), yang dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai diluar pengaruh cahaya
matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan
penyari yang dipakai adalah air, eter, serta campuan etanol dan air (Syamsuni,
2007).
menari sari, yaitu suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahan
20
Umumnya ekstraksi dikerjakan untuk simplisia yang mengandung
lemak, dan sebagainya. Disamping itu, terdapat juga jenis-jenis gula, zat
Umumnya mempunyai daya larut dalam cairan pelarut tertentu, dan sifat-
dingin yaitu:
21
a) Maserasi
perendam
4) Tanpa pemanasan
22
2) Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.
etanol, atau pelarut lain. bila cairan penyari yang digunakan air
b) Perkolasi
dinyatakn sebagai proses dimana obat yang sudah halus, zat yang
mnetes, tuangi masa dengan cairan penyari hingga jika 500mg perkolat
disuling atau diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih
2007)
23
2) Metode Ekstraksi Dengan Cara Panas
pemanasan baik dengan cara pemanasan diatas api langsung atau tidak
a) Infudasi
nabati dengan air panas pada suhu 90oc selama 15menit. (Syamsuni,
2007)
b) Destilasi
komponen tersebut antara fase uap dan fase air. Syarat utama dalam
c) Refluk
didihnya, selama waktu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
24
Pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5kali sehingga dapat
d) Soxhletasi
pada labu, serbuk simplisia pada tabung dari kertas saring atau berlubang
dari gelas, baja tahan karat atau bahan lain yang cocok. Cairan penyari
dipanaskan hingga mendidih. Uap penyari akan naik keatas melalui pipa
ke labu melalui tabung yan berisi serbuk, sambil melarutkan zat aktif
e) Digesti
f) Dekokta
sediian hral dengan air paa suhu 90oC selama 30menit. (Anonim, 1995)
25
.3.3. Cairan –Cairan Penarik
berkasiat tertentu, tetapi zat-zat yang tidak berguna tidak terbawa serta.
memiliki kelarutan yang lebih baik dalam pelarut organik dari pada
(Syamsuni, 2007)
1) Air
pemakaian yang luas. Pada suhu kamar, air adalah pelarut yang baik
26
karena kemungkinan zat yag tertarik akan mengendap (sebagian)
akan tertarik atau melarut lebih dahulu dan larutan yang terjadi ini
dapat melarutka zat-zat lain dengan lebih baik dari pada oleh air saja,
tertentu, air tersebut diasamkan sedikit dengan HCL, asam cuka, atau
etanol pada penarikan Scale, air asam pada penarikan Chinae, atau
2) Etanol
air dalam melarutkan berbagai jenis zat, oleh karena itu lebih baik
27
3) Glycerum
samak. Gliserin adalah pelarut yang baik untuk tanin dan hasil-hasil
Cairan ini tidak atsiri sehingga tidak sesuai untuk pembuatan ekstrak-
4) Eter
5) Kloroform
28
6) Aseton
dan damar. Baunya kurang enak dan sukar hilang dari sediaan.
(Syamsuni, 2007)
.4. Suspensi
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang
terdispersi usus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog
harus menjamin sediaan mudah digojog dan dituang. (Moh. Anief, 1993).
dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan
suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori
III adalah zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap,
kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok
29
.4.1. Stabilitas Suspensi
1) Ukuran partikel
partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu.
2) Kekentalan (Viskositas)
30
semakin turun atau semakin kecil. Keepatan aliran dari cairan
sspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
2007)
d 2 ( ρ ⎯ ρ o) g
¿
η
d= diameter partikel
g= gravitasi
η = visikositas cairam
3) Jumlah partikel
31
kemungkinannya terjadi endapan partikel dalam waktu singkat
(Syamsuni, 2007).
2012).
Bahan alam dari jenis gom sering disebut “gom atau hidrokoloid”.
Bahan ini diperoleh dari eksudat tanaman acasia sp. , dapat larut
dalam air, tidak larut dalam alkohol, dan bersifat asam viskositas optimum
dari musilago adalah antara pH 5-9. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri
32
b. Chondrus
mamilosa, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, dan bersifat
c. Tragakan
d. Algin
(Syamsuni, 2007).
Suspensing agent alam yang bukan gom adalah tanah liat. Tanah liat
a. Derivat selulosa
Golongan ini tidak diabsorpsi oleh usus halus dan tidak beracun
33
sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam farmasi
2007).
sedikit larut dalam air, tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit, serta
3) Bahan Pengawet
hidroklorid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri.
kecil, tidak toksik, dan tidak iritasi, Misalnya fenil merkuri nitri, fenil
34
2.4.3 Metode Pembuatan Suspensi
1. Metode Dispersi
2007)
2. Metode Presipitasi
35
c) Suspensi pemberiannya lebih mudah serta lebih mudah
homogenitasnya turun.
fluktuasi/perubahan suhu.
1) Organoleptik
36
menggunakan subjek responden dengan kriteria tertentu dengan
2) Pengukuran pH
3) Viskositas
37
harga pecahan poise. Maka lebih mudah digunakan satuan dasar
1995).
Newtonian.
satuan:
38
dalam satuan cgs :
: g cm-1 det-1
4) Volume Sedimentasi
V=d2(P1-P2) g
18 n
Keterangan :
flokulasi.
terjadi pemisahan)
39
b) Derajat flokulasi, β merupakan parameter yang
relatif kecil.
kemampuan suspensinya.
sebagai berikut :
sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimiliki pada saat dibuat
40
2.5.1 Metode Pengujian Stabilitas Obat
20C), dengan rentan waktu pengujian pada bulan 0, 3, 9, 12, 18, 48,
a. Siklus 24 jam pada suhu 400 ± 200C, dan 24 jam pada suhu 4 ±
41
dilakukan pada kondisi fisik sediaan dan dibandingkan dengan
.6. Hipersensitivitas
protektif, terletak hanya pada reaksi yang bersifat berlebihan, atau tidak
untuk suatu keadaan respons imun yang menyimpang dari reaksi imun
42
yang terdiri atas 2 akar kata : allos = yang lain dan ergon = kerja.
biasa. Miasalnya beberapa penderita yang terpapar oleh sari bunga, bulu
(Subowo, 2009)
2009).
.6.2.Klasifikasi Hipersensitivitas
1) Anafilaktik (Tipe I)
43
Dale dan Laidlaw (1910) memperlihatkan adanya kesamaan reaksi
(Terr, 1980).
angioudem.
44
2) Reaksi Sitotoksik ( tipe II)
yang ditujukan kepada antigen yang melekat pada sel atau jaringan.
2009 )
pengikatan sel .
dan terjadi pada penyakit hemolisis bayi baru lahir. Dikedua kasus,
sel-sel darah merah. Pada penyakit hemolisis yang di derita bayi baru
melalui plasenta, mengikat sel sel darah merah dari janin positif-Rh
45
ditimbulkan oleh obat dan terjadi selama pemberian penicillin
macam:
karena adanya lisis sel. Sasaran pada reaksi sitotoksik ini darah
46
Hipersensitivitas tipe III disebabkan oleh kenaikan kadar
Ada dua jenis reaksi kompleks imun yang terlibat dalam penyakit
2009)
47
tipe reaksi hipersensitivitas yang terdahulu, reaksi tipe IV ini tidak
limfokin.
48
intraseluler seperti M tuberculosis dan spesies leishmania (Subowo,
2009)
(Subowo, 2009).
kompleks)
Antibody IgE IgE, IgM IgG, IgM Absen
Antigen Eksogenus Permukaan Agen Jaringan/or
k
Waktu 15-30 menit Menit-jam 3-8 jam 48-72 jam
Respons Kemerahan Lisis dan Edema, Eritema dan
terbakar kan
Histologi Basofil dan komplemen Komplemen Monosit
neutrofil
Ditransper Antibody Antibody SLE Sel-T
Contoh Alergik, Eritroblasto Penyakit Tes
49
asma, hay sis, nefritis paru tuberculin,
fever racun
tanaman,
granuloma.
2.6.3 Pengobatan
1) Menghindari alergen.
2) Terapi Farmakologis
a) Adrenergik
(Febrian, 2009).
b) Antihistamin
50
c) Kromolin Sodium
d) Kortikosteroid
3) Imunoterapi
51
penderita yang diobati bereaksi seolah-olah mereka telah terdensitisasi
4) Profilaksis
(Febrian, 2009).
.7 Bahan Penelitian
2.7.1 Stimuno
imun tubuh atau yang biasa disebut juga dengan imunomodulator. Stimuno ini
imun.
52
Jika melihat hasil dari beberapa penelitian, ekstrak meniran
1) Farmakologi
mengaktifkan seluruh lapisan sistem imun tubuh, baik itu yang spesifik maupun
yang non-spesifik, sehingga daya tahan tubuh bisa bekerja lebih optimal.
dalam kondisi yang tidak fit, entah itu kelelahan, stress, bepergian jauh
atau travelling, kurang istirahat dan saat setelah melakukan kontak dengan orang
yang terkena infeksi atau saat berada di daerah yang sedang diserang wabah
penyakit.
2) Indikasi
53
3) Kontraindikasi
4) Dosis
Untuk anak-anak yang berusia 1 tahun ke atas, berikan Stimuno sirup sehari
3 kali, dimana setiap kali minum takarannya adalah 1 sendok takar atau 5 ml.
Sedangkan untuk orang dewasa, berikan Stimuno kapsul sehari 3 kali, dan
5) Efek Samping
Tetapi, data keamanan konsumsi Stimuno ini pada wanita hamil dan ibu
yang menyusui masih belum tersedia. Jadi Stimuno ini hanya boleh diberikan
terjadi.
Sebaiknya simpan Stimuno ini dalam ruang yang terlindung dari sinar
matahari langsung dan suhunya di bawah 300 C. Dan karena Stimuno ini adalah
yang disarankan, karena alih-alih akan bermanfaat malah justru akan berubah
54
menjadi perangsang alergi. Dan juga untuk penderita hipersensitivitas atau
7) Bentuk Sediaan
Stimuno ini terdiri dari dua bentuk, yakni sirup dan kapsul, dimana setiap 5
Antigen yang digunakan adalah putih telur Bebek . Putih telur Bebek ini
telur Bebek juga banyak mempunyai epitope. Epitope yaitu bagian dari antigen
yang dapat menginduksi pembentukan antibodi dan dapat diikat secara spesifik
oleh bagian dari antibodi atau reseptor pada limposit. (Soerjani, et al, 1997).
55
Sebanyak 60-65% dari total protein yang ada di putih telur adalah
berperan sebagai protein cadangan. Senyawa ini bersifat water solube dan
menstimulasi reaksi alergi dalam test atau uji alergi (Huntington dan Stein
2001).
dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya cukup besar serta sifat
56
putih “inbreed” maupun “outbreed”. Dari hasil perkawinan sampai generasi 20
Mencit (Mus musculus L.) memiliki ciri-ciri beberapa bentuk tubuh kecil,
berwarna putih, memiliki siklus estrus teratur yaitu 4-5 hari. Kondisi ruang
untuk pemeliharaan mencit (Mus musculus L.) harus senantiasa bersih, kering
dan jauh dari kebisingan. Suhu ruangan pememliharaan juga harus dijaga
2010).
Mencit betina dewasa dengan umur 35-60 hari memiliki berat badan 18-35
g. Lama hidupnya 1-2 tahun, dapat mencapai 3 tahun. Masa reproduksi mencit
betina berlangsung 1,5 tahun. Mencit betina ataupun jantan dapat dikawinkan
pada umur 8 minggu. Lama kebuntingan 19-20 hari. Jumlah anak mencit rata-
rata 6-15 eker dengan berat lahir antara 0,5-1,5 g (Akbar, 2010).
tersebut memliki beberapa keuntungan yaitu daur estrusnya teratur dan dapat
2010).
2.8.2 Klasifikasi
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
57
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
(Akbar, 2010)
58