TUGAS 4
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN POLIFENOL
DAN TANIN
(Ekstrak Psidium guajava)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitokimia
KELOMPOK : 1
KELAS : D
1. Muhamad Lutfi Irfan Syafii (202010410311042)
2. Diva Salesia (202010410311108)
3. Tyara Kusuma Wardhani Wahyudi (202010410311301)
4. Hana Septi Widiani (202010410311334)
DOSEN PEMBIMBING :
apt. SITI ROFIDA, S.Si, M.Farm
apt. AMALIYAH DINA ANGGRAENI, M.Farm
apt. DITA AYUNITA WINATA, S.Farm
DHEA AULIA PUTRI., S.Farm
2. Pyrocatechol
Senyawa ini memiliki subkomponen dengan benzena
yang tersubtitusi 2 gugus –OH secara Orto. Contoh senyawa ini
adalah quercetin dan catechin. Kedua senyawa ini terdapat dalam
buah apel dan daun teh, masing-masing senyawa memiliki dapat
digunakan sebagai antioksidan
3. Pyrogallol
Senyawa ini memiliki fenolik berupa benzen tersubtitusi
dengan 3 gugus – OH yang berurutan. Contoh senyawa ini adalah
myrecetin dan gallocatechins (EGCG). Senyawa ini terkandung
dalam buah anggur dan daun teh. Myrecetin dapat dipakai
sebagai penurun kolestrol darah sedangkan EGCG dapat
digunakan sebagai antioksidan dan penangkal radikal bebas.
4. Resorsinol
Senyawa ini memiliki subkomponen fenol berupa benzen
yang tersubtitusi dengan 2 gugus–OH yang terletak secara Meta.
Contoh dari senyawa ini adalah Resveratrol, senyawa ini
memiliki fungsi sebagai penghambat penuaan, antikanker dan
obat penyakit kulit, tetapi senyawa ini belum diteliti pada
manusia sehingga yang disebutkan tadi hanya berlaku pada
beberapa jenis hewan saja
5. Hidroquinon
Polifenol jenis ini berbeda dengan yang lain dalam hal
aktivitasnya dalam tubuh. Senyawa yang mengandung
subkomponen ini dapat menyebabkan kanker sedangkan polifenol
yang lain dapat berfungsi sebagai antikanker. Senyawa jenis ini
memiliki fenol berupa benzen yang tersubtitusi dengan dua
gugus –OH yang terletak pada posisi Para. Contoh senyawa ini
berupa glikosida yaitu arbutin.
G. Senyawa Golongan Tanin
A. Definisi
Tanin merupakan senyawa organik yang terdiri dari campuran
senyawa polifenol kompleks, dibangun dari elemen C, H, dan O serta sering
membentuk molekul besar dengan berat molekul lebih besar dari 2000
(Risnasari, 2002). Senyawa-senyawa tanin termasuk suatu golongan
senyawa yang berasal dari tumbuhan yang sejak dahulu kala digunakan
untuk merubah kulit hewan menjadi kedap air, dan awet. Istilah tanin
diperkenalkan oleh Seguil pada tahun 1796. Pada waktu itu belum diketahui
bahwa tanin tersusun dari campuran bermacam-macam senyawa, bukan
hanya satu golongan senyawa saja. Senyawa-senyawa tanin dapat diartikan
sebagai suatu senyawa-senyawa alami dengan bobot molekul antara 500 dan
3000, serta mempunyai sejumlah gugus hidroksi fenolik dan membentuk
ikatan silang yang stabil dengan protein dan biopolimer lain, misalnya
selulosa dan pectin (Manitto, 1992).
Tanin disebut juga asam tanat dan asam galotanat. Tanin dapat tidak
berwarna sampai berwarna kuning atau coklat. Beberapa ahli pangan
menyebutkan bahwa tannin terdiri dari katekin, leukoantosianin, dan asam
hidroksi yang masing-masing dapat menimbulkan warna bila bereaksi
dengan ion logam (Winarno, 1992). Tanin secara umum didefinisikan
sebagai senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup tinggi (lebih
dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein. Berdasarkan
strukturnya, tanin dibedakan menjadi dua kelas yaitu tanin terkondensasi
(condensed tannins) dan tanin-terhidrolisiskan (hydrolysable tannins)
(Manitto, 1992).
Sifat-sifat Tanin:
Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan
sepat.
Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.
Tidak dapat mengkristal.
Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.
Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan
protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim
protiolitik.
Kegunaan Tanin:
Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan
bagian tertentu pada tanaman, misalnya buah yang belum
matang, pada saat matang taninnya hilang.
Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan
fungi.
Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.
Efek terapinya sebagai adstrigensia pada jaringan hidup
misalnya pada gastrointestinal dan pada kulit.
Efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka,
B. Klasifikasi Senyawa Tannin
Senyawa tanin termasuk kedalam senyawa poli fenol yang artinya
senyawa yang memiliki bagian berupa fenolik. Senyawa tanin dibagi
menjadi dua yaitu tanin yang terhidrolisis dan tanin yang terkondensasi.
1. Tanin Terhidrolisis (Hydrolysable Tannins)
Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk
jembatan oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan
menggunakan asam sulfat atau asam klorida. Salah satu contoh jenis tanin
ini adalah gallotanin yang merupakan senyawa gabungan dari karbohidrat
dengan asam galat. Selain membentuk gallotanin, dua asam galat akan
membentuk tanin terhidrolisis yang bisa disebut Ellagitanins. Berat molekul
galitanin 1000-1500, sedangkan Berat molekul Ellaggitanin 1000-3000.
Ellagitanin sederhana disebut juga ester asam hexahydroxydiphenic
(HHDP). Senyawa ini dapat terpecah menjadi asam galic jika dilarutkan
dalam air. Asam elagat merupakan hasil sekunder yang terbentuk pada
hidrolisis beberapa tanin yang sesungguhnya merupakan ester asam
heksaoksidifenat.
2. Tanin Terkondensasi (Condensed Tannins).
Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat
terkondensasi meghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri
dari polimer flavonoid yang merupakan senyawa fenol. Oleh karena adanya
gugus fenol, maka tannin akan dapat berkondensasi dengan formaldehida.
Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap formaldehida dan mampu
membentuk produk kondensasi Tanin terkondensasi merupakan senyawa
tidak berwarna yang terdapat pada seluruh dunia tumbuhan tetapi terutama
pada tumbuhan berkayu.
C. Biosintesis Tannin
Biosintesa asam galat dengan precursor senyawa fenol propanoid.
Contoh :
a. Asam gallat merupakan hasil hidrolisa tannin
b. Dari jalur asam siklimat melalui asam 5-D-hidroksisiklimat
c. Dengan precursor senyawa fenol propanoid
d. Katekin dibentuk dari 3 molekul asam asetat, asam sinamat dan asam
katekin Salah satu contoh tanaman yang mengandung senyawa
tannin adalah jambu biji (Psidium guajava L.).
H. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi adalah proses pemisahan yang tergantung pada perbedaan
distribusi campuran komponen antara fase gerak dan fase diam. Fase diam dapat
berupa pembentukan kolom dimana fase gerak dibiarkan untuk mengalir
(kromatografi kolom) atau berupa pembentukan lapis tipis dimana fase gerak
dibiarkan untuk naik berdasarkan kapilaritas (kromatografi lapis tipis). Perlu
diperhatikan bahwa senyawa yang berbeda memiliki koefisien partisi yang
berbeda antara fase gerak dan diam Senyawa yang berinteraksi lemah dengan
fase diam akan bergerak lebih cepat melalui sistem kromatografi. Senyawa
dengan interaksi yang kuat dengan fase diam akan bergerak sangat lambat
(Christian, 1994; Skoog, 1993).
Kromatografi lapis tipis termasuk kromatografi adsorpsi, dimana sebagai
fase diam digunakan zat padat yang disebut adsorben (penyerap) dan fase gerak
adalah zat cair yang disebut sebagai larutan pengembang (Gritter dkk., 1991).
Kromatografi Lapis Tipis digunakan untuk memisahkan senyawa- senyawa
yang sifatnya hidrofob seperti lipida-lipida dan hidrokarbon. Sebagai fase diam
digunakan senyawa yang tak bereaksi seperti silika gel atau alumina. Silika gel
biasa diberi pengikat yang dimaksudkan untuk memberikan kekuatan pada
lapisan dan menambah adesi pada gelas penyokong. Pengikat yang biasa
digunakan adalah kalsium sulfat (Sastrohamidjojo, 2002). Metode dalam KLT
dapat dihitung nilai Retention factor (Rf) dengan persamaan :
1.3 Prosedur Kerja
A. Alat dan Bahan
b. Reaksi Gelatin
warna.
Jika terjadi warna hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin.
b. Uji Gelatin
larutan IVC Jika pada penambahan gelatin dan NaCl tidak timbul endapan
diberi beberapa putih, tetapi setelah ditambahkan dengan larutan FeCl3 terjadi
tetes larutan perubahan warna menjadi hijau biru hingga hitam,
FeCl3 menunjukkan adanya senyawa polifenol
FeCl3 positif, uji gelatin positif tanin(+)
FeCl3 positif, uji gelatin negatif polifenol
(+)
FeCl3 negatif tanin(-), polifenol (-)
Budiarto, A. 2011. Ketertarikan lalat buah (Bactrocera sp) terhadap atraktan nabati dan non
nabati. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “veteran”,
Surabaya.
Hapsoh, Hasanah, 2011. Budidaya tanaman obat dan rempah. Medan: USU Press.