Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIKUM FITOKIMIA

TUGAS 4
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN POLIFENOL
DAN TANIN
(Ekstrak Psidium guajava)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitokimia

KELOMPOK : 1
KELAS : D
1. Muhamad Lutfi Irfan Syafii (202010410311042)
2. Diva Salesia (202010410311108)
3. Tyara Kusuma Wardhani Wahyudi (202010410311301)
4. Hana Septi Widiani (202010410311334)

DOSEN PEMBIMBING :
apt. SITI ROFIDA, S.Si, M.Farm
apt. AMALIYAH DINA ANGGRAENI, M.Farm
apt. DITA AYUNITA WINATA, S.Farm
DHEA AULIA PUTRI., S.Farm

PROGRAM STUDI ILMU FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2023
1.1 Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan flavonoida dalam
tanaman Psidium guajava L.
1.2 Tinjauan Pustaka
A. Definisi Jambu Biji (Psidium guajava)
Jambu biji merupakan salah satu tumbuhan tropis yang secara empiris
digunakan oleh masyarakat sebagai obat. Tumbuhan ini termasuk dalam familia
Myrtaceae (Wibisono, 2011). Buah jambu biji dapat bermanfaat sebagai
makanan buah segar maupun olahan yang mempunyai gizi dan mengandung
vitamin A dan vitamin C yang tinggi, dengan kadar gula 8%. Jambu biji
mempunyai rasa dan aroma yang khas disebabkan oleh senyawa eugenol. Tidak
hanya buahnya, pohon, daun, akar, dan kayunya juga memiliki banyak manfaat
antara lain: pohonnya sering digunakan sebagai pembatas di pekarangan dan
sebagai tanaman hias, daun dan akarnya juga dapat digunakan sebagai obat
tadisional, dan kayunya dapat dibuat berbagai alat dapur karena memiliki kayu
yang kuat dan keras (Budiarto, 2011)
Jambu biji tersebar dari Asia Tenggara, yaitu Indonesia hingga Asia
Selatan, diantaranya India dan Sri Lanka. Jambu di beberapa tempat dikenal
sebagai jambu klutuk (Jawa), jambu paratugala (Makassar), jambu bigi
(Madura), sotong (Bali), galiman (Batak), glima breuh (Aceh) dan kayawase
(Maluku). Di Indonesia, terdapat banyak macam-macam jenis jambu biji yang
dibudidayakan. Salah satunya adalah jambu kristal. Ciri utama dari buah jambu
kristal adalah memiliki daging buah tebal yang berwarna putih, kulit luar
berwarna hijau muda, memiliki sedikit biji dengan persentase 3%, kandungan air
sedikit, memiliki rasa manis, serta bertekstur renyah. (Dinyanti, 2021)
B. Taksonomi Jambu Biji (Psidium guajava)
 Kingdom : Plantae
 Subkingdom : Viridiplantae
 Infrakigdom : Streptophyta
 Superdivisi : Embryophyta
 Divisi : Tracheophyta
 Subdivisi : Spermatophytina
 Kelas : Magnoliopsida
 Superordo : Rosanae
 Ordo : Myrtales
 Suku : Myrtaceae
 Marga : Psidium
 Jenis : Psidium guajava L.
(ITIS, 2021)
C. Morfologi Jambu Biji (Psidium guajava)
Jambu biji berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah yang gembur
maupun liat, pada tempat terbuka, dan mengandung air yang cukup banyak.
Tanaman jambu biji (Psidium Guajava L.) ditemukan pada ketinggian 1 m
sampai 1.200 m dari permukaan laut. Jambu biji berbunga sepanjang tahun.
Perdu atau pohon kecil, tinggi 2 m sampai 10 m, percabangan banyak.
Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin, berwarna coklat kehijauan
(Anggraini, 2010).
Daun jambu biji tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari
tangkai (Petiolus) dan helaian (Lamina) saja yang disebut daun bertangkai.
Dilihat dari letak bagian terlebarnya pada daunnya bagian terlebar daun jambu
biji (P. Guajava L.) berada ditengah-tengah dan memiliki bagian jorong karena
perbandingan panjang : lebarnya adalah 1,5 - 2 : 1 (13 - 15 : 5,6 - 6 Cm). Daun
jambu biji (P. Guajava L.) memiliki tulang daun yang menyirip yang mana daun
ini memiliki 1 ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan
terusan tangkai daun dari ibu tulang ke samping,keluar tulang-tulang cabang,
sehingga susunannya mengingatkan kita pada susunan sirip ikan. Jambu biji
memiliki ujung daun yang tumpul, pada umumnya warna daun bagian atas
tampak lebih hijau jika dibandingkan sisi bawah daun. Tangkai daun berbentuk

selindris dan tidak menebal pada bagian tangkainya (Ayuni, 2012).

Gambar 1. Jambu Biji (Psidium guajava)

D. Manfaat Jambu Biji (Psidium guajava)


Daun jambu biji ternyata memiliki khasiat tersendiri bagi tubuh kita, baik
untuk kesehatan ataupun untuk obat penyakit tertentu. Dalam penelitian yang
telah dilakukan ternyata daun jambu biji memiliki kandungan yang banyak
bermanfaat bagi tubuh kita. Diantaranya, anti inflamasi, anti mutagenik, anti
mikroba dan analgesik (Dalimartha, 2000). Daun jambu biji berkhasiat
adstringen (pengelat), antidiare, antiradang. Buah berkhasiat antioksidan karena
kandungan beta karoten dan vitamin C yang tinggi sehingga dapat meningkatkan
daya tahan tubuh (Elimamet al, 2009)
Pada umumnya daun jambu biji (Psidium guajava L.) digunakan untuk
pengobatan seperti diare akut dan kronis, perut kembung pada bayi dan anak,
kadar kolesterol darah meninggi, sering buang air kecil, luka, sariawan, larutan
kumur atau sakit gigi dan demam berdarah (Ningrum, 2013).
E. Kandungan Kimia Jambu Biji (Psidium guajava)
Ekstrak daun jambu biji putih mengandung senyawa saponin, tanin
steroid, flavonoid, alkaloid dan riterpenoid. Beberapa senyawa tersebut
mempunyai aktivitas antioksidan salah satunya adalah senyawa golongan
flavonoid, karena kemampuannya yang dapat mereduksi radikal bebas.
Golongan flavonoid meliputi kalkon, flavon, isoflavon, flavonol, flavanon dan
katekin mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Maulana, dkk., 2016).

F. Senyawa Golongan Polifenol


Definisi
Senyawa polifenol merupakan senyawa hasil dari metabolit sekunder
tanaman. Senyawa fenolik memiliki kelompok yang sangat beragam.
Tersusun dari cincin aromatik yang mengikat gugus hidroksil dan turunan
fungsionalnya. (Suryanto dkk, 2011). Senyawa yang memiliki struktur satu
cincin yang membawa satu atau lebih polifenol/fenol substitusi hydroksil,zat
kimia ini di temukan di tumbuhan dengan ciri khas memiliki gugus fenol
dalam molekulnya,serta memiliki spectrum yang luas dengan kelarutan yang
berbeda pada setiap pelarut di karenakan gugus hidroksiil yang dimiliki
berbeda pada jumlah dan posisinya (Diah, 2015).
Polifenol memiliki manfaat yang besar untuk tubuh yaitu melawan
penyakit. Polifenol juga dapat menghancurkan kanker tanpa merusak sel
yang ada disekelilingnya. Polifenol juga berfungsi sebagai melawan radikal
bebas atau antioksidan yang tinggi. Selain melawan radikal bebas juga
mencegah pertumbuhan sel sel yang berpotensi kanker (Yana, 2018).
Senyawa Golongan Polifenol
Senyawa polifenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari
tumbuhan, yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang
mengandung satu atau dua penyulih hidroksil. Senyawa polifenol cenderung
mudah larut dalam air karena umumnya berikatan dengan gula sebagai
glikosida dan biasanya terdapat dalam vakuola sel (Harborne, 1987).
Senyawa polifenol memiliki berbagai aktivitas, misalnya antibakteri,
antijamur, antioksidan, sedatif, dan lain-lain (Saifudin dkk., 2011).
Sementara bagi tanaman, fenolat berperan sebagai bahan pembangun dinding
sel, sebagai pigmen bunga (antosianin), dan lain-lain. Namun,
kemampuannya membentuk kompleks dengan protein melalui ikatan tunggal
dapat mengganggu dalam penelitian. Selain itu, fenol sendiri sangat peka
terhadap oksidasi enzim dan mungkin hilang pada proses isolasi akibat kerja
enzim fenolase yang terdapat dalam tumbuhan (Harborne, 1987)

Klasifikasi Senyawa Polifenol


 Berdasarkan unit basa
Polifenol jika diklasifikasikan berdasarkan unit basanya di bagi
menjadi kelompok besar yaitu asam galic, polivenol, Flavon, asam
sinamat.
1. Asam Galic
Senyawa ini memiliki struktur benzen yang tersubtitusi
dengan 3 gugus -OH dan satu gugus Karboksilat. Contohnya
seperti jenis hydrolyzabletanin yang merupakan jenis tanin yang
dapat larut di dalam air membentukasam gallic dan asam
protocatechuic dan gula. Contoh jenis ini adalahgallotanin.
Senyawa jenis ini telah diteliti dapat menghambat tumor,
antivirus, antioksidasi, antidiabetes dan anticacing.
2. Flavon
Jenis polifenol ini yang apaling banyak terdapat dialam.
Senyawa ini juga termasuk flavonoid. Contoh senyawa ini adalah
epicatechin dan epigalocatechin, senyawa ini terkandung di
dalam teh yang memiliki fungsi sebagai antioksidan.
3. Asam sianamat
Salah satu contoh jenis ini adalah lignin. Lignin banyak
terdapat pada tumbuhan sebagai penyusun dinding sel. Senyawa
ini berupa polimer yangmemiliki struktur kompleks dan berat
molekul lebih dari 10.000 monomer pada lignin disebut
monolignols.
 Berdasarkan subskomponen fenoliknya
1. Fenol
Senyawa ini memiliki subkomponen berupa fenol yang
tersusun dari benzene tersubtitusi dengan gugus-OH salah
satunya adalah capsaisin, yang merupakan zat pedas pada cabe.
Senyawa ini memiliki subkomponen fenol dan terdapat amina
didalamnya.

2. Pyrocatechol
Senyawa ini memiliki subkomponen dengan benzena
yang tersubtitusi 2 gugus –OH secara Orto. Contoh senyawa ini
adalah quercetin dan catechin. Kedua senyawa ini terdapat dalam
buah apel dan daun teh, masing-masing senyawa memiliki dapat
digunakan sebagai antioksidan
3. Pyrogallol
Senyawa ini memiliki fenolik berupa benzen tersubtitusi
dengan 3 gugus – OH yang berurutan. Contoh senyawa ini adalah
myrecetin dan gallocatechins (EGCG). Senyawa ini terkandung
dalam buah anggur dan daun teh. Myrecetin dapat dipakai
sebagai penurun kolestrol darah sedangkan EGCG dapat
digunakan sebagai antioksidan dan penangkal radikal bebas.
4. Resorsinol
Senyawa ini memiliki subkomponen fenol berupa benzen
yang tersubtitusi dengan 2 gugus–OH yang terletak secara Meta.
Contoh dari senyawa ini adalah Resveratrol, senyawa ini
memiliki fungsi sebagai penghambat penuaan, antikanker dan
obat penyakit kulit, tetapi senyawa ini belum diteliti pada
manusia sehingga yang disebutkan tadi hanya berlaku pada
beberapa jenis hewan saja
5. Hidroquinon
Polifenol jenis ini berbeda dengan yang lain dalam hal
aktivitasnya dalam tubuh. Senyawa yang mengandung
subkomponen ini dapat menyebabkan kanker sedangkan polifenol
yang lain dapat berfungsi sebagai antikanker. Senyawa jenis ini
memiliki fenol berupa benzen yang tersubtitusi dengan dua
gugus –OH yang terletak pada posisi Para. Contoh senyawa ini
berupa glikosida yaitu arbutin.
G. Senyawa Golongan Tanin
A. Definisi
Tanin merupakan senyawa organik yang terdiri dari campuran
senyawa polifenol kompleks, dibangun dari elemen C, H, dan O serta sering
membentuk molekul besar dengan berat molekul lebih besar dari 2000
(Risnasari, 2002). Senyawa-senyawa tanin termasuk suatu golongan
senyawa yang berasal dari tumbuhan yang sejak dahulu kala digunakan
untuk merubah kulit hewan menjadi kedap air, dan awet. Istilah tanin
diperkenalkan oleh Seguil pada tahun 1796. Pada waktu itu belum diketahui
bahwa tanin tersusun dari campuran bermacam-macam senyawa, bukan
hanya satu golongan senyawa saja. Senyawa-senyawa tanin dapat diartikan
sebagai suatu senyawa-senyawa alami dengan bobot molekul antara 500 dan
3000, serta mempunyai sejumlah gugus hidroksi fenolik dan membentuk
ikatan silang yang stabil dengan protein dan biopolimer lain, misalnya
selulosa dan pectin (Manitto, 1992).
Tanin disebut juga asam tanat dan asam galotanat. Tanin dapat tidak
berwarna sampai berwarna kuning atau coklat. Beberapa ahli pangan
menyebutkan bahwa tannin terdiri dari katekin, leukoantosianin, dan asam
hidroksi yang masing-masing dapat menimbulkan warna bila bereaksi
dengan ion logam (Winarno, 1992). Tanin secara umum didefinisikan
sebagai senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup tinggi (lebih
dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein. Berdasarkan
strukturnya, tanin dibedakan menjadi dua kelas yaitu tanin terkondensasi
(condensed tannins) dan tanin-terhidrolisiskan (hydrolysable tannins)
(Manitto, 1992).
Sifat-sifat Tanin:
 Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan
sepat.
 Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.
 Tidak dapat mengkristal.
 Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.
 Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan
protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim
protiolitik.

Sifat kimia Tanin:


 Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol
yang sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal.
 Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi.
 Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia,
antiseptic dan pemberi warna.

Identifikasi Tanin dapat dilakukan dengan cara:


 Diberikan larutan FeCl3 berwarna biru tua / hitam kehijauan.
 Ditambahkan Kalium Ferrisianida + amoniak berwarna coklat.
 Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan Kalium
Bikromat berwarna coklat.

Kegunaan Tanin:
 Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan
bagian tertentu pada tanaman, misalnya buah yang belum
matang, pada saat matang taninnya hilang.
 Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan
fungi.
 Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.
 Efek terapinya sebagai adstrigensia pada jaringan hidup
misalnya pada gastrointestinal dan pada kulit.
 Efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka,
B. Klasifikasi Senyawa Tannin
Senyawa tanin termasuk kedalam senyawa poli fenol yang artinya
senyawa yang memiliki bagian berupa fenolik. Senyawa tanin dibagi
menjadi dua yaitu tanin yang terhidrolisis dan tanin yang terkondensasi.
1. Tanin Terhidrolisis (Hydrolysable Tannins)
Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk
jembatan oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan
menggunakan asam sulfat atau asam klorida. Salah satu contoh jenis tanin
ini adalah gallotanin yang merupakan senyawa gabungan dari karbohidrat
dengan asam galat. Selain membentuk gallotanin, dua asam galat akan
membentuk tanin terhidrolisis yang bisa disebut Ellagitanins. Berat molekul
galitanin 1000-1500, sedangkan Berat molekul Ellaggitanin 1000-3000.
Ellagitanin sederhana disebut juga ester asam hexahydroxydiphenic
(HHDP). Senyawa ini dapat terpecah menjadi asam galic jika dilarutkan
dalam air. Asam elagat merupakan hasil sekunder yang terbentuk pada
hidrolisis beberapa tanin yang sesungguhnya merupakan ester asam
heksaoksidifenat.
2. Tanin Terkondensasi (Condensed Tannins).
Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat
terkondensasi meghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri
dari polimer flavonoid yang merupakan senyawa fenol. Oleh karena adanya
gugus fenol, maka tannin akan dapat berkondensasi dengan formaldehida.
Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap formaldehida dan mampu
membentuk produk kondensasi Tanin terkondensasi merupakan senyawa
tidak berwarna yang terdapat pada seluruh dunia tumbuhan tetapi terutama
pada tumbuhan berkayu.
C. Biosintesis Tannin
Biosintesa asam galat dengan precursor senyawa fenol propanoid.
Contoh :
a. Asam gallat merupakan hasil hidrolisa tannin
b. Dari jalur asam siklimat melalui asam 5-D-hidroksisiklimat
c. Dengan precursor senyawa fenol propanoid
d. Katekin dibentuk dari 3 molekul asam asetat, asam sinamat dan asam
katekin Salah satu contoh tanaman yang mengandung senyawa
tannin adalah jambu biji (Psidium guajava L.).
H. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi adalah proses pemisahan yang tergantung pada perbedaan
distribusi campuran komponen antara fase gerak dan fase diam. Fase diam dapat
berupa pembentukan kolom dimana fase gerak dibiarkan untuk mengalir
(kromatografi kolom) atau berupa pembentukan lapis tipis dimana fase gerak
dibiarkan untuk naik berdasarkan kapilaritas (kromatografi lapis tipis). Perlu
diperhatikan bahwa senyawa yang berbeda memiliki koefisien partisi yang
berbeda antara fase gerak dan diam Senyawa yang berinteraksi lemah dengan
fase diam akan bergerak lebih cepat melalui sistem kromatografi. Senyawa
dengan interaksi yang kuat dengan fase diam akan bergerak sangat lambat
(Christian, 1994; Skoog, 1993).
Kromatografi lapis tipis termasuk kromatografi adsorpsi, dimana sebagai
fase diam digunakan zat padat yang disebut adsorben (penyerap) dan fase gerak
adalah zat cair yang disebut sebagai larutan pengembang (Gritter dkk., 1991).
Kromatografi Lapis Tipis digunakan untuk memisahkan senyawa- senyawa
yang sifatnya hidrofob seperti lipida-lipida dan hidrokarbon. Sebagai fase diam
digunakan senyawa yang tak bereaksi seperti silika gel atau alumina. Silika gel
biasa diberi pengikat yang dimaksudkan untuk memberikan kekuatan pada
lapisan dan menambah adesi pada gelas penyokong. Pengikat yang biasa
digunakan adalah kalsium sulfat (Sastrohamidjojo, 2002). Metode dalam KLT
dapat dihitung nilai Retention factor (Rf) dengan persamaan :
1.3 Prosedur Kerja
A. Alat dan Bahan

NO. ALAT BAHAN


1. Ekstrak Psidium Guajava
Pipet
2. Tisu NaCl
3. Kain Lap FeCL3
4. Tabung Reaksi
Aquadest
5. Label Kiesel Gel GF 254
6. Penjepit Kayu Metanol
7. Alumunium Foil Etil asetat
8. Pinset Asam Format
9. KLT

B. Deskripsi Prosedur Kerja


Preparasi Sampel
- 0,3 gram ekstrak ditambah 10ml aquadest panas, diaduk dan dibiarkan
sampai temperature kamar, lalu ditambahkan 3-4 tetes 10% NaCl, diaduk
dan di saring.
- Filtrat dibagi menjadi tiga bagian masing-masing ± 3ml dan disebut
sebagai larutan IVA, IVB, dan IVC.
Reaksi Gelatin
- Larutan IVA digunakan sebagai blanko, Larutan IVB ditambah dengan
sedikit larutan gelatin dan 5 ml larutan NaCl 10%.
- Jika terjadi endapan putih menunjukkan adanya tannin.
Uji Ferri Klorida
- Sebagai larutan IVC diberi beberapa tetes larutan FeCl3, kemudian
diamati terjadinya perubahan warna.
- Jika terjadi warna hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin.
- Jika pada penambahan gelatin dan NaCl tidak timbul endapan putih,
tetapi setelah ditambahkan dengan larutanh FeCl3 terjadi perubahan
warna menjadi hijau biru hingga hitam, menunjukkan adanya senyawa
polifenol.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
- Sebagai Larutan IVC digunakan untuk pemeriksaan KLT
Fase diam : Kiesel Gel 254
Fase gerak : Kloroform-Etil asetat-Asam formiat (0,5:9:0,5)
Penampak noda : Pereaksi FeCl3
- Jika timbul warna hitam menunjukkan adanya polifenol dalam sampel.
C. Bagan Alir
a. Penyiapan sampel

0,3 gram ekstrak ditambah 10ml aquadest panas, diaduk dan


dibiarkan sampai temperature kamar, lalu ditambahkan 3-4
tetes 10% NaCl, diaduk dan di saring.

Filtrat dibagi menjadi tiga bagian masing-masing ± 3ml dan


disebut sebagai larutan IVA, IVB, dan IVC.

b. Reaksi Gelatin

Larutan IVA digunakan sebagai blanko, Larutan IVB ditambah


dengan sedikit larutan gelatin dan 5 ml larutan NaCl 10%.

Jika terjadi endapan putih menunjukkan adanya tannin.

c. Uji Ferri Klorida

Sebagai larutan IVC diberi beberapa tetes larutan


FeCl , kemudian diamati terjadinya perubahan
3

warna.
Jika terjadi warna hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin.

Jika pada penambahan gelatin dan NaCl tidak timbul endapan


putih, tetapi setelah ditambahkan dengan larutanh FeCl3
terjadi perubahan warna menjadi hijau biru hingga hitam,
menunjukkan adanya senyawa polifenol :

FeCl3 positif, uji gelatin positif Tanin (+)


FeCl3 positif, uji gelatin negative Polifenol (+)
- FeCl3 negatifPolifenol (-), tanin (-)
.
d. Kromatografi Lapis Tipis

Sebagai Larutan IVC digunakan untuk pemeriksaan KLT


a. Fase diam : Kiesel Gel 254
b. Fase gerak : Kloroform-Etil asetat-Asam formiat
(0,5:9:0,5)
c. Penampak
Jika timbul nodamenunjukkan
warna hitam : Pereaksiadanya
FeCl3 polifenol dalam
sampel.
D. Skema Kerja
a. Preparasi Sampel

Ekstrak Dimasukkan ke dalam tabung Ditambah dengan 3-4


sebanyak 0,3 g reaksi dan ditambah 10 ml tetes NaCl, lalu diaduk
aquadest panas dan disaring

Filtrat dibagi menjadi 3 bagian, masing-masing ± 3 ml dan disebut


sebagai larutan IVA, IVB, dan IVC

b. Uji Gelatin

Larutan IVA Larutan IVB ditambahkan Jika terdapat endapan


sebagai blanko dengan sedikit larutan gelatin putih menunjukkan
dan 5 ml NaCl 10% adanya tanin
a. Uji Ferri Klorida

diamati terjadinya Jika terjadi warna


perubahan warna. hijau kehitaman
menunjukkan
adanya tanin

larutan IVC Jika pada penambahan gelatin dan NaCl tidak timbul endapan
diberi beberapa putih, tetapi setelah ditambahkan dengan larutan FeCl3 terjadi
tetes larutan perubahan warna menjadi hijau biru hingga hitam,
FeCl3 menunjukkan adanya senyawa polifenol
FeCl3 positif, uji gelatin positif tanin(+)
FeCl3 positif, uji gelatin negatif polifenol
(+)
FeCl3 negatif tanin(-), polifenol (-)

b. Kromatografi Lapis Tipis

Ditotolkan pada fase diam

Larutan IVC dimasukkan lemari Siap pemeriksaan KLT


asam biarkan menguap sampai
tersisa 1/3 bagiannya

Fase diam : kiesel gel 254

Fase gerak : kloroform – etil asetat – asam formiat (0,5 : 9 : 0,5)

Penampak noda : pereaksi FeCl3

Adanya polifenol ditunjukkan


dengan timbulnya noda
berwarna hitam dalam
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Karnunika.

Budiarto, A. 2011. Ketertarikan lalat buah (Bactrocera sp) terhadap atraktan nabati dan non
nabati. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “veteran”,
Surabaya.
Hapsoh, Hasanah, 2011. Budidaya tanaman obat dan rempah. Medan: USU Press.

Harborne, J.B.1987. Metode Fitokimia (diterjemahkan dari: Phytochemical Methods,


penerjemah: K. Padmawinata dan I Soediro). Bandung: Penerbit ITB.
https://www.bing.com/images/search?q=psidium+guajava&FORM=HDRSC2,
(online)(24 Maret 2018).
Metwally et al. 2010. Plant Metabolites and Regulation under Environmental Stress.
Academic press in is an imprint by Elsevier: United State. Ebook diakses 24
Maret 2018.
Rahim, Abdul, R., Yaacob, M. H., Alias, N. dan Mat Nor, F. (2010). Investment,
Board Governance and Firm Value: A Panel Data Analysis. International
Review of Business Research Papers, Vol. 6 (5), pp. 293-302.
Risnasari, I. 2002. Tanin. Digital Library Universitas Sumatera Utara.[terhubung
berkala]. http://library.usu.ac.id/download/fp/Hutan-Iwan6.pdf. (online)(24 Maret
2018).
Saifuddin, Abdul Bari. 2011. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.Edisi Ke-4
Cetakan Ke-4.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wahyuni, D.K., dkk. 2016. Toga Indonesia. Surabaya : Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai