)
SEBAGAI OBAT FITOFARMAKA DIABETES MELLITUS
Disusun oleh:
A. Latar Belakang
Penelitian mengenai tanaman obat tradisional terus berkembang,
bahkan akhir-akhir ini jumlahnya meningkat. Meskipun demikian dalam
kenyataannya hingga saat ini baru beberapa penelitian tanaman obat
tradisional ataupun tanaman obat yang digunakan dalam fasilitas pelayanan
kesehatan (Hertanto, 2012).
Jenis obat-obatan fitofarmaka, obat herbal berstandar (OHT) dan jamu,
merupakan alternatif dalam mendukung ketersediaan obat nasional.
Pemanfaatan jenis obat-obatan tersebut juga diharapkan mampu berperan
dalam Jaminan Kesehatan Nasional. Fitofarmaka adalah obat dari bahan
alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan
uji pra klinik dan uji klinik. Bahan baku dan produk jadinya juga telah di
standardisasi (BPOM 2019).
Penggunaan obat herbal telah menyebar ke seluruh dunia, sejak jaman
dahulu hingga sekarang, banyak orang menggunakan obat herbal atau obat
tradisional baik yang dibuat secara tradisional maupun berteknologi modern
(WHO, 2004).
Obat herbal banyak digunakan oleh masyarakat untuk menjaga
kesehatan dan banyak diminati karena tidak mahal dan ketersediaannya
yang terjangkau bagi masyarakat terutama di desa atau kota kecil yang
jarang terdapat pusat kesehatan. WHO merekomendasikan penggunaan obat
tradisional termasuk herbal untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan
pengobatan penyakit (WHO, 2014).
Studi WHO pada tahun 2000 memperkirakan sekitar 177 juta orang di
dunia memiliki penyakit diabetes. Menurut International Diabetes
Federation’s Diabetes Atlas, diperkirakan 194 juta orang menderita diabetes
dan beberapa di antaranya tinggal di negara berkembang. Di Indonesia
prevalensi penderita diabetes melitus berkisar antara 1,5 sampai dengan 2,3
%, kecuali di Manado yang agak tinggi sebesar 6%. Jumlah penyandang
diabetes melitus tipe 2 makin meningkat baik di seluruh dunia terutama di
negara berkembang karena perubahan gaya hidup yang tidak sehat (Suyono,
2011). Diabetes melitus (DM) adalah suatu sindroma klinik yang ditandai
oleh poliuri, polidipsi, dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar
glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa ≥126 mg/dl atau
postprandial ≥ 200 mg/dl atau glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dl) (FK UI, 2011).
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 , diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karateristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
atau kedua-duanya. Diabetes melitus diklasifikasikan dalam empat
kelompok yaitu diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes
melitus tipe lain dan diabetes melitus gestasional. Pada gejala klinis,
diabetes melitus tipe 1 sering ditandai dengan keadaan hiperglikemi, poliuri,
polidipsi, dan penurunan berat badan. Sementara diabetes melitus tipe 2
merupakan kombinasi antara resistensi insulin dan sekresi insulin yang tidak
adekuat (Soegondo, 2009).
Indonesia memiliki sekitar 30.000 spesies tanaman dan sekitar 180 jenis
sudah digunakan dan diproduksi sebagai obat. Saat ini Indonesia memiliki
23 Produk fitofarmaka berasal dari tumbuhan dan hewan, yang telah melalui
proses uji klinik ilmiah (BPOM, 2019).
Daun ciplukan telah diketahui mengandung berbagai macam senyawa,
antara lain asam klorogenat, asam alaidat, asam sitrat, asam malat, tannin,
kriptoxantin, physalin, saponin, terpenopid, flavonoid, polifenol, alkaloid
dan steroid (Rohyani et al, 2015).
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Menambah pengetahuan tentang manfaat tanaman ciplukan
2. Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai salah satu
alternatif pengganti obat DM.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6. Kandungan Akar
Fungsi lain yaitu antiinflamasi pada Physalin E dari ekstrak akar
ciplukan (Physalis Angulata L) atau Aqueous Extract from roots of
Physalis angulata (AEPa) terbukti memiliki efek sebagai antiinflamasi
melalui berbagai jalur inhibisi. Telah terbukti juga bahwa ekstrak berair
dari akar Physalis angulata L. memiliki antiinflamasi yang kuat dan
imunomodulator dengan cara mengganggu ciclooxygenase, limfosit
proliferasi dan produksi Tumor Growth Factor Beta (TGF-β) (Bastos
etal., 2008). Akar Physalis angulata L. mengandung senyawa
diantaranya yaitu alkaloid, Withanolide, dan flavonoid.
7. Kandungan Daun
Daun Physalis angulata L. mengandung senyawa aktif diantaranya
adalah alkaloid, withanolide, dan flavonoid. Penelitian pada hewan
coba menggunakan daun Physalis angulata L. menunjukkan efek
antidiabet dengan kandungan aktifnya yang mengacu pada kandungan
aktif pada buah, yaitu fisalin A, B, D, F, dan glikosid (Kasali MF et al,
2013).
Penelitian dengan menggunakan seluruh tanaman (herba) Physalis
angulata L. menunjukkan kandungan bahan kimia yaitu saponin, tanin,
flavonoid memiliki efek antidiabetik dengan penurunan glukosa darah
pada tikus diabetik (Abo, K A. dan Lawal I.O, 2013).
8. Kandungan Herba Physalis angulata L.
Kandungan senyawa lain dari herba Physalis angulata L. yaitu
monoterpenoid, triterpenoid, seskuiterpenoid, dan fisalin. Fisalin dapat
meningkatkan enzim Superoksidase Dismutase (SOD) dan catalase
yaitu sebagai antioksidan yang dapat mencegah kerusakan organ (El-
Mehiry, H.F. H. M., Helmy, M. A. A., dan El-Ghany, 2012).
Triterpenoid merupakan komponen aktif yang berefek sebagai
antidiabetes dan untuk menarik senyawa ini dapat dilakukan dengan
cara pengasaman yang kemudian difraksi dengan kloroform (Sunaryo,
Hadi, Kusmardi dan Wahyu Trianingsih, 2012).
Senyawa lain yang terdapat dalam fraksi kloroform tanaman
Physalis angulata L. yaitu alkaloid Nordextromethorphan, asam lemak,
asam heksanoat, 9-octadecenoid acid, dan octadeceoid acid. Asam oleik
(9-Octadecanoid acid) adalah asam lemak tidak jenuh yang bekerja
menghambat produksi glukosa dan bersifat antioksidan yang dapat
menangkal terbentuknya radikal bebas, diketahui juga ada korelasi
antara membran adiposit asam oleik dengan insulin yang memediasi
transpor glukosa. Terdapat juga senyawa aplysteryacetate yang dapat
bekerja dengan menstimulasi keluarnya insulin dari pankreas (Sediarso,
Sunaryo, dan Amalia, 2013)
9. Fungsi Kandungan Aktif Physalis angulata L.
a. Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang sangat diperlukan tubuh untuk
mengatasi dan mencegah stres oksidatif. Berdasarkan sumbernya,
antioksidan terdiri atas antioksidan endogen dan eksogen.
Antioksidan endogen, yaitu enzim-enzim yang bersifat antioksidan
seperti: Superoksida Dismutase (SOD), Catalase (Cat), dan
Glutathione Peroksidase (Gpx). Antioksidan eksogen adalah yang
berasal dari luar tubuh/makanan. Stres oksidatif adalah suatu kondisi
yang tidak seimbang antara jumlah radikal bebas dengan jumlah
antioksidan di dalam tubuh. Antioksidan bersifat sangat mudah
dioksidasi, sehingga antioksidan akan dioksidasi oleh radikal bebas
yang kemudian melindungi molekul lain dalam sel dari kerusakan
(Werdhasari, A., 2014).
Jenis Antioksidan
1. Alkaloid
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang
sebagian besar heterosiklik dan terdapat di tumbuhan serta hewan.
Hingga saat ini sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid
dengan struktur yang sangat beragam, sehingga tidak ada batasan
yang jelas. Alkaloid bersifat basa tergantung pada pasangan elektron
pada nitrogen yang menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah
mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya
oksigen. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat
menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan dalam waktu
lama (Harborne J.B., 2006).
2. Flavonoid
Flavonoid mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga-
karbon dengan cincin benzen. Setiap cincin diberi tanda: A, B dan C;
atom karbon diberi angka dengan angka biasa pada cincin A dan C,
serta angka beraksen untuk cincin B (Soesilo S, Andajaningsih (Eds.),
2014). Tumbuhan ciplukan (Physalis angulata L.) kaya akan zat aktif
flavonoid dengan persentase ekstrak buah 300 μg/ml adalah 84%,
ekstrak buah 200 μg/ml adalah 58% dan dalam 100 μg/ml ekstrak
(Krishna, M., Kumar, A., & Sarma, P. C. R. & K. 2015).
3. Triterpenoid dan Sterol
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari
enam satuan isoprena dan secara biosintesis dirumuskan dari
hidrokarbon C30 asiklin, yaitu skualena. Uji yang banyak digunakan
adalah reaksi Lieberman-Burchard dengan triterpena dan sterol
memberikan warna hijau-biru. Triterpena dapat dipilih menjadi
sekurang-kurangnya empat golongan senyawa: triterpena sebenarnya,
steroid, saiconon dan glycosida jantung. Kedua golongan terakhir
sebenarnya triterpena atau steroid yang terdapat sebagai glycosida
(Harborne J.B., 2006).
B. Diabetes Melitus
1. Definisi
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kinerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2010). Menurut WHO,
Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid
dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi
insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta
Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya
sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes, 2008). Berdasarkan Perkeni tahun
2011 Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme yang
bersifat kronis dengan karakteristik. hiperglikemia. Berbagai komplikasi
dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol, misalnya
neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nefropati, dan gangren.
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
1) Autoimun.
2) Idiopatik.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Abo dan kawan kawan (2013),
ekstrak herba ciplukan (Physalis angulata L.) dengan pelarut metanol mampu
menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan galur wistar pada hari ke-
7 pemberian yang sebelumnya telah diinduksi dengan aloksan.
Penelitian lain tentang efek hipoglikemik ekstrak tanaman herba ciplukan telah
dilakukan oleh Sulistyowati (2013). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
ekstrak air herba ciplukan (Physalis angulata L.) dengan sebagai salah satu
antioksidan potensial yang mampu menurunkan kadar gula darah dan profil lipid
yang dilakukan pada tikus putih jantan galur Spargue dawley. Selain itu, menurut
hasil dari Sediarso et al (2011), pada penelitian pra klinik efek antidiabetes dan
identifikasi senyawa dominan fraksi kloroform herba ciplukan (Phsyalis Angulata
L.) pada mencit. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa herba ciplukan (Physalis
angulata L.) dapat menurunkan kadar glukosa darah pada mencit jantan putih yang
diinduksikan aloksan tetrahidrat.
Penelitian Sunaryo dkk (2012) menyimpulkan bahwa senyawa aktif dari fraksi
kloroform herba ciplukan pada mencit memiliki efek antidiabetes serta dapat
memperbaiki jumlah sel langerhans pankreas sebanding dengan glibenklamid.
Menurut peneliti dan berdasarkan dari penelitian yang sudah ada sejauh ini belum
pernah diteliti efek antidiabetes dengan menggunakan daun ciplukan. Oleh karena
itu, peneliti ingin mengetahui tentang efektivitas ekstrak etanol 70% daun ciplukan
terhadap penurunan glukosa darah pada tikus putih jantan galur Wistar yang
diinduksi aloksan.
Secara empiris, herba ceplukan (Physalis angulata L.) telah digunakan sebagai
gagal ginjal akut, menunjukan bahwa ekstrak air herba ceplukan dapat menurunan
kadar gula darah, kadar kolesterol darah, kadar trigliserida darah, kadar LDL (low
density lipoprotein), meningkatkan kadar HDL (high density lipoprotein) dan
berpengaruh terhadap histopatologi ginjal tikus (Sulistyowati et al., 2013).
BAB IV
KESIMPULAN