KELAS 1A
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena anugerah dari-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “TERAPI OBAT PADA PASIEN DENGAN
TUBERKULOSIS (TBC)” ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan
kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi
anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi
tugas perkuliahan dengan mata kuliah Farmakologi. Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terselesaikan makalah ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini kedepannya.
Waalaikumsalam Wr.Wb
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan..................................................................................................................3
BABII PEMBAHASAN................................................................................................4
A. Pengertian Penyakit TBC....................................................................................4
B. Patofisiologi........................................................................................................4
C. Gejala-Gejala Klinis Tuberkulosis.....................................................................5
D. Proses Penularan Dan Pencegahan penyakit TBC..............................................6
E. Strategi Terapi dan Obat TBC.............................................................................8
F. Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis (OAT)..................................................11
G. Peran Perawat Dalam Terapi Obat TBC............................................................12
BABIII PENUTUP.......................................................................................................14
A. KESIMPULAN.................................................................................................14
B. SARAN.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit infeksi pernapasan yang
disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberkulosis, tuberkulosis juga
menjadi penyakit menular terbesar di dunia yang dapat membunuh ribuan
orang, penyakit ini bisa disembuhkan jika dilakukan terapi obat secara rutin
dan penyebaran penyakit nya belum menyerang organ lain (Nurkhasanah,
2017).
Berdasarkan data WHO (World Health Organization), jumlah kasus baru
TBC pada tahun 2015 mencapai 10,4 juta jiwa, meningkat dari sebelumnya
hanya 9,6 juta jiwa. Adapun jumlah temuan kasus TBC terbesar adalah di
India sebanyak 2,8 kasus, diikuti Indonesia sebanyak 1,02 juta kasus dan
Tiongkok sebanyak 918 ribu kasus. Pada Global Tuberkulosis Report 2016
angka kematian akibat TBC di Indonesia mencapai 100 ribu jiwa dalam
setahun, ditambah 26 ribu penderita TBC yang terindikasi HIV positif.
Di Indonesia, TBC adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit
menular dan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan
penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia. Penyakit TBC di
Indonesia memburuk atau mencapai kenaikan yang drastis. Menurut Data
(WHO 2010), peringkat indonesia berada pada urutan 5 dunia. Akan tetapi
indonesia saat ini menduduki peringkat 2 dunia setelah India. Faktor
penyebab kenaikan penderita ini datang dari gaya hidup yang kurang sehat,
makanan serba instan dan kurangnya kesadaran masyrakat akan PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
DI Daerah Istimewa Yogyakarta juga tidak lepas dari kasus penyakit TB
dimana terdapat kasus TB suspek mencapai 3855 jiwa. Menurut data dari
laporan tahunan Balai Pengobatan Paru-Paru tahun 2011, kasus terbanyak
terdapat di kabupaten Minggiran dengan jumlah suspek 1312 jiwa, kabupaten
Bantul dengan jumlah suspek 768 jiwa, Wates 238 jiwa, Kota Gede 949 jiwa,
dan terakhir kabupaten Kalasan 588 jiwa. DIY merupakan salah satu dari
enam provinsi yang belum mencapai target keberhasilan pengobatan yang
telah ditetapkan oleh (WHO) dan MDG’s. Angka keberhasilan pengobatan
TB di DIY baru mencapai 84,2%, sedangkan standar WHO sebesar 85% dan
standar MDGs sebesar 95%. (Depkes, 2010).
Ketidakpatuhan penderita TB dalam minum obat menyebabkan angka
kesembuhan penderita rendah, angka kematian tinggi dan kekambuhan
meningkat serta yang lebih fatal adalah terjadinya resisten kuman terhadap
beberapa obat anti tuberkulosis atau multi drug resistence, sehingga penyakit
TB paru sangat sulit disembuhkan. Pengetahuan dan sikap menjadi faktor
kepatuhan seseorang dalam minum obat. (Depkes RI, 2009).
WHO merekomendasikan strategi penyembuhan TBC jangka pendek
dengan pengawasan langsung atau dikenal dengan istilah DOTS (Directly
Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy). Strategi DOTS ini pertama
kali diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan secara
meluas dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai tahun 2001,
98% dari populasi penduduk dapat mengakses pelayanan DOTS di
puskesmas. Di indonesia sendiri strategi ini dikenal dengan (PMO) Pengawas
Menelan Obat (Anggraeni, 2011).
Sebagai perawat harus mampu memahami pengobatan TBC. Maka dari
itu dalam makalah ini akan dipaparkan tentang pengobatan TBC dan peran
perawat yang harus dilakukan dalam menunjang pengobatan pada pasien
TBC.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana terapi obat yang diterapkan untuk pasien TBC?
2. Bagaimana Peran Perawat Dalam Terapi Obat Pasien TBC?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui terapi obat pada penderita TBC.
b. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari penyakit TBC.
b. Mengetahui jalannya penyakit TBC.
c. Gejala-gejala penyakit, Proses penularan dan Cara pencegahan
penularan penyakit TBC.
d. Mengetahui jenis obat dan jangka waktu untuk terapi pada pasien
TBC.
e. Mengetahui efek samping terapi pengobatan pada pasien TBC.
f. Mengetahui peran perawat dalam terapi obat pada pasien TBC.
BABII
PEMBAHASAN
B. Patofisiologi
Port De’ entri kuman microbacterium tuberculosis adalah saluran
pernapasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, basil ini
mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi, terdiri dari satu sampai
tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan
cabang bronkus yang tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam
ruang alveolus, basil ini membangkitkan reaksi peradangan. Leokosit nampak
pada tempat tersebut dan memfagosit bacteri, namun tidak membunuh
organisme tersebut. Sesudah hari pertama maka leokosit diganti oleh
makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul
gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan
sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga
berjalan terus, dan bakteri difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil
juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar bening regional.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit yang dikelilingi foist.
Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari (Wahid dan
Suprapto, 2013).
Gejala klinis tergantung dari tipe infeksinya. Pada tipe infeksi yang
primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat berupa gejala
pneumonia, yakni batuk dan panas ringan. Gejala tuberkulosis postprimer
dapat juga terdapat dalam bentuk pleuritis dengan defusi pleura atau dalam
bentuk yang lebih berat lagi, berupa nyeri pleura dan sesak napas. Pada
tuberkulosis primer terdapat gejala penurunan berat badan, keringat dingi
pada malam hari, batuk berdahak lebih dari dua minggu, sesak napas,
sehingga menyebabkan bercak-bercak darah pada sputum, sampai ke batuk
darah yang masif. Tuberkulosis postprimer dapat menyebar ke berbagai organ
sehingga menimbulkan gejala-gejala seperti meningitis, tuberlosis miliar,
peritonitis dengan fenomena papan catur, tuberkulosis ginjal, sendi, dan
tuberkulosis pada kelenjar limfe di leher, yakni berupa skrofuloderma.
A. KESIMPULAN
TBC merupakan penyakit yang berbahaya yang bersifat menular. Di
Indonesia sendiri, penyakit ini merupakan penyakit mematikan nomor tiga
setelah penyakit jantung dan penyakit gangguan pernapasan akut. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium tuberculosis. Ada berbagai sebab
yang memicu timbulnya penyakit ini diantaranya adalah faktor lingkungan.
Ada cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi penderita TBC yang
saat ini terjadi yaitu dengan terapi dan imunisasi. WHO merekomendasikan
pengobatan TBC dengan strategi penyembuhan jangka pendek dengan
pengawasan langsung yang dikenel dengan istilah DOTS (Directly Observed
Treatment Shortcourse Chemotherapy). Dengan tiga tahapan penting
diantaranya yaitu, mendeteksi pasien, melakukan pengobatan, dan melakukan
pengawasan langsung. Obat TBC dikenal dengan OAT (Obat Anti
Tuberkulosis) yang diminum berdasarkan resep dokter dan harus sesuai
dengan dosisnya.
Macam-macam obat TBC diantaranya, Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol. Adapun jenis obat-obatan untuk
TBC yaitu obat primer dan sekunder. Jangka waktu pengobatan TBC akan
selesei pada 6 bulan. Pengobatan TBC dilakukan dengan beberapa kombinasi
obat. Aturan ini harus ditaati karena apabila tidak dipatuhi akan terjadi
kekebalan pada kuman penyakit TBC, kuman dapat berkembang lebih banyak
dan dapat menyerang organ lain, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
sembuh, dan biaya pengobatan akan semakin mahal.
B. SARAN
Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi pasien penderita TBC:
a. Selalu berhati-hati dalam menjaga pola hidup sehat.
b. Lebih berhati-hati apabila mulai timbul gejala-gejala TBC.
c. Patuhilah aturan minum obat atau pengobatan TBC sampai
dinyatakan sembuh.
2. Bagi perawat:
a. Perawat dapat memberikan arahan dan anjuran kepada penderita
TBC dalam hal terapi dan pengobatannya terutama kepatuhan untuk
minum obat.
b. Memotivasi pasien penderita TBC, agar tetap semangat dan
rutin/disiplin dalam melakukan pengobatan.
c. Perawat mampu memberikan edukasi kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Dini Siti. 2011. Stop Tuberkulosis. Bogor: Cita Insani Madani.
Rab, Tabrani. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Media.
Setiasi, Siti. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
Suprapto, Imam dan wahid. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem
Respirasi. Jakarta: CV. Trans Info Media.