Anda di halaman 1dari 21

BAB I

KONSEP DASAR MEDIK

A. Kehamilan dengan Gemelli


a. Definisi
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut
kalender Internasional (Wiknjosatro, 2007). Kehamilan merupakan hal
fisiologis yang terjadi pada seorang wanita. Meskipun demikian, semua
jenis kehamilan memiliki risiko terjadinya komplikasi pada masa
persalinan atau bahkan masa kehamilan itu sendiri. Salah satu contoh
wanita yang berisiko selama kehamilan adalah wanita yang hamil kembar.
Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih
yang ada di dalam kandungan selama proses kehamilan. Bahaya bagi ibu
tidak begitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan
perhatian dan pengawasan khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan
bagi ibu janin (Wiknjosastro, 2007). Sedangkan menurut Mochtar Rustam
(2012) kehamilan ganda atau kembar adalah kehamilan dengan dua jenis
janin atau lebih.

b. Etiologi
Menurut Mellyna (2007) kehamilan gemelli dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur dan paritas
sering mempengaruhi kehamilan 2 telur
2. Faktor obat-obat induksi ovulasi profertil, domid dan hormon
gonadotropin dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar
lebih dari dua
3. Faktor keturunan

1
4. Faktor yang lain belum diketahui
Bangsa, hereditas, umur dan paritas hanya mempunyai pengaruh
terhadap kehamilan kembar yang berasal dari 2 telur, juga hormon
gonadotropin yang dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi
dilaporkan menyebabkan kehamilan dizigotik. Faktor-faktor tersebut
dan mungkin pula faktor lain dengan mekanisme tertentu
menyebabkan matangnya 2 atau lebih folikel de graff atau
terbentuknya 2 ovum atau lebih dalam satu folikel. Kemungkinan
pertama dibuktikan dan ditemukan 21 korpora lutea pada kehamilan
kembar. Pada fertilisasi in vitro dapat pula terjadi kehamilan kembar,
jika telur-telur yang diperoleh dapat dibuahi lebih dari satu, jika semua
embrio yang kemudian dimasukkan ke dalam rongga rahim ibu
tumbuh berkembang lebih dari satu. Pada kembar yang berasal dari
satu telur, faktor bangsa, hereditas, umur dan paritas tidak atau sedikit
sekali mempengaruhi kehamilan kembar itu. Diperkirakan disini
sebabnya ialah faktor penghambat pada masa pertumbuhan dini hasil
konsepsi.
Faktor penghambat yang mempengaruhi segmentasi sebelum
blastula terbentuk,menghasilkan kehamilan kembar dengan 2 amnion,
2 korion dan 2 plasenta seperti pada kehamilan kembar dizigotik.

c. Tanda dan Gejala


Menurut Dutton, dkk (2012) tanda dan gejala pada kehamilan kembar
adalah sebagai berikut :
1. Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati
batas toleransinya dan seringkali terjadi partus prematurus. Usia
kehamilan makin pendek dan makin banyaknya janin pada kehamilan
kembar.
2. Mual dan muntah berat karena HCG meningkat
3. Palpasi abdomen mendapatkan 3 atau lebih bagian tubuh yang besar

2
4. Auskultasi lebih dari satu denyut jantung yang terdengar jelas dan
berbeda (nonmaternal) lebih dari 10 denyut/menit. Kecurigaan
meningkat jika keluarga memiliki riwayat kehamilan kembar
5. Penggunaan stimulator ovulasi f. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan
pada kehamilan kembar bertambah sehingga dapat menyebabkan
anemia dan penyakit defisiensi lain.
6. Frekuensi hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada
kehamilan kembar daripada kehamilan tunggal.
7. Frekuensi pre-eklamsia dan eklamsia juga dilaporkan lebih sering
pada kehamilan kembar.
8. Solusio plasenta dapat terjadi kemudian seperti sesak nafas, sering
kencing, edema dan varises pada tungkai bawah dan vulva.

d. Patofisiologi
Menurut Manuaba (2007) kehamilan kembar dibagi menjadi dua.
Monozigot, kembar yang berasal dari satu telur dan dizigot kembar yang
berasal dari dua telur. Dari seluruh jumlah kelahiran kembar, sepertiganya
adalah monozigot. Kembar dizigot berarti dua telur matang dalam waktu
bersamaan, lalu dibuahi oleh sperma. Akibatnya, kedua sel telur itu
mengalami pembuahan dalam waktu bersamaan. Sedangkan kembar
monozigot berarti satu telur yang dibuahi sperma, lalu membelah dua.
Masa pembelahan inilah yang akan berpengaruh pada kondisi bayi kelak.
Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0 – 72
jam, 4 – 8 hari, 9-12 dan 13 hari atau lebih. Pada pembelahan pertama,
akan terjadi diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban, dan
dikorionik atau rahim punya dua plasenta. Sedangkan pada pembelahan
kedua, selaput ketuban tetap dua, tapi rahim hanya punya satu plasenta.
Pada kondisi ini, bisa saja terjadi salah satu bayi mendapat banyak
makanan, sementara bayi satunya tidak. Akibatnya, perkembangan bayi
bisa terhambat. Lalu, pada pembelahan ketiga, selaput ketuban dan

3
plasenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi masih membelah dengan
baik.
Pada pembelahan keempat, rahim hanya punya satu plasenta dan satu
selaput ketuban, sehingga kemungkinan terjadinya kembar siam cukup
besar. Pasalnya waktu pembelahannya terlalu lama, sehingga sel telur
menjadi berdempet. Jadi kembar siam biasanya terjadi pada monozigot
yang pembelahannya lebih dari 13 hari. Dari keempat pembelahan
tersebut, tentu saja yang terbaik adalah pembelahan pertama, karena bayi
bisa membelah dengan sempurna. Namun, keempat pembelahan ini tidak
bisa diatur waktunya. Faktor yang mempengaruhi waktu pembelahan, dan
kenapa bisa membelah tidak sempurna sehingga mengakibatkan dempet,
biasanya dikaitkan dengan infeksi, kurang gizi, dan masalah lingkungan.

e. Penatalaksanaan
1. Saat Kehamilan
Pemeriksaan antenatal lebih sering, yaitu setiap minggu setelah
kehamilan 20 minggu. Timbulnya hipertensi dapat dicegah dan gula
darah harus diperiksa. Perdarahan antepartum tidak dapat dihindari
dengan pemeriksaan antenatal yang lebih sering. Fe dan asam folat
diberika pada trimester I. Diagnosis dini dapat menghindari komplikasi
yang sering timbul, adanya kelainan kongenital dan kembar siam dapat
ditegakkan saat hamil 19- 20 minggu. Kelainan jantung bawaan dapat
ditentukan dengan ultrasosnografi yaitu dengan melihat 2 atrium dan 2
ventrikel dengan ketepatan 30% (Fadlun dan Feryanto, 2013).
Hal-hal yang harus dilakukan seorang ibu hamil kembar selama
kehamilan adalah sebagai berikut :
a) Pasien harus meninggalkan pekerjaan di luar rumah mulai umur 24
minggu. Pasien memerlukan waktu istirahat lebih banyak.
b) Bepergian dibatasi karena kemungkinan persalinan lebih dini besar
c) Dianggap bahwa salah satu penyebab persalinan prematur adalah
ketidakmampuan serviks menahan kehamilan yang membesar.

4
d) Kunjungan prenatal lebih sering sehingga terjadinya taksomia
dapat diketahui seawal mungkin.
e) Anemia yang terjadi pada kebanyakan pasien harus dapat diobati
cara intensif (Oxorn dan William, 2010).
2. Saat Persalinan
Persalinan harus dilakukan di rumah sakit. Dapat dilakukan induksi
persalinan apabila ada hipertensi atau pertumbuhan janin terhambat.
Waspadai timbulnya perdarahan antepartum. Sebaiknya dipasang infus
pada saat mulainya partus dan diperiksa golongan darah. Lakukan
pemantauan dengan kardiografi pada persalinan per vaginam.
Antibiotik ampisilin 2 g/iv diberikan tiap 6 jam, jika ada persalinan
preterm. Pada kembar 3, dianjurkan untuk melakukan persalinan
dengan SC untuk mencegah asfiksia dan kematian perinatal (Fadlun dan
Feryanto, 2013).
Pada umumnya persalinan hamil kembar dibagi menjadi 3
kelompok sesuai dengan presentasi janin.
a) Janin pertama dan kedua presentasi kepala. Apabila presentasinya
kepalakepala, maka dilahirkan per vaginam, waaupun berat
janinnya kurang dari 1500 g.
b) Janin pertama presentasi kepala, janin kedua bukan kepala. Masih
ada silang pendapat, ada yang menganjurkan SC untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas, tetapi ada yang tidak ada bedanya antara
persalinan per vaginam dan SC. Akan tetapi hati-hati penilaian ada
presentasi bokong, harus disingkirkan adanya disproporsi sefalo-
pelvik, dan janin besar lebih dari 3.500 gram.
c) Janin pertama bukan presntasi kepala. Apabila janin pertama bukan
kepala dianjrukan SC. Hal ini untuk menghindari adanya
interlocking (Fadlun dan Feryanto, 2013: 109-110).

5
B. Sectio Caesaria
a. Definisi
Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan
berat di atas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh
(Wiknjosastro, 2005).
Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak
lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn & William, 2010).
Menurut Amru Sofian (2012) Sectio Caesarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut (Amin & Hardhi, 2013).
Sectio Caesarea didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi
pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi)
(Rasjidi, 2009).

b. Indikasi dan Kontraindikasi


Menurut Rasjidi (2009) indikasi dan kontraindikasi dari Sectio
Caesarea sebagai berikut:
1. Indikasi Sectio Caesarea
a. Indikasi mutlak
- Indikasi Ibu
1) Panggul sempit absolut
2) Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang
adekuatnya stimulasi
3) Tumor-tumor jalan lahir yang menyebabkan obstruksi
4) Stenosis serviks atau vagina
5) Placenta previa
6) Disproporsi sefalopelvik
7) Ruptur uteri membakat
- Indikasi janin
1) Kelainan letak
2) Gawat janin

6
3) Prolapsus Placentia
4) Perkembangan bayi yang terhambat
5) Mencegah hipoksia janin, misalnya karena
preeklampsia
b. Indikasi relatif
1) Riwayat Sectio Caesarea sebelumnya
2) Presentasi bokong
3) Distosia
4) Fetal distress
5) Preeklampsia berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes
6) Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu
c. Indikasi Sosial
1) Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman
sebelumnya.
2) Wanita yang ingin Sectio Caesarea elektif karena takut
bayinya mengalami cedera atau asfiksia selama
persalinan atau mengurangi resiko kerusakan dasar
panggul.
3) Wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya
atau sexuality image setelah melahirkan.
2. Kontraindikasi
Kontraindikasi dari Sectio Caesarea adalah sebagai berikut :
a. Janin mati
b. Syok
c. Anemia berat
d. Kelainan kongenital berat
e. Infeksi piogenik pada dinding abdomen
f. Minimnya fasilitas operasi sectio caesarea.

7
C. Masa Nifas
a. Definisi
Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang
diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6
minggu. Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi
(Saifuddin, 2006).
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan,
waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap
hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani, 2009).

b. Klasifikasi
Menurut Prawiroharjo (2008) nifas dibagi menjadi 3 periode yaitu
sebagai berikut :
a. Peruperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
b. Periperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote peruperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan.
d. Mempunyai komplikasi (bisa dalam berminggu-minggu, berbulan-
bulan, dan bertahun-tahun).

c. Perubahan Fisiologi Masa Nifas


Menurut Handayani dan Lubis (2013) perubahan disiologi ibu dalam
masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Pada waktu bayi lahir tinggi
fundus uteri setinggi pusat dan berat uterus 1000 gram, waktu uri lahir.
Tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat dengan berat uterus 750
gram. 1 jam setelah lahir tinggi fundus uteri setinggi umbilikus dengan

8
konstitensi lembut dan kontraksi masih ada. Setelah 12 jam tinggi
fundus uteri 1 cm diatas umbilikus setelah 2 hari tinggi fundus uteri
turun 1 cm. Satu minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri
pertengahan pusat simfisis dengan berat uterus 500 gram, dua minggu
setelah persalinan tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simfisis
dengan berat uterus 350 gram. 6 minggu setelah persalinan tinggi
fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 gram, dan 8
minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri kembali normal dengan
berat 30 gram.
b. Lochea
Lochea adalah cairan yang keluar dari uterus melalui vagina
berupa getah, darah,lendir,yang terjadi pada masa nifas.
Lochea dibagi menjadi beberapa macam yatu:
1) Lochea rubra (Cruenta ): warna merah berisi darah segar dan sisa
– sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo,
dan mekonium, hari 1- 2 post partum.
2) Lochea Sanguinolenta : berwarna merah muda, berisi darah dan
lendir, sisa chorion,amnion,desidua kuman kuman yg sdh mati,
hari 3 – 6 post partum.
3) Lochea serosa ( old blood) : berwarna pucat kekuning2an
,mengandung sedikit darah,tetapi banyak leukosit,kuman kuman
yg sudah mati dan desidua. hari ke 7 - 9 post partum
4) Lochea alba : putih, kuning, pucat, mengandung lendir,
leukosit,kuman yg sudah mati, jumlah semakin berkurang.
setelah hari ke 10 -11 post partum
c. Servik dan vagina
Setelah melahirkan servik lunak dan dapat dilalui oleh 2 jari,
sisinya tidak rata karena robekan saat melahirkan. Baaimanapun juga
servik tidak dapat kembali secara sempurna ke masa sebelum hamil.
Dalam beberapa hari bentuk servik mengalami distersi, struktur
internal kembali dalam 2 minggu. Struktur eksternal melebar dan

9
tampak bercelah. Sedangkan vagina akan menjadi lebih lunak dengan
sedikit rugae dan akan kembali mengecil tetapi akan kembali ke
ukuran semula seperti sebelum hamil dalam 6-8 minggu meskipun
bentuknya tida akan sama persis hanya mendekati bentuk awalnya
saja.
d. Perineum
Selama persalinan perineum mendapatkan tekanan yang besar,
yang kemudian setelah persalinan menjadi edema. Perawat perlu
mengkaji tingkat kenyamanan sehubungan dengan adanya luka
episiotomy, laserasi dan hemorois. Perawat perlu melaporkan adanya
edema, khimosis, kemerahan dan pengeluaran (darah, pus, serosa) dan
apabila ada luka episiotomy kaji tanda-tanda infeksi dan luka
episiotomy ini akan sembuh dalam 2 minggu.
e. Proses laktasi
Di awal kehamilan, peningkatan estrogen yang diproduksi oleh
plasenta menstimulasi perkembangan kelenjar susu. Pada hari
pertama post partum terdapat perubahan pada mammae ibu post
partum. Semenjak masa kehamilan kolostrum telah disekresi. Pada 3
hari pertama post partum mammae terasa penuh atau membesar oleh
karena kelahiran plasenta diikuti dengan meningkatnya kadar
prolaktin menstimulasi produksi susu.
f. Tanda-tanda vital
Jumlah denyut nadi normal antara 50—70x/ menit. Takikardi
mengidentifikasi perdarahan, penyakit jantung, infeksi, dan
kecemasan. Tekanan darah terus selalu konsisten dengan keadaan
sebelum melahirkan. Penurunan tekanan darah secara drastisdicurigai
adanya pendarahan. Kenakan tekanan darah sistole 30 mmHg dan
distol 15 mmHg atau keduanya dicurigai kehamilan dengan hipertensi
atau eklamsi. Kenaikan suhu tubuh hingga 380C pada 24 jam pertama
atau lebih diduga terjadi infeksi atau karena dehidrasi. Perawat perlu

10
mengkaji tanda-tanda vital, karena sebagai petunjuk adanya
perdarahan, infeksi, atau komplikasi post partum lannya.
g. Sistem pernapasan
Diafragma turun dan paru kembali ke tingkat sebelum
melahirkan dalam 6-8 minggu post partum. Respiratori rate 16-24 kali
per menit. Keseimbangan asam basa akan kembali normal dalam 3
minggu post partum dan metabolisme basal akan meningkat selama
14 hari post partum. Pada umumnya tida ada tanda-tanda infeksi
pernafasan atau distress pernafasan pada beberapa wanita mempunyai
faktor predisposisi penyakit emboli paru. Secara tiba-tiba terjadi
dyspneu. Emboli paru dapat terjadi dengan gejala sesak nafas disertai
hemoptoe dan nyeri pleura.
h. Sistem musculoskeletal
Pada kedua ekstermitas atas dan bawah dikaji apakah ada oedema
atau perubahan vascular. Ekstermitas bawah harus diobservasi akan
adanya udema dan varises. Jika ada udema observasi apakah ada
pitting udema, kenaikan suhu, pelebaran pembuluh vena, kemerahan
yang diduga sebagai tanda dari tromboplebitis. Abulasi harus sesegera
mungkin dilakukan untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah
kemungkinan komplikasi.
i. Sistem persyarafan
Ibu post partum hiper refleksi mungkin terpapar kehamilan
dengan hipertensi. Jika terdapat tanda-tanda tersebut perawat harus
mengkaji adanya peningkatan tekanan darah, proteinuria, udema,
nyeri epigastrik, dan sakit kepala.
j. Sistem perkemihan
Untuk mengkaji sistem perkemihan pada masa post partum secara
akurat harus meliputi riwayat : kebiasaan berkemih, infeksi saluran
kemih, distensi kandung kemih, retensi urin. Kemampuan untuk
berkemih, frekuensi, jumlah, warna, konsistensi, rasa lampias.
Kemampuan untuk merasakan penuhnya kandung kemih dan

11
pengetahuan tentang personal hygiene. Pada umumnya dalan 4-8 jam
setelah melahirkan ibu post partum, mempunyai dorongan untuk
mengosongkan kandung kemih. Dalam waktu 48 jam kemudian ibu
post partum akan sering berkemih tiap 3-4 jam sekali untuk
menghindari distensi kandung kemih.
k. Sistem pencernaan
Karakteristik dari fungsi normal usus adalah adanya bising usus
5-35/ menit. Kurangnya pergerakan usus pada hari pertama post
partum adalah hal yang biasa terjadi. Sebagai akibat terjadinya udema
saat kelahiran, kurang asupan makan (puasa) sesaat sebelum
melahirkan selanjutnya pada beberapa hari pertama post partum.
Khususnya saat berada di rumah sakit. Beberapa ibu tidak
mendapatkan kembali kebiasaan makannya. Jika terjadi konstipasi,
abdomen akan mengalami distensi, maka feses akan terpalpasi.

d. Perubahan Psikologi Masa Nifas


Menurut Prawiroharjo (2008) perubahan psikologis masa nifas adalah
sebagai berikut:
a. Taking in phase
Timbul pada jam pertama kelahiran 1-2 hari selama masa ini ibu
cenderung pasif, ibu cenderungingin selalu dilayani. Hal ini
disebabkan rasa tidak nyaman pada perineal, nyeri setelah melahirkan.

b. Taking hold phase


Ibu post partum mulai berinisiatif untuk melakukan tindakan
sendiri, suka membuat keputusan sendiri. Ibu mulai mempunyai
ketertarikan yang kuat pada bayinya pada hari 4-7 hari post partum.

c. Letting go phase
Ibu post partum dapat menerima keadaan dirinya apa adanya.
Proses ini perlu menyesuaikan diri ini terjadi pada hari terakhir
minggu pertama.

12
e. Data Fokus Masa Nifas
Menurut Mitayani (2009) data fokus masa nifas adalah sebagai
berikut:
a. Identitas pasien (nama, alamat dan usia pasien serta suami, pendidikan
dan pekerjaan pasien dan suami pasien, agama, suku, bangsa pasie dan
suami pasien.
b. Anamnesa obstetric (kehamilan yang ke, HPHT).
c. Riwayat obstetri:
1) Usia kehamilan (abortus, preterm, aterm, postterm).
2) Proses persalinan (spontan, tindakan, penolong persalinan).
3) Keadaan pasca persalinan, masa nifas, dan laktasi.
4) Keadaan bai (jenis kelamin, berat badan lahir, usia anak saat ini).
d. Pada primigravida.
1) Lama kawin, pernikahan yang ke?
2) Perskawinan terakhir ini sudah berlangsung berapa tahun?
3) Anamneses
Anamnese mengenai keluhan utama yang dikembangkan sesuai
dengan hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan (kebiasaan buang
air kerja/ buang air besar, kebiasaan merokok, hewan periaraan,
konsumsi obat-obatan tertentu sebelum dan selama kehamilan.
e. Pemeriksaan fisik umum
1) Kesan umum (nampak sakit berat, sedang), anemia konjungtiva,
ikterus, kesadaran, komunikasi personal.
2) Tinggi dan berat badan.
3) Tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh.
4) Pemeriksaan fisik lan yang dipandang perlu.
f. Pemeriksaan khusus obstetric.

f. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Menurut Mitayani (2009) diagnosa yang mungkin muncul pada
masa nifas adalah sebagai berikut:

13
a. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).
b. Perubahan pola eliminasi BAK (disuria) b.d trauma perineum dan
saluran kemih.
c. Perubahan pola eliminasi BAB (konstipasi) b.d kurangnya mobilisasi,
diet yang tidak seimbang, trauma persalinan.
d. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d peregangannn perineum, luka
episiotomy, involusi uteri, hemoroid, pembengkakan payudara.
e. Gangguan pemenuhan ADL b.d kelemahan, kelelahannn post partum.
f. Resiko defisit volume cairan b.d pengeluaran yang berlebihan,
perdarahan, diuresi, keringat berlebihan.
g. Resiko infeksi b.d trauma jalan lahir.
h. Resiko gangguan proses parenting b.d kurangnya pengetahuan
tentang cara merawat bayi.
i. Resiko infeksi b.d episiotomy, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan.

g. Perencanaan Keperawatan
Menurut Mitayani (2009) perencanaan keperawatan masa nifas
adalah sebagai berikut:
Dianosa
Rencana Intervensi Rasional
keperawatan
Nyeri akut b.d Pain Management a. Mengetahui tingkat
agen injuri fisik a. Lakukan pengalaman nyeri
(peregangan pengkajian klien dan tindakan
perineum, luka nyeri secara keperawatan yang
episiotomy, komprehensif. akan dilakukan
involusi uteri, b. Gunakan untuk mengurangi
hemoroid, teknik nyeri.
pembengkakan komunikasi b. Reaksi terhadap
payudara). terapeutik nyeri biasanya
untuk ditunjukkan dengan
mengetahui reaksi non verbal
pengalaman tanpa disengaja.
nyeri pasien. c. Mengetahui
c. Ajarkan pengalaman nyeri.
tentang teknik d. Penanganan nyeri
tidak selamanya

14
Dianosa
Rencana Intervensi Rasional
keperawatan
non diberikan obat.
farmakologi. Nafas dalam dapat
d. Evaluasi membantau
keefektivan mengurangi tingkat
kontrol nyeri. nyeri.
e. Motivasi untuk e. Mengetahui
meningkatkan keefektifan kontrol
asupan nutrisi nyeri.
yang bergizi. f. Mengurangi rasa
f. Tingkatkan nyeri menentukan
istirahat. intervensi
g. Latih keperawatan sesuai
mobilisasi skala nyeri.
miring kanan g. Mengidentifikasi
miring kiri jika penyimpangan dan
kondisi kemajuan
klien mulai berdasarkan
membaik. involusi uteri.
h. Anjurkan h. Mengurangi
pasien untuk ketegangan pada
membasahi luka perineum.
perineum i. Melatih ibu
dengan air mengurangi
hangat bendungan ASI dan
sebelum mempelancar
berkemih. pengeluaran ASI.
i. Anjurkan dan j. Mencegah infeksi
latih pasien dan kontrol nyeri
cara merawat pada luka
payudara perineum.
secara teratur. k. Mengurangi
j. Jelaskan pada intensitas nyeri
ibu tentang dengan menekan
teknik rangsang nyeri pada
merawat luka nosiseptor.
perineum dan
mengganti
PAD secara
teratur setiap 3
kali sehari ata
setiap kali
lochea keluar
banyak.

15
Dianosa
Rencana Intervensi Rasional
keperawatan
k. Kolaborasi
dokter tentang
pemberian
analgesik.
Resiko defisit Fluid Management a. Mengidentifikasi
volume caran b.d a. Observasi penyimpangan
pengeluaran tanda-tanda indikasi kemajuan
yang berlebihan, vital setiap 4 atau penyimpangan
perdarahan, jam. dari hasil yang
dieresis, keringat b. Observasi diharapkan.
berlebih. warna urin. b. Memenuhi
c. Pertahankan kebutuhan caran
catatan intake tubuh klien.
dan output c. Menjaga status
yang akurat. balance caran.
d. Monitor status d. Untuk mencegah
hidrasi keadaan yang lebih
(kelembaban parah.
membrane e. Memenuhi
mukosa, nadi kebutuhan ciaran
adekuat, tubuh klien.
tekanan darah f. Temuan-temuan ini
ortostatik), menandakan
jika hipovolemia dan
diperlukan. perlunya
e. Monitor peningkatan cairan.
masukan g. Mencegah pasien
makanan/ kedalam kondisi
cairan dan kelebihan cairan
hitung intake yang beresiko
kalori harian. terjadinya oedem
f. Laukan terapi paru.
IV
g. Konsultasi
dokter bila
manifestasi
kelebihan
cairan terjadi.
Perubahan pola a. Kaji keluaan a. Mengidentifikasi
eliminasi BAK urin, keluhan penyimpangan
(disuria) b.d serta dalam pola
trauma perineum keteraturan berkemih pasien,
dan saluran pola b. Ambulansi dini
kemih. berkemih. memberikan

16
Dianosa
Rencana Intervensi Rasional
keperawatan
b. Anjurkan rangsangan untuk
pasien pengeluaran urin
melakukan dan pengosongan
ambulasi dini. bladder.
c. Anjurkan c. Membasahi
pasien untuk perineum dengan
membasahi air hangat dapat
perineum mengurangi
dengan air ketegangan akibat
hangat adanya luka pada
sebelum perineum.
berkemih. d. Menerapkan pola
d. Anjurkan berkemih secara
pasien untuk teratur akan melatih
berkemih pengosongan
secara teratur. bladder secara
e. Anjurkan teratur.
pasien untuk e. Minum banyak
minum. mempercepat
f. Kolaborasi filtrasi pada
untuk glomerolus dan
melakukan mempercepat
kateterisasi pengeluaran urin.
bila pasien f. Kateterisasi
kesulitan membantu
berkemih. pengeluaran urin
untuk mencegah
statis urin.
Perubahan pola a. Kaji pola a. Mengidentifikasi
eliminasi BAB BAB, penyimpangan serta
(konstipasi) b.d kesulitan kemajuan dalam
kurangnya BAB, warna, pola eliminasi
mobilisasi, diet bau, (BAB).
yang tidak konstitensi, b. Ambulansi dini
seimbang trauma dan jumlah. merangsang
persalinan. b. Anjurkan pengosongan
ambulansi rectum secara lebih
dini. cepat.
c. Anjurkan c. Cairan dalam
pasien untuk jumlah cukup
minum mencegah
banyak. terjadinya
penyerapan cairan
dalam rectum yang

17
Dianosa
Rencana Intervensi Rasional
keperawatan
d. Kaji bising dapat menyebabkan
usus setiap 8 feses menjadi keras.
ja. d. Bising usus
e. Pantau berat mengidentifikasi
badan setiap pencernaan dalam
hari. kondisi baik.
f. Anjurkan e. Mengidentifikasi
pasien makan adanya penurunan
banyak serat BB secara dini.
seperti buah- f. Meningkatkan
buahan dan pengosongan feses
sayur-sayuran dalam rektum.
hijau.
Gangguan a. Kaji toleransi a. Parameter
pemenuhan pasien menunjukkan
ADL b.d terhadap respon fisiologis
immobilisasi aktivitas pasien terhadap
kelemahan. menggunakan stress aktivitas dan
parameter indikatior derajat
berikut : nadi pengaruh kelebihan
20x/menit kerja jantung.
diatas b. Stabilitas fisiologis
frekuensi nadi pada istirahat
istirahat, catat penting untuk
peningkatan menunjukkan
TD, dispnea, tingkat aktivitas
nyeri dada, individu.
kelelahan c. Aktivitras dapat
berat, meningkatkan
kelemahan, jumlah oksigen
berkeringat, yang ada.
pusing atau Kemajuan aktivitas
pingsan. bertahap mencegah
b. Tingkatkan peningkatan tiba-
istirahat, batasi tiba pada kerja
aktivitas pada jantung.
dasar d. Aktivitas yang
nyeri/respon maju memberikan
hemodinamik, kontrol jantung,
berikan meningkatkan
aktivitas regangan dan
senggang yang mencegah aktivitas
tidak berat. berlebihan.

18
Dianosa
Rencana Intervensi Rasional
keperawatan
c. Kaji kesiapan
untuk
meningkatkan
aktivitas.
d. Jelaskan pola
peningkatan
bertahap dari
ativitas.
Resiko infeksi a. Pantau: vital a. Mengidentifikasi
b.d trauma jalan sign, tanda penyimpangan dan
lahir. infeksi. kemajuan sesuai
b. Kaji intervensi yang
pengeluaran dilakukan.
lochea, b. Mengidentifikasi
warna,bau, dan kelanan
jumlah. pengeluaran lochea
c. Kaji luka secara dini.
perineum, c. Keadaan luka
keadaan perineum
jahitan. berdekatan dengan
d. Anjurkan daerah basah
pasien mengakibatkan
membasuh kecenderungan luka
vulva setiap untuk selalu kotor
habis dan mudah terkena
kerkemih infeksi.
dengan cara d. Mencegah infeksi
yang benar dan secara dini.
mengganti e. Mencegah
PAD setiap 3 kontaminasi silang
kali perhari terhadap infeksi.
atau setiap kali
pengeluaran
lochea banyak.
e. Pertahankan
teknik septic
aseptic dalam
merawat
pasien
(merawat luka
perineum,
merawat
payudara,
merawat bayi).

19
Dianosa
Rencana Intervensi Rasional
keperawatan
Resiko a. Beri a. Meningkatkan
gangguan proses kesempatan kemandirian ibu
parenting b.d ibu untuk dalam perawatan
kurangnya melakukan bayi.
pengetahuan perawatan bayi b. Keterlibatan
tentang cara secara bapak/suami dalam
merawat bayi. mandiri. perawatan bayi
b. Libatkan akan membantu
suami dalam meningkatkan
perawatan keterikatan batin
bayi. bapak dengan bayi.
c. Latih ibu c. Perawatan
untuk payudara secara
perawatan teratur akan
payudara mempertahankan
secara mandiri produksi ASI
dan teratur. secara kontinyu
d. Motivasi ibu sehingga kebutuhan
untuk bayi akan ASI
meningkatkan tercukui.
intake cairan d. Meningkatkan
dan diet produksi ASI.
TKTP. e. Meningkatkan
e. Lakukan rawat hubungan ibu dan
gabung bayi sedini
sesegera mungkin.
mungkin bila
tidak terdapat
komplikasi
pada ibu atau
bayi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


& NANDA NIC NOC, Jilid 1,2. Yogyakarta: MediAction Publishing.

Dutton, dkk. 2012. Rujukan Cepat Kebidanan. EGC: Jakarta.

Fadlun & Feryanto. 2013. Asuhan Kebidanan Patologis. Salemba Medika: Jakarta.

Handayani dan Lubis. 2013. Konsep Dasar Sistem Reproduksi. Yogyakarta.


Samodra Ilmu.

Hulliana, Mellyna. 2007. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Puspa Swara:


Jakarta.

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. EGC: Jakarta.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Mochtar R, 2012. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi ke-2. EGC: Jakarta.

Oxorn, Harry dan William R. For. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2010.

Prawiroharjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Rasjidi, Imam. 2009. Manual Seksio Sesarea & Laparotomi Kelainan Adneksa.
Jakarta : CV Sagung Seto.

Saifuddin, A B. 2006. Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Wiknjosastro. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo: Jakarta.

Winkjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP

21

Anda mungkin juga menyukai