Anda di halaman 1dari 103

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanan pada unit
keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, merupakan klien
keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam
menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Selain
itu, keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota
keluarga dengan menjalankan fungsi biologi, fungsi pendidikan, fungsi psikis,
fungsi sosiokultural, serta fungsi kesehatan. (Andarmoyo, 2012)
Keluarga menjadi unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat, akan
tercipta komunitas yang sehat pula. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah
anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain,
mempengaruhi sistem keluarga, komunitas setempat bahkan komunitas global
(Ekasari, 2009).
Salah satu yang rentang dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya
dalam kesehatan adalah nenek atau kakek. Karena pada usia lanjut usia atau
lansia dengan usia 65 tahun atau lebih ini terkadang menimbulkan masalah
sosial, tetapi terjadi proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahan
deoxyribonucleic acid (DNA), ketidaknormalan kromosom dan penurunan
fungsi organ dalam tubuh. Sekitar 65% dari lansia yang mengalami gangguan
kesehatan, hidup hanya ditemani oleh seseorang yang mengingatkan masalah
kesehatannya, dan 35% hidup sendiri. Secara individu, pengaruh proses menua
dapat menimbulkan berbagai macam masalah, baik masalah secara fisik,
biologis, mental maupun masalah sosial ekonomi (Tamher & Noorkasiani,
2009).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015, populasi
penduduk dunia yang berusia 60 tahun atau lebih, mencapai 900 juta jiwa.
Dewasa ini, terdapat 125 juta jiwa yang berusia 80 tahun atau lebih, pada tahun

1
2050, diperkirakan mencapai 2 milliar jiwa di seluruh dunia. Akan ada hampir
sebanyak 120 juta jiwa yang tinggal sendiri di Cina, dan 434 juta orang di
kelompok usia ini di seluruh dunia. Di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia
sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar
5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia
24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah
Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi (Depkesh, 2013),
Dari sensus penduduk dunia, Indonesia mengalami peningkatan jumlah
lansia (60 tahun ke atas) dari 3,7% pada tahun 1960 hingga 9,7% pada tahun
2011. Diperkirakan akan meningkat menjadi 11,34% pada tahun 2020 dan 25%
pada tahun 2050. Jumlah orang tua di Indonesia berada di peringkat keempat
terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika. Propinsi Jawa tengah
adalah salah satu propinsi yang mempunyai penduduk usia lanjut diatas jumlah
lansia nasional yang hanya 7,6% pada tahun 2000 dan dengan usia harapan
hidup mencapai 64,9 tahun. Secara kuantitatif kedua parameter tersebut lebih
tinggi dari ukuran nasional (Depkesh, 2013)
Menurut Ambarwati (2014) semakin tua umur seseorang, maka akan
semakin menurun kemampuan fisik, bahkan status kesehatannya. Banyak
penelitian yang telah membuktikan bahwa terjadi perubahan degeneratif,
fisiologis, dan biologis yang sangat kompleks pada tubuh akibat proses menua.
Perubahan–perubahan tersebut mengakibatkan lansia rentan terhadap penyakit
sistemik yang serius dan berdampak pada kualitas hidupnya. Selain hipertensi,
penyakit yang paling sering ditemukan pada populasi lansia adalah Diabetes
mellitus (DM). Diabetes mellitus adalah sindroma yang ditandai dengan
hiperglikemia kronis karena gangguan sekresi insulin atau resistensi insulin
atau keduanya.
Berdasarkan klasifikasi American Diabetes Association (ADA) (2011),
DM terbagi atas beberapa tipe yaitu DM tipe 1, tipe 2, gestasional dan
sekunder atau tipe lain. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan tipe DM yang
paling banyak dijumpai, yakni terjadi pada 90 hingga 95% kasus DM. Hal ini
disebabkan etiologi penyakit DM tipe 2 yang multifaktorial, seperti proses

2
penuaan, obesitas, diet, kurangnya olahraga, serta pola hidup yang tidak sehat.
Pola hidup tidak sehat yang banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat
modern saat ini menjadikan DM tipe 2 lebih banyak dijumpai dibandingkan
DM tipe 1 yang disebabkan kerusakan sel beta pankreas sehingga tidak dapat
memproduksi insulin (Arisman, 2011).
Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat
prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari
keseluruhan penduduk di dunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2014
menjadi 387juta kasus. Indonesia merupakan negara menempati urutan ke 7
dengan penderita DM sejumlah 8,5 juta penderita setelah Cina, India dan
Amerika Serikat, Brazil, Rusia, Mexico. Angka kejadian DM menurut data
Riskesdas (2013) terjadi peningkatan dari 1,1 % di tahun 2007 meningkat
menjadi 2,1 % di tahun 2013 dari keseluruhan penduduk sebanyak 250 juta
jiwa.
Prevalensi diabetes di Indonesia cenderung meningkat, yaitu dari 5,7%
tahun 2007, menjadi 6,9% tahun 2013. Lebih mencengangkan lagi, seperti
dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes), 2/3 diabetesi (sebutan untuk
penderita diabates) di Indonesia tidak mengetahui dirinya memiliki diabetes.
Survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2017 melakukan
wawancara untuk menghitung proporsi diabetes melitus pada usia 15 tahun ke
atas. Definisinya, sebagai diabates, jika pernah didiagnosis menderita kencing
manis oleh dokter atau belum pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh
dokter tetapi dalam sebulan terakhir mengalami gejala sering lapar, sering
haus, sering buang air kecil dalam jumlah banyak dan berat badan turun.
Hasilnya, tahun 2013 meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun
2007. Data WHO memperkirakan jumlah penderita diabetes melitus (DM) tipe
2 di Indonesia akan meningkat signifikan hingga 21,3 juta jiwa pada 2030
mendatang (Siena, 2014)
Berdasarkan fenomena pada keluarga dengan anggota keluarga lansia dan
dengan latar belakang jumlah prevalensi pada lansia dengan penyakit Diabetes
Miletus maka penulis ingin membahas lebih lanjut mengenai keluarga dengan

3
lansia yang menderita Diabetes Miletus serta asuhan keperawatan yang tepat
pada keluarga dengan lansia yang menderita Diabetes Miletus.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai mahasiswa kesehatan kita harus belajar mengenai keluarga
dengan lansia yang menderita Diabetes Miletus serta asuhan keperawatan
yang tepat pada keluarga dengan lansia yang menderita Diabetes Miletus.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui ciri-ciri keluarga
b. Untuk mengetahui struktur keluarga
c. Untuk mengetahui peran dan fungsi keluarga
d. Untuk mengetahui tipe dan tugas keluarga
e. Untuk mengetahui defisini keperawatan kesehatan keluarga
f. Untuk mengetahui perawatan kesehatan keluarga
g. Untuk mengetahui tingkatan keperawatan keluarga
h. Untuk mengetahui prinsip-prinsip perawatan keluarga
i. Untuk mengetahui peran perawat dalam keperawatan keluarga
j. Untuk mengetahui tahapan perkembangan keluarga
k. Untuk mengetahui pengkajian fokus, diagnosa dan intervensi secara
umum pada keluarga dengan lansia yang menderita Diabetes Miletus.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptaka, mempertahankan
budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta
sosial dari setiap anggota keluarga (Friedman, 2010).
Keluarga diartikan sebagai dua atau lebih individu yang saling
tergantung satu dengan yang lain terhadap berbagai dukungan, diantaranya
dukungan emosional dan ekonomi. Keluarga juga merupakan orang yang
mempunyai hubungan resmi seperti ikatan darah, adopsi, perkawinan atau
perwalian, hubungan sosial (hidup bersama) dan adanya hubungan
psikologi (ikatan emosional) (Friedman, 2010) .
Keluarga adalah sistem sosial yang terdiri dari dua atau lebih yang
dihubungkan karena hubungan darah, hubungan perkawinan, hubungan
adopsi dan tinggal bersama untuk menciptakan suatu budaya tertentu
(Friedman, 2010).

2. Ciri-Ciri Keluarga
Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang lahir dan berada di
dalamnya, secara berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri tersebut
karena tumbuhnya mereka ke arah pendewasaan.
Ciri-ciri umum keluarga menurut Rustina, (2014) yaitu pertama
keluarga merupakan hubungan perkawinan, kedua berbentuk perkawinan
atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan
yang sengaja dibentuk dan dipelihara, ketiga suatu sistem tata-nama,
termasuk bentuk perhitungan garis keturunan, keempat ketentuan-
ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang

5
mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan ekonomi yang berkaitan
dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak,
kelima merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang
walau bagaimanapun, tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok
keluarga.
Ciri-ciri lain yang dimiliki keluarga antara lain:
1) Kebersamaan : keluarga merupakan bentuk yang hampir paling
universal diantara bentuk-bentuk organisasi sosial lainnya. Hampir
setiap keadaan manusia mempunyai keanggotaan dari beberapa
keluarga.
2) Dasar-dasaremosional : hal ini didasarkan pada suatu dorongan yang
sangat mendalam dari sifat organis manusia seperti perkawinan,
menjadi ayah, kesetiaan akan maternal dan perhatian orang tua.
3) Pengaruh perkembangan, hal ini merupakan lingkungan
kemasyarakatan yang paling awal dari semua bentuk kehidupan yang
lebih tinggi, termasuk manusia, dan pengaruh perkembangan yang
paling besar dalam kesadaran hidup yang merupakan sumbernya.
4) Ukuran yang terbatas, keluarga merupakan kelompok yang terbatas
ukurannya, yang dibatasi oleh kondisi-kondisi biologis yang tidak
dapat lebih tanpa kehilangan identitasnya. Oleh sebab itu keluarga
merupakan skala yang paling kecil dari semua organisasi formal yang
merupakan struktur sosial, dan khususnya dalam masyarakat yang
sudah beradab dankeluarga secara utuh terpisah dari kelompok
kekerabatan.
5) Tanggungjawab para anggota, keluarga memliki tuntutan-tuntutan
yang lebih besar dan kontinyu daripada yang biasa dilakukan oleh
asosiasi-asosiasi lainnya.
6) Aturan kemasyarakatan, hal ini khususnya terjaga dengan adanya hal-
hal tabu di dalam masyarakat dan aturan-aturan sah yang dengan kaku
menentukan kondisi-kondisinya.

6
7) Sifat kekekalan dan kesementaraannya, sebagai institusi, keluarga
merupakan suatu yang demikian permanen dan universal, dan
sebagaiasosiasi merupakan organisasi yang paling bersifat sementara
dan yang paling mudah berubah dari seluruh organisasi-organisasi
penting lainnya dalam masyarakat.
Ciri-ciri keluarga menurut Robert Iver dan Charles Horton yang di kutip
dari Setiadi, (2012)
1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2) Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.
3) Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur)
termasuk perhitungan garis keturunan.
4) Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunan dan membesarkan anak.
5) Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah
tangga.
Ciri keluarga Indonesia menurut Setiadi, (2012)
1) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat
gotong royong.
2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
3) Umumnya dipimpim oleh suami meskipun proses pemutusan
dilakukan secara musyawarah.

3. Struktur Keluarga
1) Struktur keluarga yang ada di Indonesia
Menurut Jhonson & Leny (2010), struktur keluarga yang ada di
Indonesiaadalah sebagai berikut:
a. Patrilineal: kelaurga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disuse melalui jalur
ayah.

7
b. Matrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu.
d. Patrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan: hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
2) Ciri-ciri struktur keluarga
Ciri-ciri struktur keluarga menurut Jhonson & Leny (2010) yaitu:
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga.
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi
dan tugasnya masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
d. Ciri-ciri keluarga
Ciri-ciri keluarga menurut Jhonson & Leny (2010) adalah sebagai
berikut:
a. Suami sebagai pengambil keputusan.
b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh.
c. Berbentuk monogram.
d. Bertanggung jawab.
e. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa.
f. Ikatan kekeluargaan sangat erat.
g. Mempunyai semangat gotong-royong.

3) Macam-macam struktur keluarga


Macam-macam struktur keluarga menurut Jhonson & Leny (2010)
yaitu:
a. Tradisional
a) The nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri
dari suami, istri dan anak.
b) The dyad family, yaitu keluarga yang terdiri dari suami dan
istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.

8
c) Keluarga usila, yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang
sudah tua dengan anak sudah memisah diri.
d) The childless family, yaitu keluarga tanpa anak karena
terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/ pendidikan
yang terjadi pada wanita.
e) The extended family (keluarga luas/ besar), yaitu keluarga yang
terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah
seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua
(kakek/nenek), keponakan, dll).
f) The single parent family (keluarga duda/janda), yaitu keluarga
yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal
ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan).
g) Commuter Family, yaitu kedua orang tua bekerja di kota yang
berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal
dan orangtua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada
anggota keluarga pada saat akhir pekan.
h) Multigenerational family, yaitu keluarga dengan beberapa
generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu
rumah.
i) Kin-network family, yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal
dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama.
Misalnya : dapur, kamar mandi, televise, telpon, dll.
j) Blended family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh duda atau
janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya.
k) The single adult living alone/ single-adult family, yaitu
keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan, seperti : perceraian atau
ditinggal mati.
b. Non Tradisional

9
a) The unmarried teenage mother yaitu, keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungannya tanpa
nikah.
b) The stepparent family, yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commune Family, yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan
anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui
aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
d) The nonmarital heterosexual cohabiting family, yaitu keluarga
yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
e) Gay and lesbian families, yaitu seseorang yang mempunyai
persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-
istri (marital parent).
f) Cohabitating couple, yaitu orang dewasa yang hidup bersama
diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
g) Group-marriage family, yaitu beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa
telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi
sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
h) Group network family, yaitu keluarga inti yang dibatasi oleh
set aturan/ nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan
saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membersarkan anaknya.
i) Foster family, yaitu keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga/ saudara dalam waktu sementara, pada saat
orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j) Homeless family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.

10
k) Gang, merupakan sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari
orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan
keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam
kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.
Menurut Jhonson & Leny (2010) di Indonesia keluarga di bagi menjadi 5
tahap yaitu:
1) Keluarga pra-sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal yaitu kebutuhan dasar agama,
pangan, sandang, dan kesehatan atau keluarga yang belum dapat
memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera tahap I.
2) Keluarga Sejahtera I (KS I)
KS I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar
secara minimal, tetapi belum dapat memebuhi keseluruhan kebutuhan
sosial psikologinya yaitu kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam
keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
Indiktor KS I adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang di anut.
b. Makan dua kali sehari atau lebih
c. Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
d. Lantai rumah bukan dari tanah
e. Kesehatan (anak sakit atau PUS ingin ber KB di bawa sarana/
petugas kesehatan)
3) Keluarga Sejahtera II (KS II)
KS II adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar
secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan sosial
psikologinya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
pengembangan, yaitu kebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi.
Indikator KS II:
a. Indikastor KS I ditambah
b. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut
agama masing-masing yang dianut
c. Makan daging/ telur/ ikan sebagai lauk pauk paling kurang sekali
dalam seminggu
d. Memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir
e. Luas lantai tiap penghuni rumah 8m2 perorang

11
f. Anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat
melaksanakan fungsi masing-masing
g. Keluarga yang berumur 15 tahun ketas mempunyai penghasilan
tetap
h. Bisa membaca tulis bagi seluruh anggota keluarga dewasa yang
berumur 10 sampai dengan 60 tahun
i. Anak usia sekolah 7-15 bersekolah
j. Anak hidup dua atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai
kontrasepsi
4) Keluarga Sejahtera III (KS III)
KS III adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan
dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembanga, tetapi
belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal
terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam
bentuk material dan keuangan untuk sosial kemasyarakatan, juga
berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga
kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga,
dan pendidikan, dan lain sebagainya.
Indikator KS III:
a. Indikator KS II ditambah
b. Upaya keluarga untuk meningkatkan/ menambah pengetahuan
agama
c. Keluarga mempunyai tabungan
d. Makan bersama paling kurang sekali sehari
e. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat
f. Rekreasi bersama/ penyegaran paling kurang 6 bulan
g. Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV, majalah
h. Angggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi
5) Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus)
KS III Plus adalah keluarga yang telah memenuhi seluruh
kebutuhannya baik bersifat dasar, sosial psikologis, maupun
pengembangan, serta telah mampu memberikan sumbangan yang
nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat
Indikator KS III Plus:
a. Indikator KS III ditambah
b. Memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan suka
rela dalam bentuk material masyarakat
c. Aktif sebagai pengurus yayasan/ partai

12
Indikator keluarga miskun adalah keluarga prasejahtera dan keluarga
sejahtera I. Tahun 2000 BKKBN menetapkan sembilan indikator keluarga
miskin:
a. Tidak dapat makan dua kali sehari atau lebih
b. Tidak bisa menyediakan daging/ ikan/ telur sebagai lauk pauk paling
kurang 1 minggu sekali
c. Tidak memiliki pakaian yang berbeda untuk setiap aktifitas
d. Tidak bisa memperoleh pakaian baru minimal satu stel setahun sekali
e. Bagian terluas lantai rumah dari tanah
f. Luas tanah kurang dari 8m2 untuk setiap penghuni rumah
g. Tidak ada anggota keluarga berusia 15 tahun mempunyai penghasilan
tetap
h. Bila anak sakit/ PUS ingin berKB tidak bisa ke fasilitas kesehatan
i. Anak berumur 7-15 tahun tidak bersekolah

4. Fungsi dan Peran Keluarga


Menurut Friedman (2010) fungsi keluarga ada 6 yaitu:
1) Fungsi Afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan
psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka
keluarga akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama,
membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga, stabilisasi
kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih
akrab, dan harga diri. Membina pendewasaan kepribadian anggota
keluarga, memberikan identitas keluarga.
2) Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengtan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup
dimana individu secara kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai
respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami.
Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau perubahan yang
dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan
pembelajaran peran-peran sosial.
3) Fungsi Biologis

13
Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga. Memelihara dan membesarkan anak.

4) Fungsi Ekonomi
Fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa
yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua).
5) Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi ini menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan.
Perawatan kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang mempengaruhi
status kesehatan anggota keluarga secara individual) merupakan
bagian yang paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan.
6) Fungsi Pendidikan
Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan,
dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa. Mendidik
anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seorang


dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran
keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang
dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan
seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan
dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok,
dan masyarakat (Friedman, 2010).
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain
adalah (Friedman, 2010):

14
1) Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap
anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok
sosial tertentu.
2) Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-
anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan
keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial
tertentu.
3) Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual.

5. Tipe Keluarga
Seiring dengan tuntutan keluarga untuk beradaptasi dengan
lingkungan sosial dan budaya maka bentuk keluarga pun akan berubah
sesuai dengan tuntutan tersebut. Berbagai bentuk keluarga
menggambarkan adaptasi terhadap keluarga yang terbeban pada orang dan
keluarga. Setiap keluarga mempunyai kekuatan sendiri untuk dipengaruhi
lingkungan (Andarmoyo, 2012 ).
Menurut Andarmoyo (2012 ), Dalam sosiologi keluarga, berbagai bentuk
keluarga digolongkan menjadi dua yaitu bentuk tradisional dan
nontradisional atau sebagai bentuk normatif dan nonnormatif serta bentuk
keluarga varian. Bentuk keluarga varian digunakan untuk menyebut
bentuk keluarga yang merupakan variasi dari bentuk bentuk normatif yaitu
semua bentuk deviasi dari keluarga inti tradisional. Berikut akan
dijelaskan beberapa bentuk keluarga yang berkaitan dengan pemberian
asuhan keperawatan keluarga.
1) Keluarga Tradisional
Tradisional Nuclear atau Keluarga Inti. Merupakan satu bentuk
keluarga tradisional yang dianggap paling ideal. Keluarga inti adalah

15
keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu rumah
dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga.
Varian Keluarga Inti adalah :
a. Keluarga Pasangan Suami Istri Bekerja
Keluarga dimana pasangan suami istri keduanya bekerja di luar
rumah. Keluarga ini merupakan pengenbangan varian nontradisional
dimana pengambilan keputusan dan pembagian fungsi keluarga
ditetapkan secara bersama-sama oleh kedua orang tua. Meskipun
demikian, beberapa keluarga masih tetap menganut bahwa fungsi
kerumahtanggan tetap dipegang oleh istri
b. Keluarga Tanpa Anak Atau Dyadic Nuclear
Keluarga dimana suami-istri sudah berumur, tetapi tidak mempunyai
anak. Keluarga tanpa anak diakibatkan oleh ketidakmampuan
pasangan suami istri untuk menghasilkan keturunan ataupun
ketidaksengajaan untuk mempunyai anak akibat kesibukan dari
karirnya. Biasanya keluarga ini akan mengadopsi anak.
c. Comuter Family
Keluarga dengan pasangan suami istri terpisah tempat tinggal secara
sukarela karena tugas dan pada kesempatan tertentu keduanya
bertemu dalam satu rumah
d. Reconstitude Nuslear
Pembentukan keluarga baru dari keluarga inri melalui perkawinan
kembali suami atau istri, tinggal dalam satu rumah dengan anaknya,
baik anak bawaan dari perkawinan lama maupun hasil perkawinan
baru. Pada umumnya, bentuk keluarga ini terdiri dari ibu dengan
anaknya dan tinggal bersama ayah tiri
e. Extended Family atau Keluarga Besar
Bentuk keluarga dimana pasangan suami istri sama-sama melakukan
pengaturan dan belanja rumah tangga dengan orang tua, sanak
saudara, atau kerabat dekat lainnya. Dengan demikian, anak
dibesarkan oleh beberapa generasi dan memiliki pilihan terhadap
model-model yang akan menjadi pola perilaku bagi anak-anak.
Varian dari keluarga besar adalah keluarga Group Marriage, yaitu
satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunanya dalam satu

16
kesatuan keluarga dan keturunannya sudah menikah serta semua
telah mempinyai anak.
f. Keluarga dengan Orang Tua Tunggal atau Singel Parent
Bentuk keluarga yang didalamnya hanya terdapat satu orang kepala
rumah tangga yaitu ayah atau ibu.
2) Keluarga Nontradisional
Orang-orang dalam pengaturan keluarga nontradisional saring
menekankan nilai aktualisasi diri, kemandirian, persamaan jenis
kelamin, keintiman dalam berbagai hubungan interpersonal. Bentuk-
bentuk keluarga ini meliputi :
a. Communal atau Commune Family
Keluarga dimana dalam satu rumah terdiri dari dua atau lebih
pasangan yang monogami tanpa pertalian keluarga dengan anak-
anaknya dan bersama-sama, dalam penyediaan fasilitas. Tipe
keluarga ini biasanya terjadi pada daerah perkotaan di mana
penduduknya padat.
b. Unmaried Parent and Child
Keluarga yang terdiri dari ibu anak, tidak ada perkawinan dan
anaknya dari hasil adobsi.
c. Cohibing Couple
Merupakan keluarga yang terdiri dari dua orang atau satu pasangan
yang tinggal bersama tanpa kawin.
d. Institusional
Keluarga yang terdiri dari anak-anak atau orang-orang dewasa yang
tinggal bersama-sama dalam panti. Sebenarnya, keluarga ini tidak
cocok untuk disebut sebagai sebuah keluarga, tetapi mereka saling
mempunyai sanak saudara yang mereka anggap sebagai keluarga
sehingga sebenarnya terjadi jaringan yang berupa kerabat.

6. Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaiatan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan
etiologi/penyebab masalah dan biasannya dikaji pada saat penjajagan

17
tahap II bila ditemui data maladaptive pada keluarga. Lima tugas keluarga
yang dimaksud menurut Ayu (2010) adalah :
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga/anggota keluarganya,
kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
kerana tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan kerena
kesehatanlah kadang seluruh kekutan sumber daya dan dana akan
habis. Ketidakmampuan keluarag mengenal masalah kesehatan,
termasuk bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan
penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi
keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.
2) Membuat keputusan tindakan yang tepat,. Sebelum keluarag dapat
membuat keputusan yang tepat mengenai masalah keshatan yang
dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut
agar dapat memfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan. Berikut
hal-hal yang perlu dikaji oleh perawat.
a. Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan
luasnnya masalah.
b. Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.
c. Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami.
d. Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit.
e. Apakah keluarga kurang percaya terhadap petugas kesehatan.
f. Apakah keluarga kurang percaya terhadap petugas kesehatan.
g. Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan
dalam mengatasi masalah.
3) Memberi perawatan pada anggota kelurga yang sakit. Ketika
memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut =
a. Keadaan penyakit (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan
perawatannya)
b. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
c. Keberadaan fasilitas yng dibutuhkan untuk perawatan.
d. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota kluarga yang
bertanggung jawab, sumber keuangan atau financial, fasilitas fisik,
psikososial)
e. Sikap keluarga terhadap yang sakit.

18
4) Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yangs sehat.
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah
yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut =
a. Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga
b. Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
c. Pentingnya hygine sanitasi.
d. Upaya pencegahan penyakit.
e. Sikap atau pandangan kluarga terhadap hygine sanitasi.
f. Kekompakan antar anggota keluarga
5) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, kelurga harus
mengetahui hal-hal berikut ini :
a. Keberadaan fasilitas keluarga.
b. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan.
c. Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas
kesehatan.
d. Penagalaman yang kuarng baik terhadap petugas kesehatan.
e. Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga

7. Tahap Perkembangan Keluarga


Keluarga sebagaimana individu berubah dan berkembang setiap saat.
Masing-masing tahapan perkembangan mempunyai tantangan, kebutuhan,
sumber daya tersendiri, dan meliputi tugas yang harus dipenuhi sebelum
keluarga mencapai tahap yang selanjutnya. Empat asumsi dasar tentang
teori perkembangan keluarga adalah (Murwani & Setyowati, 2010) :
1) Keluarga berkembang dan berubah dari waktu ke waktu dengan cara-
cara yang sama dan dapat diprediksi
2) Manusia menjadi matang dan berinteraksi dengan orang lain, mereka
memulai tindakan-tindakan dan juga reaksi terhadap tuntutan
lingkungan
3) Keluarga melakukan tugas tertentu yang ditetapkan oleh mereka sendiri
atau oleh kontes budaya dan masyarakat
4) Terdapat kecenderungan pada keluarga untuk memulai dengan sebuah
awal diakhiri yang tidak jelas

19
Tahap perkembangan keluarga tugas perkembangan keluarga menurut
Duval yang didasari oleh teori “Perkembangan Psikososial”’ menurut
Erikson, terdiri dari :
1) Keluarga Baru Menikah
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok
sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak
2) Keluarga dengan Anak Baru Lahir (Anak Tertua: Bayi sampai Umur 30
Bulan)
a. Mempersiapkan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi
keluarga, hubungan seksual, dan kegiatan
c. Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan

3) Keluarga dengan Anak Pra Sekolah (Anak Tertua Umur 2-6 Tahun)
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat
tingal, privasi, dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak
yang lain (tua) juga harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam atau diluar
keluarga (keluarga lain dengan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak (biasanya
keluarga mempunyai tingkat kerepotan yang tingi)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan
dan perkembangan anak
4) Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (Anak Tertua Umur 6-13 Tahun)
a. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah,
dan lingkungan lebih luas (yang tidak atau kurang diperoleh di
sekolah atau dimasyarakat)
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya kehidupan
dan kesehatan angota keluarga
5) Keluarga dengan Anak Remaja (Anak Tertua Umur 13-20 Tahun)

20
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab
meningkatkan remaja adalah seorang dewasa muda dan mulai
memiliki otonomi
b. Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.
Hindarkan terjadinya perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d. Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota)
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga

6) Keluarga Mulai Melepas Anak sebagai Dewasa (Anak-Anak Mulai


Meniggalkan Rumah)
a. Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga
besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
d. Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah
7) Keluaga yang Hanya Terdiri dari Orang Tua Saja atau Keluarga Usia
Pertengahan (Semua Anak Meninggalkan Rumah)
a. Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan
b. Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan
anak-anaknya dan sebaya
c. Meninggalkan keakraban pasangan
8) Keluarga Lansia
a. Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangannya
b. Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi kehilangan pasangan,
kekuatan fisik, dan penghasilan keluarga
c. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat
d. Melakukan life review masa lalu

21
B. Konsep Keperawatan Keluarga
1. Definisi Keperawatan Kesehatan Keluarga
Keperawatan keluarga merupakan kekhususan spesialisasi yang terdiri
dari ketrampilan berbagai bidang keperawatan. Praktek keperawatan
keluarga didefinisikansebagai pemberian perawatan menggunakan proses
keperawatan kepada keluarga atau anggota-anggota keluarga dalam situasi
yang sehat dan sakit. Penekanan praktik keperawatan keluarga adalah
berorientasi pada kesehatan, bersifat holistik, interaksional dan kekuatan
keluarga (Friedman, 2010).
Friedman (2010) menyatakan bahwa setiap individu anggota kelurarga
dapat dipandang sebagai agenda perawatan diri yang memberi kontribusi
pribadi kelanjutan bagi kesehatannya sendiri. Anggota keluarga yang baik
secara individu atau kelompok, dapat melakukan atau menjalankan
perawatan diri, perawatan diri bila dilakukan secara baik akan meningkatkan
perkembangan kesehatan bagi keluarga.

2. Tujuan Keperawatan Kesehatan Keluarga


1) Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan
sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
2) Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan.
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah
kesehatan.
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
tekait dengan masalah kesehatan.
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan
pada anggota keluarga yang sakit.
e. Meningkatkan produktifita keluarga dalam meningkatkan mutu
hidupnya.

3. Tingkatan Keperawatan Keluarga


Terdapat beberapa level/tingkatan keperawatan keluarga menurut Setiawan (2016)
1) Level 1

22
Individu merupakan focus intervensi dan keluarga sebagai background.
Keluarga dipandang sebagai konteks bagi klien yang merupakan latar belakang
atau focus sekunder, sedangkan individu meruapkan bagian terdepan atau focus
primer yang berakaitan dengan pengkajian dan intervensi keperawatan. dalam
hal ini perawat kelaurag, dapat menganggap keluarga sebagai baigian sistem
pendukung sosial klien tetapi hanya dengan sedikit keterlibatan keluarga
kedalam renacan perawatan klien.
2) Level 2
Keluarga sebagai penjumlahan dari anggota-anggotanya (keluraga sebagai
kumpulan dari anggota kelaurga ). Dalam praktik keperawatan keluarga,
keluarga dipandang sebagai kumpulan dari anggota keluarga, sehingga asuhan
keperawatan bisa digunakan untuk seleuruh anggota keluarga tersebut. Asuhan
keperawatan diberikan bukan hanya pada stu individu, tetapi bisa lebih
individu.
3) Level 3
Subsitem dalam keluarga bisa dilihat dari hubungan anatara anggota-anggota
keluarga. Subsistem keluarga merupakan pusat perhatian sebagai penerima
pengkajian dan intervensi keperawatan keluarga. Sebagai hubungan antara anak
dengan anak, akan beda dengan hubungan anatara ayah denagna nak atau ibu
denagn anak.
4) Level 4
Seluruh anggota keluarga merupakan focus intervensi. Keluarga dipandang
sebagai klien atau sebagai focus utama pengkajian dan perawatan keluarga.
Kelaurga menjadi yang utama denagn anggota keluarga sebagai latare belakang
atau konteks. Keluarga sebagai sistem yang berinteraksi, adanya saling
ketergantungan anatara subsistem keluarga dengan keseluruhan keluarga dan
lingkungan sekitar.

Karakteristik dari oiptimalisasi fungsi keluarga, dapat dilihat dari bagaimana


keluarga mengahargai perasaan orang lain, mendorong otonomi dari anggota-
anggotanya, mengharapkan angota-anggotanya bertanggung jawab terhadap
kebutuhannya sendiri, bersikap terbuka dan spontan dalam mengekspresikan
perasaan, kepercayaan dan perbedaan yang ada.

4. Prinsip-Prinsip Keperawatan Keluarga

23
Ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam meberikan
asuhan keperawatan keluarga, prinsip tersebut adalah (Andarmoyo, 2012) :
1) Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
Dalam konteks ini keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai fokus
utama dalam pemberian asuhan keperawatan. Keluarga dipandang
sebagai sistem yang berinteraksi dimana fokusnya adalah dinamika dan
hubungan internal keluarga, struktur dan fungsi keluarga serta saling
ketergantungan subsistem keluarga dengan kesehatan dan keliarga
dengan lingkungan sekitarnya.
2) Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, sehat
sebagai tujua utamnya dengan cara meningkatkan status kesehatan
keluarga agar keluarga dapat meningkatkan produktivitas dan
kesejahteraan keluarga.
3) Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga.
4) Dalam memberikan asupan keperawatan kesehatan keluarga, perawat
melibatkan peran serta aktif seluruh anggota keluarga mulai dari
merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatannya.
5) Mengutamakan kegiatan bersifat promotif dan preventif, tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
6) Dalam memberikan asupan keperawatan kesehatan keluarga, sumber
daya keluarga dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan
kesehatan keluarga.
7) Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan.
8) Pendekatan yang dipergunakan dalam memberi asuhan keperawatan
kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan
menggunakan proses keperawatan.
9) Kegiatan utama dalam asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah
penyuluhan kesehatan, asuhan perawatan kesehatan dasar atau
perawatan di rumah.

24
10) Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk risiko tinggi. Keluarga-
keluarga yang tergolong risiko tinggi dalam bidang kesehatan antara
lain :
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan
masalah :
a) Tingkat sosial ekonomi rendah
b) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan
sendiri
c) Keluarga dengan penyakit keturunan
b. Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan yaitu :
a) Waktu hamil umur ibu kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35
tahun
b) Waktu hamil menderita kekurangan gizi atau anemia
c) Primipara atau multipara
d) Riwayat persalinan dengan komplikasi
c. Keluarga dengan anak :
a) Lahir premature
b) Berat badan sukar naik
c) Lahir dengan cacat bawaan
d) Asi ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi
e) Ibu menderita penyakit menular
d. Keluarga dengan masalah dalam hubungan antara anggota keluarga :
a) Anak yang tidak dikehendaki dan mencoba untuk digugurkan
b) Sering timbul perselisihan
c) Anggota keluarga yang sakit-sakitan
d) Salah satu orang tua (suami-istri) meninggal, cerai

5. Peran Perawat dalam Keperawatan Keluarga


Peran perawat dalam keperawatan keluarga menurut Setiadi (2012)
mengatakan dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada
beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah
1) Pengenal kesehatan (health monitor) Perawat membantu keluarga untuk
mengenal penyimpangan dari keadaan normal tentang kesehatannya
dengan menganalisa data secara objektif serta membuat keluarga sadar
akan akibat masalah dalam perkembangan keluarga.
2) Pemberian pelayanan pada anggota keluarga yang sakit, dengan
memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit

25
3) Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga,
yaitu berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan keluaraga baik
secara berkelompok maupun individu.
4) Fasilitator, yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah
dijangkau oleh keluarga dan membantu mencarikan jalan pemecahannya.
5) Pendidik kesehatan, yaitu merubah perilaku keluarga dan perilaku tidak
sehat menjadi perilaku sehat.
6) Penyuluh dan konsultan, yang berperan dalam memberikan petunjuk
tentang asuhan keperawatan dasar dalam keluarga.
Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga perawat tidak
dapat bekerja sendiri, melainkan bekerja sama secara tim dan bekerja sama
dengan profesi lain untuk mencapai asuhan keperawatan keluarga dengan
baik.

C. Konsep Penyakit Diabetes Mellitus


1. Definisi
Diabetes melitus merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan
peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai munculnya gejala utama
yang khas, yakni urine yang berasa manis dalam jumlah yang besar. Istilah
“diabetes” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “siphon”, ketika tubuh
menjadi suatu saluran untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan, dan
“melitus” dari bahasa Yunani dan latin yang berarti madu (Bilous &
Donelly, 2014).
Diabetes melitus adalah keadaan ketika tubuh tidak mampu
menghasilkan atau menggunakan insulin (hormon yang membawaa glukosa
darah ke sel dan menyimpannya sebagai glikogen). Dengan demikian terjadi
hiperglikemia yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan

26
hormonal, melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak
serta menimbulkan berbagai komplikasi kronis pada organ tubuh (Subekti,
2007). Menurut Suyono (2007), diabetes melitus adalah suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif.

2. Etiologi
a. Etiologi Diabetes Melitus Tipe 1 (Damayanti, 2015)
Diabetes Melitus tipe 1 ditandai oleh destruksi sel beta pankreas,
terbagi dalam dua sub tipe yaitu tipe 1A yaitu diabetes yang diakibatkan
proses immunologi (immune-mediated diabetes) dan tipe 1B yaitu
diabetes idiopatik yang tidak diketahui penyebabnya. Diabetes 1A
ditandai oleh dektruksi autoimun sel beta. Sebelumnya disebut dengan
diabetes juvenile, terjadi lebih sering pada orang muda tetapi dapat
terjadi pada semua usia. Pada DM tipe 1 sistem imun tubuh sendiri secara
spesifik menyerang dan merusak sel-sel pemghasil insulin yang terdapat
pada pankreas. Belum diketahui hal apa yang memicu terjadinya
autoimun ini, namun bukti-bukti yang ada menunjukan bahwa faktor
genetik dan faktor lingkungan seperti infeksi virus tertentu berperan
dalam prosesnya.sekitar 70-90% sel beta hancur sebelum timbul gejala-
gejala klinis. Pada DM tipe 1 ini harus menggunakan injeksi insulin dan
menjalankan diet secara ketat.
b. Etiologi Diabetes Melitus Tipe 2
DM tipe 2 juga disebut sebagai Non Insulin Dependent Diabetes
(NIDDM). Dalam DM tipe 2, jumlah insulin yang diproduksi oleh
pankreas biasanya cukup untuk mencegah ketoasidosis tetapi tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuh total. Jumlahnya mencapai 90-95%
dari seluruh pasien dengan diabetes, dan banyak dialami oleh orang
dewasa tua lebih ari 40 tahun serta lebih sering terjadi pada individu
obesitas. Diabetes ini merupakan bentuk diabetes yang paling umum.
Penyebabnya bervariasi mulai dominan resistansi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai defek sekresi insulin disertai resistansi

27
insulin. Resistensi insulin awalnya belum menyebabkan DM secara
klinis. Sel β pankreas masih dapat melakukan kompensasi bahkan sampai
overkompensasi, insulin diskresi secara berlebihan sehingga terjadi
komdisi hiperinsulinemia dengan tujuan normalisasi kadar glukosa darah.
Mekanisme kompensasi yang terus menerus menyebabkan kelelahan sel
beta pankreas (exhaustion) yang disebut dekompensasi, mengakibatkan
produksi insulin yang menurun secara absolut. Kondisi resistensi insulin
diperberat oleh produksi insulin yang menurun akibatnya kadar glukosa
darah semakin meningkat sehingga memenuhi kriteria DM (Damayanti,
2015).

3. Patofisiologi
Diabetes mellitus bersifat sistemik dengan karakteristik peningkatan
gula darah/glukosa atau hiperglikemia yang disebabkan menurunnya sekresi
atau aktivitas insulin sehingga mengakibatkan terhambatnya metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak. Secara normal, glukosa bersikulasi dalam
jumlah tertentu dalam darah dan sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sel dan
jaringan. Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi. Makanan
yang masuk sebagian digunakan untuk kebutuhan energi dan disimpan
dalam bentuk glikogen dihati dan jaringan lainnya dengan bantuan insulin.
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau langerhans
pankreas yang kemudian produksinya masuk dalam darah dengan jumlah
sedikit kemudian meningkat jika terdapat makanan yang masuk (Tarwoto &
dkk, 2011).
Insulin disekresi oleh sel beta, satu diantara empat sel pulau langerhans
pankreas. Insulin merupakan hormon metabolik, hormon yang dapat
membantu memindahkan glukosa dari darah ke otot, hati dan sel lemak.
Pada diabetes terjadi berkurangnya insuslin atau tidak adanya insulin
berakibat pada gangguan tiga metabolisme yaitu menurunnya penggunaan
glukosa, meningkatnya mobilisasi lemak dan meningkat penggunaan protein
(Tarwoto & dkk, 2011).
a. Menurunnya penggunaan glukosa

28
Pada sel sel membutuhkan insulin untuk membawa glukosa hanya sekitar
25% untuk energi. Tanpa adekuatnya jumlah insulin, banyak glukosa
tidak dapat digunakan. Maka gula darah menjadi tinggi (hiperglikemia),
karena hati tidak dapat menyimpan glukosa menjadi glikogen. Agar
terjadi keseimbangan gula darah kembali normal maka tubuh
mengeluarkan glukosa melalui ginjal, sehingga banyak glukosa berada
dalam urin (glukosuria), disisi lain pengeluaran glukosa melalui urin
menyebabkan diuretik osmotik dan meningkatnya jumlah air yang
dikeluarkan, dan beresiko terjadi defisit volume cairan (Mubarak, 2015).
b. Meningkatnya mobilisasi lemak
Pada diabetes tipe 1 lebih berat dibandingkan pada tipe 2, mobilisasi
lemak yang dipecah untuk energi terjadi jika cadangan glukosa tidak ada.
Hasil metabolisme lemak adalah keton. Keton akan terkumpul di dalam
darah, dikeluarkan lewat ginjal dan paru. Derajat keton dapat diukur dari
darah dan urin. Jika kadarnya tinggi, indikasi diabetes tidak terkontrol
(Mubarak, 2015).
c. Meningkatnya penggunaan protein
Kurangnya insulin berpengaruh pada penggunaan protein. Pada keadaan
normal insulin berfungsi menstimulasi sintesis protein, jika terjadi
ketidakseimbangan, asam amino dikonversi menjadi glukosa di hati
sehingga kadar glukosa menjadi tinggi (Mubarak, 2015).

29
4. Pathway
DM Tipe I DM Tipe II
Kepekaan genetif terhadap Pola fomikal yang kuat terhadap resiko
infeksi DM insulin berikatan pada permukaan
sel sasaran
Produksi antibodi untuk sel-sel
beta
Timbulnya reaksi intramuskuler yang
Berkurangnya sekresi insulin meningkatkan transfer glukosa
yang dirangsang oleh glukosa menembus membran sel

Kerusakan sel-sel beta sebagai


produsen insulin Terjadinya penggabungan abnormal
antara kompleks reseptor insulin
dengan sistem transport glukosa
Insulinopenia/defisiensi Sekresi insulin menurun + tidak
insulin memadai

Glukoneogenesis Peningkatan Hipoglikemi Retinopati Neuropati Penurunan


glukosa darah fungsi ginjal/
Resti katarak Kesemutan, neuropati
Peredaran Perangsangan
benda keton Hambatan reab- adrenalin : nyeri atau
yang berlebih sorbsi air di diaforesis, kulit kehilangan
Peningkatan
glomerulus dingin, takikardi sensasi
kebutuan filtrasi
+ gugup
Sakit kepala,
Timbulnya
mual, muntah, Proteinuria
diuresis osmotik
nyeri abdomen
/poliuri dg
kehilangan air,
Na, K, pospor

Dehidrasi ketdk-
seimbangan
kalium

Penurunan
curah jantung +
disritmia

30
5. Tanda dan Gejala
a) Sering merasa haus (polidipsia).
Kadar gula darah yang tinggi menyebabkan peningkatan produksi urin
yang tinggi didalam tubuh dan kebutuhan untuk buang air kecil semakin
lebih sering. karena sering buang air kecil inilah yang menyebabkan
kehilangan cairan dan mengalami dehidrasi. akibatnya mulut menjadi
kering dan sering merasa haus (Bilous & Donelly, 2014).
b) Sering buang air kecil (poliuria).
Ketika ada kelebihan glukosa di dalam darah, ginjal bereaksi dengan
menyiram glukosa dari dalam darah dan ke dalam urin. Hal ini
menyebabkan produksi urin menjadi lebih banyak dan kebutuhan untuk
buang air menjadi lebih sering (Bilous & Donelly, 2014).
c) Cepat merasa lapar (polipagia).
Orang dengan diabetes biasanya mengalami resistensi insulin, yang
berarti tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan baik untuk
membantu glukosa masuk ke dalam sel tubuh. Pada orang penderita
diabetes tipe 2, insulin tidak bekerja dengan baik di otot, lemak dan
jaringan yang lain, sehingga pankreas (organ yang membuat insulin)
bekerja lebih ekstra dan mencoba untuk mengeluarkan lebih banyak
insulin dan hal ini menyebabkan tingkat insulin menjadi lebih tinggi dari
yang seharusnya (Bilous & Donelly, 2014).
d) Berat badan turun secara tiba-tiba.
Orang yang terkena diabetes, sel-sel didalam tubuhnya tidak cukup untuk
mendapatkan glukosa dan hal ini dapat menyebabkan penurunan berat
badan. Buang air kecil terlalu sering karena diabetes pun memicu anda
kehilangan banyak air dan kalori, ini juga menjadi penyebab penurunan
berat badan (Dewi, 2014).
e) Kaki mati rasa (kesemutan).
Seiring berjalannya waktu, kontak yang terlalu lama yang diakibatkan
kadar gula darah yang tinggi, ternyata dapat merusak saraf di seluruh
tubuh. Kondisi ini sering disebut dengan neuropati diabetes. Beberapa
orang mungkin tidak mengalami gejala ini, namun yang paling umum
adalah rasa mati rasa, kesemuta dan nyeri yang timbul. Gejala ini
biasanya diawali dari kaki kemudian baru ke bagian tubuh bagian atas.

31
Secara umum, diabetes tipe 2 diderita oleh orang yang berumur 25 tahun
atau lebih, namun ternyata gejala ini dapat juga terjadi pada mereka yang
terkena pradiabetes (Dewi, 2014).
f) Sering terjadi infeksi.
Ketika kadar gula darah tinggi, maka bakteri akan cepat dan mudah
berkembang biak. Wanita yang mengidap diabetes tipe 2 akan lebih
rentan terhadap infeksi vagina. Infeksi umum dari gejala diabetes juga
bisa menyerang kaki termasuk kulit, pembuluh darah dan saraf (Dewi,
2014).
g) Pandangan mata kabur.
Lensa mata merupakan salah satu selaput atau membran yang fleksibel
yang dikendalikan oleh otot-otot. Otot-otot inilah yang mengubah bentuk
lensa agar mata dapat fokus. Pada penderita diabetes dimana kadar gula
darah tinggi, ini mempengaruhi kemampuan lensa untuk menekuk atau
berubah. Meskipun lensa tidak rusak, tetapi otot-otot mata harus bekerja
lebih keras untuk bisa memfokuskan mata. Penglihatan mata kabur
terjadi ketika ada perubahan yang cepat didalam gula darah (dari rendah
ke tinggi atau tinggi ke rendah), dan otot mata belum dapat
menyesuaikan (Bilous & Donelly, 2014).
h) Luka sukar sembuh.
Sama dengan sering terjadi infeksi, maka akan memakan waktu lama
bagi luka pada penderita diabetes untuk sembuh. Tingkat glukosa yang
tinggi mempengaruhi kinerja sel-sel darah putih yang bertanggung jawab
untuk proses penyembuhan luka menjadi tidak berfungsi dengan baik
(Bilous & Donelly, 2014).
i) Cepat merasa lelah.
Cepat merasa lelah diakibatkan karena ketidakseimbangan kadar glukosa
darah dengan jumlah dan efektivitas insulin yang tersebar. Pada diabetes
tipe 1, kadar glukosa darah menjadi tinggi walaupun kadar insulin
mencukupi dan pada diabetes tipe 2, insulin tidak bekerja dengan efektif.
Untuk memberikan energi pada tubuh, maka dibutuhkan insulin untuk
mengangkut glukosa dari dalam darah ke sel-sel tubuh yang akan
digunakan sebagai sumber energi. Ketika insulin tidak dapat bekerja
secara efektif, itu berarti gula tidak dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh

32
karena itulah sel-sel tubuh tidak dapat menerima energi yang dibutuhkan.
Sebagai hasilnya, tubuh merasa cepat lelah (Bilous & Donelly, 2014).
j) Kulit kering dan gatal.
Kulit kering dapat terjadi sebagai akibat dari kadar glukosa yang tinggi.
Ketika kadar glukosa tinggi, maka tubuh akan berusaha untuk
menghilangkan kelebihan glukosa dari dalam darah dengan cara
meningkatkan prdouksi urin sehingga muncul gejala sering buang air
kecil. Karena sering kehilangan cairan tubuh inilah yang menyebabkan
kulit menjadi kering. Kulit kering juga dapat disebabkan oleh neuropati
(kerusakan saraf) yang mempengaruhi kelenjar yang memproduksi
keringat. Akibat kerusakan ini maka produksi keringat akan menurun dan
menyebabkan kulut kering, pecah-pecah (Bilous & Donelly, 2014).

6. Klasifikasi Diabetes Melitus


Klasifikasi diabetes melitus terkini yang dianjurkan adalah klasifikasi
etiologis dari ADA (American Diabetic Association) tahun 2005. ADA
mengklasifikasikan penyakit diabetes melitus berdasarkan pengetahuan
mutakhir mengenai patogenesis diabetes melitus dan gangguan toleransi
glukosa. Klasifikasi ini telah disahkan oleh World Health Organization
(WHO) dan telah dipakai di seluruh dunia. Terdapat empat klasifikasi klinis
gangguan toleransi glukosa sebagai berikut (Dewi, 2014).
a. Diabetes Melitus Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus [IDDM])
Diabetes melitus tipe 1 menurut American Diabetic Association (ADA)
tahun 2010 merupakan kondisi tidak terkontrolnya gula di dalam tubuh
karena kerusakan sel β prankeas sehingga mengakibatkan berkurangnya
produksi insulin sepenuhnya. Jalannya penyakit diabetis melitus tipe 1
meliputi 5 tahap berikut :
a) Pertama, penderita diabetes memiliki kerentanan genetik terhadap
penyakit ini.
b) Kedua, keadaan lingkungan biasanya memulai proses terjadinya
penyakit pada individu dengan kerentangan genetik. Infeksi virus

33
diyakini sebagai satu mekanisme pemicu, tetapi agen non-infeksius
bisa juga terlibat.
c) Tahap ketiga, rangkaian proses peradangan pankreas atau insulitis.
Monosit atau makrofag dan limfosit T teraktivasi menginfiltrasi sel β
pankreas.
d) Tahap keempat, perubahan atau transformasisel β sehingga tidak lagi
dikenali sebagai “sel sendiri”, tetapi dilihat oleh sistem imun sebagai
“sel asing”
e) Tahap kelima, perkembangan respon imunitas. Hasil ini akhir berupa
perusakan sel β dan penampakan diabetes
b. Diabetes Melitus Tipe 2 (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus
[NIDDM])
Diabetes tipe ini merupakan bentuk diabetes yang paling umum.
Penyebabnya bervariasi mulai dominan resistansi insuline disertai
defisiensi insulin relatif sampai defek sekresiinsulin disertai resistansi
insulin. Penyebab resistansi insulin pada diabetes sebenarnya tidak begitu
jelas, tetapi faktor yang banyak berperan antara lain sebagai berikut
(Aini & Aridiana, 2016) :
a) Kelainan genetik
b) Usia
Umunya manusia mengalami penurunan fisiologi yang secara
dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan
ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas
untuk memproduksi insulin (Aini & Aridiana, 2016).

c) Gaya hidup dan stres.


Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang
cepat saji kaya akan pengawet, gula, lemak. Makanan ini berpengaruh
besar pada kerja pankreas. Stres juga akan meningkatkan kerja
metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang
berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat
pankreas mudah rusak sehingga berdampak pada penurunan insulin
(Aini & Aridiana, 2016).
d) Pola makan yang salah

34
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan
resiko terkena diabetes.
e) Obesitas ( terutama pada abdomen)
Obesitas mengakibatkan sel-sel βpankreas mengalami hipertrofi
sehingga akan berpengaruh pada penurunan prodeksi insulin.
Peningkatan BB 10 kg pada pria dan 8kgpadaq wanita dari batas
normal IMT (indeks masa tubuh) akan meningkatkan risiko DM tipe
2. Selain itu pada obesitas juga terjadi penurunan adiponektin.
Adiponektin adalah gormon yang dihasilkan adiposit, yang berfungsi
untuk memperbaiki sensivitas insulin dengan cara menstimulasi
peningkatan penggunaan glukosa dan oksidasi asam lemak otot dan
hati sehingga kadar trigliserida turun. Penurunan adiponektin
menyebabkan resistensi insulin Adiponektin berkolerasi positif dengan
HDL dan berkolerasi negatif dengan LDL (Aini & Aridiana, 2016).
f) Infeksi
Masuknya bakteri atau virus ke dalam pankreas akan berakibat
rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan
fungsi pankreas.
c. Diabetes Gestasional ( diabetes kehamilan)
Gestational diabetes melitus (GDM) adalah intelerasi glukosa yang
dimulai sejak kehamilan. Gejala utama GDM antara lain poliuri(banyak
kencing), polidipsi (banyak minum), poliphagi (banyak makan). Jika
seorang wanita mengalami kehamilan maka membutuhkan lebih banyak
insulin untuk mempertahankan metabolisme karbohidrat yang normal.
Jika seorang ibu hamil tidak dapt menghasilakan lebih banyak insulin
akan mengalami diabetes. Kadar glukosa darah maternal digambarkan
oleh glukosa darah janin. Pasalnya, glukosa dapat melintasi plasenta
dengan mudah sedangkan insulin tidak dapat melintasi barier plasenta
sehingga kelebihan insulin pada ibu hamil tidak dapat dicerminkan dari
janinnya (Soegondo, 2009).
d. Diabetes tipe khusus
Diabetes tipe khusus merupakan kategori penyakit diabetes dengan
komplikasi lain yang merupakan manifestasi dari diabetes tipe 1 dan

35
diabetes tipe 2. Komplikasi-komplikasi diabetes melitus secara umum
dapat dibagi menjadi 2, yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi
vaskular jangka panjang (Subekti, 2007).
Perbedaan DM Tipe 1 dan Tipe 2

No. Permasalahan DM Tipe-1 DM Tipe-2


1 Awitan usia >40 tahun >40 tahun
2 Habitus tubuh Normal-kurus Gemuk
3 Insulin plasma Rendah-negatif Normal-tinggi
4 Genetik lokus Kromoson 6 Kromoson 11 (tetapi masih
belum jelas dan
dipertanyakan
5 Komplikasi akut Koma Koma heperosmolar non-
ketoasidosis ketotik
6 Terapi insulin Responsif Responsif-resistan
7 Obat oral Tidak responsif Responsif

7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Secara Medis (Soegondo, 2009)
Tujuan utama penatalaksanaan pasien dengan diabetes melitus adalah
mengembalikan konsentrasi glukosa darah menjadi senormal mungkin.
a) Obat antidiabetik oral atau Oral Hypoglikemik Agent (OH)
Jenis obat-obatan antidiabetik oral diantaranya:
1) Sulfonilurea
Obat ini bekerja dengan merangsang beta sel pankreas untuk
melepaskan cadangan insulinnya sehingga produksi insulin
meningkatkan, seperti obat Glibenklamid, Tolbutamid, Klorpropamid.
2) Biguanida
Obat ini bekerja dengan menghambat penyerapan glukosa di usus,
misalnya mitformin, glukkophage.
b) Pemberian hormon insulin

36
Pasien dengan DM tipe 1 tidak mampu memproduksi insulin dalam
tubuhnya, sehingga sangat tergantung pada pemberian insulin.
Berbeda dengan DM tipe II yang tidak tergantung pada insulin, tetapi
memerlukannya sebagai pendukung unruk menurunkan glukosa darah
dalam mempertahankan kehidupan.
Tujuan pemberian insulin adalah meningkatkan transport glukosa ke
dalam sel dan menghambat konversi glikogen dan asam amino
menjadi glukosa. Berdasarkan daya kerjanya insulin dibedakan
menjadi:
1) Insulin dengan masa kerja pendek (2-4 jam) seperti Regular insulin,
actrapid.
2) Insulin dengan masa kerja menengah (6-12 jam) seperti NPH
(Neutral Protamine Hagedorn) insulin, Lente insulin.
3) Insulin dengan masa kerja panjang (18-24 jam) seperti Protamine
zinc insulin dan ultralente insulin.
4) Insulin campuran yaitu kerja cepat dan menengah, misalnya 70%
NPH, 30% regular.
b. Penatalaksanaan Secara Prinsip Perawatan (Tarwoto & dkk, 2011)
Tujuan utama penatalaksanaan prinsip perawatan ini yaitu agar pasien
DM merasa nyaman dan sehat, mencegah atau memperlambat timbulnya
komplikasi, mendidik penderita dalam pengetahuan dan motivasi agar
dapat merawat sendiri penyakitnya sehingga mampu mandiri.
Perencanaan penatalaksanaan DM bersifat individual artinya perlu
dipertimbangkan kebutuhan terhadap umur pasien, gaya hidup,
kebutuhan nutrisi, kematangan, tingkat aktivitas, pekerjaan dan
kemampuan pasien dalam mengontrol gula darah secara mandiri.
a) Managemen diet DM (Damayanti, 2015)
Kontrol nutrisi, diet dan berat badan merupakan dasar penanganan
pasien DM. Tujuan yang paling penting dalam managemen nutrisi dan
diet adalah mengontrol total kebutuhan kalori tubuh, intake yang
dibutuhkan, mencapai kadar serum lipid normal. Komposisi nutrisi
pada diet DM adalah kebutuhan kalori, karbohidrat, lemak, protein
dan serat.
Untuk menentukan status gizi dipakai rumus body mass index (BMI)
atau indeks massa tubuh (IMT) yaitu:

37
BMI atau IMT

1) Kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori bergantung dari berat badan (kurus, ideal,
obesitas), jenis kelamin, usia, aktivitas fisik. Untuk menentukan
jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu:
Berat Badan Ideal = (TB (cm) - 100) – 10%
Misalnya untuk pasien kurus kebutuhan kalori sekitar 2300-2500
kalori, berat badan ideal antara 1700-2100 kalori dan gemuk antara
1300-1500 kalori
2) Kebutuhan karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.
Pembatasan karbihidrat total < 130 g/hari tidak dianjurkan. Sukrosa
tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
3) Kebutuhan lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi. Lemak jenuh <
7% kebutuhan kalori. Lemak tidak jenuh ganda < 10% selebihnya
dari lemak tidak jenuh tunggal.
4) Kebutuhan protein
Dibutuhkan sebesar 10-20% tota asupan energi. Pasien dengan
nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB per
hari atau 10% dari kebutuhan energi.
b) Latihan fisik (Bilous & Donelly, 2014)
Latihan fisik bagi penderita DM sangat dibutuhkan, karena pada saat
latihan fisik energi yang dipakai adalah glukosa dan asam lemak
bebas. Latihan fisik bertujuan :
1) Menurunkan gula darah dengan meningkatkan metabolisme
karbohidrat.
2) Menurunkan dan mempertahankan berat badan normal
3) Meningkatkan sensitifitas insulin
4) Meningkatkan kadar HDL (high density lipoprotein) dan
menurunkan kadar trigliserida.
5) Menurunkan tekanan darah.
Jenis latihan fisik diantaranya adalah olah raga seperti latihan aerobic,
jalan, lari, bersepeda, berenang. Yang perlu diperhatikan dalam latihan
fisik pasien DM adalah frekuensi, identitas, durasi waktu dan jenis

38
latihan. Misalnya pada olahraga sebaiknya secara teratur 3x/minggu,
dengan intensitas 60-70% dari heart rate maximum (220-umur),
lamanya 20-45 menit.
c) Pendidikan kesehatan
Perubahan perilaku sangat dibutuhkan agar mendapatkan hasil
pengelolaan diabetes yang optimal. Supaya perubahan perilaku
berhasil, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan
upayapeningkatan motivasi. Perubahan perilaku bertujuan agar pasien
dengan diabetes dapat menjalani pola hidup sehat. Beberapa
perubahan perilaku yang diharapkan seperti mengikuti pola makan
sehat, meningkatkan kegiatan jasmani, menggunakan obat diabetes
dan obat-obat pada keadaan khusus secara aman dan teratur,
mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana dan mau
bergabung dengan kelompok pasien dengan diabetes, mengajak
keluarga untuk mengerti pegelolaan pasien dengan diabetes, serta
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada (Mubarak,
2015).
d) Monitoring glukosa darah
Pemantauan status metabolik pada pasien diabetes melitus digunakan
untuk menilai manfaat pengobatan dan sebagai pegangan penyesuaian
diet, latian jasmani, dan obat-obatan untuk mencapai kadar glukosa
darah senorma mungkin, terhindar dari keadaan hiperglikemia ataupun
hipoglikemia. Pemeriksaan glukosa darah dapat dilakukan secara
mandiri dengan menggunakan glukometer. Pemeriksaan ini penting
untuk memastikan glukosa darah dalam keadaan stabil (Mubarak,
2015).

8. Pemeriksaan Penunjang
1) Kadar glukosa darah >600 mg%
2) Osmolaritas serum 350 mOsm/kg dan positif lemah
3) Pemeriksaan aseton negatif
4) Hipernatremia
5) Hiperkalemia
6) Azotemia
7) BUN : Kreatinin rasio 30 : 1 (normal 10 : 1)
8) Bikarbonat serum > 17,4 mEq/L (Mubarak, 2015)

39
9. Komplikasi
Komplikasi Diabetes Mellitus menurut Bilous & Donelly (2014), adalah
sebagi berikut :
1) Hiperglikemia
a. Insulin menurun
b. Glukagon meningkat
c. Pemakaian glukosa perifer terhambat
2) Hipoglikemia
a. KGD < 60 mg%
b. Akibat terapi insulin
3) Ketoasidosis Diabetik : insulin menurun, lipolisis, ketonbodi, koma
4) Neuropati Diabetik : kesemutan, lemas, baal, mual, muntah, kembung
5) Nefropati Diabetik : proteinuria
6) Retinopati Diabetik : penglihatan kabur
7) Ulkus/Gangren
8) Kelainan Vaskuler
a. Mikrovaskuler
b. Makrovaskuler

40
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA
I. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
5. Alamat :
6. Komposisi Anggota Keluarga :
Genogram
Keterangan Genogram

7. Tipe Keluarga
Didasari oleh anggota keluarga yang berada dalam satu rumah. Tipe
keluarga dapat dilihat dari komposisi dan genogram dalam keluarga.
8. Latar Belakang Budaya Keluarga
Pengkajian terhadap kultur/kebudayaan keluarga meliputi:
a. Identitas suku bangsa
b. Jaringan sosial keluarga ( kelopok etnis yang sama )
c. Tempat tinggal keluarga
d. Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi dan
pendidikan
e. Bahasa yang digunakan sehari-hari
f. Kebiasaan diit dan berpakaian
g. Dekorasi rumah tangga
h. Porsi komunitas yang lazim bagi keluarga-komplek teritorial
keluarga
i. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi.
j. Negara asal dan berapa lama keluarga tinggal di suatu wilayah.
9. Identifikasi Religius
Meliputi perbedaan keyakinan dalam keluarga, seberapa aktif keluarga
dalam melakukan ibadah keagamaan, kepercayaan dan nilai-nilai agama
yang menjadi fokus dalam kehidupan keluarga.
10. Status Kelas Sosial ( Berdasarkan Pekerjaan, Pendidikan dan
Pendapatan )

41
Hal-hal yang perlu dikaji dalam status sosial ekonomi dan mobilitas
keluarga adalah:
a. Status kelas Sosial
b. Status Ekonomi
c. Mobilitas Kelas Sosial
11. Menggali perasaan anggota keluarga tentang aktifitas rekreasi pada
waktu luang.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan adalah :
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3. Riwayat keluarga Inti.
4. Riwayat keluarga sebelumnya

III. Lingkungan
Pengkajian lingkungan meliputi:
1. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan :
a. Tipe tempat tinggal ( rumah sendiri, apartemen, sewa kamar)
b. Gambaran kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah).
2. Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang Lebih
Luas.
a. Karakteristik fisik dari lingkungan
b. Karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas
c. Pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungan serta fasilitas-
fasilitas umum lainnya
d. Bagimana fasilitas-fasilitas mudah diakses atau dijangkau oleh
keluarga
e. Tersediannya transportasi umum yang dapat digunakan oleh keluarga
dalam mengakses fasilitas yang ada.
f. Insiden kejahatan disekitar lingkungan.
3. Mobilitas geografis keluarga
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5. Sistem pendukung keluarga
IV. Struktur Keluarga
1. Pola dan komunikasi keluarga
2. Struktur kekuatan keluarga
3. Struktur Peran
Mengkaji struktur peran dalam keluarga meliputi :
a. Struktur peran formal
b. Struktur peran informal
c. Analisa Model Peran

42
d. Variabel-variabel yang mempengaruhi struktur peran
e. Nilai-Nilai Keluarga

V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Pengkajian fungsi afektif meliputi :
a. Pola kebutuhan keluarga
b. Saling memperhatikan dan keakraban dalam keluarga
c. Keterpisahan dan Keterikatan dalam keluarga
2. Fungsi sosialisasi
Pengkajian fungsi sosialisasi meliputi :
a. Praktik dalam membesarkan anak meliputi
b. Penerima tanggung jawab dalam membesarkan anak
c. Bagaimana anak dihargai dalam keluarga
d. Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola membesarkan anak
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan anak
f. Identifikasi apakah keluarga beresiko tinggimendapat masalah dalam
membesarkan anak
g. Sejauh mana lingkungan rumah cocok dengan perkembangan anak.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan

VI. Stress dan koping keluarga


Pengkajian koping keluarga meliputi :
1. Stressor-stressor jangka panjang dan jangka pendek yang dialami oleh
keluarga
2. Tindakan obyektif dan realistis keluarga terhadap stressor yang dihadapi.
3. Sejauh mana keluarga bereaksi terhadap stressor
4. Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan oleh keluarga.

VII. Pemeriksaan Fisik


1. Penampilan umum
a. Tahap perkembangan
b. Jenis kelamin
c. Cara berpakaian
d. Kebersihan personal
e. Postur dan cara berjalan
f. Bentuk dan ukuran tubuh
2. Status mental dan cara berbicara
a. Status emosi
b. Tingkat kecerdasan
c. Orientasi
d. Proses berpikir
e. Gaya/cara bicara
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah

43
b. Nadi
c. Suhu
d. respirasi
4. Pemeriksaan kulit
5. Pemeriksaan kuku
6. Pemeriksaan kepala
7. Pemeriksaan muka
8. Pemeriksaan mata
9. Pemeriksaan telinga
10. Pemeriksaan hidung dan sinus
11. Pemeriksaan mulut dan tenggorokan
12. Pemeriksaan leher
13. Pemeriksaan system pernapasan
14. Pemeriksaan system kardiovaskuler
15. Pemeriksaan payudara dan aksila
16. Pemeriksaan abdomen
17. Pemeriksaan ektremitas atas
18. Pemeriksaan ekstremitas bawah

VIII. Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Terhadap masalah kesehatannya
2. Terhadap petugas kesehatan yang ada

44
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Rencana Intervensi Rasional
1. Domain 2 : Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (1400) Manajemen Nutrisi (1400)
Kelas 1 keperawatan selama ... x 24 jam
1. Kaji adanya alergi makanan 1. Mengetahui alergi klien dapat
Kode Diagnosis : 00002 masalah ketidakseimbangan 2. Berikan informasi tentang
menghindari makanan yang
Ketidakseimbangan Nutrisi nutrisi kurang dari kebutuhan kebutuhan nutrisi
dapat membuat klien alergi.
Kurang dari Kebutuhan tubuh berhubungan dengan 3. Berikan makanan yang terpilih 2. Informasi yang tepat tentang
Tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan makan dapat (sudah dikonsultasikan dengan
kebutuhan nutrisi klien dapat
KetidakmampuanMakan teratasi dengan kriteria hasil : ahli gizi)
mengatur pola makan dalam
4. Monitor jumlah nutrisi dan
pemenuhan kebutuhan nutrisi
Status Nutrisi (1004) kandungan kalori
5. Kolaborasi dengan ahli gizi klien.
1. Intake nutrisi normal 3. Makanan yang terpilih yang
menentukan kebutuhan jumlah
2. Intake makanan dan cairan sudan dikonsulkan dengan ahli
kalori
normal gizi dapat membantu
Pemantauan Nutrisi (1160)
Status Nutrisi : Asupan meningkatkan selera makan
Nutrisi (1008) 1. Monitor adanya penurunan klien dan menjaga klien dalam
berat badan memilih makanan yang
1. Asupan makanan oral 2. Monitor mual dan muntah
Status Gizi : Nilai Gizi (1008) 3. Monitor kalori dan intake disukai.
4. Pemantauan jumlah nutrisi dan
nutrisi
1. Intake kalori

45
2. Intake protein 4. Monitor turgor kulit kandungan kalori dapat
3. Intake karbohidrat 5. Ajarkan pada keluarga cara
meningkatkan jumlah nutrisi
4. Intake vitamin
memberikan makanan yang baik
5. Intake mineral dan kandungan kalori yang
6. Intake zat besi dan benar kepada lansia
dibutuhkan klien.
7. Intake kalsium
5. Pemilihan makanan yang
sesuai dengan jumlah nutrisi
yang dibutuhkan tubuh dapat
mengurangi tingkat
kekurangan nutrisi tubuh
Pemantauan Nutrisi (1160)

1. Memonitor penurunan berat


badan melihat sebera jauh
klien mengalami kekurangan
nutrisi
2. Mual dan muntah dapat
mempengaruhi nutrisi yang
masuk ketubuh dan
mengakibatkan selera makan
berkurang.
3. Memonitor kalori dan intake
nutrisi yang masuk bertujuan

46
mengetahui nutrisi dan kalori
yang terserap dan masuk
kedalam tubuh klien.
4. Memonitor turgor kulih
bertujuan mengetahui
kekurangan cairan dan nutrisi
5. Dengan makan yang baik dan
benar lansia mendapatkan
nutrisi yang cukup dan
terhindar dari gangguan nutrisi
pada tubuh serta dukungan
yang penuh kepada lansia agar
tetap mendapatkan nutrisi dan
tetap sehat.

47
Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
2. Domain: 11 Setelah diberikan asuhan Immune Status 1. Memantau adanya tanda dan
Kelas: 1 
keperawatan selama … x24 jam Knowledge : Infection control gejala pada area lokal
2. Memantau jumlah sel darah
Kode Diagnosis: 00004 
diharapkan resiko infeksi teratasi Risk control (6540)
putih dalam darah
Resiko infeksi ditandai dengan kriteria hasil : 1. Monitor tanda dan gejala
3. Jika terjadi luka dilakukan
dengan prosedur invasif NOC infeksi sistemik dan lokal
perawatan agar tidak terjadi
2. Monitor hitung WBC
 Immune Status
3. Berikan perawatan kulit pada infeksi
 Knowledge : Infection control 4. Memantau keadaan kulit
area epidema
 Risk control (0702) 4. Inspeksi kulit dan membran adanya tanda-tanda infeksi
5. Mengajarkan agar tanda dan
mukosa terhadap kemerahan,
gejala infeksi dapat diketahui
Kriteria Hasil: panas, drainase
6. Mencegah dan mengobati
5. Ajarkan pasien dan keluarga
1. Klien bebas dari tanda dan
adanya infeksi
tanda dan gejala infeksi
gejala infeksi
6. Kolaborasi dengan dokter
2. Mendeskripsikan proses
untuk pemberian antibiotik
penularan penyakit, faktor
yang mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaannya
3. Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya

48
infeksi
4. Jumlah leukosit dalam batas
normal
5. Menunjukkan perilaku hidup
sehat

Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
3. Domain: 5 Setelah dilakukan tindakan NIC 1. Memberikan penilaian terhadap
Kelas: 4 keperawatan selama 1x30 menit pengetahuan pasien agar mudah

49
Kode diagnosis:1980 masalah defisiensi pengetahuan Pendidikan kesehatan (5510) memahami
2. Menjelaskan proses terjadinya
Defisiensi Pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. Berikan penilaian tentang tingkat penyakit dengan jelas
Pendidikan Kesehatan (1855)
pengetahuan pasien tentang proses 3. Memberikan pemahaman tentang
Kriteria Hasil :
penyakit yang spesifik tanda dan gejala penyakit
1. Pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit 4. Menyediakan informasi terkait
menyatakan pemahaman dan bagaimana hal ini berhubungan perkembangan kondisi
5. Untuk mencegah komplikasi
tentang penyakit, kondisi, dengan anatomi dan fisiologi,
dimasa yang akan datang dan ata
prognosis, dan program dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang proses pengontrolan penyakit.
pengobatan
2. Pasien dan keluarga mampu biasa muncul pada penyakit, dengan
melaksakan prosedur yang cara yang tepat
dijelaskan secara benar 4. Sediakan informasi pada pasien
3. Pasien dan keluarga mampu tentang kondisi, dengan cara yang
menjelaskan kembali apa yang tepat
dijelaskan perawat/tim 5. Diskusikan perubahan gaya hidup

kesehatan lainnya yang mungkin diperlukan

Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

4 Domain: 1 Promosi Setelah dilakukan 3x kunjungan, Keluarga mampu mengenal masalah: 1. Agar keluarga paham tentang

50
Kesehatan masalah ketidakefektifan fisiologis dan perubahan gaya hidup: proses penyakit yang dialami
Kelas: 2 pemeliharaan kesehatan dapat oleh keluarganya
1. Pendidikan kesehatan pengajaran 2. Agar keluarga paham tentang
Kode Diagnosis: 00188 ditingkatkan, keluarga mampu
proses penyakit yang dialaminya diet yang tepat sesuai dengan
Ketidakefektifan mengenal masalah tentang
(5510) kondisi penyakit anggota
pemeliharaan kesehatan pengetahuan kesehatan dan perilaku 2. Pendidikan proses penyakit (5602)
3. Pendidikan tentang diet yang tepat keluarganya.
pada penyakit DM dengan kriteria hasil:
3. Agar seluruh anggota keluarga
(5614)
1. Mengetahui tentang 4. Pendidikan tentang pengobatan paham tentang pengobatan yang
pengaturan diet (1802) (5616) benar dan tepat untuk penyakit
2. Mengetahui manajemen yang diderita anggota
perawatan DM (1831) keluarganya.

Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

4. Domain: Promosi Kesehatan Setelah dilakukan 3x kunjungan, Klien mengenal masalah 1. Agar keluarga paham
masalah ketidakpatuhan tentang ketidakpatuha diit DM: tentang proses penyakit
Kelas: Health Promotion
pencegahan komplikasi DM, yang dialami oleh
1. Mendiskusikan dengan
Kode Diagnosis: 10023452 kesehatan dapat ditingkatkan, keluarganya
klien tentang diet bagi 2. Agar keluarga paham
Ketidakpatuhan tentang keluarga dan klien mampu mengenal
penderita DM tentang diet yang tepat

51
pencegahan komplikasi DM masalah tentang pengetahuan 2. Anjurkan kembali sesuai dengan kondisi
kesehatan dan perilaku mengulang tentang hal penyakit anggota
yang telah disampaikan. keluarganya.
3. Beri pujian atas usaha 3. Agar seluruh anggota
yang telah dilakukan keluarga paham tentang
dalam mengungkapkan pengobatan yang benar dan
masalah. tepat untuk penyakit yang
diderita anggota
keluarganya.
Mengambil keputusan
tentang ketidakpatuhan:

1. Menjelaskan manfaat diet


2. Beri pujian atas keputusan
yang diambil klien.

Klien mampu dan mau


melakukan diet dengan
benar:

1. Jelaskan tentang makanan


yang boleh atau tidak
boleh dimakan.

52
2. Anjurkan klien
mengulang hal yang telah
disampaikan
3. Beri pujian atas hal yang
telah dilakukan.

Klien mampu memodifikasi


lingkungan:

1. Jelaskan peran keluarga


dalam memotivasi klien
untuk menaati diet.
2. Libatkan keluarga dalam
melakukan pengawasan
terhadap diet.
3. Beri pujian atas usaha
yang dilakukan.

Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan:

53
1. Memotivasi keluarga
untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatan.
2. Beri pujian atas usaha
yang dilakukan

54
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. M
b. Nama Klien
: Ny. G
c. Usia
d. Agama : 64 tahun
e. Suku Bangsa
: Islam
f. Pendidikan
g. Pekerjaan : Jawa
h. Alamat
: SD
i. Komposisi Keluarga
: Buruh lepas harian
: Pajangan, Bantul
:
No. Nama L/P Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaan
dengan KK
1. Ny. G P Istri 64 th SD Buruh lepas
harian
2. Sdr R L Anak 32 th SLTA Karyawan
swasta
3. Sdr. L L Anak 26 th SLTA Karyawan
swasta

55
j. Genogram

Keterangan
: Laki-laki sudah meninggal
: Perempuan sudah meninggal

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Garis keturunan

56
: Tinggal serumah

k. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn. M adalah keluarga Nuclear Family (Keluarga Inti)
yang terdiri dari Tn. M, Ny. G, Sdr R dan Sdr L. Tn. M sebagai kepala
keluarga, Ny. G sebagai istri, Sdr R dan Sdr L sebagai anak.

l. Status Sosial Ekonomi Keluarga


Keluarga Tn. M merupakan keluarga dengan status menengah kebawah
dimana kedua anaknya Sdr R dan Sdr L mencari nafkah untuk membantu
biaya hidup sehari-hari di keluarga Tn M.
m. Aktivitas Rekreasi Keluarga Keluarga
Tn. M jarang melakukan rekreasi ditempat-tempat wisata. Biasanya saat
waktu senggang keluarga Tn. M lebih suka menonton televisi dirumah
sebagai hiburannya.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan adalah
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga dengan tiga orang anak, anak pertama perempuan usia 35 tahun
sudah menikah dan berkeluarga, anak kedua laki-laki usia 30 tahun dan
anak ketiga laki-laki usia 25 tahun. Keluarga Tn. M berada tahap
perkembangan keluarga dengan anak dewasa.
b. Tahap perkembangan keluarga
Tahap keluarga Tn. M yang belum terpenuhi adalah kebutuhan untuk
memenuhi diusia lanjut seperti : melihat kedua anak laki- lakinya
berkeluarga atau menikah
c. Riwayat Keluarga Inti
1) Tn. M mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi, Diabetes Mellitus
dan Asma. Penyakit yang diderita seperti batuk, masuk angin, pegal
pegal dan flu.

57
2) Ny. G mengatakan menderita Diabetes Mellitus yang diketahui sejak
satu tahun yang lalu. Ny. G tidak mengetahui tentang riwayat kedua
orang tuanya yang memiliki riwayat Diabetes Mellitus. Ny. G
mengatakan suka makan nasi banyak dari pada sayurnya dan suka
minum manis, jika makan nasi sedikit Ny. G akan merasakan lapar.
3) Sdr R mengatakan sakit hanya batuk, pusing dan flu.
4) Sdr L mengatakan sakit hanya flu dan batuk .

d. Riwayat keluarga sebelumnya


Ny.G mengatakan dari kedua orang tuanya tidak memiliki riwayat Diabetes
Mellitus. Kedua anak laki-laki Tn. M dan Ny. G pernah mengalami depresi
dan bingung kadang sering marah-marah, tetapi semenjak 6 bulan yang lalu
melakukan pengobatan di RSJ Sdr. R dan Sdr. L sudah merasa tenang dan
sekarang kembali bekerja.
3. Lingkungan
Pengkajian lingkungan meliputi
a. Karakteristik rumah
1) Denah Rumah (Gambarkan)

Kamar 2 U

Dapur

wc
Kamar 1

2) Keadaan lingkungan dalam rumah


a) Penerangan Penerangan didalam rumah kurang
b) Luas lantai Lantai terbuat dari semen, setiap ruangan luasnya 3x2
meter.

58
c) Ventilasi Hanya terdapar ventilasi kecil berukuran 60x 30 cm pada
bagian atas pintu disetiap ruangan.
d) Keadaan dapur Dapur tampak kurang rapi dan kurang tertata. Klien
masak menggunakan kompor gas.
e) Kebersihan Kebersihan dalam rumah kurang rapi dan tertata.
3) Keadaan lingkungan di luar rumah
a) Pemanfaatan halaman Rumah Tn. M tidak memiliki halaman maupun
pekarangan rumah
b) Sumber air minum Sumber air minum berasal dari sumur
c) Pembuangan air kotor rumah tangga: Pembungan air kotor rumah
tangga yaitu langsung ke gorong gorong pembuangan limbah yang
disediakan kampung.
d) Pembuangan sampalh Tn. M mengatakan membuang sampah pada
tempat pembuangan akhir yang sudah disediakan kampung, tetapi
sebelum dibuang ke pembuangan akhir sementara menggunakan bak
sampah kecil atau plastik sebagai tempat pembuangan sementara.
e) Jamban Kamar mandi Tn. M mengunakan jamban leher angsa atau
jamban jongkok
f) Sanitasi Sanitasi fasilitas kampung, jika ada air limbah seperti air
bekas cucian dapur, dan kamar mandi dialirkan ke gorong-gorong
yang disediakan kampung.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas Keluarga
Tn. M bertetangga dengan keluarga yang bekerja sebagai pedagang,w
iraswasta dan buruh. Tetangga Tn. M rata-rata islam dan bersuku jawa.
Tempat tinggal saling berdekatan dan berkomunikasi dengan baik.
c. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Masyarakat yang berada disekitar lingkungan rumah Tn. M rata-
rata bekerja sebagai pedagang, wiraswasta, dan buruh. Dengan sosial
menengah kebawah.Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn. M cukup aktif mengikuti kegiatan kerja bakti yang diadakan
dimasyarakat

59
d. Sistem pendukung keluarga Jumlah anggota keluarga Tn. M di rumah
sebanyak 4 orang. Tn. M, Sdr R, dan Sdr L dalam keadaan sehat namun
hanya Ny. G yang memiliki penyakit Diabetes Millitus. Jaminan kesehatan
yang dimiliki Tn. M dan Ny. G yaitu Kartu Indonesia Sehat (KIS).

4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi
Keluarga Tn. M melakukan komunikasi cukup terbuka dan menggunakan
bahasa jawa untuk berkomunikasi sehari-hari.
b. Struktur kekuatan Keluarga
Tn. M dalam mengambil keputusan dengan musyawarah dan biasanya
pengambil keputusan terakhir diambil oleh Tn. M
c. Struktur peran formal dan informal
1) Tn. M Peran Formal Sebagai kepala keluarga, suami,ayah, mertua dan
kakek. Peran informal Cukup aktif dalam perkumpulan dimasyarakat.
2) Ny. G Peran Formal Sebagai istri, ibu, mertua dan nenek. Peran Informal
Mengikuti perkumpulan arisan ibu-ibu dimasyarakat dan pengajian
3) Sdr R Peran Formal Sebagai Anak. Peran Informal Cukup aktif
mengikuti perkumpulan pemuda- pemudi.
4) Sdr L Peran Formal : Sebagai Anak Peran Informal Kurang aktif
mengikuti perkumpulan pemuda- pemudi.
d. Nilai dan Norma
Keluarga Tn. M menganut nilai dan norma jawa. Keluarga Tn. M
menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim. Keluarga menghormati
dan menghargai satu sama lain. Keluarga Tn. M tidak ada norma maupun
nilai tertentu yang dianutnya. Jika ada yang sakit langsung dibawa ke
pelayanan kesehatan atau puskesmas.

60
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologis
1) Keadaan Umum Anggota keluarga Tn. M dalam keadaan sehat tetapi Ny.
G memiliki sakit Diabetes Mellitus yang diketahui satu tahun yang lalu.
2) Kebersihan perorangan
a) Tn. M
Tampak cukup rapi dan cukup bersih, mandi rutin dua kali schari.
b) Ny. G
Tampak cukup rapi dan cukup bersih, mandi rutin dua kali sehari.
c) Sdr R
Tampak rapi dan bersih, mandi rutin dua kali sehari.
d) Sdr L
Tampak rapi dan bersih, mandi rutin dua kali sehari.
3) Penyakit yang pernah derita Keluarga
Th. M tidak permah mengalami penyakit yang serius, sakit yang dialami
seperti : flu, batuk, pusing, dan masuk angin. Namun hanya Ny. G
memiliki Diabetes Mellitus yang diketahui satu tahun yang lalu.
4) Penyakit keturunan
Keluarga Tn. M orang tuanya tidak ada yang memiliki riwayat sakit
seperti Diabetes Mellitus.Asma, dan Hipertensi. Dari keluarga Ny. G dan
Ny. G kurang mengetahui jika orang tuanya jika memiliki sakit Diabetes
Mellitus, namun tidak ada memiliki Asma dan Hipertensi
5) Penyakit kronis/menular
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit menular. Namun Ny.
G memiliki sakit Diabetes Mellitus sejak satu tahun yang lalu.
6) Kecacatan Keluarga
Tn. M tidak ada anggota keluarga yang memiliki kelainan maupun
kecacatan.
7) Pola makan
Keluarga Tn. M biasanya makan tiga kali sehari menggunakan nasi, lauk
pauk seperti tahu, temped an sayur-sayuran seperti bayam, kubis, kacang

61
kacangan, terong dan lain-lain. Keluarga makan menggunakan sendok
terkadang menggunakan tangan
8) Pola istirahat
a) Tn. M mengatakan tidur malam selama 5-6 jam
b) Ny. G mengatakan jika pekerjaan rumah sudah selesai dan merasa
lelah maka Ny. G akan tidur siang 1-2 jam dan jika tidur malam
selama 6-7 jam
c) Sdr R mengatakan jika siang hari tidur siang kadang selama 2 jam dan
saat malam hari 4-5 jam bekerja pada malam hari sebagai tukang
parkir Sdr L mengatakan jika tidur malam hari selama 6 jam

b. Fungsi Psikologis
1) Keadaaan log Ny. G bilang kadang bertengkar dengan Tn. M tetapi jika
bertengkar tidak terlalu lama
2) Kebiasaan buruk Ny. G saat sedang marah kadang lebih suka diam
dengan Tn. M namun tidak terlalu lama
3) Pengambilan keputusan keluarga
Tn. R Mengambil keputusan lebih sering dari yang dilakukan oleh Tn. M
4) Ketergantungan obat / bahan Keluarga
Tn. M tidak menggunakan obat yang tergantung, tetapi Ny. G yang
memiliki Diabetes Militus rajin mengkonsumsi obat Metformin 3x sehari
/ 8jam (Lisan)
5) Mencari pelayanan kesehatan Jika ada anggota keluarga Sakit pusing,
masuk angin, batuk, biasanya langsung memeriksakan ke puskesmas.

c. Fungsi Sosial
1) Tingkat Pendidikan
a) Ny. G SD
b) Sdr.R SLTA
c) Sdr.L SLTA
2) Hubungan internal keluarga

62
Ny. G mengatakan hubungan antar keluarga baik
3) Hubungan dengan orang lain
Ny. G mengatakan hubungan dengan orang lain, saudara, dan tetangga
cukup baik
4) Kegiatan organisasi sosial
Kegiatan Tn. M cukup aktif dalam organisasi dimasyarakat dan Ny. G
masih mengikuti arisan di wilayahnya.
d. Fungsi Spiritual
1) Kegiatan beribadah Keluarga Tn. M beragama islam, sholat dengan rutin.
Ny. G sholat lima waktu di masjid.
2) Keyakinan kesehatan Keluarga Tn. M dan Ny. Terima kasih semoga
keluarga selalu diberikan kesehatan.

e. Fungsi Kultural
1) Pengambilan keputusan
Tn. M Sebagai kepala keluarga yang sering mengambil keputusan dalam
masalah yang dikeluarga.
2) Adat yang berdampak terhadap kesehatan
Ny. G mengatakan tidak ada adat yang mengikat terhadap kesehatan
ikatan
3) Tabu
Ny. G bilang tidak mempercayai hal-hal tabu

f. Fungsi Reproduksi
Ny. G memiliki tiga orang anak dan pernah menggunakan KB IUD, saat ini
Ny. G pindah masa menopause.

g. Fungsi Ekonomi
1) Tulang punggung. Pada keluarga Tn. M yang bekerja sebagai tulang
punggung keluarga adalah Sdr R dan Sdr L yang bekerja membantu
mencari nafkah.

63
2) Penghasilan / Pendapatan keluarga. Ny. G mengatakan berbicara tidak
menentu yang cukup penting memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3) Status ekonomi keluarga Tn. M termasuk dalam anggota keluarga dengan
status ekonomi menengah kebawah.

h. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga


1) Mengenal masalah kesehatan keluarga Tn. M dan anggota keluarga yaitu
anak-anak mengetahui jika Ny. G memiliki Diabetes Mellitus tetapi
belum mengerti tentang Diabetes Mellitus dan cara perawatannnya.
2) Mengenai keputusan tentang tindakan keschatan yang tepat Saat Ny.
Segera dibawa ke puskesmas.
3) Merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan Ny. W
dalam melakukan perawatan terhadap sakitnya dilakukan oleh seadanya.
4) Modifikasi Lingkungan fisik dan psikologis Ny. W berpergian
menggunakan sandal jepit.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar keluarga Jika Ny.
Sakit akan meminta obat ke puskesmas.

i. Stress dan Koping Keluarga


1) Stressor jangka pendek Ny. G bilang pusing hilang timbul
2) Stressor jangka panjang Ny. G kawatir jika kadar gula meningkat.
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah Jika ada masalah yang
serius musyawarah mencari jalan keluarnya.
4) Strategi adaptasi disfungsional Keluarga jika ada masalah musyawarah
dan jika mengambil keputusan lebih sering Tn. M

64
65
PEMERIKSAAN FISIK

NO PEMERIKSAAN Ny. G Tn. M Sdr. R Sdr. L


1 Penampilan Umum
a. Tahap perkembangan Dewasa akhir Dewasa akhir Dewasa awal Dewasa awal
b. Jenis kelamin P L L L
c. Cara berpakaian Sopan dan cukup rapi Sopan dan cukup rai Sopan dan rapi Sopan dan rapi
d. Kebersihan personal Mandi 2x sehari, bersih Mandi 2x sehari, bersih Mandi 2x sehari, bersih Mandi 2x sehari, bersih
e. Postur dan cara berjalan Cara berjalan tegap dan Cara berjalan tegap Cara berjalan tegap Cara berjalan tegap
ideal
f. Bentuk an ukuran tubuh Tinggi 140 cm, BB 49 Kg Tinggi 155 cm, BB 50 Kg Tinggi 170 cm, BB 60 Kg Tinggi 165 cm, BB 55 Kg
2. Status mental dan cara berbicara
a. Status emosi Cukup Baik Baik Baik
b. Tingkat kecerdasan Sedang Sedang Sedang Sedang
c. Orientasi Baik Baik Baik Baik
d. Proses berpikir wajar wajar Wajar Wajar
e. Gaya/cara berbicara Santun dengan bahasa Santun dengan bahasa jawa Santun dengan bahasa Santun dengan bahasa
jawa indonesia indonesia
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah 120/80 mmHg 130/80 mmHg 110/70 mmHg 120/80 mmHg
b. Nadi 80 x/menit 80 x/menit 75 x/menit 85 x/menit
c. Suhu 36,6ºC 36,8ºC 36,7ºC 36,8ºC
d. Respirasi 21 x/menit 21 x/menit 21 x/menit 21 x/menit
4. Pemerksaan kulit
a. Inspeksi Warna kulit sawo matang, Warna kulit sawo matang, Warna kulit sawo matang, Warna kulit sawo matang,
tidak ada luka lesi, tidak ada lesi, tampak tidak ada lesi tidak ada lesi
tampak keriput keriput
b. Palpasi Teraba dingin dan tidak Teraba hangat dan tidak ada Teraba hangat tidak ada Teraba hangat, tidak ada
ada nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan

66
5. Pemeriksaan kuku
a. Inspeksi Kuku bersih, dan simetris Kuku bersih dan simetris Kuku bersih dan simetris Kuku bersih dan simetris
b. Palpasi CRT < 2 detik CRT < 2 detik CRT < 2 detik CRT < 2 detik
6. Pemeriksaan kepala
a. Inspeksi Simetris rambut berwarna Simetris, rambut berwarna Simetris, rambut berwarna Simetris, rambut berwarna
putih, tidak ada ketombe putih, tidak ada ketombe hitam, tidak ketombe hitam, tidak ketombe
b. Palpasi Merasakan benda tumpul Merasakan benda tumpul Merasakan benda tumpul Merasakan benda tumpul
dan tajam : baik dan tajam : baik dan tajam : baik dan tajam : baik
7. Pemeriksaan muka
a. Inspeksi Bentuk muka : simetris Bentuk muka : simetris Bentuk muka : simetris Bentuk muka simetris
b. Palpasi Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan
8. Pemeriksaan mata
a. Inspeksi Konjungtiva tidak terlihat Konjungtiva tidak terlihat Konjungtiva tidak terlihat Konjungtiva tidak terlihat
anemis anemis anemis anemis
b. Palpasi Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan
c. Tes lapang pandang Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa
9. Pemeriksaan telinga
a. Inseksi Daun telinga simetris Daun telinga simetris Daun telinga simetris Daun telinga simetris
kanan/kiri, tidak terdapat kanan/kiri, tidak terdapat kanan/kiri, tidak terdapat kanan/kiri, tidak terdapat
serumen, tamak cukup serumen, tampak cukup serumen, tampak cukup serumen, tampak cukup
bersih bersih bersih bersih
b. Palpasi Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan
c. Tes penciuman Mendengar dengan cukup Mendengar dengan baik Mendengar dengan baik Mendengar dengan baik
baik
10. Pemeriksaan hidung dan sinus
a. Inspeksi Bentuk hidung simetris, Bentuk hidung simetris, Bentuk hidung simetris, Bentuk hidung simetris,
warna kulit sama seperti warna kulit sama seperti warna kulit sama seperti warna kulit sama seperti
warna disekitarnya warna disekitarnya warna disekitarnya warna disekitarnya
b. Palpasi Tidak ada pembengkakan Tidak ada pembengkakan Tidak ada pembengkakan Tidak ada pembekakan
c. Tes penciuman Baik Baik Baik baik

67
11. Pemeriksaan mulut dan tenggorokan
a. Inspeksi Bibir simetris, mukosa Bibir simetris, mukosa Bibir simetris, mukosa Bibir simetris, mukosa
lembab, lidah simetris, lembab, lidah simetris, dan lembab, lidah simetris, dan lembab, lidah simetris, dan
dan tidak pucat tidak pucat tidak pucat tidak pucat
b. Palpasi Tidak ada pembengkakan Tidak ada pembengkakan Tidak ada pembengkakan Tidak ada pembengkakan
c. Tes rasa Baik Baik Baik Baik
12. Pemeriksaan leher
a. Inspeksi Bentuk leher simetris Bentuk leher simetris Bentuk leher simetris Bentuk leher simetris
b. Palpasi Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid
c. Tes ROM Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan
gerak gerak gerak gerak
13. Pemeriksaan sistem pernafasn
a. Inspeksi Bentuk dada simetris, Bentuk dada simetris, Bentuk dada simetris, Bentuk dada simetris,
pengembangan dada pengembangan dada pengembangan dada pengembangan dada
kanan/kiri sama kanan/kiri sama makanan/kiri sama makanan/kiri sama
b. Palpasi Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi Terdengar sonor Terdengar sonor Terdengar sonor Terdengar sonor
d. Auskultasi Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa
14. Pemeriksaan sistem kardiovaskuler
a. Inpeksi Bentuk dada simetris Bentuk dada simetris Bentuk dada simetris Bentuk dada simetris
b. Palpasi Tidak teraba nyeri tekan Tidak teraba nyeri tekan Tidak teraba nyeri tekan Tidak teraba nyeri tekan
c. Perkusi Redup Redup Redup Redup
d. Auskultasi Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa
15. Pemeriksaan payudara dan aksila
a. Inseksi Bentuk dada simetris Bentuk dada simetris, Bentuk dada simetris, Bentuk dada simetris,
puting tepat pada berada puting tepat pada berada puting tepat pada berada
ditengah ditengah ditengah
b. Palpasi Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan

68
16. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi Perut datar dan warna Perut datar dan warna sama Perut datar dan warna sama Perut datar dan warna sama
sama dengan kulit dengan kulit lainnya, tidak dengan kulit lainnya, tidak dengan kulit lainnya, tidak
lainnya, tidak ada lebam ada lebam ada lebam ada lebam
b. Palpasi Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi Suara timpani Suara timpani Suara timpani Suara timpani
d. Auskultasi Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tidak diperiksa
17. Pemeriksaan ekstermitas atas
a. Bahu Bahu simetris, warna Bahu simetris, warna Bahu simetris, warna Bahu simetris, warna
dengan kulit lainnya dengan kulit lainnya sama, dengan kulit lainnya sama, dengan kulit lainnya sama,
sama, mengangkat beban mengangkat beban dan mengangkat beban dan mengangkat beban dan
dan menahan beban baik menahan beban baik menahan beban baik menahan beban baik
b. Siku Tidak ada kelainan bisep Tidak ada kelainan bisep Tidak ada kelainan bisep Tidak ada kelainan bisep
dan trisep dan trisep dan trisep dan trisep
c. Pergelangan dan telapak Pergerakan pergelangan Pergerakan pergelangan Pergerakan pergelangan Pergerakan pergelangan
tangan normal, jari-jari tangan normal, jari-jari tangan normal, jari-jari tangan normal, jari-jari tangan
normal normal normal normal
18. Pemeriksaan ekstermitas bawah
a. Panggul Tidak ada kelainan bentuk Tidak ada kelainan bentuk Tidak ada kelainan bentuk Tidak ada kelainan bentuk
panggul panggul panggul panggul
b. Lutut Refleks patella normal Refleks patella normal Refleks patella normal Refleks patella normal
c. Pergelangan dan telapak Pergerakan pergelangan Pergerakan pergelangan Pergerakan pergelangan Pergerakan pergelangan
kaki normal, jari-jari tangan normal, jari-jari tangan normal, jari-jari tangan normal, jari-jari tangan
normal normal normal normal

69
j. Harapan keluarga
1. Persepsi terhadap masalah
Ny. G mengatakan agar keluarganya selalu dalam keadaan sehat.
2. Harapan terhadap masalah
Harapan keluarga Tn. M terhadap pelayanan dan petugas kesehatan yaitu
selalu diberikan informasi tentang penyakit terutama yang berhubungan
dengan diabetes mellitus pada Ny. G. Petugas kesehatan sudah baik dan agar
selalu mempertahankan pelayanan, maupun kualitas kesehatan masyarakat.

ANALISA DATA

70
No Data Masalah
1. Data subyektif : Ketidakefektifan
Ny. G mengatakan : pemeliharaan kesehatan
a. Mengetahui tentang penyakit yag ada Ny.G yang menderita
dideritanya yaitu diabetes melitus Diabetes Melitus
yang diketahui sejak satu tahun yang
lalu.
b. Sering buang air kecil pada malam
hari, merasa haus dan merasa lapar.
Data obyektif :
a. GDS : 507 mg/dl (sewaktu)
b. Pasien tampak bingung saat bicara
2. Data subyektif : Ketidakpatuhan Ny. G
Ny. G mengatakan : tentang mencegah
a. Suka makan makanan manis komplikasi Diabetes
b. Jika sering makan manis tidak baik Melitus
tetapi sering lupa
c. Makan nasi banyak
Data obyektif :
Ny. G tampak makan dengan porsi nasi yan
banyak

SKORING MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA

71
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan ada Ny. G yang menderita
penyakit Diabetes Mellitus.

Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran


Sifat masalah 1 3/3 x 1 Keluarga Tn. M belum
Aktual (3) mengetahui tentang
Risiko (2) penyebab komplikasi
Potensial (1) diabetes mellitus
Kemungkinan 2 ½x2 Pendidikan kesehatan
diubah komplikasi diabetes
Mudah (2) mellitus lebih bisa
Sebagian (1) dicegah karena
Tidak dapat (0) keikutsertaan keluarga
Tn. M dalam
mengawasi dan
membantu klien besar
keinginan keluarga
mengetahui tentang
penyakit diabetes
mellitus.
Kemungkinan 1 2/3 x 1 Masalah dirasakan
dicegah cukup lama dan sudah
Tinggi (3) memanfaatkan fasilitas
Cukup (2) kesehatan
Rendah (1)
Menonjolnya 1 2/2 x 1 Keluarga menginginkan
masalah masalah dapat
Segera (2) dituntaskan supaya Ny.
Tidak perlu (1) G dapat segera sembuh
Tidak dirasakan (0) dari sakitnya
Total 3 2/3

SKORING MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA

72
Ketidakpatuhan Ny. G tentang pencegahan komplikasi Diabetes Mellitus
Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
Sifat masalah 1 1/3 x 1 Ny. G mengetahui
Aktual (3) tentang makanan
Risiko (2) yang tidak boleh
Potensial (1) dikonsumsi
maupun
mengurangi bagi
penderita diabetes
mellitus seperti
mengurangi manis-
manis
Kemungkinan 2 2/2 x 2 Jika ada kemauan
diubah dan motivasi dari
Mudah (2) Ny. G dan keluarga
Sebagian (1) dalam engawasan
Tidak dapat (0) diit makanan dapat
meminimalkan
komplikasi
diabetes mellitus
Kemungkinan 1 2/3 x 1 Ny. G mengetahui
dicegah tentang makanan
Tinggi (3) yang dianjurkan
Cukup (2) bagi penderita
Rendah (1) diabetes mellitus.
Jika taat dilakukan
maka komplikasi
pada diabetes
mellitus dapat
dikontrol
Menonjol masalah 1 ½x1 Masalah hanya
Segera (2) perlu penanganan
Tidak perlu (1) supaya Ny. G
Tidak dirasakan (0) termotivasi
melakukan diit
diabetes mellitus
Total 2½

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA PRIORITAS

73
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Ny. G yang menderita
penyakit Diabetes mellitus.
2. Ketidakatuhan Ny. G tentang pencegahan komplikasi diabetes mellitus.

74
C. RENCANA KEPERAWATAN
UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR
1. Ketidakefektifan Setelah 1. Setelah 2. Menjelaska Diabetes Rabu, 6 maret 2019 1. Meningkatkan
pemeliharaan dilakukan 3x dilakukan pengertian mellitus adalah Pukul 08.30 WIB pengetahuan
kesehatan pada kunjungan tindakan diabetes suatu kumpulan Keluarga mampu keluarga tentang
Ny. G menderita masalah selama 1x mellitus gejala yang mengenal diabetes Diabetes
diabetes melitus ketidakefektifan 45 menit timbul pada mellitus: Mellitus
pemeliharaan kunjungan seseorang yang 1. Beri pendidikan 2. Meningkatkan
kesehatn dapat keluarga disebabkan kesehatan pemahaman
di tingkatkan mampu peningkatan Diabetes klien tentang
mengenal kadar glukosa 2. Diskusikan pengertian
masalah darah akibat pengertian 3. Mengevaluasi
diabetes penurunan Diabetes Mellitus tingkat
mellitus sekresi insulin 3. Anjurkan pemahaman
pada Ny.G yang progresif keluarga untuk klien tentang
dilatarbelakangi mengungkapkan pengertian
oleh resistensi kembali Diabetes
insulin pengertian mellitus
Diabetes Mellitus 4. Memberi energi
4. Beri pujian atas positif tentang
usaha yang telah hal yang telah
dilakukan dilakukan

75
UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR
2. Menjelaska Penyebab Keluarga mampu 1. Meningkatkan
tentang diabetes yaitu: mengenal pengetahuan
penyebab a. Kegemukan penyebab Diabetes keluarga tentang
Diabetes b. Pola makan Mellitus: Diabetes
Mellitus c. Pola hidup 1. Beri pendidikan Mellitus
d. Ada riwayat kesehatan tentang 2. Meningkatkan
Diabetes penyebab pemahaman
dalam Diabetes Mellitus tentang
keluarga a. Diskusikan penyebab
penyebab Diabetes
Diabetes Mellitus
Mellitus 3. Mengevaluasi
b. Anjurkan tingkat
klien dan pemahaman
keluarga klien tentang
menyebutkan penyebab
kembali Diabetes
tentang Mellitus
penyebab DM 4. Memberi energi
c. Beri pujian positif tentang
atas usaha hal yang telah
yang dilakukan
dilakukan

76
UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR
3. Mengidenti Tanda dan Keluarga mampu 1. Meningkatkan
fikasi gejala Diabetes mengenal tanda pengetahuan
tentang Mellitus: dan gejala keluarga tentang
tanda dan a. Sering merasa Diabetes Mellitus Diabetes
gejala haus 1. Beri pendidikan Mellitus
Diabetes b. Sering kesehatan 2. Meningkatkan
Mellitus kencing pada tentang tanda pemahaman
malam hari dan gejala keluarga agar
c. Kulit terasa diabetes mampu
kering mellitus mengenali tanda
d. Penurunan 2. Diskusikan dan gejala
berat badan tanda dan gejala Diabetes
Diabetes Mellitus
Mellitus 3. Meningkatkan
3. Motivasi pemahaman
keluarga dan tentang tanda
klien dan gejala
mengidentifikas Diabetes
i tentang Mellitus
kesamaan 4. Mengevaluasi
informasi yang tingkat
disampaikan pemahaman
dengan klien tentang
kehidupan tanda dan gejala
sehari-hari Diabetes
4. Anjurkan untuk Mellitus
menyebutkan 5. Memberi energi
kembali tanda positif tentang
dan gejala hal yang telah
Diabetes dilakukan

77
UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR
Mellitus
5. Beri pujian atas
usaha yang telah
dilakukan

78
UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR
2. Setelah 1. Mengidenti Hal-hal yang Ny.G mampu 1. Semakin kritis
dilakukan fikasi hal- tidak boleh : mengambil dalam
tindakan hal yang hindari makanan keputusan untuk mengetahuai hal
keperawata tidak boleh instan, batasi mengatasi yang
n selama dikonsumsi gula, batasi perilaku yang dikonsumsi
3x dan karbohidrat dapat dianjurkan dan
kunjungan dianjurkan Hal yang memperberat tidak dianjurkan
diharapkan pada dianjurkan: penyakit Diabetes 2. Dengan
keluarga penderita Memperbanyak Mellitus: informasi Ny.G
ny.G Diabetes sayuran dan 1. Diskusikan hal- lebih mengerti
mampu Mellitus buah-buahan hal yang idak tentang bahaya
mengambi boleh dikonsumsi Diabetes
l dan yang Mellitus
keputusan dianjurkan 3. Mengevaluasi
untuk 2. Berikan pemahaman Ny.
mengatasi informasi bahaya G tentang
perilaku Diabetes Mellitus materi
yang 3. Anjurkan Ny.G 4. Memberi energi
memperber mengungkapkan positif tentang
at Diabetes kembali hal yang hal yang telah
Mellitus tidak boleh dilakukan
dikonsumsi dan
dianjurkan
4. Berikan pujian
atas usaha yang
dilakukan

79
UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR
3. Setelah Mendiskusik Keluarga Keluarga mampu 1. Dukungan
dilakukan an apa yang mampu merawat anggota keluarga
tindakan harus memberikan keluarga sangat penting
keperawata dilakukan dukungan serta 1. Motivasi karena
n selama selanjutnya motivasi positif keluarga dalam keluarga
3x memberikan adalah orang
kunjungan dukungan baik terdekat yang
diharapkan mental maupun bias
keluarga mengurangi membantu
Ny.G konsumsi gula 2. Melatih untuk
mampu 2. Berikan arhan mengurangi
merawat untuk gula
anggota mengurangi
keluarga konsumsi gula
untuk
mengatasi
perilaku
yang dapat
memperber
at Diabetes
Mellitus

80
UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR
4. Setelah Mengidentifi a. Ny. G Keluarga dan 1. Klien mampu
dilakukan kasi mampu klien dapat berpikir
tindakan lingkungan merawat melakukan secara logika
keperawata rumah tanaman modifikasi dan
n selama dengan insulin untuk lingkungan mendorong
3x memanfaatka dimanfaatkan 1. Diskusikan konsumsi
kunjungan n tanaman sebagai obat manfaat daun obat herbal
diharapkan daun insulin herbal. insulin daun insulin
keluarga untuk b. Ny. G 2. Anjurkan 2. Meningkatka
mampu kesehatan mampu kepada keluarga n
memodifik dengan terapi melakukan dank lien untuk pemahaman
asi herbal. demonstrasi menjelaskan klien dalam
lingkunga yang kembali tentang melakukan
n terhadap diberikan. hal yang telah modifikasi
Diabetes dipaparkan lingkungan
Mellitus 3. Beri pujian atas rumah
usaha yang 3. Memberi
telah dilakukan energi positif
atas hal yang
telah
dilakukan

81
UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR
5. Setelah Mengetahui Manfaat rutin ke Keluarga mampu 1. Menumbuhkan
dilakukan manfaat pelayanan memanfaatkan kesadaran
tindakan control ke kesehatan: pelayanan untuk control
keperawata pelayanan 1. Diabetes kesehatan: dan cek
n selama kesehatan mellitus 1. Diskusikan diabetes
3x untuk cek terkontrol pentingnya cek mellitus
kunjungan gula darah 2. Konsumsi rutin gula darah 2. Memberikan
diharapkan obat dapat 2. Ungkapkan rasa empati
keluarga teratur harapan kepada
Ny.G 3. Mendapatkan keluarga untuk keluarga
mampu informasi kesehatan 3. Menurunkan
memanfaat penting keluarga resiko terjadi
kan mengenai 3. Anjurkan rutin penyakit
fasilitas kesehatanny control dan 4. Mengevaluasi
pelayanan a minum obat pemahaman
kesehatan 4. Tanyakan materi
kembali kepada 5. Memberikan
Ny. G dan energi positif
keluarga tentang tentang hal
manfaat control yang telah
ke fasilitas dilakukan
kesehatan
5. Berikan pujian
atas usaha yang
dilakukan

82
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN
NO Diagnosa keperawatan Imlementasi Evaluasi
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan Rabu 6 Maret 2019 Rabu 6 Maret 2019
pada Ny.G menderita penyakit Diabetes Pukul 10.10 Pukul 10.30
Mellitus
Keluarga mampu mengenal Diabetes S : Ny. G mengatakan:
Mellitus
1. Mendiskusikan pemahaman tentang 1. Memahami pengertian
Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus, penyebab,
2. Member pendidikan kesehatan tanda dan gejala, pengelolaan
tentang: DM, makanan yang bolh
a. Pengertian Diabetes Mellitus dikonsumsi dan tidak boleh di
b. Penyebab Diabetes Mellitus konsumsi.
c. Tanda dan gejala Diabetes 2. Sudah ada gambaran tentang
Mellitus Diabetes Mellitus
d. Pengelolaan Diabetes Mellitus 3. Senang mendapatkan ilmu
e. Makanan yang boleh dikonsumsi mengenai Diabetes Mellitus
dan tidak boleh dikonsumsi
3. Memberikan kesempatan kepada O:
klien untuk bertanya dan
mengemukakan tentang hal yang 1. GDS : 282 mg/dl
kurang jelas 2. Saat dilakukan pendidikan
4. Mengevaluasi tentang materi yang kesehatan Ny. M
telah disampaikan mendengarkan dengan baik
5. Member pujian yang telah dilakukan 3. Ny. M tampak senang dan
klien antusias dengan materi
6. Mengevaluasi perasaan klien pndidikan kesehatan

83
CATATAN PERKEMBANGAN
No. Data Implementasi Evaluasi
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Ny. Kamis, 7 Maret 2019 Kamis, 7 Maret 2019
G yang menderita diabetes mellitus Pukul 09.30 WIB Pukul 10.00 WIB
Klien dan keluarga mampu
Kamis, 7 Maret 2019 memodifikasi lingkungan S: Ny. G mengatakan mengetahui tentang
Pukul 08.15 1. Mengevaluasi tujuan obat cara membuat obat tradisional dengan
tradisional menggunakan daun insulin
S: Klien mengatakan ingin minum obat tradisional 2. Mendemonstrasikan cara
selain obat dari puskesmas pembuatan obat tradisional O: Ny. G mampu melakukan cara
3. Memberi pujian atas usaha yang membuat obat tradisional dengan
O: Klien tampak ingin minum obat tradisional telah dilakukan menggunakan daun insulin
4. Mengevaluasi perasaan klien
TD: 120/80 mmHg setelah melakukan cara membuat
obat tradisional
A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi
a. Evaluasi tentang tujuan obat tradisional
b. Lakukan dan demonstrasikan cara membuat
obat tradisional
c. Evaluasi tentang hal yang diberikan
d. Beri pujian atas apa yang telah dilakukan

84
Kamis, 7 Maret 2019
Pukul 10.20 WIB
S: Ny. G mengatakan mengetahui tentang
cara membuat obat tradisional dengan
menggunakan daun insulin
O:
a. Telah dilakukan penjelasan tentang
cara pengobatan tradisional daun
insulin.
b. Ny. G mampu melakukan cara
membuat tradisional dengan
menggunakan daun insulin.
c. Klien saat dilakukan penjelasan
tentang obat tradisional insulin
mendengarkan dengan baik
A: Masalah ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan dalam
memodiikasi Lingkungan teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
a. Ajarkan langkah senam diabetik
b. Motivasi Ny. G untuk dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.

85
CATATAN PERKEMBANGAN
No. Data Implementasi Evaluasi

86
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan Jumat, 8 Maret 2019 Jumat, 8 Maret 2019
pada Ny. G yang menderita diabetes Pukul 09.45 WIB Pukul 09.55 WIB
mellitus Keluarga dan klien dapat mengambil
keputusan untuk mengontrol komplikasi yang S: Klien mengatakan mengetahui
Jumat, 8 Maret 2019 lebih parah pada diabetes mellitus tentang manfaat senam kaki diabetik
Pukul 08.10 1. Mengidentifikasi tentang pilihan alternatif dan mau melakukan senam kaki
senam kaki diabetik diabetik
2. Menjelaskan tentang manfaat senam kaki
diabetik O: Klien tampak antusias dalam
S: Klien mengatakan ingin melakukan 3. Memotivasi klien untuk melakukan senam mengikuti senam
senam kaki kaki diabetik

O: Klien mengemukakan keinginannya


untuk melakukan senam kaki diabetic

TD: 110/80 mmHg Jumat, 8 Maret 2019 Jumat, 8 Maret 2019


Pukul 10.00 WIB Pukul 10.30 WIB
A: Masalah teratasi sebagian Klien dan keluarga mampu melakukan
perawatan pada Diabetes Mellitus S: Klien mengatakan merasa berkeringat
P: Lanjutkan intervensi 1. Mengevaluasi tujuan senam kaki diabetik dan nyaman setelah melakukan
a. Ajarkan langkah senam diabetik 2. Mendemonstrasikan senam kaki diabetik senam kaki diabetik
3. Mengevaluasi kembali langkah-langkah
senam kaki diabetik O: Klien tampak antusias dalam
4. Memberi pujian atas usaha yang dilakukan mengikuti senam
5. Mengevaluasi perasaan klien setelah
melakukan senam

Jumat, 8 Maret 2019


Pukul 11.15 WIB

87
S:
a. Klien mengatakan mengetahui
tentang manfaat senam kaki
diabetik dan mau melakukan senam
kaki diabetik
b. Klien mengatakan merasa
berkeringat dan nyaman setelah
melakukan senam kaki diabetik
O:
a. Klien tampak antusias dalam
mengikuti senam

A: Masalah ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan dalam
mengambil keputusan, dan
melakukan perawatan teratasi

P: Hentikan Intervensi

88
NO DIAGNOSA TUJUAN
KEPERAWAT INTERVENSI RASIONAL
AN UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR
2. Ketidakpatuhan Setelah 1. Setelah Jelaskan Diit merupakan Rabu, 6 maret 2019 1. Meningkatkan
Ny. G tentang dilakukan 3x dilakukan tentang makanan yang Pukul 08.30 WIB pengetahuan klien
pencegahan kunjungan kunjungan pantangan harus diberikan Klien mengenal tentang dit bagi
komplikasi keluarga dan selama diit bagi atau tidak oleh masalah penderita diabetes
diabetes melitus klien mampu 1x45 menit penderita diberikan. Diit ketidakpatuhan diit melitus
menaati diit kunjungan diabetes diberikan sesuai diabetes melitus 2. Mengevaluasi tingkat
diabetes melitus diharapka melitus dengan kebutuhan 1.Mendiskusikan pemahaman klien
n klien klien. dengan klien tentang diit diabetes
mengenal tentang diit bagi melitus
masalah penderita diabetes 3. Memberi energi positif
ketidakpat melitus atas hal yang telah
uhan (diit 2.Anjurkan kembali dilakukan
diabetes mengulang tentang
melitus) hal yang telah
berkurang disampaikan
3.Beri pujian atas
usaha yang telah
dilakukan dalam
mengungkapkan
masalah

89
NO DIAGNOSA TUJUAN
KEPERAWAT INTERVENSI RASIONAL
AN UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR
2. Setelah Menjelaskan Manfaat Mengambil 1.Meningkatkan
dilakukan manfaat diit pemberiaan diit keputusan tentang pengetahuan klien
1x dan contoh bagi penderita ketidakpatuhan tentang diit pada
kunjungan makanan diabetes melitus: 1.Menjelaskan penderita diabetes
keluarga bagi a. Untuk manfaat diit melitus
dan klien penderita menurunkan 2.Beri pujian atas 2.Memberi energi positif
mampu diabetes kadar gula keputusan yang atas usaha yang
mengambi melitus dalam darah diambil klien dilakukan
l b. Menurunkan
keputusan kadar gula
tentang dalam air
ketidakpat kencing
uhan c. Menstabilkan
aktivitas
sistem tubuh

90
NO DIAGNOSA TUJUAN
KEPERAWAT INTERVENSI RASIONAL
AN UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR
Setelah Menjelaskan Makanan yang Klien mampu dan 1. Klien dapat mengetahui
dilakukan 1x tentang boleh : mau melakukan diit tentang makanan yang
kunjungan maakanan a. Kol yang benar boleh dan tidak boleh
klien yang boleh b.Timun 1. Jelaskan tentang dikonsumsi
mampu dan dan tidak c. Kangkung makanan yang 2. Mengevaluasi
mau bleh d.Oyong boleh dan tidak Tentang tingkat
melakukan dikonsumsi e. Bayam boleh dimakan pemahaman klien
diit yang f. Kacang panjang 2. Anjurkan klien tentang dit penderita
benar g.Pepaya mengulang hal diabetes melitus
yang telah 3. Memberi energi positif
Makanan yang disampaikan pada klien tentang hal
tidak boleh: 3. Beri pujian atas yang telah dilakukan.
a. Manisan buah hal yang telah
b.Gula pasir dilakukan
c. Susu kental
manis
d.Gorengan

91
NO DIAGNOSA TUJUAN
KEPERAWAT INTERVENSI RASIONAL
AN UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR
Setelah Melibatkan Kelurga adalah Klien mampu 1.Keluarga adalah orang
melakukan keluarga orang yang memodifikasi terdekat yang dapat
1x dalam terdekat dengan lingkungan dipercaya dan ada
kunjungan melakuka individu untuk 1.Jelaskan peran disetiap waktu
klien pengawasan berbagi dan orang keluarga dalam 2.Dukungan dan perhatian
mampu terhadap diit yang memiliki memotivasi klien keluarga sangat
memodifika klien hubungan darah untuk menati diit berpengaruh terhadap
si 2.Libatkan keluarga kesehatan klien.
lingkungan dalam melakukan 3.Memberi pujian atas
pengawasan usaha yang dilakukan
terhadap diit klien.
3.Beri pujian atas
usaha yang
dilakukan

1.Mendukung keluarga

92
NO DIAGNOSA TUJUAN
KEPERAWAT INTERVENSI RASIONAL
AN UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR
Setelah Memanfaatk Kunjungan Keluarga mampu dalam memanfaatkan
dilakukan an faslitias keluara di fasilitas memanfaatkan pelayanan kesehatan
kunjungan kesehatan kesehatan untuk fasilitas kesehatan
selama 3x membawa 1.Memotivasi 2.Memberi energi positif
pertemuan anggota keluara keluargauntuk atas usaha yang dilakukan
diharapkan yang mengalami meanfatkan
keluarga DM fasilitas keshatan
mampu 2.Beri pujian atas
memanfaatk usaha yang
an fasilitas dilakukan
kesehatan
untuk
merawat
anggota
keluarga
yang sakit
DM

93
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
2. Ketidakpatuhan Ny. G tentang Rabu, 6 Maret 2019 Rabu, 6 Maret 2019
pencegahan komplikasi diabetes Pukul 10.40 WIB Pukul 11.00 WIB
mellitus (Diit) Keluarga dan klien mampu menaati diit:
Diabetes Mellitus S: Klien mengatakan paham tentang pentingnya
1. Menjelaskan pentingnya diit dan mafaat diit dan manfaatnya
diit Diabetes Mellitus pada klien
O: Saat dilakukan penjelaskan kepada klien, klien
mendengarkan dengan baik tentang hal yang
sedang dijelaskan

Rabu, 6 Maret 2019 Rabu, 6 Maret 2019


Pukul 11.00 WIB Pukul 11.10 WIB
Keluarga dan klien mampu menaati diit
Diabetets Mellitus S: Klien mengatakan sudah berusaha untuk
1. Memotivasi klien untuk melakukan diit mematuhi diit Diabetes Mellitus dan akan
yang benar mencoba untuk mematuhi

O: Klien tampak yakin untuk melakukan diit


Diabetes Mellitus

94
Rabu, 6 Maret 2019
Pukul 11.30 WIB

S: Klien mengatakan paham dan mengerti tentang


pentingnya melakukan diit

O: Saat dilakukan penjelasan tentang diit klien


medengarkan dengan baik dan merasa yakin
untuk melakukan diit

A: Masalah ketidakpatuhan tentang mengenal


komplikasi dan mengambil keputusan
teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi
a. Beri informasi dan penjelasan kembali
tentang manfaat diit
b. Beri informasi tentang diit yang
dianjurkan dan tidak dianjurkan

95
CATATAN PERKEMBANGAN
No. Data Implementasi Evaluasi
2. Ketidakpatuhan Ny. G tentang pencegahan Kamis, 7 Maret 2019 Kamis, 7 Maret 2019
komplikasi Diabetes Mellitus (Diit) Pukul 09.30 WIB Pukul 09.30 WIB
Keluarga dan klien mampu
Kamis, 7 Maret 2019 mengawasi diit Diabetes Mellitus S: Keluarga mengatakan klien mengerti
Pukul 08.10 WIB 1. Menjelaskan tentang peran dalam mengawasi diit klien
keluarga dengan melakukan diit
S: Klien mengatakan paham dan mengerti tentang makanan O: Keluarga klien aktif mendengarkan
pentingnya melakukan diit

O: Saat dilakukan penjelasan tentang diit, klien


mendengarkan dengan baik dan merasa yakin
untuk melakukan diit

A: Masalah ketidakpatuhan tentang mengenal


komplikasi dalam mengenal dan mengambil
keputusan teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi
a. Beri informasi dan penjelasan kembali
tentang manfaat diit
b. Beri informasi tentang diit yang dianjurkan
dan tidak dianjurkan
c. Anjurkan dan tekankan keluarga dalam
mengawasi diit klien

96
Kamis, 7 Maret 2019
Pukul 10.00 WIB
S:
a. Klien mengatakan mengerti
tentang jenis makanan yang
boleh dan tidak boleh
dikonsumsi
O:
a. Klien dapat meyebutkan jenis
makanan yang bisa dan tidak
boleh dikonsumsi oleh penderita
diabetes
b. Keluarga tampak antusias dalam
mengawasi diit klien

A: Masalah ketidakpatuhan tentang


mengenal komplikasi dalam
mengenal dan melakukan
perawatan anggota keluarga
teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi
a. Menyarankan klien dan keluarga
memeriksakan diri ke puskesmas

97
CATATAN PERKEMBANGAN
No. Data Implementasi Evaluasi
2. Ketidakpatuhan Ny. G tentang Jumat, 8 Maret 2019 Jumat, 8 Maret 2019
pencegahan komplikasi Diabetes Pukul 10.30 WIB Pukul 10.50 WIB
Mellitus (Diit) Keluarga dan klien mampu mengawasi diit
Diabetes Mellitus S: Keluarga mengatakan klien mengerti
Jumat, 8 Maret 2019 1. Menjelaskan tentang peran keluarga dengan dalam mengawasi diit klien
Pukul 08.10 WIB melakukan diit makanan
S: Klien mengatakan mengerti O: Keluarga klien aktif mendengarkan
tentang jenis makanan yang boleh
dan tidak boleh makan

O:
a. Klien mampu meyebutkan
jenis makanan yang bisa dan
tidak boleh dikonsumsi oleh
penderita diabetes
b. Keluarga tampak antusias
dalam mengawasi diit klien

A: Masalah ketidakpatuhan tentang


mengenal komplikasi dalam
mengenal dan melakukan
perawatan anggota keluarga
teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi
a. Menyarankan klien dan
keluarga memeriksakan diri ke
puskesmas

98
Jumat, 8 Maret 2019
Pukul 11.00 WIB

S: Klien mengatakan mengerti tentang


jenis makanan yang boleh dan tidak
boleh dikonsumsi
O:
a. Klien mampu meyebutkan jenis
makanan yang boleh dan tidak
boleh dikonsumsi oleh penderita
diabetes.
b. Keluarga tampak antusias dalam
mengawasi diit klien

A: Masalah ketidakpatuhan tentang


mengenal komplikasi dalam
melakukan perawatan anggota
keluarga teratasi

P: Hentikan Intervensi

99
BAB IV
KESIMPULAN SARAN
A. Kesimpulan
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, merupakan klien
keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga juga merupakan
orang yang mempunyai hubungan resmi seperti ikatan darah, adopsi,
perkawinan atau perwalian, hubungan sosial (hidup bersama) dan adanya
hubungan psikologi (ikatan emosional). Ciri keluarga Indonnesia adalah
mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong
royong, dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran, umumnya dipimpim oleh
suami meskipun proses pemutusan dilakukan secara musyawarah.
Tahap perkembangan keluarga terdiri dari keluarga baru menikah,
keluarga dengan anak baru lahir, keluarga dengan anak pra sekolah, keluarga
dengan anak usia sekolah, keluarga dengan anak remaja, keluarga mulai
melepas anak sebagai dewasa, keluarga yang terdiri dari orang tua saja atau
keluarga usia pertengahan dan kelurga lansia.
Diabetes melitus adalah keadaan ketika tubuh tidak mampu
menghasilkan atau menggunakan insulin (hormon yang membawaa glukosa
darah ke sel dan menyimpannya sebagai glikogen). Tanda gejala dari
Diabetes Melitus sendiri yaitu sering merasa haus (polidipsi), sering buang air
kecil (poliuria), cepat merasa lapar (polipagia), berat badan menurun secara
tiba-tiba, kaki mati rasa, sering terjadi infeksi, pandangan mata kabur, luka
sukar sembuh, cepat merasa lelah dan kulit kering.
Pengobatan diabetes terbagi menjadi dua cara yaitu secara medis dan
secara prinsip keperawatan. Penatalaksanaan secara medis diantaranya
pemberian obat antidiabetik dan pemberian hormon isulin. Sedangkan
penatalaksanaan secara keperawatan yaitu dengan manajemen diet DM,
latihan fisik, pendidikan kesehatan dan monitoring glukosa darah.

100
B. Saran
1. Perawat
Sebagai perawat dalam menjalankan tugas pelayanan kesehatan harus
lebih tanggap dalam mengidentifikasi masalah-masalah apa saja yang
terkait dengan keluarga yang memiliki anggota keluarga usia lanjut serta
menjadi fasilitator dalam membantu penyelesaian masalah.
2. Pasien
Pasien diharapkan dapat menjalankan tugas perkembangan sesuai dengan
tahap perkembangan usianya serta dapat menjaga keharmonisan dengan
anggota keluarga dan menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi
makanan-makanan yang bernutrisi tinggi serta mengoptimalkan
kemampuan yang dimiliki.

101
DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. & Aridiana, L. M., 2016. In: Sistem Endokrin. Jakarta: Salemba Medika,
pp. 20-21.

Andarmoyo, S., 2012 . Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu .

Andarmoyo, S., 2012. Konsep Teori, Proses dan Praktik Keperawatan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ayu, K., 2010. Aplikasi Keperawatan Keluarga. IKAPI ed. Jakarta: Jakarta.

Bilous, R. & Donelly, R., 2014. In: Diabetes. Jakarta: Bumi Medika, pp. 5-7.

Damayanti, S., 2015. In: Diabetes Melitus dan Penatalaksanaan Keperawatan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Depkesh, 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2013.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan.

Dewi, R. K., 2014. In: Diabetes Bukan untuk Ditakuti. Jakarta Selatan: FMedia.

Ekasari, 2009. Keperawatan Komunitas. Jakarta: Trans Info Medika.

Friedman, M., 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. 5 ed. Jakarta: EGC.

Jhonson & Leny, 2010. Keperawatan Keluarga: Plus Cpntoh Askep Keluarga. 1
ed. Yogyakarta: Nuba Medika.

Mubarak, 2015. In: Buku Ajar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Murwani, A. & Setyowati, S., 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta:


Fitramaya.

Rustina, 2014. Keluarga dalam Kajian Sosial. Jurnal Of Musawa, Volume 6, pp.
287-322.

Setiadi, 2012. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

102
Setiawan, R., 2016. Teori dan Praktik Keperawatan Keluarga. Semarang : Unnes
Press.

Siena, I., 2014. Angka Penderita Diabetes di Indonesia Mencengangkan. [Online]


Available at: https://mudazine.com/ibnusie/penderita-diabetes/
[Accessed 06 Maret 2019].

Soegondo, 2009. In: Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai


Penerbit FKUI.

Subekti, I., 2007. In: Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.

Tamher & Noorkasiani, 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Tarwoto & dkk, 2011. In: Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta:
Trans Info Media.

103

Anda mungkin juga menyukai