PENDAHULUAN
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Keluarga klien bisa dan mampu meningkatkan derajat kesehatannya melalui pemberian
asuahan keperawatan keluarga.
2. Tujuan khusus
Mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga klien.
Menganalisa dan merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada keluarga klien
kemudian menentukan prioritas masalah melalui skoring keluarga
Menyusun rencana tidakan keperawatan keluarga
Memberikan implementasi pendidikan kesehatan dan memberikan fasilitas perawatan
kesehatan
Mengevaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga klien
C. Manfaat
1. Mahasiswa
Untuk melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga.
Untuk meningkatkan ketrampilan berfikir kritis dalam menyesuiakan masalah kesehatan
keluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga.
2. Keluarga
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan sendiri,
sehingga tercipta peningkatan stastus dan derajat kesehatan keluarga yang optimal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Peran ayah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala
rumah tangga, anggota dari kelompok sosialnya dan anggota masyarakat.
Peran ibu sebagai isteri, ibu dari anaknya, mengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik dan
pelindung bagi anak-anaknya, anggota kelompok social dan anggota masyarakat serta
berperan sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarga.
Peran anak-anak sebagai pelaksana peran psikososial sesuai dengan tingkat perkembangan
baik fisik, mental dan spiritual.
2. Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang
diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
a. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang terkuat.
Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang
rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.
b. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45
tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats
usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada
pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini
mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan tulang.
d. Genetik
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan
dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor
mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain
(metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
f. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan
peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi
yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
g. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis
paha pada usia muda.
h. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis. Hal
ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi
benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
3. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi
dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor
rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
6. Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang
merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat
pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang
menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan
antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati
akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
7. Pencegahan
a. Kurangkan berat badan- ini mengurangkan tekanan pada sendi
b. Kerap bersenam- senaman membantu melancarkan pengaliran darah, memastikan tulang dan
otot kita kuat.
c. Makan makanan yang seimbang
d. Pelihara sendi, kurangkan tekanan pada sendi, gunakan mekanisma badan
8. Penatalaksanaan
Oleh karena kausa pasti arthritis Reumatoid tidak diketahui maka tidak ada pengobatan
kausatif yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus benar-benar dijelaskan kepada
penderita sehingga tahu bahwa pengobatan yang diberikan bertujuan mengurangi keluhan/
gejala memperlambat progresivitas penyakit.
Tujuan utama dari program penatalaksanaan/ perawatan adalah sebagai berikut :
1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan
2. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari penderita
3. Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi
4. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.
Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut di atas, yaitu :
a. Pendidikan
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan pendidikan
yang cukup tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa saja yang berhubungan
dengan penderita. Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan
penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua komponen
program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan
untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh
tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.
b. Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana penderita
merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi
beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.
c. Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini
mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehari.
Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai latihan. Kompres panas
pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan
suhu yang bisa diatur serta mandi dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah.
Latihan dan termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah
mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Latihan yang
berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya
penyakit.
d. Diet/ Gizi
Penderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara pemberian diet
dengan variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya belum terbukti kebenarannya.
Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang adalah penting.
e. Obat-obatan
Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan
penyakit reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan
peradangan dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit.
Penanganan medis dimulai dengan pemberian salisilat NSAID dalam dosis terapeutik.
Kelompok obat ini mengurangi peradangan dengan menghalangi proses produksi mediator
peradangan. Tepatnya, obat-obat ini menghambat sintetase prostaglandin atau
siklooksigenase. Enzim-enzim ini mengubah asam lemak sistemik endogen, yaitu asam
arakidonatmenjadi prostaglandin, prostasiklin, tromboksan dan radikal-radikal oksigen. Obat
standar yang sudah dipakai sejak lama dalam kelompok ini adalah aspirin dan piroksikam.
Aspirin (analgetik antipiretik) PO (Dewasa) : 325 – 1000 mg tiap 4 – 6 jam sesuai kebutuhan
(tidak lebih dari 4 g/hari).
Aspirin (antiinflamasi) PO (Dewasa) : 2,6 – 6,2 g/hari dalam dosis terbagi.
Piroksikam PO (Dewasa) : 20 mg/hari dapat diberikan sebagai dosis tunggal atau dalam 2
dosis terbagi dengan sediaan kapsul : 10 mg, 20 mg supositoria : 10 mg, 20 mg.
Bagi arthritis reumathoid erosif moderat suatu program formal dengan terapi okupasi
dan fisioterapi. Bagi arthritis reumathoid erosive persisten bedah rekonstruksi dan terapi
kortikosteroid seringkali diresepkan. Bagi arthritis rheumatoid yang lanjut dan tidak pernah
sembuh, obat-obat imunosupresi diresepkan mengingat kemampuannya untuk mempengaruhi
produksi antibody pada tingkat seluler. Obat-obat ini mencakup preparat metotreksat dosis
tinggi, siklofosfamid dan azatioprin.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data umum
a. Identitas
Nama :
Jenis Kelamin :
Suku :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Telp :
Alamat :
Keterangan
Umur (thn)
Pendidikan
Hubungan
Kesehatan
Pekerjaan
Keluarga
Keadaan
keluarga
Agama
N L/
KB
O P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12
1.
2.
3.
4
c. Genogram
DO :
- Keluarga tidak bisa menjawab
pertanyaan tentang pengertian
penyakit, pencegahan, perawatan
dan pengobatannya
- klien bertanya apa saja makanan
yang harus dihindari agar tidak
sakit. Klien tampak bingung.
2 DS : Hambatan Nyeri, gangguan
- Klien mengatakan sering merasa mobilitas fisik muskulus
linu di persendian kakinya sehingga skeletal, kaku
kaku untuk berjalan sendi (AR).
- Klien mengatakan ketika bangun
pagi kakinya merasa senut-senut
(nyeri) dan berat untuk berjalan.
- Klien mengatakan pernah hampir
jatuh karena kakinya merasa tidak
kuat menopang badannya
Skala nyeri sedang (6)
- Klien tampak perlahan-lahan saat
berjalan karena menahan nyeri.
- Klien tampak lambat dalam
berjalan.
- Tingkat funsional klien 0, namun
kadang-kadang 1
3 DS : Nyeri Distensi jaringan
- Klien mengatakan sering merasa akibat akumulasi
linu di persendian kakinya sehingga cairan/proses
kaku untuk berjalan inflamasi,
- Klien mengatakan ketika bangun destruksi sendi
pagi kakinya merasa senut-senut
(nyeri) dan berat untuk berjalan.
- Klien mengatakan pernah hampir
jatuh karena kakinya merasa tidak
kuat menopang badannya
DO:
skala nyeri sedang (6)
- Klien tampak perlahan-lahan saat
berjalan karena menahan nyeri
b. Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi, gangguan
sensori perseptual.
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Klien mengatakan
(bobot 1) penyakitnya mengganggu
Skala : aktivitas geraknya
3 : Aktual sehingga menyusahkan
2 : Resiko keluarga yang lain.
1 : Sejahtera
Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 Keluarga Klien
dapat diubah (bobot 2) mengatakan Klien sudah
Skala : bisa menyeimbangkan
2 : Mudah badannya walaupun
1 : Sebagian dengan gerakan yang
0 : Tidak dapat lambat.
Potensial masalah untuk 2/3 x 1 = 2/3 Klien mengatakan
dicegah (bobot 1) aktivitasnya terganggu.
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Klien mengatakan capek
(bobot 1) dengan penyakitnya yang
2 : Berat, segera ditangani tidak sembuh-sembuh
1 : Tidak perlu segera dan mengganggu
ditangani geraknya sehingga
0 : tidak dirasakan menyusahkan keluarga.
Total 3 2/3
Keterangan :
Kriteria Keluarga Mandiri terdiri dari 3 bagian, berikan tanda ceklis ( V ) pada kolom dengan
angka 1 – 10 sesuai dengan kriteria berikut :
A. Keluarga mengetahui masalah kesehatan, dengan kriteria :
(1) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari masalah kesehatan yang ada
(2) Keluarga dapat menyebutkan masalah kesehatan
(3) Keluarga dapat menyebutkan factor yang mempengaruhi masalah kesehatan
(4) Keluarga memiliki persepsi yang positif terhadap masalah
B. Keluarga mau mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, dengan kriteria :
(5) Masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
(6) Keluarga dapat mengungkapkan / menyebutkan akibat dari masalah kesehatan tersebut
(7) Keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalah kesehatan
tersebut
C. Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan, dengan kriteria :
(8) Keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas yang diperlukan
untuk perawatan
(9) Keluarga terampil melaksanakan perawatan pada anggota keluarga (promotif, preventif dan
caretive)
(10) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukug kesehatan
A. Kesimpulan
Menurut UU no. 4 tahun 1965 bahwa dikatakan bahwa lansia adalah mereka yang
berumur 55 tahun ke atas (Dit. Yankes 1991).
Menurut WHO yang dianggap dengan lanjut usia adalah seorang manusia golongan
umur 65 tahun keatas, tetapi ada juga yang mengambil batas 60 tahun keatas, bahkan ada
pula yang menganggap orang yang berumur 50 tahun keatas (WHO 1976 ; Dit. Yankes
1991).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling tergantung.(Depkes RI, 1988).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena ikatan tertentu untuk
berbagi pengalaman dan pendekatan emosional serta mengodentifikasi diri mereka sebagai
bagian dari keluarga.(Friedman, 1998).
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248). Reumatik dapat terjadi pada semua
jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan
meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh
organ tubuh (Hidayat, 2006).
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan sering kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
DAFTAR PUSTAKA
Bandiah, S. (2009) Lanjut Usia dan Keperawatan gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.
Jhonson R. dan Leny R (2010) keperawatan keluarga plus contoh askep keluarga. Yogyakarta
: Nuha Medika.