Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG KONSEP KELUARGA DAN HIPERTENSI

OLEH :
SARTONO
N202101130

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
TENTANG KONSEP KELUARGA DAN HIPERTENSI
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).
2. Fungsi Keluarga
Keluarga rnernpunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
rnerupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pernenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tarnpak
pada kebahagiaan dan kegernbiraan dari seluruh anggota keluarga.
Kornponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalarn rnelaksanakan fungsi
afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010):
1) Saling rnengasuh yaitu rnernberikan cinta kasih, kehangatan, saling
rnenerirna, saling rnendukung antar anggota keluarga.
2) Saling rnenghargai, bila anggota keluarga saling rnenghargai dan
rnengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
rnernpertahankan iklirn positif rnaka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di rnulai sejak pasangan sepakat
rnernulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di rnulai sejak manusia lahir. Keluarga rnerupakan ternpat
individu untuk belajar bersosialisasi, rnisalnya anak yang baru lahir dia akan
rnenatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitamya. Dalarn hal ini
keluarga dapat Mernbina hubunga sosial pada anak, Membentuk norma-norma
tingkah laku sesua1 dengan tingkat perkernbangan anak, dan Menaruh nilai-
nilai budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk rneneruskan keturunan dan rnenarnbah surnber daya
rnanusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk rnernenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk rnernbentuk keluarga adalah
rneneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonorni
Merupakan fungsi keluarga untuk rnernenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga
seperti rnernenuhi kebutuhan rnakan, pakaian, dan ternpat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk rnelaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu
untuk rnencegah gangguan kesehatan atau rnerawat anggota keluarga yang sakit.
Keluarga yang dapat rnelaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup rnenyelesaikan
rnasalah kesehatan.
3. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi
menjadi 8 :
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga
dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang memuaskan,
menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain,
mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan menjadi
orangtua dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan
menjadi orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi
perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan, membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6
minggu.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada anak
pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan
merencanakan kelahiran berikutnya.
d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga
seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,
mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual, dan
menyediakan aktifitas anak.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap
remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem
peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam
keluarganya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle agefamily)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak waktu
dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai, memulihkan
hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan masa tua
h. Keluarga lanjut usia
i. Dalarn perkernbangan ini keluarga rnerniliki tugas seperti penyesuaian tahap
rnasa pensiun dengan cara rnerubah cara hidup, rnenerirna kernatian pasangan,
dan rnernpersiapkan kernatian, serta rnelakukan life review rnasa lalu.
4. Tugas keluarga dalarn bidang kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Keluarga rnarnpu rnengenal rnasalah kesehatan
b. Keluarga rnarnpu rnengarnbil keputusan untuk rnelakukan tindakan
c. Keluarga rnarnpu rnelakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit
d. Keluarga rnarnpu rnenciptakan lingkungan yang dapat rneningkatkan
kesehatan
e. Keluarga rnarnpu rnernanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
seternpat
B. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi rnerupakan suatu keadaan yang rnenyebabkan tekanan darah
tinggi secara terus-rnenerus dirnana tekanan sistolik lebih dari 140 rnrnHg,
tekanan diastolik 90 rnrnHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi
rnerupakan suatu keadaan peredaran darah rneningkat secara kronis. Hal ini terjadi
karena jantung bekerja lebih cepat rnernornpa darah untuk rnernenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi di dalarn tubuh (Koes Irianto, 2014).
2. Etiologi
Etiologi dari hipertensi terbagi dalam dua kelompok yaitu factor yang tidak
dapat diubah dan faktor yang dapat diubah.
a. Faktor yang tidak dapat diubah
1) Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai resiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium
terhadap sodium, individu dengan orangtua yang menderita hipertensi daripada
orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
2) Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pna dan wanita sama, akan tetapi
wanita pra menopause prevalensinya lebih terlindungi darpada pria pada usia
yang sama. Wanita yang belum menpause dilindungi oleh hormon
estrogen yang berperan dalam meningkatkan High Density Lipoprotein
(HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupkan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis yang dapat menyebabkan
hipertensi. Namun Saat ini, prevalensi hipertensi mencapai 80% pada
lansia wanita yang berusia 65 tahun keatas (Junior dalam Braz, 2011). Selain itu
dalam penelitian Astari pada tahun 2012 ditemukan penderita hipertensi adalah
wanita sebesar 62,50% dan laki-laki sebesar 37,50%.
3) Usia
Insiden hipertensi meningkat seiring pertambahan usia. Perubahan struktural
dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensi aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Anggaraini, dkk,
2009).
b. Faktor yang dapat diubah
a) Obesitas
Merupakan ciri khas penderita hipertensi, walaupun belum diketahui secara pasti
hubungan antara hipertensi dengan kegemukan, namun terbukti bahwa daya
pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi daripada dengan berat badan normal. Memang tidak
semua penderita hipertensi berbadan gemuk, orang kurus pun tidak tertutup
kemungkinan terserang hipertensi. Kenyataannya orang gemuk menjadi peluang
terkena hipertensi lebih besar.
b) Asupan Gararn
Seseorang yang terlalu berlebihan rnengkornsurnsi gararn (NaCl) yang
berlebih dapat rnenahan air (retensi) sehingga rneningkatkan jurnlah volume
darah, akibatnya jantung harus bekerja keras dan tekanan darah rnenjadi naik.
c) Makanan dan Gaya hidup
Tekanan darah tinggi erat kaitannya dengan gaya hidup dan rnakanan.
Sebagian faktor gaya hidup yang rnenyebabkan hipertensi, antara lain
konsurnsi kopi berlebihan, rninurn alkohol, kurang olahraga, stres, dan
rnerokok. Faktor rnakanan rnencakup: kegernukan, konsurnsi rendah gararn,
konsurnsi gararn yang berlebihan, tingginya asupan lernak (Sunanto, 2009).
Seseorang yang tidak aktif secara fisik rnerniliki resiko 30-50% lebih besar
untuk rnengalarni hipertensi. Selain rneningkatkan perasaan sehat dan
kernarnpuan untuk rnengatasi stres, keuntungan latihan aerobik yang teratur
adalah rneningkatnya kadar HDL-C, rnenurunnya kadar LDL, rnenurunnya
tekanan darah, berkurangnya obesitas, berkurangnya frekuensi denyut jantung
saat istirahat, dan konsurnsi oksigen rniokardiurn (MVO3), dan menurunnya
resistensi insulin (Anggaraini, 2009).
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula dari
saraf sinpatis, yang berkelanjutan ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis, pada titik ini
neuron preganglion melepaskan asetikolin yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimna dengna dilepaskannya
neropinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah
terhadap rangsangan vasokonstriktor.
Saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenalin juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktifasi vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi
epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan
pelepasan renin (Kartika, 2014).
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis tekanan darah tinggi yaitu sakit kepala, tengkuk terasa
berat, perdarahan di hidung, pusing yang terkadang juga terjadi pada seseorang
dengan tekanan darah normal. Jika hipertensi berat atau menahun dan tidak
terobati, dapat timbul gejala• gejala seperti sakit kepala, kelelahan, mual, muntah,
sesak nafas, gelisah, pandangan kabur (karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal) (Ruhyanuddin, 2007).
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang sebaiknya dilakukan untuk memantapkan diagnosa.
a. EKG (elektro kardiograf atau rekam jantung).
b. Pemeriksaan darah kimia (kreatinin, BUN).
c. Radiografi dada (Pudiastuti, 2013).
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Farmakologi
i. Diuretik : Chlorthalidon, Hydromox, Lasix, Aldactone, Dyrenium Diuretic
bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dengan
mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan aimya.
ii. Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot pada jantung atau
arteri. Sebagian penyekat saluran kalsium bersifat lebih spesifik untuk
saluran lambat kalsium otot jantung; sebagian yang lain lebih spesifik
untuk saluran kalsium otot polos vascular. Dengan demikian, berbagai
penyekat kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam
menurunkan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR.
iii. Penghambat enzim menghambat angiotensin 2 atau inhibitor ACE
berfungsi untuk menurunkan angiotensin 2 dengan menghambat enzim
yang diperlukan untuk mengubah angiotensin 1 menjadi angiotensin 2.
Kondisi ini menurunkan darah secara langsung dengan menurunkan
TPR, dan secara tidak langsung dengan menurunkan sekresi aldosterone,
yang akhimya menigkatkan pengeluaran natrium pada urm
kemudian menurunkan volume plasma dan curah jantung.
iv. Antagonis (penyekat) respetor beta (~-blocker),terutama penyekat
selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan
kecepatan denyut dan curah jantung.
v. Antagonis reseptor alfa (~-blocker) menghambat reseptor alfa di otot
polos vascular yang secara normal berespon terhadap rangsangan saraf
simpatis dengan vasokonstriksi. Hal ini akan menurunkan TPR.
Vasodilator arterior langsung dapat digunakan untuk
menurunkan TPR. Misalnya: Natrium, Nitroprusida, Nikardipin,
Hidralazin, Nitrogliserin, dan lain-lain (Brunner & Suddarth, 2001 dalam
Hafiz 2011 ).
b. Penatalaksanaan Farmakologi
a) Pengaturan Diet
Beberapa diet yang dianjurkan :
i. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi system renin• angiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah intake sodium yang dianjurkan
50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
ii. Diet garam potasium, dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya
belum jelas. Pemberian Potasium secara intravena dapat menyebabkan
vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada dinding
vascular.
iii. Diet kaya buah dan sayur.
iv. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
b) Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan
mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup juga berkurang.
c) Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung. Olahraga teratur
selama 30 menit sebanyak 3 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk
menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat
mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
d) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja
jantung.
e) Mengkonsumsi tanaman herbal
Penyakit hipertensi dapat diturunkan melalui tanaman herbal seperti daun salam,
seledri, mengkudu dan bawang putih.
C. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Sumber
informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode wawancara
keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data
sekunder.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah:
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala
mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit,
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman•
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara berkomunikasi
antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma yang
dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.
e. Fungsi keluarga :
1) Fungsi af~ktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga
dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisai, yaitu perlu rnengkaji bagairnana berinteraksi atau
hubungan dalarn keluarga, sejauh rnana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu rneenjelaskan sejauh rnana keluarga
rnenyediakan rnakanan, pakaian, perlu dukungan serta rnerawat anggota
keluarga yang sakit. Sejauh rnana pengetahuan keluarga rnengenal sehat
sakit. Kesanggupan keluarga dalarn rnelaksanakan perawatan kesehatan dapat
dilihat dari kernarnpuan keluarga dalarn rnelaksanakan tugas kesehatan
keluarga, yaitu rnarnpu rnengenal rnasalah kesehatan, rnengarnbil keputusan
untuk rnelakukan tindakan, rnelakukan perawatan kesehatan pada anggota
keluarga yang sakit, rnenciptakan lingkungan yang dapat rneningkatan kesehatan
dan keluarga rnarnpu rnernanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan seternpat.
4) Pernenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh rnana
kernarnpuan keluarga dalarn rnengenal, rnengarnbil keputusan dalarn
tindakan, rnerawat anggota keluarga yang sakit, rnenciptakan lingkungan
yang rnendukung kesehatan dan rnernanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada.
f. Stres dan koping keluarga
Stressor jaangka pendek dan panjang
1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialarni keluarga yang
rnernerlukan penyelesaian dalarn waktu kurang dari 5 bulan.
2) Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialarni keluarga yang rnernerlukan
penyelesaian dalarn waktu lebih dari 6 bulan.
3) Kernarnpuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
4) Strategi koping yang digunakan keluarga bila rnenghadapi permasalahan.
5) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila rnenghadapi permasalah
6) Perneriksaan Fisik
Perneriksaan fisik dilakukan terhadap sernua anggotaa keluarga. Metode yang
digunakan pada perneriksaan fisik tidak berbeda dengan perneriksaan fisik di
klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian, rnenanyakan
harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul Dari pengkajian asuhan
keperawatan keluarga di atas maka diagnosa keperawatan keluarga yang
mungkin muncul adalah :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada
keluarga.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit hipertensi
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
hipertensi
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang
dapat mempengaruhi penyakit hipertensi berhubungan.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan hipertensi.
3. Membuat Perencanaan
Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan
khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar
yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan
yang berorientasi pada kriteria dan standar. Perencanaan yang dapat dilakukan pada
asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi ini adalah sebagai berikut :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada
keluarga.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan
mengerti tentang penyakit hipertensi.
Tujuan: Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi setelah tiga kali
kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit
hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan
gejala penyakit hipertensi serta pencegahan dan pengobatan penyakit
hipertensi secara lisan.
Intervensi
1) Jelaskan arti penyakit hipertensi
2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi
3) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit hipertensi
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat
lebih lanjut dari penyakit hipertensi
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga dengan hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat
mengambil tindakan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat
hipertensi dan dapat mengambil keputusan yang tepat. Intervensi:
1) Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi
2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga
yang menderita hipertensi.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
hipertensi
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota
keluarga yang menderita hipertensisetelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan
perawatan penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang
menderita penyakit hipertensi secara tepat.
Intervensi:
1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit hipertensi.
2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita hipertensi.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang
dapat mempengaruhi penyakit hipertensi berhubungan.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh
lingkungan terhadap penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria: Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan
terhadap proses penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi
penyakit hipertensi.
Intervensi
1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi penyakit
hipertensimisalnya :
a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya
benda yang tajam.
b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan Gunakan
bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya
iritasi.
2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat
untuk mengatasi penyakit hipertensisetelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus
meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi
Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk
perawatan dan pengobatan

Anda mungkin juga menyukai