Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG KONSEP LANSIA DAN HIPERTENSI


A. Konsep Dasar Lanjut Usia (Lansia)
1. Definisi lanjut usia (lansia)
Menurut Reimer et al (1999); Stanley and Beare (2007 dalam Azizah 2011),
mendefinisikan lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang menganggap
bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan
kulit dan hilangnya gigi.
Glascock dan Feinman (1981); Stanley and Beare (2007 dalam Azizah 2011),
menganalisis kriteria lanjut usia dari 57 negara di dunia dan menemukan bahwa
kriteria lansia yang paling umum adalah gabungan antara usia kronologis dengan
perubahan dalam peran sosial, dan diikuti oleh perubahan status fungsional seseorang.
Proses menua merupakan suatu hal yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap
orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah
60 tahun.
2. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut menurut Depkes RI (2015)
a. Usia lanjut presenilis yaitu abtara usian45-59 tahun
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan.
3. Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat (1999). Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13
tentang Kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampe spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang berfariasiProses Penuaan Pada Lansia.
4. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Pada Lansia Dan Implikasi Klinik
a. Perubahan pada Sistem Kardiovaskular

29
Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun
fungisional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsursering terjadi ditandai
dengan penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan
darah yang teroksigenasi.
Jumlah detak jantung saat istirahat pada orang tua yang sehat tidak ada
perubahan, namun detak jantung maksimum yang dicapai selama latihan berat
berkurang. Pada dewasa muda, kecepatan jantung dibawah tekanan
yaitu,180-200 x/menitkecepatan jantung pada usiam70-75 tahun menjadi 140-160
x/menit.
i. Perubahan Struktur
Pada fungsi fisiologis,faktor gaya hidup berpengaruh secara signifikan
terhadap fungsi kardiovaskuler. Gaya hidup dan pengaruh lingkungan
merupakan faktor penting dalam menjelaskan berbagai keragaman fungsi
kardiovaskuler pada lansia, bahkan untuk perubahan tanpa penyakit terkait.
Secara singkat, beberapa perubahan dapat diidentifikasi pada otot
jantung, yang mungkin berkaitan dengan usia atau penyakit seperti
penimbunan amiloid, degenerasi basofilik, akumilasi lipofusin,
penebalan dan kekakuan pembuluh darah, dan peningkatan jaringan
fibrosis. Pada lansia terjadi perubahan ukuran jantung yaitu hipertrofi dan
atrofi pada usia 30-70 tahun.
Berikut ini merupakan perubahan struktur yang terjadi pada sistem
kardiovaskular akibat proses menua :
a) Penebalan dinding ventrikel kiri karena peningkatan densitas
kolagen dan hilangnya fungsi serat-serat elastis. Implikasi dari
hal ini adalah ketidakmampuan jantung untuk distensi dan penurunan
kekuatan kontraktil.
b) Jumlah sel-sel peacemaker mengalami penurunan dan berkas his
kehilangan serat konduksi yang yang membawa impuls ke ventrikel.
Implikasi dari hal ini adalah terjadinya disritmia.
c) Sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus karena
peningkatan serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan

30
medial arteri. Implikasi dari hal ini adalah penumpulan respon
baroreseptor dan penumpulan respon terhadap panas dan dingin.
d) Vena meregang dan mengalami dilatasi. Implikasi dari hal ini
adalah vena menjadi tidak kompeten atau gagal dalam menutup
secara sempurna sehingga mengakibatkan terjadinya edema pada
ekstremitas bawah dan penumpukan darah.
B. Konsep Dasar Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain
seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah,
makin besar resikonya (NANDA,2015).
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu :genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem
renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang
meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol dan polisitemia.
b. Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom chusing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
2. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur

31
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis Beberapa
pasien yang menderita hipertensi yaitu :
I. Mengeluh sakit kepala, pusing
II. Lemas, kelelahan
III. Sesak nafas
IV. Gelisah
V. Mual
VI. Muntah
VII. Epistaksis
VIII. Kesadaran menurun
3. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan laboratorium
 Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagulabilitas
dan anemia
 BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal
 Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin
 Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM
 CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
 EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
 IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal, perbaikan
ginjal
 Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung

32
4. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis atau penanganan yang tepat bagi penderita hipertensi sebagai
berikut:
a. Terapi
Terapi Non Farmakologis
Pencegahan dan manajemen hipertensi lebih utama ditekankan pada perubahan
gaya hidup dan pengaturan diet.
 Diet
Diet untuk hipertensi membatasi konsumsi garam, makanan asin,
meningkatkan konsumsi sayuran dan buah sebagai sumber utama kalium. Diet
yang banyak mengonsumsi buah-buahan, sayuran, dan rendah lemak serta
rendah lemak jenuh (diet DASH) dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu,
terapi tambahan yang perlu dilakukan untuk mencegah atau mengurangi
hipertensi, yaitu:
 Kurangi berat badan jika berlebih
 Batasi asupan alkohol, etanol tidak lebih dari 1 oz (30 ml), bir (missal 24
oz (720 ml), anggur 10 oz (300 ml) atau wiski 2 oz (60 ml) tiap hari atau
0,5 oz (15 ml) etanol tiap hari untuk wanita dan orang dengan berat
badan yang lebih ringan
 Tingkatkan aktivitas fisik aerobic (30-45 menit hampir tiap hari dalam
satu minggu)
 Kurangi asupan natrium tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4 gram natrium
atau 6 gram natrium klorida)
 Pertahankan asupan kalium yang adekuat dalam diet (kira-kira 90
mmol/hari)
 Pertahankan intake kalsium dan magnesium yang adekuat dalam diet
untuk kesehatan secara umum
 Berhenti merokok dan kurangi asupan lemak jenuh dalam diet dan
kolesterol untuk kesehatan kardiovaskuler secara keseluruhan.
Berikut merupakan beberapa contoh makanan yang diperbolehkan dan
dihindarkan untuk dikonsumsi diantaranya:
33
Sumber Bahan Makanan yang Makanan yang Harus
Diperbolehkan Dihindarkan

Protein nabati Tahu, tempe, kacang Keju, kacang tanah,


hijau, kacang kedelai, kacang asin, tauco,
kacang tolo, kacang tahu asin
tanah, kacang kapri, dan
Lemak Santan
kacang encer, minyak
lain yang segar Salad dressing,
mentega tanpa garam mentega margarine,
lemak hewan
Sayuran Semua sayuran segar Sayuran yang
diawetkan: sawi asin,
acar, asinan, sayuran
Buah-buahan Semua buah-buahan dalam kaleng
Buah yang diawetkan
Segar menggunakan zat
pengawet: buah

Bumbu Semua bumbu dapur kering, buah kaleng


Garam dapur, MSG,
kecap, saus tomat
botol, saus cabai,
pengempuk daging,
maggi, terasi, soda
Minuman Teh, kopi encer Cokelat, cafein,
alcohol
Tabel 2.4 contoh makanan yang diperbolehkan dan dihindarkan
b. Olahraga
Selain mengatur pola makan atau diet, dianjurkan pula untuk olah raga secara
teratur dan mengontrol tekanan darah, dan juga berhenti merokok untuk mencegah
kemungkinan komplikasi.
c. Terapi Obat

34
Tujuan pengobatan adalah memperkecil kerusakan organ target akibat tekanan
darah dan menghindari pengaruh buruk akibat pengobatan. Untuk yang menjalani
terapi obat ini juga memiliki criteria tertentu

d. Diuretik
Menurunkan tekanan darah pada awalnya dengan cara menurunkan volume
plasma (dengan menekan reabsorpsi natrium oleh tubulus ginjal sehingga
meningkatkan ekskresi natrium dan air) dan curah jantung, tetapi selama terapi
kronis pengaruh hemodinamik yang utama adalah mengurangi resistensi vaskuler
perifer. Contoh obat pada golongan ini adalah hidroklortiazid, klortalidon,
metolazon, furosemid, dsb.
e. Agen Penghambat Beta Adrenergik
Obat ini efektif karena menurunkan denyut jantung dan curah jantung, kemudian
juga menurunkan pelepasan rennin dan lebih manjur pada populasi dengan
aktivitas rennin plasma yang meningkat seperti orang kulit putih yang berusia
lebih muda. Efek sampingnya antara lain: mencetuskan atau memperburuk gagal
ventrikel kiri, kongesti nasal, dapat terjadi kelemahan, letargi, impotensi, dsb.
Beberapa obat dalam golongan ini adalah: acebutolol, atenolol, betaksolol,
labetalol, dll
f. Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme)
Banyak digunakan sebagai pengobatan awal hipertensi ringan hingga sedang.
Aksi kerja utamanya dengan menghambat system rennin-angiotensin-aldosteron,
tetapi juga menghambat degradasi bradikinin, menstimulasi sintesis
prostaglandin dan kadang mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis.
Keuntungan ACE adalah relative bebas dari efek samping yang menggangu.
Contoh obat golongan ini yaitu: benazepril, kaptopril, enalpril, fosinopril,
lisinopril, dll.
g. Agen Penghambat Reseptor Angiotensin II
Jenis ini sebaiknya hanya digunakan terutama pada pasien yang mengalami batuk
jika menggunaan penghambat ACE. Contoh obat pada golongan ini adalah:
eprosartan, irbesartan, losartan, valsartan, dll.
h. Agen Penghambat saluran Kalsium
35
Obat ini beraksi dengan cara menyebabkan vasodilatasi perifer, yang
berkaitan dengan refleks takikardi yang kurang begitu nyata dan retensi
cairan daripada vasodilator yang lain. Efek samping yang paling biasa yakni
nyeri kepala, edema perifer, bradikardi dan konstipasi, dsb. obat yang tergolong
dalam golongan ini diantaranya: amlodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, dll.
i. Antagonis Adrenoseptor Alfa
Parazosin, terazosin dan doksazosin memblok reseptor alfa pasca
sinaptik, membuat rileks otot polos dan menurunkan tekanan darah dengan
menurunkan resistensi vaskuler perifer. Efek samping utama adalah hipertensi
yang nyata dan sinkop setelah dosis pertama, yang oleh sebab itu sebaiknya
diberikan dosis kecil dan diberikan pada saat akan tidur.
j. Obat-obat dengan Aksi Simpatolitik Sentral
Metildopa, klonidin, gunabenz, dan guanfacine menurunkan tekanan darah dengan
cara menstimulasi reseptor alfa adrenergic pada sistem saraf pusat, sehingga
mengurangi aliran keluar simpatetik perifer eferen. Hal yang perlu
diperhatikan yaitu hipertensi kembali terjadi setelah penghentian pemberian obat
dan beberapa efek samping lainnya.
k. Dilator Arteriolar
Hidralazin dan minoksidil menyebabkan rileks otot polos vaskuler dan
menyebabkan vasodilatasi perifer. Hidralazin menyebabkan gangguan
gastrointestinal dan dapat menginduksi sindroma menyerupai lupus. Minoksidil
menyebabkan hirsutisme dan retensi cairan yang nyata; agen ini diberikan pada
pasien yang refrakter.
l. Penghambat Simpatetik Perifer
Reserpin merupakan agen hipertensi yang hemat biaya. Oleh karena efek samping
obat ini yang dapat menginduksi depresi mental dan efek samping lainnya seperti
sedasi, hidung tersumbat, gangguan tidur, dan ulkus peptikum, menyebabkan obat
ini tidak popular digunakan, meskipun masalah ini tidak biasa terjadi pada dosis
yang rendah.

36
Konsep Asuhan Keperawatan Pada Penderita Hipertensi
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam peruses keperawatan.
Untuk itu, di perlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah klien
sehingga dapat memberi arah terhadap tindakan keperawatan.
a. Anamnesis.
Anamnesis di lakukan untuk mengetahui:
1) Identitas meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
di gunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan giagnosis medis.
2) Aktifitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
3) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis.
Tanda : Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia, denyutan
nadi jelas, bunyi jantung murmur, distensi vena jugularis
4) Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata),
peningkatan pola bicara
5) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,
riwayat penyakit ginjal ), obstruksi.
37
6) Makanan/ cairan
Gejala : Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat
penggunaan diuretic. Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya
oedem.

7) Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital,
gangguan penglihatan.
Tanda : Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori,
perubahan retina optik. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
tangan.
8) Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
9) Pernafasan
Gejala : Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk
dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda : Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan
alat bantu pernafasan.
10) Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara brejalan.
b. Pemeriksaan Diagnostik
 Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas).
 BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.
 Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan
kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
 Kalsium serum
 Kalium serum
 Kolesterol dan trygliserid
 Urin analisa

38
 Foto dada
 CT Scan
 EKG
2. Kemungkinan Diagosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi inadekuat
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
d. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak
efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-
sumber informasi.
f. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah.
g. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang
pandang, motorik atau persepsi.
3. Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b.d peningkatan tekanan vaskuler
serebral
Tujuan : Menghilangkan rasa nyeri
Kriteria hasil :
 Melaporkan ketidanyamanan hilang atau terkontrol.
 Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

Intervensi :
a) Pertahankan tirah baring selama fase akut.
R/ Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi.
b) Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,
misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.
39
R/ Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral, efektif
dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
c) Hilangkan/minimalkan aktifitas vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala, misalnya batuk panjang, mengejan saat BAB.
R/ Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala
pada adanya peningkatan vaskuler serebral.
d) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
R/ Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan
yang memperberat kondisi klien.
e) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti
ansietas, diazepam dll.
R/ Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake nutrisi inadekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
1) Klien menunjukkan peningkatan berat badan
2) Menunjukkan perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat badan
ideal
Intervensi
1) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan lemak, garam dan gula
sesuai indikasi.
R/ Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis, kelebihan
masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat
merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.
2) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
R/ Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir..
3) Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk
kapan dan dimana makan dilakukan, lingkungan dan perasaan sekitar saat
makanan dimakan.

40
R/ Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan
kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada
factor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan.
4) Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan
dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll)
dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).
R/ Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting
dalam mencegah perkembangan aterogenesis.
5) Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
R/ Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan
diet individual.
c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan : tidak terjadi intoleransi aktivitas
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan atau
diperlukan
2) Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi
1) Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan
parameter : frekwensi nadi 20 x/menit diatas frekwensi istirahat, catat
peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan,
berkeringat, pusing atau pingsan.
R/ Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas
dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung.
2) Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada
aktivitas dan perawatan diri.
R/ Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat
aktivitas individual.
3) Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.

41
R/ Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat
meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap
mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
4) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi
mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.
R/ Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga
membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
6) Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.
R/ Jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan
mencegah kelemahan.
d. Inefektif koping individu b.d mekanisme koping tidak efektif, harapan
yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
Tujuan : klien menunjukkan tidak ada tanda-tanda inefektif koping
Kriteria Hasil :
1) Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya
2) menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi
3) mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah
untuk menghindari dan mengubahnya.
Intervensi
1) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya
: kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
R/ Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi
hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan
kedalam kehidupan sehari-hari.
2) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak
mampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah.
R/ Manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin merupakan
indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD
diastolic.

42
3) Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya.
R/ Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah
respon seseorang terhadap stressor.
4) Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan.
R/ Keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan.
Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama dalam
regiment teraupetik.
5) Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan
perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang
membatalkan tujuan diri / keluarga.
R/ Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk
menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi mengenai penyakitnya.
Tujuan : Klien menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai penyakitnya
Kriteria hasil :
1) Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment
pengobatan.
2) Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi
yang perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.
Intervensi
1) Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.
R/ Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi
dan mempermudah dalam menentukan intervensi.
2) Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardivaskuler
yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan
kolesterol, pola hidup monoton, merokok, pola hidup penuh stress dan
minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari dengan teratur).

43
R/ Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam
menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal

44
f. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah.
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria Hasil :
1) Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban
kerja jantung
2) Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima.
3) Memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal
pasien.
Intervensi
1) Observasi tekanan darah
R/ Perbandingan dari tekanan darah memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang keterlibatan vaskuler.
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
R/ Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati saat
palpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari
vasokontriksi dan kongesti vena.
3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
R/ S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya
hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan
kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru
sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.
4) Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
R/ Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
5) Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas atau
keributan ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
R/ Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi.
6) Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.
R/ Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek
tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.

45
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pembrian terapi anti hipertensi dan
diuretik.
R/ Menurunkan tekanan darah.

46

Anda mungkin juga menyukai