I. Konsep Penyakit
A. Definisi
1. Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. Institut Nasional Jantung, Paru, dan Darah memperkirakan separuh orang yang
menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan
darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi
seumur hidup (Brunner and Suddart , 2002).
2. Hipertensi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang lanjut usia dan
menjadi faktor risiko utama insiden penyakit kardiovaskular. Karenanya, kontrol tekanan
darah menjadi perawatan utama orang-orang lanjut usia. Jose Roesma, dari divisi
nefrologi ilmu penyakit dalam FKUI-RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
mengungkapkan bahwa pada orang tua umumnya terjadi hipertensi dengan sistolik
terisolasi yang berhubungan dengan hilangnya elastisitas arteri atau bagian dari penuaan.
B. Klasifikasi
Klasifikasi Hipertensi berdasarkan WHO-ISH 1999
Tekanan Sistolik
Tekanan Diastolik
(mmHg)
(mmHg)
Kategori
Optimal
<>
<>
Normal
<>
<>
Normal Tinggi
130 139
85 89
Derajat 1 (ringan)
140 159
90 99
- subgroup borderline
140 149
90 94
- Derajat 2 (sedang)
160 179
100 109
- Derajat 3 (berat)
180
110
Hipertensi Sistolik
140
90
- Jenis Kelamin, kalau ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata, ternyata
wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah
didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Laporan dari
Sumatera Barat, mendapatkan 18,6% pria dan 17,4% wanita. Dari perkotaan di Jakarta
(pertukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita.
- Umur, Penderita hipertensi esensial, sebagian besar timbul pada usia 25 45 tahun dan
hanya 20% yang timbulnya kenaikan tekanan darah di bawah usia 20 tahun dan diatas
50 tahun (Soeparman, 1999).
2. Dapat dikontrol :
- Kegemukan (obesitas), belum terdapat mekanisme pasti, yang dapat menjelaskan
hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, akan tetapi pada penyelidikan
dibuktikan bahwa curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan
normal. Pada obesitas tahanan ferifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf
simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.
- Kurang Olahraga, lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena
olah raga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer, yang akan
menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada
hipertensi. Dengan kurang olah raga, kemungkinan timbulnya obesitas akan meningkat
dan apabila asupan garam bertambah, akan mudah timbul hipertensi.
- Merokok, rokok juga dihubungkan dengan hipertensi, walaupun pada manusia
mekanisme secara pasti belum diketahui. Hubungan antara rokok dengan peningkatan
resiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.
- Kolesterol tinggi, kehamilan,
- Konsumsi Alkohol. Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol
berat cenderung hipertensi, walaupun mekanisme timbulnya hipertensi secara pasti
belum diketahui.
- Garam merupakan hal yang sangat sentral dalam patofisiologi hipertensi. Hipertensi
hampir tidak pernah ditemukan pada golongan suku bangsa dengan asupan garam
minimal. Apabila asupan garam kurang dari 3 gram perhari, prevalensi hipertensi
beberapa saja, sedangkan apabila asupan garam antara 5 15 gram perhari, prevalensi
hipertensi meningkat menjadi 15 20%.
D. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi Sistem Kardiovaskuler
b. Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut,berongga dan dengan basisnya diatas dan
puncaknya dibawah. Apexnya (puncak) miring kesebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300
gram. Agar jantung berfungsi sebagai pemompa yang efisien, otot otot jantung, rongga
atas dan rongga bawah harus berkotraksi secara bergantian. Laju denyut denyut jantung
atau kerja pompa ini dikendalikan secara alami oleh suatu pengatur irama ini terdiri dari
sekelompok secara khusus, disebut nodus sinotriali, yang terletak didalam dinding
serambi kanan Sebuah impuls listrik yang ditransmisikan dari nodus sinotrialis ke kedua
serambi membuat keduanya berkontraksi secara serentak. Arus listrik ini selanjutnya
diteruskan ke dinding dinding bilik, yang pada gilirannya membuat bilik bilik
berkotraksi secara serentak. Periode kontraksi ini disebut systole. Selanjutnya periode ini
diikuti dengan sebuah periode relaksasi pendek kira - kira 0.4 detik yang disebut diastol,
sebelum inpuls berikutnya datang Nodus sinotriolis menghasilkan antara 60 hingga 72
impuls seperti ini setiap menit ketika jantung sedang santai. Produk impuls impuls ini
juga dikendalikan oleh suatu bagian sistem saraf yang disebut sistem syaraf otonom ,
yang bekerja diluar keinginan kita. Sistem listrik built-in inilah yang menghasilkan
kontraksi kontraksi otot jantung berirama yang disebut denyut jantung.
E. Manifestasi Klinis
1. Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan
cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus
optikus).
2. Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun.
Gejala, bila ada, biasanya menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas
sesuai dengan sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.penyakit
arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.
3. Hipertropi ventrikel kiri terjadi sebagai respon peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa
berkontraksi melawan tekanan sistemik yag meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi
menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis
pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan
azotemia (peningkatan nitrogen urea darah [BUN] dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah
otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang termanifestasikan sebagai
paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita
stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia, insiden infark otak mencapai
80%.
F. Patoflow
G. Komplikasi
Pada kenyataannya, modifikasi gaya hidup telah terbukti menghilangkan hipertensi pada
beberapa individu tanpa menggunakan obat (JNC,1992). Modifikasi gaya hidup yang dapat
menurunkan hipertensi (JNC,1992):
a) Mencapai penurunan berat badan sampai 10% dari berat badan ideal.
b) Batasi masukan alkohol tiap hari(2 oz liquor, 8 oz anggur, atau 24 oz bir)
c) Ikut serta dalam latihan aerobik reguler (30-45 menit) tiga sampai lima kali seminggu.
A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat.
- Perubahan irama jantung.
- Takpinea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/ katup dan penyakit
serebrovaskuler.
Tanda : - Kenaikan TD (Pengukuran serial dan kenaikan tekanan darah diperlukan untuk
menegakan diagnosis).
- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat).
- Nadi : Denyutan jelas dari karotis jugularis, radialis, perbedaan denyut, seperti
denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis,
denyut poplitea, tibialis posterior, pedialis tidak teraba atau lemah.
- Denyut apikal : PMI kemungkinan bergeser dan/atau sangat kuat.
- Frekuenasi / irama : Takikardia, berbagai disritmia.
- Bunyi jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini), S4 (Pengerasan ventrikel kiri
/ hipertrofi ventrikel kiri).
- Murmur stenosis valvular.
- Desiran vaskular terdengar diatas karotis, femoralis, atau epigastrium (Stenosis
arteri).
- DVJ (Distensi Vena Jugularis) (Kongesti Vena).
- Ekstremitas : Perubahan warna kulit, suhu dingin (Vasokontriksi perifer),
pengisian kapiler mungkin lambat/ tertunda (Vasokontriksi).
- Kulit pucat, sainosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia), kemerahan
(Feokromositoma).
- Kerusakan pembuluh darah dengan manifestasi yang berhubungan dengan sistem organ tertentu
sesuai lokasinya .
- Penyakit jantung koroner dengan angina.
- Hipertrofi ventrikel kiri (HVK).
- Perubahan patologis ginjal.
- Perdarahan otak (stroke)
- DM
- Dekompensasi cordis.
H. Pemeriksaan Diagnostik
- Foto Thoraks : Dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katup, defosit pada takik
aorta, pembesaran jantung.
- CT Scan : Mengkaji tumor serebral, CSV, enselapati atau peakromasitoma.
- EKG : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, ganggu kanduksi.
Catatan : Luas, peninggian gelembung P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
- Echo (Ekokardiogram) dilakukan karena dapat menemukan HVK secara dini dan spesifik.
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin atau hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume (visikositas) yang dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hiperkoagulalivitas, anemia.
2. BUN atau kreatinin : Memberikan informasi terhadap perfusi atau fungsi ginjal.
3. Glukosa : Hiperglikemia (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan kefokalamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteran utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
6. Kolesterol dan trigeliserida serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
utama adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskular).
7. Pemeriksaan tyroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasakontriksi dan hipertensi.
8. Kadar aldosteron urin atau serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
9. Urinalisis : Protein, Leukosit, Eritrosit dan silinder.
1). Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi,
hipertropi/ rigiditas (kekakuan ) ventrikuler.
Kriteria Hasil :
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/ beban kerja jantung
- Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima
- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien
Tindakan / intervensi
Rasional
Mandiri
tempat tidur.
3.
Berikan
nyaman,
lingkungan
kurangi
keributan lingkungan.
untuk
dapat
menurunkan
Kolaborasi
8. Tiazid mungkin digunakan sendiri atau
8.Berikan obat-obat sesuai indikasi,
seperti
diuretik
klorotiazid (diuril).
tiazid
mis:
dicampur
dengan
obat
lainuntuk
Kriteria evaluasi :
- Melaporkan nyeri/ ketidaknyamanan hilang/ terkontrol.
- Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.
- Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Tindakan/Intervensi
Rasional
Mandiri
mungkin
simpatis.
Tindakan / Intervensi
Rasional
Mandiri
dapat
ditoleransi.
Berikan
akan
mendorong
kemandirian
dalam
melakukan
aktivitas.
pasien.
4. Mengetahui tingkat kemampuan klien
5. Anjurkan dan ajarkan klien tentang
teknik penghematan energi misalnya
menggunakan
kursi
dalam
beraktivitas
dan
untuk
saat
energi,juga
keseimbangan
perlahan.
antara
membantu
suplai
dan
kebutuhan oksigen.
Tindakan / Intervensi
Mandiri
Rasional
1. Perkirakan dan informasi dapat
menurunkan kecemasan pasien.
menurunkan takut.