Anda di halaman 1dari 19

Askep Hipertensi Pada Lansia

I. Konsep Penyakit
A. Definisi
1. Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. Institut Nasional Jantung, Paru, dan Darah memperkirakan separuh orang yang
menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan
darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi
seumur hidup (Brunner and Suddart , 2002).
2. Hipertensi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang lanjut usia dan
menjadi faktor risiko utama insiden penyakit kardiovaskular. Karenanya, kontrol tekanan
darah menjadi perawatan utama orang-orang lanjut usia. Jose Roesma, dari divisi
nefrologi ilmu penyakit dalam FKUI-RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
mengungkapkan bahwa pada orang tua umumnya terjadi hipertensi dengan sistolik
terisolasi yang berhubungan dengan hilangnya elastisitas arteri atau bagian dari penuaan.
B. Klasifikasi
Klasifikasi Hipertensi berdasarkan WHO-ISH 1999

Tekanan Sistolik

Tekanan Diastolik

(mmHg)

(mmHg)

Kategori

Optimal

<>

<>

Normal

<>

<>

Normal Tinggi

130 139

85 89

Derajat 1 (ringan)

140 159

90 99

- subgroup borderline

140 149

90 94

- Derajat 2 (sedang)

160 179

100 109

- Derajat 3 (berat)

180

110

Hipertensi Sistolik

140

90

Sumber : Zulkhair Ali, Standar Profesi Ilmu Penyakit Dalam (2002).


C. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan / sebagai akibat dari adanya
penyakit lain.
Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas :
1. Tidak dapat dikontrol, seperti :
- Keturunan (genetik), kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita kembar
monozigot daripada heterozigot, apabila salah satu diantaranya menderita hipertensi,
menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran terhadap terjadinya hipertensi.
Pada percobaan binatang tikus golongan Japanese spontanously hypertensive rat
(SHR), New Zealand genetically hypertensive rat (GH), Dahl salt sensitive (H) dan
Salt resistant dan Milan hypertensive rat strain (MHS), dua turunan tikus tersebut
mempunyai faktor neurogenik yang secara genetik diturunkan sebagai faktor penting
timbulnya hipertensi, sedangkan dua turunan yang lain menunjukkan faktor kepekaan
terhadap garam yang juga diturunkan secara genetik sebagai faktor utama timbulnya
hipertensi.

- Jenis Kelamin, kalau ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata, ternyata
wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah
didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Laporan dari
Sumatera Barat, mendapatkan 18,6% pria dan 17,4% wanita. Dari perkotaan di Jakarta
(pertukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita.
- Umur, Penderita hipertensi esensial, sebagian besar timbul pada usia 25 45 tahun dan
hanya 20% yang timbulnya kenaikan tekanan darah di bawah usia 20 tahun dan diatas
50 tahun (Soeparman, 1999).
2. Dapat dikontrol :
- Kegemukan (obesitas), belum terdapat mekanisme pasti, yang dapat menjelaskan
hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, akan tetapi pada penyelidikan
dibuktikan bahwa curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan
normal. Pada obesitas tahanan ferifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf
simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.
- Kurang Olahraga, lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena
olah raga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer, yang akan
menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada
hipertensi. Dengan kurang olah raga, kemungkinan timbulnya obesitas akan meningkat
dan apabila asupan garam bertambah, akan mudah timbul hipertensi.
- Merokok, rokok juga dihubungkan dengan hipertensi, walaupun pada manusia
mekanisme secara pasti belum diketahui. Hubungan antara rokok dengan peningkatan
resiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.
- Kolesterol tinggi, kehamilan,
- Konsumsi Alkohol. Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol
berat cenderung hipertensi, walaupun mekanisme timbulnya hipertensi secara pasti
belum diketahui.
- Garam merupakan hal yang sangat sentral dalam patofisiologi hipertensi. Hipertensi
hampir tidak pernah ditemukan pada golongan suku bangsa dengan asupan garam
minimal. Apabila asupan garam kurang dari 3 gram perhari, prevalensi hipertensi

beberapa saja, sedangkan apabila asupan garam antara 5 15 gram perhari, prevalensi
hipertensi meningkat menjadi 15 20%.
D. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi Sistem Kardiovaskuler
b. Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut,berongga dan dengan basisnya diatas dan
puncaknya dibawah. Apexnya (puncak) miring kesebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300
gram. Agar jantung berfungsi sebagai pemompa yang efisien, otot otot jantung, rongga
atas dan rongga bawah harus berkotraksi secara bergantian. Laju denyut denyut jantung
atau kerja pompa ini dikendalikan secara alami oleh suatu pengatur irama ini terdiri dari
sekelompok secara khusus, disebut nodus sinotriali, yang terletak didalam dinding
serambi kanan Sebuah impuls listrik yang ditransmisikan dari nodus sinotrialis ke kedua
serambi membuat keduanya berkontraksi secara serentak. Arus listrik ini selanjutnya
diteruskan ke dinding dinding bilik, yang pada gilirannya membuat bilik bilik
berkotraksi secara serentak. Periode kontraksi ini disebut systole. Selanjutnya periode ini
diikuti dengan sebuah periode relaksasi pendek kira - kira 0.4 detik yang disebut diastol,
sebelum inpuls berikutnya datang Nodus sinotriolis menghasilkan antara 60 hingga 72
impuls seperti ini setiap menit ketika jantung sedang santai. Produk impuls impuls ini
juga dikendalikan oleh suatu bagian sistem saraf yang disebut sistem syaraf otonom ,
yang bekerja diluar keinginan kita. Sistem listrik built-in inilah yang menghasilkan
kontraksi kontraksi otot jantung berirama yang disebut denyut jantung.
E. Manifestasi Klinis
1. Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan
cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus
optikus).

2. Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun.
Gejala, bila ada, biasanya menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas
sesuai dengan sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.penyakit
arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.
3. Hipertropi ventrikel kiri terjadi sebagai respon peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa
berkontraksi melawan tekanan sistemik yag meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi
menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis
pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan
azotemia (peningkatan nitrogen urea darah [BUN] dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah
otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang termanifestasikan sebagai
paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita
stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia, insiden infark otak mencapai
80%.

F. Patoflow

G. Komplikasi
Pada kenyataannya, modifikasi gaya hidup telah terbukti menghilangkan hipertensi pada
beberapa individu tanpa menggunakan obat (JNC,1992). Modifikasi gaya hidup yang dapat
menurunkan hipertensi (JNC,1992):
a) Mencapai penurunan berat badan sampai 10% dari berat badan ideal.
b) Batasi masukan alkohol tiap hari(2 oz liquor, 8 oz anggur, atau 24 oz bir)
c) Ikut serta dalam latihan aerobik reguler (30-45 menit) tiga sampai lima kali seminggu.

d) Kurangi masukan natrium sampai <>


e) Berhenti merokok.
f) Kurangi lemak jenuh dan kolesterol sampai < 3% dari masukan diet
Pastikan mengkonsumsi kalsium, kalium dan diet magnesium dalam jumlah yang diizinkan
setiap hari.
h) Obesitas meningkatkan tahanan perifer dan beban kerja jantung sehingga meningkatkan
tekanan darah. Alkohol adalah vasodilatator yang akan menyebabkan vasokonstriktor rebound,
yang mempunyai keterkaitan dengan tekanan darah (Cunningham, 1992).
i) Latihan reguler meningkatkan aliran darah perife- dan otot se` efisiensi jantung.
Hasilnya adalah sistem kardiovaskuler yang lebih efektif (Hill,1985). Natrium mengontrol
distribusi air keseluruh tubuh. Peningkatan natrium menyebabkan peningkatan air, dengan
demikian meningkatkan volume sirkulasi dan meningkatkan tekanan darah. Tembakau bekerja
sebagai vasokonstriktor, yang meningkatkan tekanan darah. Diet tinggi lemak membantu
pembentukan plaque dan penyempitan pembuluh darah (Cunningham, 1992).

II ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)

A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat.
- Perubahan irama jantung.

- Takpinea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/ katup dan penyakit
serebrovaskuler.
Tanda : - Kenaikan TD (Pengukuran serial dan kenaikan tekanan darah diperlukan untuk
menegakan diagnosis).
- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat).
- Nadi : Denyutan jelas dari karotis jugularis, radialis, perbedaan denyut, seperti
denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis,
denyut poplitea, tibialis posterior, pedialis tidak teraba atau lemah.
- Denyut apikal : PMI kemungkinan bergeser dan/atau sangat kuat.
- Frekuenasi / irama : Takikardia, berbagai disritmia.
- Bunyi jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini), S4 (Pengerasan ventrikel kiri
/ hipertrofi ventrikel kiri).
- Murmur stenosis valvular.
- Desiran vaskular terdengar diatas karotis, femoralis, atau epigastrium (Stenosis
arteri).
- DVJ (Distensi Vena Jugularis) (Kongesti Vena).
- Ekstremitas : Perubahan warna kulit, suhu dingin (Vasokontriksi perifer),
pengisian kapiler mungkin lambat/ tertunda (Vasokontriksi).
- Kulit pucat, sainosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia), kemerahan
(Feokromositoma).

3). Integritas Ego


Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansieta, depresi, euforia., atau marah kronik (dapat
mengindikasikan kerusakan serebral), faktor-faktor stres multipel (hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda : - Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang
meledak.
- Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat,
pernafasan menghela peningkatan pola bicara.
4). Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/ obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal masa yang lalu).
5). Makanan/ Cairan
Gejala : - Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol (Seperti makanan yang digoreng, keju, telur), gula-gula yang
berwarna hitam kandungan tinggi kalori.
- Mual, muntah.
- Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/ turun).
- Riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : - Berat badan normal atau obesitas.
- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu) kongesti vena, DVJ; glikosuria
(hampir 109 pasien hipertensi adalah diabetik).
6). Neurosensori

Gejala : - Keluhan pusing/ pening.


- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara
spontan setelah beberapa jam).
- Episode kebas dan/ atau kelemahan pada satu sisi tubuh.
- Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur).
- Episode epistaksis.
Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan, orientasi, pola/ isi bicara, efek, proses pikir,
atau memori (ingatan).
- Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan dan/ atau refleks tendon dalam.
- Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/ penyempitan arteri ringan
sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papliedema, eksudat,
dan hemoragi tergantung pada berat/ lamanya hipertensi.
7). Nyeri / Ketidaknyamana
Gejala : - Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung)
- Nyeri hilang timbul pada tungkai/ klaudiksi (indikasi arterio sklerosis pada arteri
ekstremitas bawah).
- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
- Nyeri abdomen/ massa (feokromositoma)
8). Pernafasan
Gejala : - Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/ kerja.
- Takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal.

- Batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum.


- Riwayat merokok.
Tanda : - Distres respirasi/ penggunaan otot aksesori pernafasan.
- Bunyi nafas tambahan (krakles/ mengi).
- Sianosis.
9). Keamanan
Gejala : - Gangguan koordinasi/ cara berjalan.
- Episode parestesia unilateral transien.
- Hipotensi postural.
10). Pembelajaran/ Penyuluhan
Gejala: - Faktor-faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes
melitus, penyakit serebrovaskular/ ginjal.
- Faktor-faktor resiko etnik, seperti orang Afrika-Amerika, Asia Tenggara.
- Penggunaan pil KB atau hormon lain; penggunaan obat/ alkohol.
11). Pemeriksaan Diagnostik
Hemoglobin/ Hemotokrit : Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko
seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
BUN/ Kreatinin : Memberikan nformasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.

Glukosa :Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetusan hipertensi) dapat diakibatkan


oleh peningkatan kadar ketokolamin(meningkat hipertensi).
Kalium Serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
Kalsium Serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
Kolesterol dan trigeliserida serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasi pencetus
untuk/ adanya pembentukan plakateromatosa (efek kardiovaskuler).
Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi
Kadar aldosteron urin/ serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
Urinalisa : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau diabetes.
VMA urin (metabolit katekolamin) : Kenaikan dapat mengindikasikan adanya
feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk pengkajian
feokromositomabila hipertensi hilang timbul.
Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi.
Steroid urin : Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoa atau
disfungsi pituitari, sindrom Cushing kadar renin dapat juga meningkat.
IVP : Dapat mengindentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal/ ureter.
Foto Dada : Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katup, deposit pada dan/
atau takik aorta, pembesaran jantung.
CT Scan : Mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati, atau feokromositoma.

EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,


catatan: Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi
B. Diagnosa Keperawatan
1). Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi,
hipertropi/ rigiditas (kekakuan ) ventrikuler.
Kriteria Hasil :
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/ beban kerja jantung
- Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima
- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien

- Kerusakan pembuluh darah dengan manifestasi yang berhubungan dengan sistem organ tertentu
sesuai lokasinya .
- Penyakit jantung koroner dengan angina.
- Hipertrofi ventrikel kiri (HVK).
- Perubahan patologis ginjal.
- Perdarahan otak (stroke)
- DM
- Dekompensasi cordis.
H. Pemeriksaan Diagnostik

- Foto Thoraks : Dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katup, defosit pada takik
aorta, pembesaran jantung.
- CT Scan : Mengkaji tumor serebral, CSV, enselapati atau peakromasitoma.
- EKG : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, ganggu kanduksi.
Catatan : Luas, peninggian gelembung P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
- Echo (Ekokardiogram) dilakukan karena dapat menemukan HVK secara dini dan spesifik.
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin atau hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume (visikositas) yang dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hiperkoagulalivitas, anemia.
2. BUN atau kreatinin : Memberikan informasi terhadap perfusi atau fungsi ginjal.
3. Glukosa : Hiperglikemia (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan kefokalamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteran utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
6. Kolesterol dan trigeliserida serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
utama adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskular).
7. Pemeriksaan tyroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasakontriksi dan hipertensi.
8. Kadar aldosteron urin atau serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
9. Urinalisis : Protein, Leukosit, Eritrosit dan silinder.

10. Gula darah puasa.


J. Penatalaksanaan Medis
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan
mortalitas penyerta dengan mecapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90mmHg.
Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan
kualitas hidup sehubungan dengan terapi. Beberapa penelitian menunjukan bahwa pendekatan
nonfarmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau:
latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi
antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria, perokok)
atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85-95 mmHg dan sistoliknya diatas 130
sampai 139mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan.

1). Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi,
hipertropi/ rigiditas (kekakuan ) ventrikuler.
Kriteria Hasil :
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/ beban kerja jantung
- Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima
- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien

Tindakan / intervensi

Rasional

Mandiri

1. Dapat menurunkan rangsangan yang


menimbulkan stres membuat efek tenang,

1. Lakukan teknik relaksasi, panduan

sehingga akan menurunkan TD.

imajinasi, aktivitas pengalihan.


2. Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat

2. Lakukan tindakan-tindakan yang

menurunkan rangsang simpatis.

nyaman, seperti pijatan punggung


dan leher, meninggikan kepala

simpatis, meningkatkan relaksasi

tempat tidur.
3.

Berikan
nyaman,

3. Membantu untuk menurunkan rangsang

lingkungan
kurangi

keributan lingkungan.

4. Menurunkan stres dan ketegangan yang


tenang,
mempengaruhi tekanan darah dan
aktivitas/
perjalanan penyakit hipertensi.

4. Pertahankan pembatasan aktivitas,


seperti istirahat di tempat tidur/
kursi; jadwal periode istirahat

5. Perbandingan dari tekanan memberikan


gambaran yang lebih lengkap tentang
keterlibatan/ bidang masalah vaskular.

tanpa gangguan; bantu pasien


6. Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan
melakukan aktivitas perawatan
masa pengisian kapiler lambat mungkin
diri sesuaikan kebutuhan.
berkaitan dengan vasokontriksi atau
5. Observasi TD. Ukur pada kedua
tangan/ paha untuk evalusi awal.
6. Observasi warna kulit, kelemahan,
suhu dan masa pengisian kapiler.

mencerminkan dekompensasi/ penurunan


curah jantung.
7. Agar klien dapat melakukan secara
mandiri

untuk

dapat

menurunkan

rangsangan yang menimbulkan stres


7. Ajarkan klien teknik relaksasi

membuat efek tenang, sehingga akan


menurunkan TD.

Kolaborasi
8. Tiazid mungkin digunakan sendiri atau
8.Berikan obat-obat sesuai indikasi,
seperti

diuretik

klorotiazid (diuril).

tiazid

mis:

dicampur

dengan

obat

lainuntuk

menurunkan TD pada pasien dengan


fungsi ginjal yang relatif normal.

2). Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.

Kriteria evaluasi :
- Melaporkan nyeri/ ketidaknyamanan hilang/ terkontrol.
- Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.
- Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

Tindakan/Intervensi

Rasional

Mandiri

1. Untuk mengurangi rasa nyeri

1. Atur posisi pasien senyaman

2. Tindakan yang menurunkan tekanan

mungkin

vaskular serebaral dan yang


memperlambat/ memblok respons

2. lakukan tindakan nonfarmakologi


untuk menghilangkan sakit kepala,

simpatis efektif dalam menghilangkan


sakit kepala dan komplikasinya.

mis: kompres dingin pada dahi, pijat


punggung dan leher, teknik relaksasi 3. Pusing dan peningkatan kabur sering
(panduan imajinasi, distraksi) dan

berhubungan dengan sakit kepala.

aktivitas waktu senggang.

Pasien juga dapat mengalami episode


hipotensi postural

3. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai


kebutuhan

4. Untuk melihat hasil tindakan


keperawatan yang sudah di lakukan dan

4. Observasi intensitas dan skala nyeri


5. Ajarkan klien management
nyeri:Relaksasi.
Kolaborasi
6. Berikan sesuai indikasi : obat
analgesik

untuk menentukan intervensi


selanjutnya
5. Agar klien dapat melakukan cara
mandiri untuk mengurangi rasa nyeri.
6. Menurunkan/ mengontrol nyeri dan
menurunkan rangsang sistem saraf

simpatis.

3). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya kelemahan umum, ketidakseimbangan


antara suplai dari kebutuhan oksigen.
Kriteria hasil :
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ diperlukan.
- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intolerasi fisiologi.

Tindakan / Intervensi

Rasional

Mandiri

1. Untuk mempertahankan kekuatan otot


sesuai kemampuan.

1. Lakukan latihan ROM


2. Pengaturan posisi fisiologis dapat
2. Atur posisi fisiologis

membantu perbaikan sirkulasi oksigen.

3. Berikan dorongan untuk melakukan


aktivitas/ perawatan diri bertahap
jika

dapat

ditoleransi.

Berikan

bantuan sesuai kebutuhan.


4. Observasi respon pasien terhadap

3. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah


peningkatan kerja jantung tiba-tiba.
Memberikan bantuan hanya sebatas
kebutuhan

akan

mendorong

kemandirian

dalam

melakukan

aktifitas dan kemajuan mobilitas

aktivitas.

pasien.
4. Mengetahui tingkat kemampuan klien
5. Anjurkan dan ajarkan klien tentang
teknik penghematan energi misalnya
menggunakan

kursi

dalam

beraktivitas

dan

untuk

mendeteksi perkembangan klien.

saat

mandi,duduk disaat menyisir rambut


dan melakukan aktifitas dengan

5. Teknik menghemat energi mengurangi


penggunaan

energi,juga

keseimbangan

perlahan.

antara

membantu
suplai

dan

kebutuhan oksigen.

4) Ansietas berhubungan dengan proses penyakit.


Kriteria hasil :
- Menerima dan mendiskusikan rasa takut.
- Mengungkapkan pengetahuan yang akurat tentang situasi.
- Mendemonstrasikan rentang perasaan yang tepat dan berkurangnya rasa takut.

Tindakan / Intervensi
Mandiri

Rasional
1. Perkirakan dan informasi dapat
menurunkan kecemasan pasien.

1. Orientasikan pasien / orang terdekat


terhadap prosedur rutin dan aktivitas2. Informasi yang tepat tentang situasi
yang diharapkan, tingkatkan

menurunkan takut.

partisipasi bila mungkin.


3. Berbagi informasi membentuk
2. Jawab semua pertanyaan secara

dukungan / kenyamanan dan dapat

nyata, berikan informasi konsisten,

menghilangkan tegangan terhadap

ulangi sesuai indikasi.

kekhawatiran yang tidak di


ekspresikan.

3. Dorong pasien / orang terdekat


untuk mengkomunikasikan dengan4. Meningkatkan relaksasi/ istirahat dan
seseorang, berbagi pertanyaan dan
masalah.
Kolaborasi
4. Berikan anti cemas / hipnotik sesuai
indikasi. Contoh: diazepam
(valium),
flurazepam (dalmane), lorazepam
(ativan).

menurunkan rasa cemas.

Anda mungkin juga menyukai