1. Hipertensi
1.1. Definisi dan Klasifikasi Hipertensi
Lebih dari 90% kasus hipertensi memiliki penyebab yang tidak jelas, dan
disebut hipertensi primer atau hipertensi essensial. Hipertensi primer merupakan
penyakit genetik multifaktorial, yang artinya penurunan gen abnormal pada
seorang individu akan memperbesar kemungkinan orang tersebut menderita
hipertensi, ditambah lagi adanya faktor lingkungan dan gaya hidup seperti
konsumsi garam berlebihan dan stress psikososial. Gen yang terlibat dalam proses
ini belum teridentifikasi, sehingga penentuan mekanisme terjadinya hipertensi
lebih difokuskan pada mengungkap gangguan fungsional yang terjadi akibat
hipertensi. (Aaronson, Ward, Wiener, Schulman, Gill, 2007).
Faktor resiko terjadinya hipertensi terbagi atas dua, yaitu yang dapat
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
a.) Merokok
Lebih dari 400.000 orang, atau satu dari lima orang meninggal setiap tahun
akibat merokok di Amerika Serikat. Rokok mengandung nikotin, zat karsinogenik,
dan 4000 jenis racun lainnya. Nikotin merupakan bahan utama dalam rokok yang
menyebabkan sifat addiktif dari rokok. Zat-zat racun terutama nikotin yang
terkandung didalam rokok dapat menyebabkan penggumpalan di pembuluh darah
sehingga menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Bahan-bahan
yang berasal dari endotel ini selanjutnya akan mengakibatkan hipertrofi struktural
yang pada akhirnya akan mengakibatkan peningkatan curah jantung dan/atau
tahanan perifer. (Burns, 2008).
c.) Obesitas
e.) Diet yang kurang mengandung buah, sayuran dan produk susu
Konsumsi alkohol kadar rendah hingga sedang (1-2 gelas per hari) dapat
menurunkan resiko terjadinya penyakit seperti stroke, penyakit jantung koroner
dan hipertensi hingga 30%, namun konsumsi dalam kadar tinggi dapat merusak
otot jantung. (Mackay and Mensah, 2004).
a.) Usia
Beberapa perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskular dan tekanan
darah pada proses menua antara lain: peningkatan tekanan darah sistolik tetapi
tekanan darah diastolik tidak berubah, peningkatan resistensi vaskular perifer,
lapisan subendotel menebal dengan jaringan ikat,ukuran dan bentuk yang irregular
pada sel-sel endotel, dan berkurangnya vasodilatasi yang dimediasi beta-
adrenergik. (Setiati, Harimurti, Govinda R, 2009).
b.) Genetik
d.) Etnis
Volume vaskular adalah faktor penentu utama tekanan darah dalam jangka
panjang. Meskipun ruang cairan ekstraseluler terdiri dari pembuluh darah dan
ruang interstitial, secara umum, perubahan dalam total volume cairan ekstraseluler
berhubungan dengan volume darah. Ion yang paling banyak di ekstraseluler
adalah sodium, dan merupakan faktor penentu utama dari volume cairan
ekstraseluler. Ketika asupan NaCl melebihi kapasitas ginjal untuk
mengekskresikan sodium, volume vaskular dan curah jantung meningkat. Tubuh
merespon hal ini dengan terjadinya mekanisme autoregulasi untuk
mempertahankan aliran darah konstan, yang dalam jangka panjang akan
meningkatkan resistensi perifer.
a. Sakit kepala, terkadang disertai mual dan muntah, disebabkan oleh karena
peningkatan tekanan darah intrakranial.
b. Penglihatan kabur disebabkan oleh karena kerusakan pembuluh darah di
retina.
c. Ketidakstabilan cara berjalan disebabkan oleh karena kerusakan sistem
nervus.
d. Nokturia disebabkan oleh karena peningkatan aliran darah ginjal dan
filtrasi glomerulus.
e. Edema disebabkan oleh karena peningkatan tekanan kapiler.
a. Anamnesis
d. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien hipertensi lebih difokuskan untuk
mencari bukti yang mengarah pada hipertensi sekunder dan apakah telah muncul
komplikasi akibat hipertensi pada pasien.
Tabel 1.3. Pemeriksaan laboratorium dasar pada evaluasi awal pasien hipertensi
Sistem Tes
Renal Urinalisis mikroskopis, ekskresi albumin, serum BUN
(Blood Urea Nitrogen) dan/atau kreatinin.
Endokrin Serum sodium, potassium, kalsium dan TSH
Metabolik Gula darah puasa, total kolesterol, HDL, LDL,
trigliserida
Lainnya Hematokrit, elektrokardiogram (EKG)
a) Menghentikan rokok
b) Menurunkan berat badan berlebih
c) Menurunkan konsumsi alkohol berlebihan
d) Latihan fisik
e) Menurunkan asupan garam
f) Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak.
(Yogiantoro, 2009).
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi
dianjurkan oleh JNC 7 adalah:
a) Diuretika, terutama jenis thiazide atau aldosterone antagonist
b) Beta blocker
c) Calcium channel blocker atau calcium antagonist
d) Angiotensin converting enzyme inhibitor
e) Angiotensin II receptor blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker.
(Yogiantoro, 2009).
Jantung, otak, ginjal dan pembuluh darah merupakan organ target utama
yang dapat mengalami kerusakan sebagai akibat dari peningkatan tekanan darah.
Tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama dari penyakit jantung
koroner, dan komplikasi hipertensi pada jantung bertanggung jawab sebagai
penyebab meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas pada pasien hipertensi.
(Graettinger, 2002).
a. Komplikasi aterosklerosis
Penyebab utama kematian pada pasien hipertensi adalah komplikasi akibat
aterosklerosis. Penelitian eksperimental menunjukkan penurunan tekanan darah
secara signifikan hanya menurunkan sedikit angka kejadian komplikasi
aterosklerosis, namun jika terapi difokuskan pada penurunan tekanan darah dan
perbaikan kadar kolesterol, hasilnya menjadi lebih baik.
b. Disfungsi jantung
Gejala dari hipertensi adalah disfungsi tekanan darah sistolik dan diastolik.
Penurunan fungsi tekanan darah sistolik dapat mengakibatkan infark miokard,
iskemia miokard, fibrosis dan/atau kardiomiopati. Disfungsi diastolik disebabkan
langsung oleh hipertrofi ventrikel kiri (LVH), dan mengakibatkan gejala gagal
jantung.
c. Stroke