OLEH :
ARIF MUTTAQIN, S.Kep
NIM 010130353 B
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Ujian Praktek Klinik Keperawatan Medikal Bedah
Asuhan Keperawatan Klien Tn. S dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Di Ruang Paru LK RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Penguji Klinik 1
Penguji Klinik 2
Pengertian
a. PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan
keluar Paru. Gangguan yang penting adalah Bronkhitis Obstruktif, Emphysema dan Asthma
Bronkiale. (Black. J. M. & Matassarin,.E. J. 1993).
b.
Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus menerus. Proses
penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3 kondisi berikut ini (Bronkhitis Obstruktif
Kronis, Emphysema dan Asthma Bronkiale) dengan suatu penyebab primer dan yang lain
adalah komplikasi dari penyakit primer.(Enggram, B. 1996).
Bronkhitis Kronis
Gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan
termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam
setahun, paling sedikit 2 tahun berturut turut.
Emphysema
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus alveolaris
dan destruksi dinding alveolar
Asthma Bronkiale
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan bronkus
terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernafas yang
disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas.
Asthma dibedakan menjadi 2 :
1. Asthma Bronkiale Alergenik
2. Asthma Bronkiale Non Alergenik
Asthma tidak dibahas disini karena gejala dan tanda lebih spesifik dan ada pembahasan khusus
mengenai penyakit asma
2.
PATOGENESIS PPOK
GANGGUAN
SEUMUR HIDUP
PEMBERSIHAN PARU
PREDISPOSISI GENETIK
FAKTOR
( KEKURANGAN 1 ANTI TRIPSIN )
TIDAK DIKETAHUI
PERADANGAN
BRONKUS
& ALVEOLUS
SAAT EKSPIRASI SAL.
UDARA YG KECIL KOLAPS
PERADANGAN
JALAN UDARA
HYPOVENTILASI
DINDING BRONKIALE
LEMAH & ALVEOLAR
PECAH
SAAT EKSPIRASI SALURAN
UDARA YANG KECIL KOLAPS
SERING
PADA
BRONKIOLITIS
TERJADI CLE DAN
LANSIA
CLE
PLE
TIMBUL GEJALA
CLE BRONKEOLITIK KRONIK
3.
Penyebab PPOK
a. Bronkitis Kronis
1) Faktor tak diketahui
2) Merokok
3) Polusi Udara
4) Iklim
b.
Emphysema
1) Faktor tak diketahui
2) Predisposisi genetic
3) Merokok
4) Polusi udara
c.
Asthma Bronkiale
4.
Gambaran Klinis
a. Asthma Bronkiale
Selama serangan klien mengalami dispnea dan tanda kesulitan bernafas. Permulaan tanda serangan
terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat), Whezing, batuk non produktif, takhi kardi dan
takipnea.
b. Manifestasi klinis Emphysema dan bronkhitis kronis
Gambaran
Emphysema
Bronkhitis
Mulai timbul
Usia 30 40 tahun
20 30 tahun batuk akibat
merokok (cacat pada usia
pertengahan)
Sputum
Minimal
Banyak sekali
Dispne
Dispnea relatif dini
Lambat
Rasio V/Q
Ketidakseimbangan minimal
Ketidakseimbangan nyata
Bnetuk Tubuh
Kurus dan ramping
Gizi cukup
Diameter AP dada
Dada seperti tong
Tidak membesar
Gambaran respirasi
Hyperventilasi
hypoventilasi
Volume Paru
FEV 1 rendah
FEV 1 rendah
TLC dan RV meningkat
TLC normal RV meningkat
moderat
Pa O2
Norml/rendah
Meningkat
Sa O 2
normal
Desaturasi
Polisitemia
normal
Hb dan Hematokrit meningkat
Sianosis
Jarang
sering
MANAGEMEN MEDIS
Intervensi medis bertujuan untuk :
1) Memelihara kepatenan jalan nafas dengan menurunkan spasme bronkus dan
membersihkan secret yang berlebihan
2) Memelihara keefektifan pertukaran gas
3) Mencegah dan mengobati infeksi saluran pernafasan
4) Meningkatkan toleransi latihan.
5) Mencegah adanya komplikasi (gagal nafas akut dan status asmatikus)
6) Mencegah allergen/iritasi jalan nafas
7)
3.
Pemeriksaan fisik :
a. Manifestasi klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronik :
Peningkatan dispnea.
Takipnea.
b. Gejala yang menetap pada penyakit dasar
Asthma
Batuk (mungkin produktif atau non produktif), dan perasaan dada seperti terikat.
Mengi saat inspirasi maupun ekspirasi yang dapat terdengar tanpa stetoskop.
Pernafasan cuping hidung.
Ketakutan dan diaforesis.
Bronkhitis
Emphysema
Penampilan fisik kurus dengan dada barrel chest (diameter thoraks anterior
posterior meningkat sebagai akibat hiperinflasi paru-paru).
Fase ekspirasi memanjang.
4.
Pemeriksaan diagnostik
Test faal paru
1) Kapasitas inspirasi menurun
2) Volume residu : meningkat pada emphysema, bronkhitis dan asthma
3) FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif Penyakit Paru Obstruktif Kronik
4) FVC awal normal menurun pada bronchitis dan astma.
5) TLC normal sampai meningkat sedang (predominan pada emphysema).
Darah :
Hb dan Hematokrit meningkat pada polisitemia sekunder.
Jumlah darah merah meningkat
Eo dan total IgE serum meningkat.
Analisa Gas Darah gagal nafas kronis.
Pulse oksimetri SaO2 oksigenasi menurun.
Elektrolit menurun oleh karena pemakaian deuritika pada cor pulmunale.
Sputum :
Pemeriksaan gram kuman/kultur adanya infeksi campuran.
Kuman patogen >> :
Streptococcus pneumoniae.
Hemophylus influenzae.
Moraxella catarrhalis.
Radiologi :
Thorax foto (AP dan lateral).
Hiperinflasi paru-paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru-paru.
Pada emphysema paru :
Distensi >
Diafragma letak rendah dan mendatar.
Ruang udara retrosternal > (foto lateral).
Jantung tampak memanjang dan menyempit.
Bronkogram : menunjukkan dilatasi bronkus, kolap bronkhiale pada ekspirasi kuat.
EKG.
Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat Kor
Pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P- pulmonal pada hantaran II, III dan aVF. Voltase
QRS rendah. Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan di V6 V1 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat
RBBB inkomplet.
5.
Lain-lain perlu dikaji Berat badan, rata-rata intake cairan dan diet harian.
Aktivitas dan
Istirahat
Gejala
Tanda
Sirkulasi
Gejala
Tanda
Integritas ego
Gejala/tanda
Makanan/cairan
Gejala
Tanda
Hygiene
Gejala
Tanda
Pernafasan
Gejala
Tanda
Seksualitas
Interaksi sosial
Gejala
tanda
Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pembatasan jalan nafas, kelelahan otot
pernafasan, peningkatan produksi mukus atau spasme bronkus.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan batuk, peningkatan
produksi mukus/peningkatan sekresi lendir
3. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder terhadap peningkatan kerja pernafasan atau kesulitan
masukan oral sekunder dari anoreksia.
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adequatnya immunitas tubuh
6. Kurang pengetahuan berhu bungan dengankurang informasi
Perencanaan
Perencanaan meliputi penyusunan prioritas, tujuan dan kriteria hasil dari masing-masing
masalah yang ditemukan.
Tujuan Penatalaksanaan
Pemeliharaan fungsi paru yang optimal dalam waktu singkat dan panjang.
1.
2.
Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan
pembatasan jalan nafas,
kelelahan otot pernafasan,
peningkatan produksi mukus
atau spasme bronkus.
Tujuan
Klien mampu menunjukkan perbaikan
oksigenasi.
Kriteria hasil
a.
Gas arteri dalam batas normal
b.
Warna kulit perifer membaik
(tidak cianosis)
c.
RR : 12 24 x /menit
d.
Bunyi nafas bersih
e.
Batuk (-)
f.
Ketidaknyamanan dada ()
g.
Nadi 60 100 x/menit
h.
Dyspnea ()
1.
2.
3.
7.
1.
2.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.
4.
3.
Rencana tindakan
Observasi status pernafasan, hasil gas darah arteri, nadi dan
nilai oksimetri
Awasi perkembangan membran mukosa / kulit (warna)
Observasi tanda vital dan status kesdaran.
1.
4.
5.
6.
7.
Rasional
Memantau perkembangan kegawatan
pernafasan
Gangguan Oksigenasi perifer tampak
cianosis
Menentukan status pernafasan dan
kesadaran
Mengurangi penggunaan energi berlebihan
yang membutuhkan banyak Okigen
Memenuhi kebutuhan oksiegen
Meningkatkan kebebasan suplay oksiegn
Obat depresan akan mendepresi system
pernafasan dan menyebabkan gagal nafas
1.
2.
3.
5.
1.
4.
Evaluasi BB
2.
2.
3.
4.
4.
5.
4.
5.
6.
1.
1.
2.
4.
2.
3.
4.
5.
6.
6.
3.
5.
6.
Daftar pustaka
Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press.
Surabaya.
Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press.
Surabaya.
Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan
/pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.
Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses
Penyakit. EGC. Jakarta.
Yunus Faisal. (1992). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.
10
2.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Suku/Bangsa
Agama
Status Marietal
Pendidikan
Pekerjaan
Bahasa yang digunakan
Alamat
Cara Masuk
Keluhan Utama
3)
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: klien
: meninggal
11
4)
3.
3)
Tanda-tanda vital
Suhu
Nadi
Tekanan darah
Respirasi
: 37,2 0C
: 80 X/menit. lemah dan teratur
: 100/80 mmHg.
: 22 x/menit
Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Inspeksi :
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 22 x/menit teratur/regular. Trachea tidak ada
kelainan. Tidak terdapat retraksi dada, napas dalam. Bentuk dadaBarrel Chest. Klien terlihat
batuk produktif dengan sputum kental warna putih kehijauan. Kemampuan batuk belum
terlihat efektif dalam mengeluarkan dahaknya.
Palpasi :
Taktil premitus getaran seimbang kanan dan kiri
Perkusi :
Didapatkan bunyi resonan pada seluruh paru.
Auskultasi :
Terdengar bunyi nafas tambahan seperti ronkhi dan wheezing pada area paru kanan. Pada
paru kiri tidak terdengar bunyi nafas tambahan.
(2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Nadi 80 X/menit lemah dan teratur, tekanan darah 120/80 mmHg, Suhu 37,2 0C. Palpitasi
tidak ada, clubbing fingger tidak ada. Suara jantung normal S1 S2 tunggal. Edema : tidak
ada.
(3) Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran : Composmentis.
GCS : Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Berorientasi (5)
Motorik : Mematuhi perintah sederhana (6)
Kepala dan wajah : tak ada kelainan.
Mata : Cowong, sklera putih, Conjungtiva tidak anemis, pupil : isokor.
Leher : tak ada pembesaran kelenjar dan distensi vena jugularis, Mobilitas baik
Compos Mentis : Pasien sadar baik.
Persepsi Sensori
: Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Pendengaran
: Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Penciuman
: Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Pengecapan
: Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Penglihatan
: Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Perabaan
: Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
BAK tanpa keluhan Jumlah urine 24 jam sekitar 2500 cc warna kuning jernih. Intake cairan
dari minum 2000 cc/hari, Infus 1000 cc/24 jam dan dari makanan sekitar 500 cc.
(5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Mulut dan tenggorokan normal, hati dan lien tidak teraba, bising usus normal, tidak
kembung, BAB tanpa keluhan sehari 1 kali dengan konsistensi faeses lembek berbentuk,
Diet Nasi TKTP porsi yang disediakan habis dimakan.
12
13
3.
DATA
KEMUNGKINAN ETIOLOGI
S:
PPOK
diprogramkan. serta
Kurang informasi,
kurangnya pengetahuan
salah persepsi
tentang cara perawatan
dirumah.
Bagaimana kondisi penyakit
kurangnya pengetahuan
saya ?
Bagaimana cara Perawatan
untuk mengeluarkan dahak
bila sudah pulang kerumah ?
O : Klien dan keluarga
nampak serius memberikan
pertanyaan
MASALAH
Ketidak efektifan bersihan
jalan nafas
Kurang pengetahuan
tentang kondisi,prognosis
dan Kebutuhan informasi
cara perawatan selama di
rumah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Akumulasi/perlengketan mucus pada
jalan nafas dan Kemampuan batuk tidak efektif
2. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan Kebutuhan informasi cara perawatan selama
di rumah berhubungan dengan kurangnya informasi, salah persepsi.
14
RENCANA TINDAKAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan
peningkatan produksi
mukus/peningkatan sekresi lendir
TUJUAN
Tujuan :
Dalam 3 x 24 jam Klien dapat
meningkatkan bersihan jalan nafas
kembali efektif.
Kriteria hasil
1. Tidak ada keluhan sesak nafas
dengan RR 16 20 kali/menit
2. Bunyi nafas bersih/Vesikuler
3. Keluhan Batuk berkurang
4. Mampu mendemonstrasikan batuk
secara efektif / terkontrol.
5. Intake cairan adekuat
RENCANA TINDAKAN
a.
b.
c.
d.
e.
Cefotaxime 3 x 1 gr
RASIONAL
a.
15
Tujuan :
Dalam watu 3 jam setelah dilakukan
tindakan kebutuhan akan informasi
dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil :
1. Secara subjektif klien
mengatakan sudah mengerti
dari apa yang diinginkan klien
untuk diketahui
2. Secara subjektif klien
mengatakan tidak ada
pertanyaan lagi/tidak ada
yang ingin ditanyakan
3. Klien dan keluarga mampu
secara mandiri melakukan
perawatan untuk
mengeluarkan sekret
1.
1.
2.
2.
3.
3.
4.
4.
5.
5.
16
JAM
NO.
DX
2-102003
07.45
IMPLEMENTASI
Melakukan pemeriksaan fisik, observasi vital
sign : TD 100/80 mmHg, T 37,2 0C, RR 22
x/mnt dan nadi 80 x/mnt
EVALUASI
(SOAP)
Diagnosa 1, jam 13.00
S : Ungkapan klien nafas lebih longgar
dan batuk masih ada dengan secret
08.45
08.50
09.00
09.10
09.30
RR 18 x / mnt teratur/reguler
09.40
09.45
10.00
10.20
10.30
13.00
13.10