Christin Natalia
2110721077
B. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium
tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-
4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid).
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkkohol) sehingga
disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis.
Kuman dapat bertahan hidup pada udara kering maupun dingin (dapat tahan bertaun-tahun dalam
lemari es). Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit
lagi dan menjadikan tuberculosis menjadi aktif lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini
menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi oksigennya. Dalam hal ini
tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini
merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis. (Amin, 2007)
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat
dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain
kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian
lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet
infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar
getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis
primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru
primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil
mikobakterium.
Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut
tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan
ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.
C. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena :
1. Tuberkulosis paru : tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru, tidak
termasuk pleura dan kelenjar pada hilus.
2. Tuberkulosis ekstra paru : menyerang prgan tubuh lain selain paru-paru, misalnya pleura,
selaput otak, selaput jantung, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dll.
Prosedur Kerja:
a. Mengambil sampel darah yang diambil dari pembuluh darah arteri yang ada di
pergelangan tangan atau pangkal paha.
b. Sampel darah kemudian dianalisa di mesin portabel. Sampel dara harus dianalisis
dalam wakru 10 menit dari waktu pengambilan untuk memastikan hasil yang akurat.
G. Penatalaksanaan Medis
Jenis dan dosis OAT (Obat Anti Tuberculosis) :
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta
memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang
digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH,
Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat
Rifampisin/INH.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik,
hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed
Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan
kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan
pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku
H. Komplikasi
1. Pleuritis 3. Laringitis 5. Atelektasis 7. Bronkiektasis
2. Efusi Pleura 4. Emfisema 6. Hemophsis 8. Pneomothorax
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas bd. Mukus Berlebih (Hemapto) & Eksudat Dalam Alveoli
2. Gangguan Pertukaran Gas bd. Perubahan Membran Alveolar-Kapiler
3. Nyeri Akut bd. Agen Cidera Biologis
4. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh bd. Kurang Asupan Nutrisi, Faktor Biologis
5. Intoleransi Aktivitas bd. Ketidakseimbangan Antara Suplai Dan Kebutuhan Oksigen
6. Defisiensi Pengetahuan Tentang Kondisi, Pengobatan, Pencegahan bd. Kurang Informasi Dan Sumber Pengetahuan
J. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah ketidakefektifan jalan nafas dapat teratasi dengan 1. Manajemen jalan napas
Bersihan Jalan Nafas bd. kriteria hasil : Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Mukus Berlebih Lakukan fisioterapi dada
(Hemapto) & Eksudat 1. Status pernapasan (kepatenan jalan nafas) Buang sekret dengan memotivasi klien untuk batuk dan
Dalam Alveoli Frekuansi pernapasan (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) menyedot lendir
Irama pernapasan (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Intruksikan batuk efektif
Kemampuan mengeluarkan sekret (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala Auskultasikan suara napas tambahan
5) 2. Monitor Pernapasan
2. Status Pernapasan Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan
Frekuensi pernapasan (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) napas
Irama pernapasan (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Monitor suara napas tambahan
Kepatenan jalan napas (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Monitor pola napas
Dispnea saat istirahat (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Monitor kemampuan batuk efektif
Dispneadengan aktivitas ringan (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Monitor sekresi pernapasan klien
Diaforesis (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Monitor keluhan sesak napas
Demam (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Berikan bantuan terapi bila diperlukan
2. Hambatan Pertukaran Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah Gangguan pertukaran gas dapat teratasi dengan 1. Terapi Oksigen
Gas bd. Perubahan kriteria hasil : Pertahankan kepatenan jalan napas
Membran Alveolar- Siapkan peralatan oksigen
Kapiler 1. Respon ventilasi mekanik : Dewasa Berikan oksigen sesuai intruksi
Tingkat pernapasan (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Monitor aliran aksigen
Irama pernapasan (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Monitor efektifitas terapi oksigen
Infeksi paru (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Amati tanda hipoventilasi
Sekresi pernapasan (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Pantau adanya keracunan oksigen
2. Status Pernapasan : Pertukaran gas 2. Monitor Pernapasan
PaO2 di darah arteri (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan
PaCO2 di darah arteri (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) napas
PH arteri (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Monitor suara napas tambahan
Saturasi oksigen (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Monitor pola napas
Hasil rontgen dada (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Monitor kemampuan batuk efektif
Keseimbangan ventilasi perfusi (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Monitor sekresi pernapasan klien
Dispneu saat istirahat (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Monitor keluhan sesak napas
Dispneu dengan aktivitas ringan (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Berikan bantuan terapi bila diperlukan
3. Nyeri Akut bd. Agen Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah Nyeri Akut dapat tertasi dengan kriteria hasil: 1. Pemberian analgesik
Cidera Biologis Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan keparahan
1. Kontrol Nyeri nyeri sebelum mengobati pasien
Mengenali kapan nyeri terjadi (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dengan
Menggunakan analgesik yang direkomendasikan (dipertahankan pada skala 4, frekuensi obat analgesik yang diresepkan.
ditingkatkan ke skala 5) Dokumentasikan respon terhadap analgesik dan
Melaporkan nyeri yang terkontrol (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala adanya efek samping.
5) 2. Manajemen nyeri
2. Tingkat nyeri Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
Mengerang dan meringis (dipertahankan pada skala 4(ringan), ditingkatkan ke skala Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi.
5(tidak ada)). 3. Monitor TTV
Ekspresi nyeri wajah (dipertahankan pada skala 4(ringan), ditingkatkan ke skala Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status
5(tidak ada)). pernapasan dengan tepat.
Mengernyit (dipertahankan pada skala 4(ringan), ditingkatkan ke skala 5(tidak ada)). Monitor TD setelah pasien minum obat jika
3. Tanda –Tanda Vital memungkinkan.
Suhu tubuh (dipertahankan pada skala 4(deviasi ringan dari kisaran normal), Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan
ditingkatkan ke skala 5(tidak ada deviasi dari kisaran normal)). hipertermia.
Tekanan darah sistolik (dipertahankan pada skala 4(deviasi ringan dari kisaran
normal), ditingkatkan ke skala 5(tidak ada deviasi dari kisaran normal)).
Tekanan darah diastolik (dipertahankan pada skala 4(deviasi ringan dari kisaran
normal), ditingkatkan ke skala 5(tidak ada deviasi dari kisaran normal)).
Tekanan nadi (dipertahankan pada skala 4(deviasi ringan dari kisaran normal),
ditingkatkan ke skala 5(tidak ada deviasi dari kisaran normal)).
4. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan 1. Manajemen gangguan makan
Nutrisi : Kurang Dari tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil : Tentukan pencapaian BB yang diinginkan
Kebutuhan Tubuh bd. Timbang BB secara rutin
Kurang Asupan Nutrisi, 1. Status nutrisi Monitar intake cairan secara tepat
Faktor Biologis Asupan gizi (dipertahankan pada skala 3, ditingkatkan ke skala 4) Monitor asupan kalori makanan
Asupan makanan (dipertahankan pada skala 3, ditingkatkan ke skala 4) Monitor perilaku klien berhubungan dengan pola makan
Energi (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Berikan dukungan peningkatan BB
Rasio BB/TB (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) 2. Manajemen nutrisi
Tentukan status gizi dan kemampuan pemenuhan nutrisi
pasien
Instruksikan tentang kebutuhan nutrisi
Atur diet yang diperlukan
Monitor kalori dan asupan makanan
Monitor berat badan
3. Bantuan peningkatan berat badan
Lakukan pemeriksaan diagnostik penyebab penurunan
BB
Timbang BB di jam yang sama setiap hari
Monitor asupan kalori
Dukung peningkatan asupan kalori
Diskusikan penyebab turunnya BB
5. Intoleransi Aktivitas bd. Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah Intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan kriteria 1. Manajemen Energi
Ketidakseimbangan hasil : Kaji fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan
Antara Suplai Dan Monitor sistem kardiorespirasi pasien selama kegiatan
Kebutuhan Oksigen 1. Toleransi Terhadap Aktivitas Monitor lokasi dan sumber ketidaknyamanan
Kemudahan bernapas ketika beraktivitas (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke Kurangi ketidaknyamanan fisik
skala 5) Anjurkan pasien untuk memilih aktivitas yang membuat
Tekanan darah ketika beraktivitas (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala lelah
5)
Kemudahan melakukan ADL (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5)
2. Daya Tahan
Melakukan aktivitas rutin (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5)
Aktivitas fisik (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5)
Kelelahan (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5)
3. Energi Psikomotor
Menunjukan tingkat energi yang stabil (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke
skala 5)
Menyelesaikan kemampuan untuk menyelesaikan tugas (dipertahankan pada skala 4,
ditingkatkan ke skala 5)
6. Defisiensi Pengetahuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan masalah kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, 1. Pengajaran : Proses Penyakit
Tentang Kondisi, pencegahan tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil : Kaji pengetahuan pasien terkait proses penyakit
Pengobatan, Pencegahan Jelaskan patofisiologi penyakit
bd. Kurang Informasi 1. Pengetahuan : Proses Penyakit Jelaskan tanda dan gejala penyakit
Dan Sumber Faktor resiko dan faktor yang berkontribusi (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan Jelaskan proses penyakit
Pengetahuan ke skala 5) Diskusikan pilihan terapi
Tanda dan gejala penyakit (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Jelaskan komplikasi yang mungkin ada
Proses perjalanan penyakit (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) 2. Kontrol Infeksi
Strategi untuk meminimalakan penyakit (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke Ajarkan teknik cuci tangan
skala 5) Dorong batuk dan bernafas dalam yang tepat
Potensial komplikasi penyakit (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5) Berikan terapi antibiotik yang sesuai
Efek psikososial penyakit pada individu dan keluarga (dipertahankan pada skala 4, Anjurkan pasin minum antibiotik sesuai anjuran
ditingkatkan ke skala 5)
Ajarkan tanda dan gejala infeksi
2. Pengetahuan : Manajemen Infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Cara penularan (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5)
Faktor yang berkontribusi thd penularan (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke
skala 5)
Pentingnya sanitasi tangan (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5)
Pengobatan untuk infeksi (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5)
Risiko resistensi obat (dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 5)
Daftar Pustaka
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah; Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8 (Vol. 3). Singapura: Elsevier.
Crouch, R., Charters, A., Dawood, M., & Bennett, P. (2017). Oxford Handbook of Emergency Nursing (Second Edi). Oxford University Press.
Moorhead, Sue. et al. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC) (5th ed.). Singapura: Elsevier.
NANDA Internasional. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 – 2017 (10th ed.). EGC.