PENDAHULUAN
2.1 Definisi
2.2 Klasifikasi
a. Endometritis Akut
Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum. Pada endometritis
post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga
2
endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.
Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas
dan menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas secara
khusus.
Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di
luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam
uterus, memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam uterus, dan
sebagainya.
3
dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu
haid. Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting adalah
berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar.
Gejalanya :
a. Demam
b. Lochea berbau pada endometritis post abortum kadang-kadang keluar
lochea yang purulent.
c. Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
d. Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium tidak
nyeri.
Penatalaksanaan :
a. Dalam pengobatan endometritis akut yang paling penting adalah
berusaha mencegah agar infeksi tidak menjalar.
b. Uterotonika.
c. Istirahat, letak fowler.
d. Antibiotika.
e. Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus
carsinoma. Dapat diberi estrogen.
b. Endometritis Kronik
Peradangan ini jarang dijumpai , namun biasanya terjadi pada wanita yang
masih menstruasi. Dimana radang dapat terjadi pada lapisan basalis yang
tidak terbuang pada waktu menstruasi. Endometritis kronik primari dapat
terjadi sesudah menopauase, dimana radang tetap tinggal dan meluas
sampai ke bagian endometrium lain. Endometritis kronik ditandai oleh
adanya sel-sel plasma pada stroma. Penyebab yang paling umum adalah
Penyakit Radang Panggul (PID), TBC, dan klamidia. Pasien yang
menderita endometritis kronis sebelumnya mereka telah memiliki riwayat
kanker leher rahim atau kanker endrometrium. Gejala endometritis kronis
4
berupa noda darah yang kotor dan keluhan sakit perut bagian bawah,
leukorea serta kelainan haid seperti menorhagia dan metrorhagia.
Pengobatan tergantung dari penyebabnya.
Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat
peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah,
dan terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta.
Endometritis kronik yang lain umumnya akibat infeksi terus-menerus
karena adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam
kavum uteri.
Gejalanya :
a. Flour albus yang keluar dari ostium.
b. Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.
Terapi :
a. Perlu dilakukan kuretase.
5
2.3 Patogenesis
6
dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali, lokhea pada
endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau.
2.5 Diagnosis
7
vagina dapat berasal dari uterus, serviks atau vagina dan mukus tipis berawan
sering dianggap normal. Sejumlah sistem penilaian telah digunakan untuk
menilai tingkat involusi uterus dan serviks. Sistem utama yang digunakan
adalah kombinasi dari diameter uterus dan serviks, penilaian dinding dari
vagina.
Sangat penting untuk dilakukan diagnosa dan memberi perlakuan pada kasus
endometritis di awal periode post partum. Setiap ibu harus mengalami
pemeriksaan postpartum dengan segera pada saat laktasi sebagai bagian dari
program kesehatan yang rutin. Kejadian endometritis dapat didiagnosa
dengan adanya purulen dari vagina yang diketahui melalui rectal toucher.
Diagnosa lebih lanjut seperti pemeriksaan vaginal dan biopsi mungkin
diperlukan. Yang harus diperhatikan pada saat palpasi dan pemeriksaan
vaginal meliputi ukuran uterus, ketebalan dinding uterus dan keberadaan
cairan beserta warna, bau dan konsistensinya. Riwayat trauma kelahiran,
distosia, retensi plasenta atau vagina purulenta saat periode postpartum dapat
membantu diagnosa endometritis. Pengamatan oleh inseminator untuk
memastikan adanya pus, mengindikasikan Peradangan pada uterus.
8
murah, cepat, menyediakan informasi tambahan seperti deteksi laserasi
vagina dan deteksi bau dari mukus pada vagina.
2.6 Terapi
2.7 Komplikasi
9
2. Peritonitis
Peritonitis pasca sesar mirip dengan peritonitis bedah, kecuali rigiditas
abdomen biasanya tidak terlalu mencolok karena peregangan abdomen
yang berkaitan dengan kehamilan. Nyeri mungkin hebat.
3. Parametrial phlegmon
Pada sebagian wanita yang mengalami metritis setelah caesarea , terjadi
selulitis parametrium yang intensif. Hal ini menyebabkan terbentuknya
daerah indursi yang disebut flegmon, di dalam lembar-lembar ligamentum
latum (parametria) atau dibawah lipatan kandung kemih yang berada di
atas insisi uterus. Selulitis ini umumnya unilateral dan dapat meluas ke
lateral ke dinding samping panggul. Infeksi ini harus dipertimbangkan jika
demam menetap setelah 72 jam meskipun pasien sudah mendapat terapi
untuk endomiometritis pasca caesarea.
4. Abses Panggul
Flegmon parametrium dapat mengalami supurasi, membentuk abses
ligamentum latum yang fluktuatif. Jika abses ini pecah, dapat timbul
peritonitis yang mengancam nyawa. Dapat dilakukan drainase abses
dengan menggunakan tuntunan computed tomography, kolpotami, atau
melalui abdomen, bergantung pada lokasi abses.
5. Abses subfasia dan Terbukanya jaringan parut uterus
Kompilkasi serius endometritis pada wanita yang melahirkan sesar adalah
terbukanya insisi akibat infeksi nekrosis disertai perluasan ke dalam ruang
subfasia di sekitar dan akhirnya pemisahan insisi fasia . Hal ini
bermanifestasi sebagai drainase subfasia pada wanita dengan demam lama.
Diperlukan eksplorasi bedah dan pengangkatan uterus yang terinfeksi.
10
BAB III
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12