Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Endometritis
Endometritis adalah keradangan pada dinding uterus yang umumnya disebabkan oleh
partus. Dengan kata lain endometritis didefinisikan sebagai inflamasi dari endometrium. Derajat
efeknya terhadap fertilitas bervariasi dalam hal keparahan radang, waktu yang diperlukan untuk
penyembuhan lesi endometrium, dan tingkat perubahan permanen yang merusak fungsi dari
glandula endometrium dan/atau merubah lingkungan uterus dan/atau oviduk. Organisme
nonspesifik primer yang dikaitkan dengan patologi endometrial adalah Corynebacterium
pyogenes dan gram negatif anaerob.
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). Infeksi ini
dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda
asing dalam rahim.

B. Etiologi Endometritis
Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan
dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang
tidak seberapa pathogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama
dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keeping-
keping nekrotis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah yang sehat
terdapat lapisan yang terdiri atas leukosit-leukosit. Pada infeksi yang lebih berat, batas
endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
Terjadinya infeksi endometrium pada saat:
a. Persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan terlantar
dan persalinan dengan tindakan.
b. Pada saat terjadi keguguran.
c. Saat pemasangan alat rahim (IUD) yang kurang legeartis.
Diduga uterus dan isinya steril selama kehamilan normal dan lebih dulu melahirkan.
Kemudian waktu kelahiran atau setelah itu lumen uterus terkontaminasi mikroorganisme dari
lingkungan, mikroorganisme, kulit dan feses melalui relaksasi peritoneum, vulva dan dilatasi
cervik.
Ada berbagai macam faktor predisposisi dari endometritis. Ada sinergisme antara A. pyogenes,
F. necrophorum, dan Prevotella melaninogenicus, menyebabkan lebih beratnya kasus
endometritis. Gangguan mekanisme pertahanan uterus seperti involusi uterus atau fungsi
neutrofil akan menunda fungsi eliminasi kontaminasi bakteri. Distosia, kelahiran kembar atau
kematian janin dan inseminasi buatan meningkatkan kesempatan untuk kontaminasi pada traktus
genital. Retensi membrane fetus adalah faktor predisposisi endometritis dan berhubungan dengan
peningkatan endometritis berat.

C. Gambaran Klinik Endometritis


Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat
trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lochia tertahan oleh darah, sisa-sisa palsenta dan
selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu
yang segera hilang setelah rintangan diatasi. Uterus pada endometriosis agak membesar, serta
nyeri pada perabaan, dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas, penderita pada hari-hari
pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi
cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu
minggu keadaan sudah normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan
kadang-kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa
infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak
berbau.
Endometritis dapat terjadi penyebaran:

a. Miometritis (infeksi otot rahim)


b. Parametritis (infeksi sekitar rahim)
c. Salpingitis (infeksi saluran telur)
d. Ooforitis (infeksi indung telur)
e. Dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar)
f. Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur.
D. Jenis-jenis Endometritis

1. Endometritis Akut

Terutama terjadi pada postpartum atau postabortum. Pada endometritis postpartum,


regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga endometritis postpartum pada
umumnya terjadi sebelum hari ke-9. Endometritis postabortum terutama terjadi pada abortus
provocatus. Endometritis juga dapat terjadi pada masa senil.
Pada endometritis akuta endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada
pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema, dan infiltrasi leukosit berinti polimoni yang
banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea
dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akuta, dan radang menjalar ke atas dan
menyebabkan endometritis akuta. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus, dan oleb sebab itu
tidak dibicarakan lebib lanjut di sini. Infeksi post abortum dan post partum sering terdapat oleh
karena luka-luka pada serviks uteri, luka pada dinding uterus bekas tempat plasenta, yang
merupakan porte d’entree bagi kuman-kuman patogen. Selain in, alat-alat yang digunakan pada
abortus dan partus dan tidak sucihama dapat membawa kuman-kuman ke dalam uterus.
Pada abortus septic dan sepsis puerperalis infeksi lebih cepat meluas ke miometrium dan
melalui pembuluh-pembuluh darah dan limfe dapat menjalar ke parametrium, tuba dan ovarium
serta ke peritoneum di sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akuta dalam hal ini diselubungi
oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya. Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras,
keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah di sekitarnya nyeri pada perabaan.
Sebab lain endometritis akuta ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus
atau abortus, seperti kerokan, memasukkan radium ke dalam uterus, memasukkan IUD (intra-
uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya. Tergantung dari virulensi kuman yang
dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akuta tetap terbatas pada endometrium, atau
menjalar ke jaringan di sekitarnya. Endometritis akuta yang disebabkan oleh kuman-kuman
yang tidak seberapa pathogen umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu
dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid. Dalam pengobatan
endometritis akuta yang paling penting ialah berusaha mencegah agar infeksi tidak menjalar.
Gejala-gejala:
a. Demam
b. Lochia berbau, pada endometritis postabortum kadang-kadang keluar fluor yang purulent.
c. Lochia lama berdarah, malahan terjadi metrorrhagi.
d. Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak ada nyeri.
e. Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan sekitarnya.

2. Endometritis Kronik

Kasusnya jarang ditemui oleh karena infeksi yang tidak dalam masuknya pada
miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional dari
endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma
dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam
keadaan normal dalam endometrium.
Gejala-gejala klinis endometritis kronika ialah, leukorea dan menoragia. Pengobatannya
tergantung dari penyebabnya:
Endometritis knonika ditemukan:
a. pada tuberkulosis;
b. jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus;
c. jika terdapat korpus alienum di kavum uteri;
d. pada polip uterus dengan infeksi;
e. pada tumor ganas uterus;
f. pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik.
g. Fluor albus yang keluar dari ostium
h. Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi
Endometritis kronika yang lain umumnya akibat infeksi yang terus-menerus karena adanya
benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri. Dahulu diagnosis
endometritis kronika lebih sering dibuat daripada sekarang. Sejak penelitian fundamental dari
Hitshcmann dan Adler tentang histology endometrium selama siklus haid, diketahui bahwa
banyak perubahan yang ditemukan dalam endometrium dan yang dahulu dianggap patologik
adalah gambaran normal dari endometrium dalam berbagai fase siklus haid.
Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus tuberculosis genital.
Pada pemeriksaan mikrskopik ditemukan tuberkel di tengah-tengah endometrium yang beradang
menahun.
Endometritis tuberkulosa umumnya timbul sekunder pada penderita dengan salpingitis
tuberkulosa. Pada penderita dengan tuberculosis pelvic yang asimptomatik, endometritis
tuberkulosa ditemukan bila pada seorang wanita dengan infertilitas dilakukan biopsy endometrial
dan ditemukan tuberkel dalam sediaan. Terapi yang kausal terhadap tuberculosis biasanya dapat
menyebabkan timbulnya haid lagi.
Pada abortus inkompletus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua dan
villi korialis di tengah-tengah radang menahun endometrium.
Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan dan
organisasi dari jaringan plasenta tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang
dinamakan polip plasenta.

E. Diagnosa Endometritis
Secara klinis karakteristik endometritis dengan adanya pengeluaran mucopurulen pada
vagina, dihubungkan dengan ditundanya involusi uterus. Diagnosa endometritis tidak didasarkan
pada pemeriksaan histologis dari biopsy endometrial. Tetapi pada kondisi lapangan pemeriksaan
vagina dan palpasi traktus genital per rectum adalah teknik yang sangat bermanfaat untuk
diagnosa endometritis. Pemeriksaan visual atau manual pada vagina untuk abnormalitas
pengeluaran uterus adalah penting untuk diagnosa endometritis, meski isi vagina tidak selalu
mencerminkan isi dari uterus. Flek dari pus pada vagina dapat berasal dari uterus, cervik atau
vagina dan mukus tipis berawan sering dianggap normal. Sejumlah sistem penilaian telah
digunakan untuk menilai tingkat involusi uterus dan cervik, pengeluaran dari vagina alami.
Sistem utama yang digunakan adalah kombinasi dari diameter uterus dan cervik, penilaian isi
dari vagina.
Sangat penting untuk dilakukan diagnosa dan memberi perlakuan pada kasus
endometritis di awal periode post partum. Setiap ibu harus mengalami pemeriksaan postpartum
dengan segera pada saat laktasi sebagai bagian dari program kesehatan yang rutin. Kejadian
endometritis dapat didiagnosa dengan adanya purulen dari vagina yang diketahui lewat palpasi
rektal. Diagnosa lebih lanjut seperti pemeriksaan vaginal dan biopsi mungkin diperlukan. Yang
harus diperhatikan pada saat palpasi dan pemeriksaan vaginal meliputi ukuran uterus, ketebalan
dinding uterus dan keberadaan cairan beserta warna, bau dan konsistensinya. Sejarah tentang
trauma kelahiran, distosia, retensi plasenta atau vagina purulenta saat periode postpartum dapat
membantu diagnosa endometritis. Pengamatan oleh inseminator untuk memastikan adanya pus,
mengindikasikan keradangan pada uterus. Sejumlah kecil pus yang terdapat pada pipet
inseminasi dan berwarna keputihan bukanlah suatu gejala yang mangarah pada endometritis.
Keradangan pada cervix (cervisitis) dan vagina (vaginitis) juga mempunyai abnormalitas seperti
itu. Bila terdapat sedikit cairan pada saat palpasi uterus, penting untuk melakukan pemeriksaan
selanjutnya yaitu dengan menggunakan spekulum. Untuk beberapa kasus endometritis klinis
atau subklinis, diagnosa diperkuat dengan biopsy uterin. Pemeriksaan mikroskopis dari jaringan
biopsy akan tampak adanya peradangan akut atau kronik pada dinding uterus. Pemeriksaan
biopsi uterin dapat untuk memastikan terjadinya endometritis dan adanya organisme di dalam
uterus. Tampak daerah keradangan menunjukkan terutama neutrofil granulocyte dan dikelilingi
jaringan nekrosis dengan koloni coccus.
Cara sederhana juga adalah dengan melakukan pemeriksaan manual pada vagina dan
mengambil mukus untuk di inspeksi. Keuntungan teknik ini adalah murah, cepat, menyediakan
informasi sensory tambahan seperti deteksi laserasi vagina dan deteksi bau dari mukus pada
vagina. Satu prosedur adalah pembersihan vulva menggunakan paper towel kering dan bersih,
sarung tangan berlubrican melalui vulva ke dalam vagina. Pinggir, atas dan bawah dinding
vagina dan os cervik eksterna dipalpasi dan isi mukus vagina diambil untuk diperiksa. Tangan
biasanya tetap di vagina untuk sekurangnya 30 detik. Pemeriksaan vagina manual telah sah dan
tidak menyebabkan kontaminasi bakteri uterus, menimbulkan phase respon protein akut atau
menunda involusi uterus. Tetapi operator sadar bahwa vaginitis dan cervicitis mungkin
memberikan hasil yang salah. Vaginoscopy dapat dilakukan dengan menggunakan autoclavable
plastik, metal atau disposable foil- lined cardboard vaginoscope, yang diperoleh adalah inspeksi
dari isi vagina. Tetapi mungkin ada beberapa resistensi menggunakan vaginoscop karena dirasa
tidak mudah, potensial untuk transmisi penyakit dan harganya. Alat baru untuk pemeriksaan
mukus vagina terdiri dari batang stainless steel dengan hemisphere karet yang digunakan untuk
mengeluarkan isi vagina.
F. Penanganan Endometritis

1. Endometritis Akut

Terapi:
a. Pemberian uterotonika
b. Istirahat, posisi/letak Fowler
c. Pemberian antibiotika
d. Endometritis senilis, perlu dikuret untuk mengesampingkan diagnosa corpus carcinoma. Dapat
diberi estrogen.

2. Endometritis Kronik

Terapi:
Perlu dilakukan kuretase untuk diferensial diagnosa dengan carcinoma corpus uteri, polyp atau
myoma submucosa. Kadang-kadang dengan kuretase ditemukan emndometritis tuberkulosa.
Kuretase juga bersifat terapeutik.

G. Faktor Resiko
Wanita sangat rentan terhadap endometritis setelah kelahiran atau aborsi. Dalam kedua setelah
bersalin dan postabortal negara, risiko meningkat karena dari os serviks terbuka, kehadiran
jumlah besar darah dan puing-puing, dan instrumentasi rahim.

Faktor-faktor risiko utama untuk obstetri endometritis meliputi:

- Cesarean pengiriman (terutama jika sebelum 28 minggu kehamilan)


- Berkepanjangan sindrom
- Tenaga kerja yang panjang dengan beberapa pemeriksaan vagina
- Parah penyakit bernoda cairan amniotik
- Penghapusan plasental manual [3]
- Ekstrem dari pasien usia
- Status sosial ekonomi rendah

Faktor-faktor risiko kecil meliputi:

- Tidak adanya steker lendir leher rahim normal


- Administrasi beberapa kursus kortikosteron untuk pencegahan prematur pengiriman
- Berkepanjangan internal janin pemantauan
- Berkepanjangan operasi
- Anestesi umum
- Anemia setelah bersalin

Faktor-faktor berikut meningkatkan risiko endometritis secara umum:

- Keberadaan perangkat intrauterine: bagian vagina dari perangkat bisa berfungsi sebagai lagu
organisme untuk naik ke rahim
- Kehadiran menstruasi cairan dalam rahim
- Terkait cervicitis sekunder untuk gonore atau infeksi Chlamydia
- Terkait bakterial vaginosis [4, 5]
- Sering douching
- Aktivitas seksual yang tidak dilindungi
- Beberapa mitra seksual
- Ectopy leher

H. Komplikasi

Komplikasi yang potensial dari endometritis adalah sebagai berikut:


- Luka infeksi
Infeksi luka biasanya terjadi pada hari kelima pasca operasi sebagai demam menetap
meskipun pasien mendapat terapi antimikroba yang adekuat. Biasanya dijumpai eritema,
indurasi, dan drainase insisi.
- Karena peritonitis
Peritonitis pasca sesar mirip dengan peritonitis bedah, kecuali rigiditas abdomen biasanya
tidak terlalu mencolok karena peregangan abdomen yang berkaitan dengan kehamilan. Nyeri
mungkin hebat. Jika infeksi berawal di uterus dan meluas hanya ke peritonium di dekatnya
(peritonitis panggul),terapi biasanya medis. Sebaliknya peritonitis abdomen generalisata akibat
cedera usus atau nekrosis insisi uterus ,sebaiknya diterapi secara bedah .
- Parametrial phlegmon
Pada sebagian wanita yang mengalami metritis setelah sesar , terjadi selulitis
parametrium yang intensif. Hal ini menyebabkan terbentuknya daerah indursi yang disebut
flegmon, di dalam lembar-lembar ligamentum latum (parametria)atau dibawah lipatan kandung
kemih yang berada di atas insisi uterus. Selulitis ini umumnya unilateral dan dapat meluas ke
lateral ke dinding samping panggul. Infeksi ini harus dipertimbangkan jika demam menetap
setelah 72 jam meskipun pasien sudah mendapat terapi untuk endomiometritis pasca sesar.
- Panggul abses
Flegmon parametrium dapat dapat mengalami supurasi,membentuk abses ligamentum
latum yang fluktuatif. Jika abses ini pecah , dapat timbul peritonitis yang mengancam nyawa.
Dapat dilakukan drainase abses dengan menggunakan tuntunan computed tomography ,
kolpotami, atau melalui abdomen, bergantung pada lokasi abses.
- Abses subfasia dan Terbukanya jaringan parut uterus
Kompilkasi serius endometritis pada wanita yang melahirkan sesaradalah terbukanya
insisi akibat infeksi nekrosis disertai perluasan ke dalam ruang subfasia di sekitar dan akhirnya
pemisahan insisi fasia . hal ini bermanifestasi sebagai drainase subfasia pada wanita dengan
demam lama. Di perlukan eksplorasi bedah dan pengangkatan uterus yang terinfeksi.
- Septik panggul thrombophlebitis
Di dahului oleh infeksi bakteri di tempat implantasi plasenta atau insisi uterus. Infeksi
dapat meluas di sepanjang rute vena dan munkin mengenai vena-vena di ovarium.
Penyebaran infeksi dari endometrium tabung saluran indung telur, indung telur atau
rongga peritoneal dapat mengakibatkan, salpingitis, oophoritis, karena peritonitis lokal atau
abses tubo ovarium. Salpingitis kemudian mengarah ke tubal dysmotility dan pelekatan yang
mengakibatkan infertilitas, insiden yang lebih tinggi dari kehamilan ektopik, dan kronis nyeri
panggul.
MANAJEMEN VARNEY

Seorang ibu datang ketempat bidan yang bernama ani , berusia 28 tahun, ibu ini datang
dengan keluhan nyeri pada perut, melahirkan 6 hari yang lalu,ini kelahiran anak keduanya,
lokhea berbau menyengat. Ibu ani merasa takut terjadi apa – apa pada perutnya karena dia belum
pernah merasakan hal seperti ini pada kelahiran anak pertamanya. Setelah dilakukan
pemeriksaan, suhu ibu ani 38,5˚ celcius,nadi cepat,lendir vagina berwarna keputihan/kekuningan.

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”A” POST PARTUM


HARI KE ENAM DENGAN ENDOMETRITIS DI BPS NIKI WULANDARI
TANGGAL 20 0KTOBER 2012.

I. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS/ BIODATA
Nama istri : Ny”A”
Umur : 28 Tahun
Suku : Minang
Bangsa : Indonesia
Agama :Islam
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Guru SMA
Alamat : Siteba, Padang

Nama suami : Tn”Y”


Umur : 29 tahun
Suku : Minang
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Siteba, Padang

Nama keluarga yang bisa dihubungi : Ny “ H”


Hubungan : Saudara kandung
Alamat : Siteba, Padang
No telp : 081922543254

B. DATA SUBJEKTIF
Pasien masuk keruang nifas pada tgl/jam: 20 Oktober 2012/ 09.00 WIB
Didata tanggal : 20 Oktober 2012/ 09.10 WIB

1. Alasan datang berkunjung : Perawatan dan pemeriksaan postpartum


2. Keluhan utama : Ibu datang kebidan mengaku habis melahirkan 6
hari yang lalu secara normal anak ke 2, ibu mengeluh nyeri pada perut,lochea berbau
menyengat,suhu badan panas sejak 3 hari yang lalu.
3. Riwayat menstruasi

Haid pertama : 13 tahun


Siklus : 1x 28 hari
Banyaknya : 2-3 kali ganti duk
Lamanya : 7 hari
Warnanya : Merah tua
Sifatnya : Encer
Teratur :Teratur
Dismenore : Tidak ada

4. Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu


komplika
Tgl Usia Jenis Tempat Bayi Ibu
N si
Lahi Kehamil Persalin Persalia
o Ibu Ba JK BB/PB K Loch Lakta
r an an na
yi U ea si
1 3 Aterm Spontan BPS Td Td Lak 3000gra bai norm Asi 2
tahu k k i- m/ 50 k al tahun
n ad ada laki cm
a
ini
2

5. Riwayat persalinan sekarang

IBU
a. Tempat persalinan sekarang : BPS
b. Jenis persalinan sekarang : Spontan
c. Lamanya persalinan
Kala I : 2 jam 30 menit
KalaII : 30 menit
Lamanya dipimpin meneran : 15 menit
Ketuban pecah : Spontan,jernih,tidak berbau,jumlah
500cc
d. Persalinan ditolong : bidan
e. Plasenta :Lengkap,panjang tali pusat 50 cm, berat
plasenta 500gram
f. Perinium : laserasi ada, derajat 2
g. Perdarahan
Kala I : 50 cc
Kala II : 25 cc
Kala III : 150 cc
Kala IV : 100 cc

BAYI
1. Lahir,tanggal,jam : 14 oktober 2012/ 13.00 WIB
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. BB,PB,APGAR : 3200,50,8/9
4. Molase : Tidak ada
5. Kelainan : Tidak ada
6. Masa gestasi : Aterm

6. Pola makan

a. Makan dan minum terakhir : Ada , tanggal 14 Oktober jam 10.00 wib
b. Jenis : 1 prg nasi, 1 mgkok sayur, 1 ptg lauk, 1
gelas air putih
c. Masalah : Tidak ada masalah

7. Pola eliminasi

a. BAB Terakhir
Frekwensi : 1 x sehari
Warna : Kuning kecoklatan
Konsistensi : Lunak
Keluhan : Tidak ada keluhan
b. BAK terakhir
Frekwensi : 6-7 x sehari
Warna : kuning jernih
Keluhan : Tidak ada

8. Pola istirahat

Lama istirahat dan tidur sebelum persalinan : 7-8 jam


Lama istirahat dan tidur setelah persalinan : 13.30 – 15.00 wib
9. Riwayat kesehatan keluarga

a. Jantung : Tidak ada


b. Hipertensi : Tidak ada
c. Ginjal : Tidak ada
d. Diabetes melitus : Tidak ada
e. Asma :Tidak ada
f. TBC : Tidak ada
g. Epilepsi :Tidak ada

10. Riwayat kesehatan

a. Riwayat penyakit yang pernah diderita


1) Jantung : Tidak ada
2) Hipertens i :Tidak ada
3) Ginjal : Tidak ada
4) Diabetes melitus : Tidak ada
5) Asma : Tidak ada
6) TBC : Tidak ada
7) Epilepsi : Tidak ada
b. Riwayat alergi : ibu tidak ada alergi obat dan makanan
c. Riwayat tranfusi darah : Tidak ada
d. Riwayat pernah di operasi : Tidak ada
e. Riwayat pernah kelainan jiwa : Tidak ada

11. Riwayat kontrasepsi yang digunakan :Belum pernah

12. Personal higiene

Mandi : 1 x sehari
Gosok gigi :2 x sehari
Keramas : 1 x sehari
Ganti pembalut :2 X sehari
Ganti pakaian : 2 x sehari
Perawatan payudara : setiap kali mandi

13. Olah Raga

Senam Nifas : Belum ada dilakukan


Frekwensi : Belum ada dilakukan

14. Pola hidup Sehat

Merokok : Tidak ada


Alkohol : Tidak ada
Jamu : Tidak ada

15. Keadaan sosial

a. Perkawinan
1) Status perkawinan :Sah
2) Perkawinan ke : Pertama
3) Kawin 1 tahun : 2010
4) Berapa lama baru hamil setelah kawin :Satu bulan
b. Kehamilan :Direncanakan
c. Status emosional :Stabil
d. Respon ibu terhadap dirinya :Baik
e. Respon ibu terhadap bayinya :Baik
f. Respon keluarga terhadap bayinya :Baik
g. hubungan dengan keluarga :Ibu ditunggui oleh suaminya
h. hubungan dengan tetangga dan masyarakat : Baik
i. jumlah anggota keluarga :3 orang
16. Keadaan ekonomi

a. Penghasilan perbulan :Rp. 900.000


b. Penghasilan perkapita :Rp.300.000

17. Kegiatan spiritual : Ibu ada melaksanakan sholat

C. DATA OBJEKTIVE
1) PEMERIKSAAN UMUM
KU :Gelisah
Kesadaran :CMC
Berat badan saat hamil :69 kg
Berat badan sekarang :56 kg
Tinggi badan :157 cm
LILA :28 cm

2) Tanda vital
Tekanan darah :130/90
Nadi :92x/ menit
Pernafasan : 25x/menit
Suhu :38,50 derjat celcius
3) Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
I. kepala
Rambut :Hitam,bersih,tidak rontok,tidak berketombe
Mata :Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning
Muka :Tidak ada oedema
Mulut :Tidak ada stomatitis
Gigi :Tidak ada caries
II. leher :Tidak ada pembesaran kalenjer tyroid dan limfe
III. Dada
Mammae :Simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol
Aerola : hiperpigmentasi.
Benjolan :Tidak ada
Kalenjer montgomery :Ada
Pengeluaran asi :Ada
Rasa nyeri/masalah :Tidak ada
IV. Punggung dan pinggang :Lordosis

V. Abdomen
Inspeksi :tidak ada bekas luka operasi pada dinding uterus,striae
tidak ada
Pembesaran : Tidak sesuai involusi/ sub involusi uterus
Palpasi :TFU 2 jari dibawah pusat,nyeri tekan pada uterus
Auskultasi :Bising usus(+)
VI. Ektremitas atas :Normal
VII. Ektremitas bawah :Normal
VIII. Genitalia
Pengeluaran lochea : Sanguilenta,berbau busuk
Perineum : keputihan berlebihan,ada nyeri tekan
b. Perkusi
Refleks patella kanan : (+)
Reflek patella kiri :(+)
c. Pemeriksaan laboratorium :Tidak ada dilakukan

II. INTERPRETASI DATA


A. DIAGNOSA
P2002 nifas hari ke 6 dengan masalah endometritis akut.
Dasar:
1. Suhu 38 celcius
2. Lokea berbau
3. TFU 2 jari dibawah pusat
B. MASALAH
Nyeri tekan pada abdomen terutama perut bagian bawah,ibu merasa cemas dengan keadaanya
saat ini.

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


Diagnosa Potensial terjadinya sepsis ( infeksi menyebar) ,parametritis, dan abses pelvic
Masalah potensial berpotensial terjadi syok neurogenik
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Mandiri :
Pemberian antibiotik amphicilin 2 gr i.v
Kolaborasi untuk saat ini tidak dilakukan
V. INTERVENSI
DX : Ny. A P2002 post partum hari ke 6 ada masalah nyeri pada perut
Tujuan : masa nifas bertujuan normal
Keadaan umum : gelisah
Kesadaran : kompos mentis
TTV : Tekanan darah :130/90
Nadi :92x/ menit
Pernafasan : 25x/menit
Suhu :38,50 derjat celcius
TFU 2 jari dibawah pusat
Sub Involusi uterus (tidak sesuai),
Uterus teraba besar dan lembek
Kontraksi uterus lemah
Pengeluaran lokea sanguileta berbau menyengat
Lendir vagina berlebih
ASI lancar tidak ada pembendungan

INTERVENSI
1. Lakukan hubungan terapeutik dengan pasien
2. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini
3. Ajarkan pada ibu cara mengurangi rasa nyeri.
4. Pemantauan cairan dan nutrisi
a) Jelaskan pada ibu tentang nutrisi yang cukup bagi ibu nifas
b) Anjurkan ibu untuk banyak minum
c) Beri terapi anti piretik untuk mengatasi demam
d) Anjurkan ibu untuk kontrol ulang setelah obat habis
e) Libatkan keluarga untuk membantu ibu memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
f) Observasi bila suhunya telah turun dan ibu tidak demam lagi
g) Evaluasi ibu tidak demam lagi dan tidak ada masalah potensial.
5. Anjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan genetalia

VI. IMPLEMENTASI
DX : Ny. A P2002 post partum hari ke 6 ada masalah nyeri pada perut

1. Melakukan hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga


2. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saaat ini yaitu ibu memasuki masa nifas
hari keenam, namun kontraksinya masih lemah dan uterusnya masih tinggi. suhu tubuh 38,5 oC
3. Menjelaskan pada ibu untuk istirahat
 Mempersiapkan alat (2 buah kom sedang masing-masing diisi dengan air hangat dan dingin, 2 buah waslap,
2 buah handuk
 Membantu ibu untuk dalam posisi flower
 Memberitahu ibu akan dilakukan pengompresan untuk mengurangi rasa nyeri pada perut bagian
bawah.
 Meminta ibu untuk melepas pakaian atas
 Mengompres dengan air hangat untuk mengurangi stasis pada pembuluh darah danmengurangi
rasa nyeri, dilakukan selang-seling dengan kompres dingin
 Merapikan ibu dan membantu ibu memakai pakaian
 Membereskan alat dan mencuci tangan.

4. Menjelaskan pada ibu tentang pentingnya pemenuhan keutuhan nutrisi bagi ibu nifas seperti
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein, mineral, vitamin, cukup (sayur-
sayuran, tempe, tahu, telur, ikan, buah-buahan, apabila ibu mampu membeli susu dan
mencobanya walau tidak suka susu)
5. Menjelaskan dan menganjurkan ibu untuk minum 3 liter setiap hari(8-12 gelas setiap hari) untuk
mencegah dehidrasi dan menurunkan panas dengan adanya peningkatan pengeluaran urine
6. Membantu ibu dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dengan melibatkan keluarganya seperti
pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisinya
7. Memberitahu ibu bahwa jahitannya masih basah dan menganjurkan ibu untuk
menjagakebersihan alat kelamin dengan cara : cebok dengan sabun kemudian dibilas degan
air mengalir sampai bersih dari depan ke belakang, kompres jahitan dengan kassa betadin 1-2 menit / terasa
perih supaya jahitan lekas kering dan tak infeksi, ganti pembalut sebelumpenuh, serta tidak
terlalu sering menyentuh jahitan.Ibu mengerti cara menjaga kebersihan alat kelamin dan akan
melaksanakan sesuaianjuran bidan.
8. Megobservasi apakah ibu sudah dapat nengurangi nyeri, melakukan ambulasi dini dengan atau
tanpa bantuan keluarga dan observasi suhu badan ibu
9. Mengevaluasi keadaan ibu apakah sudah bisa melakukan ambulasi dini dan tidak nyeri lagi
pada perut
10. Memberikan terapi antipiretik
 parasetamol 3x1mg untuk mengatasi demam
 amphicilin 3x 2 mg
 Klindamisin 450 mg setiap 6 jam selama 14 hari
 Gentamicin
11. Mengevaluasi keadaan ibu apakah tidak demam lagi dan tidak merasa nyeri

VII. EVALUASI
1. Hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga telah di lakukan.
2. Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.
3. Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.
4. Ibu telah mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, mineral, vitamin.
5. Ibu mengerti dengan penjelasan dan sudah dilakukan.
6. Ibu mau melakukannya.
7. Ibu mengerti dan mau melakukannya.
8. Ibu telah melakukan ambulasi dini dan tsudah dapat mengurangi nyeri.
9. Ibu telah melakukannya.
10. Terapi teah di berikan.
11. Ibu sudah tidak demam lagi.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya,
sehingga makalah mengenai “ENDOMETRITIS” dapat kami susun.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan Patologi, dengan dosen pembimbing WIDYA LESTARI,S.SiT,M.Keb ,
selain itu juga diharapkan bisa memberikan wawasan kepada rekan-rekan mahasiswa hkususnya
mahasiswa DIII Kebidanan STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG.
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu memberi
bimbingan, dorongan, ilmu, serta saran-saran kepada kami.
Namun demikian penulis sangat menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan dan
keterbatasan, sehingga diperlukan adanya masukan demi kesempurnaanya dari para pembaca
dengan kritik dan saran untuk memperbaikinya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya dan semoga memahaminya.

Padang, Maret 2016

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia
kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan
infertil untuk memperoleh anak.Di masyarakat kadang infertilitas di salah artikan sebagai
ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada kenyataannya dibidang
reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan
keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan.
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di antaranya,
adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 30%, dan
hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti sebagian besar masalah infertilitas pada
perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan proses
ovulasi.
Beberapa wanita terkejut ketika dokter menyebutkan diagnosa endometriosis yang
merupakan salah satu penyebab infertilitas, namun tidak mengetahui dengan jelas apa
sebenarnya endometriosis tersebut. Endometriosis paling sering terjadi pada usia reproduksi.
Insidensi yang pasti belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tertentu cukup tinggi.
Misalnya, pada wanita yang dilakukan laparaskopi diagnostik, ditemukan endometriosis
sebanyak 0-53%; pada kelompok wanita dengan infertilitas yang belum diketahui penyebabnya
ditemukan endometriosis sebanyak 70-80%; sedangkan pada wanita dengan infertilitas sekunder
ditemukan endometriosis sebanyak 25%. Diperkirakan prevalensi endometriosis akan terus
meningkat dari tahun ketahun. Meskipun endometriosis dikatakan penyakit wanita usia
reproduksi, namun telah ditemukan pula endometriosis pada usia remaja dan pasca menopause.
Oleh karena itu, untuk setiap nyeri haid baik pada usia remaja, maupun pada usia menopause
perlu dipikirkan adanya endometriosis.
Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian
yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan di semua operasi pelvik.
Endometriosis jarang didapatkan pada orang-orang negro, dan lebih sering didapatkan pada
wanita-wanita yang berasal dari golongan sosio-ekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian
adalah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur
muda, dan yang tidak mempunyai banyak anak. Ternyata fungsi ovarium secara siklis yang terus
menerus tanpa diselingi kehamilan, memegang peranan penting di dalam terjadinya
endometriosis.
Angka kejadian endometriosis yang terjadi pada infertilitas menurut Ali Badziad, 1992,
adalah sebesar antara 20-60 %. Pada infertilitas primer angka kejadian endometriosis yang
terjadi sebesar 25%, sedangkan pada infertilitas sekunder angka kejadiannya sebesar 15%.
Sedangkan angka kejadian endometriosis yang dilaporkan oleh Speroff adalah 3-10% terjadi
pada wanita usia produktif, dan antara 25-35 terjadi pada wanita infertil. Sedangkan di Indonesia
endometriosis ditemukan kurang lebih 30% pada wanita infertil. Menurut William dan Pratt
kejadian Endometriosis pada seluruh laparatomi dari berbagai indikasi ditemukan sebesar
11,87%
Berdasarkan penjelasan di atas besar persentase kasus endometriosis pada wanita
mendasari study kasus ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai salah satu penyebab dari
infertilitas.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Endometriosis ?


1.2.2 Apa penyebab dari Endometriosis ?
1.2.3 Apa tanda gejala dari Endometriosis ?
1.2.4 Bagaimanakah cara penanganan Endometriosis ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Endometriosis


1.3.2 Untuk mengetahui penyebab endometriosis
1.3.3 Untuk mengetahui tanda gejala dari Endometriosis
1.3.4 Untuk mengetahui penanganan Endometriosis
ASUHAN KEBIDANAN IV (PATOLOGI)
TENTANG
ENDOMETRITIS

KELOMPOK 1
ANDINA BUNGA SYAFEL (14211615)
CHINTYA LARA UTAMI ( 14211588)
GINA NASTA IKA FITRI ( 14211625)
PUTRI MAYANG SARI ( 14211602)
WALDATUL HAMIDAH (14211573)

TINGKAT II B
DOSEN PEMBIMBING : WIDYA LESTARI, S.SiT, M.Keb

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG


T.A 2015/2016
DAFTAR PUSTAKA
http://obstetriginekologi.blogspot.com/2012/04/pengertian-endometritis-dan.html
http://chantiqueen-home.blogspot.com/2011/10/endometriosis.html

Anda mungkin juga menyukai