Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin dan ridho-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang Manajemen Asuhan Kebidanan Deteksi Dini
Kanker Serviks Dengan Metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Pada Ny.F Di Puskesmas
Padang Pasir Tanggal 23 Mei 2015 Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok yang diberikan
oleh CI di Puskesmas Padang Pasir.

Adapun makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan kita semua tentang seluk-
beluk kanker serviks. Bagaimana patofisiologi perjalanan penyakit ini dan serangkaian tes
mendeteksi dini kanker serviks juga cara penanggulangannya.

Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah sederhana ini.

1. dr. Winanda, selaku Kepala Puskesmas Padang Pasir yang telah memberikan izin kepada
kami untuk melakukan Praktek Klinik Kebidanan I (PKK I)
2. Ibu Jusmaizah, S.Si.T. SKM,. beserta ibu pembimbing lapangan lainnya yang telah
membimbing dan mengarahkan kami dalam PKK I.
3. Ibu Dian Furwasyih, S.Keb. Bd., dan Ibu Putri Nelly Syofiah, S.Si.T., selaku pemimbing
akademik di lapangan yang telah membimbing dan memberi pengarahan kepada kami.
4. Ny.F yang telah bersedia menjadi responden dalam tinjauan kasus kami.
5. Bapak/Ibu staf karyawan/I Puskesmas Padang Pasir yang telah memberikan ilmu dan
membagi pengalamannya kepada kami dalam proses PKK I.
6. Kepada orangtua yang kami cintai karena telah membantu kami dalam memenuhi
kebutuhan dalam membuat tugas ini.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan menjadi
referensi bagi pembaca dalam memahami manajemen asuhan kebidanan deteksi dini kanker
serviks dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.

Padang, Mei 2015

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................3
1.1. Latar Belakang................................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
1.3. Tujuan..............................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................................................6
2.1. Pengertian Kanker Serviks............................................................................................6
2.2. Faktor Resiko Kanker Serviks.......................................................................................6
2.3. Stadium Kanker Serviks.................................................................................................7
2.4. Gejala dan Tanda Kanker Serviks.................................................................................8
2.5. Patofisiologi Kanker Serviks..........................................................................................9
2.6. Pencegahan Kanker Serviks.........................................................................................11
2.7. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)..............................................................................14
2.7.1. Persiapan Pemeriksaan IVA.................................................................................16
2.7.2. Penatalaksanaan IVA Positif.................................................................................19
2.7.3. Penatalaksanaan pasien yang dicurigai kanker..................................................21
2.8. Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA).................................................................22
2.9. Perbedaan IVA dan PAP Smear...................................................................................24
BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................................................25
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................................32
BAB V PENUTUP..................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hingga saat ini kanker serviks masih merupakan salah satu penyebab kematian
tertinggi akibat penyakit kanker di negara berkembang. Kanker ini dapat dicegah bila
program skrinning dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Kanker merupakan suatu
penyakit yang dianggap sebagai masalah besar di dunia. Setiap tahun dijumpai hampir 6
juta penderita baru yang diketahui mengidap kanker dan lebih dari 4 juta di antaranya
meninggal. Menurut data WHO, setiap tahun ada 6,25 juta penderita kanker dan dalam
dekade terakhir ada 9 juta manusia mati karena kanker.Kanker serviks masih menempati
posisi kedua terbanyak pada keganasan wanita setelah kanker payudara dan diperkirakan
diderita oleh 500.000 wanita tiap tahunnya (Yayasan Kanker Indonesia, 2013)

Dan setiap 2 menit ada satu penduduk dunia meninggal karena kanker serviks di
negara berkembang (Nurwijaya, 2010). Kanker serviks banyak di jumpai di negara-
negara sedang berkembang seperti Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam, dan
Filipina. Dinegara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia kanker serviks
masuk urutan pertama (Depkes, 2012). Tingginya angka kematian ini disebabkan tidak
memiliki ciri yang khas. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila dilakukan
program skrining atau deteksi dini namun hal ini belum dilakukan khususnya di negara
berkembang. Data Depkes menyebutkan, sekitar 6% atau 13,2 juta jiwa penduduk
Indonesia menderita penyakit kanker dan kanker merupakan penyebab kematian di
Indonesia. Jumlah penderita kanker di Indonesia sangat tinggi. Hal ini terlihat dari
berbagai data kanker yang dipublikasikan baik oleh pemerintah maupun lembaga-
lembaga kanker (Statistik Kanker Serviks, 2014).

Jumlah penderita kanker di Indonesia sangat tinggi. Hal ini terlihat dari berbagai
data kanker yang dipublikasikan baik oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga kanker.
Bahkan menurut WHO pada tahun 2030 akan terjadi lonjakan penderita kanker di
Indonesia sampai tujuh kali lipat. Jumlah penderita kanker yang meninggal juga kian

3
memprihatinkan. Untuk penderita kanker serviks, jumlahnya juga sangat tinggi. Setiap
tahun tidak kurang dari 15.000 kasus kanker serviks terjadi di Indonesia. Itu membuat
kanker serviks disebut sebagai penyakit pembunuh wanita nomor 1 di Indonesia.

Label itu tidak berlebihan karena tiap hari di Indonesia dari 40 wanita yang
terdiagnosa menderita kanker serviks, 20 wanita diantaranya meninggal karena kanker
serviks. Tingginya kasus kanker serviks di Indonesia membuat WHO menempatkan
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita kanker serviks terbanyak di dunia.

Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang sebagai rumah sakit rujukan di Sumatera
Barat terdapat kasus kanker serviks yang masih mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Pada tahun 2007 terdapat 36 kasus dan mengalami peningkatan ditahun 2008 yaitu 42
kasus,pada tahun 2009 sebanyak 31 kasus dan tahun 2010 sebanyak 33 kasus kanker
serviks. Kejadian paling banyak dari seluruh kasus kanker serviks pada tahun 2010 di
Rumah Sakit Dr.M.Djamil Padang berasal dari Wilayah Kota Padang yaitu sebanyak
12kasus (36,36%) menyusul Kabupaten Padang Pariaman sebanyak 4 kasus (12,12%)
(Medical Record RSUP Dr. M. Djamil Padang, 2010).

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana manajemen asuhan kebidanan deteksi dini kanker serviks dengan
metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Puskesmas Padang Pasir tanggal 23 Mei
2015?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Dapat memberikan pengetahuan mengenai kanker serviks dan bagaimana
penanggulangan serta pengobatan kanker serviks.
1.3.2. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian deteksi dini kanker serviks pada
Ny.F dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).
2) Mahasiswa mampu menganalisis masalah dari pemeriksaan deteksi dini kanker
serviks pada Ny.F dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).

4
3) Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah dari hasil diagnosa pemeriksaan
deteksi dini kanker serviks dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).
4) Mahasiswa mampu merencanakan asuhan dan penatalaksanaanya kepada
Ny.F.
1.4. Manfaat Penulisan
1.4.1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung sehingga
dapat digunakan sebagai berkas penulis didalam melaksanakan tugas sebagai
bidan.
1.4.2. Bagi Lahan Praktek
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan
untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu
menjaga mutu pelayanan.
1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan kepustakaan yaitu informasi tentang pengalaman di
lapangan, kegiatan-kegiatan ilmiah.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Kanker Serviks


Kanker serviks adalah keganasan primer dari serviks (kanalis servikalis dan
porsio). Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam jaringan serviks
(organ yang menghubungkan uterus dengan vagina). Ada beberapa tipe kanker serviks.
Tipe yang paling umum dikenal adalah squamous cell carcinoma (SCC), yang merupakan
80 hingga 85 persen dari seluruh jenis kanker serviks. Infeksi Human Papilloma Virus
(HPV) merupakan salah satu faktor utama tumbuhnya kanker jenis ini.

Tipe-tipe lain kanker serviks seperti adenocarcinoma, small cell carcinoma,


adenosquamous, adenosarcoma, melanoma dan lymphoma, merupakan tipe kanker
serviks yang langka yang tidak terkait dengan HPV. Beberapa tipe kanker yang telah
disebutkan, tidak dapat ditanggulangi seperti SCC.

2.2. Faktor Resiko Kanker Serviks


Faktor resiko kanker serviks dibagi dalam dua kategori :

a. Resiko Mayor
Infeksi Human Papilloma Virus (HPV), terutama tipe 16 dan 18,
merupakan penyebab utama kanker serviks. HPV sendiri ditransmisikan
melalui hubungan seksual.
b. Resiko Minor
Resiko minor kanker serviks adalah :
1) Menikah di usia muda (< 20 tahun)
2) Memiliki banyak pasangan seksual (baik perempuan maupun
pasangannya)
3) Terpapar IMS antara lain: chlamydia, gonorrhea, dan HIV/AIDS
4) Memakai pil kontrasepsi jangka panjang
5) Merokok
6) Defisiensi vitamin A/C/E

6
2.3. Stadium Kanker Serviks
Stadium kanker serviks ditetapkan secara klinis, stadium klinis menurut FIGO
membutuhkan pemeriksaan pelvic, jaringan serviks (biopsy konisasi untuk stadium IA
dan biopsy jaringan serviks untuk stadium klinik lainnya), foto paru-paru, pielografi
intravena. Untuk kasus-kasus stadium lebih lanjut diperlukan pemeriksaan sistoskopi,
proktoskopi, dan barium enema.

Tabel 2.1. Stadium Kanker Serviks

Stadium 0 Terjadi pertumbuhan kanker (karsinoma) pada jaringan


epitel leher rahim
Stadium I Pertumbuhan kanker masih terbatas pada leher rahim
Ia Secara mikroskopis, kanker telah menginvasi jaringan
(terjadi penetrasi). Ukuran invasi sel kanker :
kedalaman < 5 mm, sedangkan lebarnya < 7 mm
Ia1 Ukuran invasi mempunyai kedalaman < 3 mm dan
lebar < 7 mm
Ia2 Kedalaman invasi > 3 mm dan < 5 mm, lebar < 7 mm
Ib Terjadi lesi yang ukurannya lebih besar dari lesi yang
terjadi pada stadium Ia
Ib1 Ukuran tumor < 4 cm
Ib2 Tumor > 4 cm
Stadium II Karsinoma meluas sampai keluar leher rahim tetapi
belum sampai dinding pelvis; karsinoma menyerang
vagina tapi belum mencapai 1/3 vagina bagian bawah
IIa Belum ada parameter yang jelas
IIb Parameter jelas
Stadium III Karsinoma meluas ke dinding pelvis; pada
pemeriksaan rektal, tidak terlihat adanya ruang kosong
antara tumor dan dinding pelvis; tumor menyerang 1/3
vagina bagian bawah; pada semua kasus juga
ditemukan adanya hidronefrosis atau ginjal tidak
berfungsi
IIIa Kanker tidak menjalar ke dinding pelvis, tapi
menyerang 1/3 vagina bagian bawah
IIIb Menjalar ke dinding pelvis, terjadi hidronefrosis atau
kegagalan fungsi ginjal, atau keduanya
Stadium IV Karsinoma meuas melewati pelvis atau mukosa
kandung kemih atau rektal
IVa Menyebar ke organ yang berdekatan
IV Menyebar ke organ yang jauh

7
b

2.4. Gejala dan Tanda Kanker Serviks


Kanker serviks membutuhkan proses yang sangat panjang yaitu antara 10 hingga
20 tahun untuk menjadi sebuah penyakit kanker yang pada mulanya dari sebuah infeksi.
Oleh karena itu, saat tahap awal perkembangannya akan sulit untuk di deteksi. Oleh
karena itu di sarankan para perempuan untuk melakukan test pap smear setidaknya 2
tahun sekali, melakukan test IVA (inspeksi visual dengan asam asetat, dll. Meskipun sulit
untuk di deteksi, namun ciri-ciri berikut bisa menjadi petunjuk terhadap perempuan
apakah dirinya mengidap gejala kanker serviks atau tidak:

1) Saat berhubungan intim akan merasakan sakit, bahkan sering diikuti oleh
adanya perdarahan.
2) Mengalami keputihan yang tidak normal disertai dengan perdarahan dan
jumlahnya berlebih
3) Sering merasakan sakit pada daerah pinggul
4) Mengalami sakit saat buang air kecil
5) Pada saat menstruasi, darah yang keluar dalam jumlah banyak dan berlebih
6) Saat perempuan mengalami stadium lanjut akan mengalami rasa sakit pada
bagian paha atau salah satu paha mengalami bengkak, nafsu makan menjadi
sangat berkurang, berat badan tidak stabil, susah untuk buang air kecil,
mengalami perdarahan spontan.

Tanda-tanda dini kanker serviks mungkin tidak menimbulkan gejala. Tanda-tanda


dini yang tidak spesifik seperti sekret vagina yang agak berlebihan dan kadang-kadang
disertai dengan bercak perdarahan. Gejala umum yang sering terjadi berupa perdarahan
pervaginam (pascasenggama, perdarahan di luar haid) dan keputihan.

Pada penyakit lanjut keluhan berupa keluar cairan pervaginam yang tidak berbau
busuk, nyeri panggul, nyeri pinggang dan pinggul, sering berkemih, buang air kecil, atau
buang air besar yang sakit. Gejala penyakit yang residif berupa nyeri pinggang, edema
kaki unilateral, dan obstruksi ureter.

8
2.5. Patofisiologi Kanker Serviks
Dalam upaya melaksanakan skrinning kanker serviks secara efektif dan efisien,
sangatlah penting unutk memahami perjalanan penyakitnya. Hal ini disebabkan oleh
karena skrinning didasarkan atas harapan penemuan kanker secara dini sehingga dapat
menurunkan mortalitas penyakit. Jika skrining ditujukan langsung untuk menemukan
prekusor atau penyebab, maka perkembangan kearah kanker serviks dapat dicegah.
Dengan mengetahui perjalanan penyakit kanker serviks maka kita akan dapat
menentukan umur yang tepat untuk memulai skrining dan frekuensi ulangan bagi pasien
yang hasil pemeriksaannya negatif.

Serviks mempunyai dua jenis sel epitel yang melapisi nektoserviks dan
endoserviks, yaitu sel epitel kolumner dan sel epitel squamosa yang disatukan oleh
Sambungan Squamosa Kolumner (SSK)/ Squamosa Columner Junction (SCJ)

Pada awalnya metaplasia (proses pergantian epitel kolumner dan squamosa)


berlangsung fisiologis. Namun dengan adanya mutagen dari agen yang ditularkan melalui
hubungan seksual seperti sperma, virus herpes simplek tipe II, maka yang semula
fisiologis berubah menjadi displasia. Displasia merupakan karakteristik konstitusional sel
seperti potensi untuk menjadi ganas.

Hampir semua ca. serviks didahului dengan derajat pertumbuhan prakanker yaitu
displasia dan karsinoma insitu. Proses perubahan yang terjadi dimulai di daerah
Squamosa Columner Junction (SCJ) atau SSK dari selaput lendir portio. Pada awal
perkembangannya, ca. serviks tidak memberikan tanda-tanda dan keluhan. Pada
pemeriksaan speculum, tampak sebagai portio yang erosive (metaplasia squamosa) yang
fisiologik atau patologik.

Gambar 2.2. Patofisiologi Kanker Serviks

9
Normal Cervix
HPV Infection
60% Perubahan sel karena Virus
dapat
Displasia Ringan Cofactors
semb
15 % jadi 3-4 thn Berat High-Risk HPV
uhberat dlmDisplasia
(Types 16, 18, etc.)
30% - 70% berkambang dlm 10 tahun
Kanker

berkembang

Sumber : Yayasan Kanker


Indonesia, 2013

Apabila HPV menyerang seorang perempuan, virus ini akan langsung melekat
pada sel yang berada pada lapisan basal dari epitel serviks. Virus tersebut akan
mengakibatkan terjadinya kelainan pada sel-sel serviks yang disebut displasia. Displasia
ini biasa juga disebut sebagai CIN (Servical Intraepithelia Neoplasia) atau NIS
(Neoplasia Intraepitelital Serviks). Berdasarkan kesepakatan, untuk mempermudah
penilaian, NIS dibagi menjadi 3 (NIS 1,2,3) sesuai dengan peningkatan derajat keparahan
dysplasia. NIS adalah lesi pra kanker yaitu suatu kelainan yang merupakan awal
terjadinya kanker (Yayasan Knaker Indonesia, 2013)

Pada umumnya sekitar 60% perempuan yang telah terinfeksi dapat sembuh
sendiri sekalipun sudah mencapai stadium NIS 1. Setelah 3-4 tahun karsinoma insitu.
Dalam waktu 10 tahun sekitar 30-7% akan menjadi kanker serviks yang invasif. Dengan
demikian perlu 10-15 tahun sejak awal terjadinya infeksi HPV hingga munculnya kanker
serviks. Jangka waktu itu adalah masa di mana kita bisa melakukan pencegahan terhadap
kanker serviks. Salah satu caranya adalah dengan melakukan skrining untuk mendeteksi
adanya kelainan pada serviks akibat dari virus tersebut (Melva, 2008)
10
2.6. Pencegahan Kanker Serviks
Cara pencegahan yang harus dilakukan adalah menghindari faktor-faktor resiko.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penyuluhan kepada masyarakat luas.
Strategi di negara yang masih berkembang berbeda dengan strategi di negara maju. Kalau
di negara maju, tenaga ahli, teknologi, maupun dana tidak menjadi masalah penting,
sedangkan di negara berkembang berupa down staging, yaitu usaha untuk menemukan
kanker pada stadium yang lebih dini. Dengan cara ini diharapkan mortalitas dapat
diturunkan (Yayasan Kanker Serviks, 2013)

Saat ini sudah diketahui secara luas bahwa kanker serviks merupakan kanker yang
dapat dicegah karena sudah tersedia vaksinasi utuk HPV tipe 16 dan 18. Akan tetapi
harganya belum terjangkau oleh sebagian negara berkembang, termasuk Indonesia
(Yayasan Kanker Indonesia, 2013)

Sejak tahun 1930, tes PAP telah menjadi suatu pemeriksaan yang sangat berharga
karena dapat membantu menemukan kaker serviks pada stadium dini. Sampai saat ini pun
tes ini masih terus dipakai di Indonesia. Namun demikian, tes PAP di Indonesia ternyata
masih memiliki kendala dalam pelaksanaannya, dimna tenaga ahli sitologi masih kurang
dan mahalnya reagen (Yayasan Kanker Indonesia, 2013)

Saat ini negara-negara berkembang telah diperkenalkan suatu metode yang


diyakini dapat mengatasi masalah yang ditemukan dalam tes PAP. Metode ini disebut
sebagai Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA). Metode ini sangat mudah dan
murah karena hanya menggunakan asam asetat (asam cuka) yang harganya murah serta
menggunakan alat pemeriksaan sederhana yng sering digunakan dalam pemeriksaan
ginekologi sehari-hari. Hasilnya pun dapat diketahui saat itu juga. Prosedur pemeriksaan
IVA yaitu dengan mengoleskan asam asetat pada daerah serviks dan diamati ada tidaknya
perubahan warna yang terjadi. Jika terjadi perubahan warna dari merah muda ke putih
(disebut juga lesi putih / acetowhite lession) dapat dikatakan bahwa terdapat lesi pra
kanker serviks (Yayasan Kanker Indonesia, 2013)

Lakukan pencegahan kanker serviks dengan cara dibawah ini :

11
2.6.1. Pemberian vaksin kanker serviks
Keganasan kanker serviks dapat menyerang wanita tanpa melihat
kelompok umur. Vaksin dapat diberikan pada kelompok umur 11-26.
Vaksin diberikan pada bulan 1 dan bulan ke 6. Adapula untuk anda yang
memiliki riwayat terinfeksi virus papiloma manusia dapat diberikan
vaksinasi dengan efektifias yang kurang. Vaksinasi dapat dilakukan di
dokter kandungan. Vaksinasi hanya dilakukan untuk pencegahan bukan
untuk pengobatan.
2.6.2. Deteksi dengan Pap Smear
Pap smear atau tes papaniculou merupakan metode skrining untuk
dapat mendeteksi kanker serviks. Test ini telah terbukti dapat mendeteksi
dini terjadinya infeksi virus penyebab kanker serviks, sehingga mampu
menurunkan resiko terkena kanker serviks dan memperbaiki prognosis.
Adapun anjuran untuk anda yang ingin mencegah sejak dini dapat
melakukan pap smear setahun sekali untuk wanita yang telah menginjak
usia 35 tahun, wanita yang pernah menderita infeksi HPV, wanita
pengguna pil kontrasepsi. Lakukan sesering mungkin jika hasil pap smear
anda menunjukan tidak normal atau setelah pengobatan prekanker . Untuk
anda yang akan melakukan pap smear perhatikan ketentuannya agar hasil
akurat :
a) Melakukan pap smear pada dua minggu setelah hari pertama haid.
b) Sebelum pemeriksaan sebaiknya tidak menggunakan obat atau
bahan herbal pencuci alat kewanitaan.
c) Penderita paska persalinan dianjurkan datang 6-8 minggu untuk
melakukan pap smear.
d) Selama 24 jam sebelum pemeriksaan tidak dianjurkan untuk
berhubungan seksual.

2.6.3. Hindari hubungan seks bebas


Human papiloma virus (HPV) yaitu virus penyebab kanker serviks dapat
menular melalui hubungan seksual. Fakta menunjukan hubungan seksual
dengan menggonta-ganti pasangan menjadi penyebab utama penularan
HIV/AIDS.
2.6.4. Hindari rokok

12
Banyak pesan dan peringatan yang menyatakan bahwa rokok sangat
membahayakan dan memicu timbulnya penyakit ringan atau berbahaya akan
tetapi untuk sebagian orang (perokok) masih menganggap remeh pesan itu.
Untuk anda wanita, penderita kanker serviks diantaranya adalah 30 persen
dari wanita perokok aktif. Penyebabnya adalah kandungan zat kimia yang
terdapat di dalam rokok memicu infeksi virus penyebab kanker serviks.
2.6.5. Menghindari diet tidak seimbang
Diet sudah menjadi kebiasaan wanita yang bersifat penting untuk menjaga
bentuk tubuh dan kesehatan. Jika sering melakukan diet dan menghindari
asupan buah dan sayur, itu merupakan diet salah. Diet yang salah dapat
memicu perkembangan virus penyebab kanker serviks. Kandungan yang
terdapat dalam sayur dan buah justru dapat membantu untuk melindungi diri
dari serangan kanker serviks. Perhatikan pula makanan dan minuman jangan
sampai mengandung zat kimia berbahaya seperti pengawet, pewarna dan
penyedap rasa.
2.6.6. Hindari Produk kimia berbahaya
Kehidupan modern yang bersifat instan justru memicu timbulnya kanker.
Kandungan berbahaya yang terdapat di dalam pembungkus dan bahan plastik
yang terkena panas memicu timbulnya kanker. Minimalisir penggunaan
sterofom, bahan plastik yang dipanaskan atau terkena plastik.

13
2.7. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
IVA merupakan salah satu cara melakukan skrining kanker serviks. Sebagaimana
telah dibahas sebelumnya, kelebihan dari tes ini adalah kesederhanaan teknik dan
kemampuan untuk memberikan hasil yang segera pada ibu. Sebagaimana tindakan medis
lainnya, diperlukan pelatihan dengan bimbingan praktek sebelum dapat melakukan tes
IVA secara kompeten, tetapi pelatihan tersebut dapat diberikan dengan mudah kepada
hampir semua tenaga kesehatan.
Menjalani skrining pra-kanker dianjurkan bagi semua perempuan berusia antara
20 dan 50 tahun. Kanker serviks menempati angka tertinggi di antara perempuan berusia
antara 20 dan 50 tahun, sehingg tes harus dilakukan pada usia dimana lesi pra-kanker
lebih mungkin terdeteksi, biasanya 5 sampai 20 tahun lebih awal. Perempuan yang
disarankan untuk melakukan pemeriksaan lesi pra-kanker serviks adalah :
1) Berusia 35-50 tahun
2) Berusia muda saat pertama kali berhubungan seksual (usia <20 tahun)
3) Memiliki banyak pasangan seksual (perempuan atau pasangannya)
4) Mempunyai riwayat pernah mengalami IMS, seperti chlamydia atau
gonorrhea, dan khususnya HIV/AIDS.
5) Hasil PAP Smear sebelumnnya yang tak normal
6) Memiliki banyak anak
7) Merokok

IVA dapat dilakukan kapan saja bahkan dalam siklus menstruasi pun dapat
dilakukan, pada masa kehamilan dan saat asuhan nifas atau paska keguguran. Tes tersebut
dapat dilakukan pada perempuan yang dicurigai atau yang telah diketahui memilki IMS
atau HIV/AIDS.

14
Diagram Alur untuk Pencegahan Kanker Leher Rahim

Tingkat Yankes
Mengajak Primer
ibu ibu / Sekunder
dalam kelompok usia 30-50 tahun untuk m

Melakukan konseling tentang kanker leher rahim, fa

Melakukan IVA
Ket :
*lesi >75% meluas ke dinding vagina atau lebih dari 2 mm dari diameterIVA (-)
krioprobe IVA jangkau
atau ke dalam saluran di luar (+)
Kanker
**6 bulan I : 6 bulan pasca krio pertama
***6 bulan II : 6 bulan pasca krio kedua Diulang 5 tahun yang akan datang
Lesi luas*

Tidak Iya
Servisitis bukan kontra indikasi
untuk krioterapi Sarankan Krioterapi

Konseling

Setuju Menolak Ibu m

Anjurkan? untuk ulangi IVA 1 tahun yang akan


Ada servisitis

Rujuk
Iya Tidak
Krioterapi
Obati
Evaluasi
Tunggu 2 minggu untuk krioterapi Apakah sudah bisa
Lesi sudah sembuh

Kembali 1 bulan pasca krioterapi

Kembali 6 bulan pasca krioterapi Acetowhite (+) a


*** 6 bulan II

IVA (-) Ulangi setelah 5 tahun

Gambar 2.3. Alur Pencegahan Kanker Leher Ra


Sumber : Yayasan Kanker Indonesia, 2013 15
Gambar diagram alur yang menunjukkan pilihan yang mungkin untuk perempuan
setelah menjalani tes IVA. Bimbingan diberikan untuk tiap hasil tes, termasuk ketika
konseling dibutuhkan. Untuk masing-masing hasil akan dibeberapa instruksi baik yang
sederhana untuk ibu tersebut (mis, kunjungan ulang untuk tes IVA setiap 5 tahun) atau
isu-isu khusus yang harus dibahas bersama, seperti kapan dan dimana pengobatan dapat
diberikan, resiko potensial dan manfaat pengobatan, dan kapan perlu merujuk untuk tes
tambahan atau pengobatan yang lebih lanjut.

Pengujian/tes kanker serviks biasanya dilakukan sebagian bagian dari program


penapisan kesehatan reproduksi missal atau pelayanan kesehatan primer, seperti
kunjungan prenatal atau postpartum/nifas, pemakaian awal lanjutan KB, asuhan paska
keguguran, kontrasepsi mantap, atau penilaian adanya IMS.

Untuk menilai klien, perlu ditanyakan singkat kesehatan reproduksinya, antara


lain :

1) Riwayat menstruasi
2) Pola perdarahan (misalnya perdarahan pasca senggama atau menstruasi
tak teratur)
3) Riwayat paritas
4) Usia pertama kali berhubungan seksual
5) Penggunaan alat kontrasepsi
6) Pastikan untuk menyertakan informasi tentang faktor resiko kanker serviks
yang telah disebutkan sebelumnya

2.7.1. Persiapan Pemeriksaan IVA


Pemeriksaan IVA pertama kali diperkenalkan oleh Hinselman pada Tahun 1925
dengan cara memulas serviks dengan kapas yang telah dicelupkan dalam asam asetat 3-
5%. Pemberian asam asetat itu akan mempengaruhi epitel abnormal, bahkan juga akan
meningkatkan penyerapan dari cairan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler yang bersifat
hipertonik dimana cairan ini mengandung zat terlarut dalam konsentrasi yang lebih
banyak dari larutan yang dapat menyebabkan tertariknya cairan dari intraseluler sehingga
membran akan terganggu dan jarak antar sel akan semakin dekat. Sebagai akibatnya, jika
permukaan epitel mendapat sinar, sinar tersebut tidak akan diteruskan ke jaringan

16
penghantar atau stroma, tetapi dipantulkan keluar sehingga permukaan epitel abnormal
akan berwarna putih, disebut juga epitel putih atau acetowhite (Anonim, 2008).
Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat
menstruasi, dan saat asuhan nifas atau paska keguguran. Pemeriksaan IVA juga dapat
dilakukan pada perempuan yang dicurigai atau diketahui memiliki ISR/IMS atau
HIV/AIDS.

Alat dan Bahan :


a. Spekulum
b. Lampu
c. Larutan asam asetat 3-5%
a) Dapat digunakan asam cuka 25% yang dijual di pasaran kemudian
diencerkan menjadi 5% dengan perbandingan 1:4 (1 bagian asam cuka
dicampur dengan 4 bagian air).
Contohnya: 10 ml asam cuka 25% dicampur dengan 40 ml air akan
menghasilkan 50 ml asam asetat 5 %. Atau 20 ml asam cuka 25 %
dicampur dengan 80 ml air akan menghasilkan 100 ml asam asetat 5%
b) Jika akan menggunakan asam asetat 3%, asam cuka 25 % diencerkan
dengan air dengan perbandingkan 1:7 (1 bagian asam cuka dicampur 7
bagian air).
Contohnya : 10 ml asam cuka 25% dicampur dengan 70 ml air akan
menghasilkan 80 ml asam asetat 3%
c) Campur asam asetat dengan baik
d) Buat asam asetat sesuai keperluan hari itu. Asam asetat jangan
disimpan untuk beberapa hari.
d. Kapas lidi
e. Kapas cebok
f. Sarung tangan
g. Larutan klorin untuk dekontaminasi peralatan

Metode Pemeriksaan :
1) Memastikan identitas, memeriksa status dan kelengkapan informed consent
klien
2) Klien diminta untuk menanggalkan pakaiannya dari pinggang hingga lutut dan
menggunakan kain yang sudah disediakan
3) Klien diposisikan dalam posisi litotomi
4) Tutup area pinggang hingga lutut klien dengan kain
5) Gunakan sarung tangan

17
6) Bersihkan genitalia eksterna dengan air DTT
7) Masukkan spekulum dan tampakkan serviks hingga jelas terlihat
8) Bersihkan serviks dari cairan , darah, dan sekret dengan kapas lidi bersih
9) Periksa serviks sesuai langkah-langkah berikut :
a) Terdapat kecurigaan kanker atau tidak :
Jika ya, klien dirujuk , pemeriksaan IVA tidak dilanjutkan . Jika
pemeriksaan adalah dokter ahli obstetri dan ginekologi , lakukan biopsy
b) Jika tidak dicurigai kanker, identifikasi Sambungan Skuamo kolumnar
(SSK).
Jika SSK tidak tampak , maka : dilakukan pemeriksaan mata telanjang
tanpa asam asetat, lalu beri kesimpulan sementara, misalnya hasil negatif
namun SSK tidak tampak. Klien disarankan untuk melakukan
pemeriksaan selanjutnya lebih cepat atau pap smear maksimal 6 bulan
lagi.
c) Jika SSK tampak, lakukan IVA dengan mengoleskan kapas lidi yang
sudah dicelupkan ke dalam asam asetat 3-5% ke seluruh permukaan
serviks
d) Tunggu hasil IVA selama 1 menit, perhatikan apakah ada bercak putih
(acetowhite epithelium) atau tidak
e) Jika tidak (IVA negatif), jelaskan kepada klien kapan harus kembali untuk
mengulangi pemeriksan IVA
f) Jika ada (IVA positif) , tentukan metode tata laksana yang akan dilakukan

10) Keluarkan speculum


11) Buang sarung tangan , kapas, dan bahan sekali pakai lainnya ke dalam
container ( tempat sampah) yang tahan bocor, sedangkan untuk alat-alat yang
dapat digunakan kembali, rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
untuk dekontaminasi
12) Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien, kapan harus melakukan pemeriksaan
lagi, serta rencana tata laksana jika diperlukan.

2.7.2. Penatalaksanaan IVA Positif


Bila ditemukan IVA Positif, dilakukan krioterapi, elektrokauterisasi atau eksisi LEEP
(Loop Electrical Excision Procedure) adalah dimana dilakukan untuk membuang jaringan

18
abnormal yang tumbuh di serviks yang biasa disebut Cervical Intraepithelial Neoplasia
(CIN) (Relay Health, 2014)

Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim yang
telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%, jika ada perubahan warna atau tidak
muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negatif. Sebaliknya jika leher
rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka dinyatakan positif lesi
atau kelainan pra kanker (Yayasan Kanker Indonesia)

Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung diobati dengan
metode Krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau N2 ke leher rahim.
Sensivitasnya lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40% dengan metode diagnosis
yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi
sejak dini. Dengan demikian, bisa segera ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker
stadium lanjut (Yayasan Knaker Indonesia, 2013)

Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker pada
suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada area tersebut mati dan
luruh, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang sehat (Samadi Priyanto. H, 2010)

Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari adanya
perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya perubahan sel
akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan
dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker yang disebabkan
human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi berkembang dan merusak organ tubuh yang
lain.

Tabel 2.4. Penatalaksanaan IVA Positif

IVA Positif (lesi<75%, lesi < 2 mm di luar batas


krioprob termasuk ujung prob, tidak ada
perluasan dinding vagina ke dalam kanal di luar
jangkauan krioprob)

19
Tawarkan Pengobatan Segera Tawarkan Pengobatan Setelah Tawarkan Pengobatan
Konseling Waktu Kunjungan Berbeda
Ibu tidak pindah ruang antara tes
IVA dan pengobatan. Dia harus Ibu meninggalkan ruang yang Ibu mendapat janji untuk
menerima konseling mengenai berbeda. Setelah konseling di konseling dan pengobatan pada
pengobatan sebelum tes dimulai ruang yang berbeda. Setelah hari lain. Waktu kunjungan
dan diberi kesempatan untuk konseling selesai, dia dapat harus spesifik. Petugas harus
mampu menghubungi ibu jika
bertanya atau mmperkuat kembali ke ruang
ada perubahan jadwal atau jika
konseling diantara tes dan periksa/pengobatan untuk
ibu tidak datang
pengobatan mendapat pengobatan.

Sumber : Buku Panduan Pelaksanaan


IVA, 2015

20
2.7.3. Penatalaksanaan pasien yang dicurigai kanker
Bila ditemukan pasien yang dicurigai kanker serviks dilakukan biopsi. Jika
pemeriksaan patologi anatomi mengkonfirmasi terdapatnya kanker serviks maka dirujuk
maka dirujuk ke konsultan onkologi ginekologi untuk penatalaksanaan.
4 Tahap Pemeriksaan IVA, yaitu :

TIDAK

YA

Pada serviks
di atas

Untuk memudahkan memahami, dapat


melalui singkatan :

1. Kanker
2. SSK
3. IVA KaSIVO
4. Krioterapi

Sumber : Buku Acuan Program


Pencegahan Kanker serviks, 2013

Gbr 2.5. Tahap Pemeriksaan IVA


21
2.8. Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)
Untuk melakukan IVA, petugas mengoleskan asam asetat pada serviks. Larutan
tersebut menunjukkan perubahan pada sel-sel yang menutupi serviks (sel-sel epitel)
dengan menghasilkan reaksi plak putih acetowhite. Pertama-tama petugas melakukan
menggunakan speculum untuk memeriksa serviks. Lalu serviks dibersihkan untuk
menghilangkan cairan keputihan (discharge), kemudian asam asetat dioleskan secara
merata pada serviks. Setelah minimal 1 menit, serviks dan seluruh SSK, diperiksa untuk
melihat apakah terjadi perubahan kearah plak putih (acetowhite). Hasil tes (positif atau
negatif) harus dibahas bersama ibu, pengobatan sebaiknya harus diberikan setelah
konseling, jika diperlukan dan tersedia. Hasil tes IVA positif bukan menunjukkan adanya
kanker melainkan lesi pre-kanker
Plak dimana keadaan
putih yang ini masih
terletak dapatdari
jauh disembuhkan.
zona transformasi dinilai tid

Klasifikasi Hasil Tes IVA


Temuan asesmen harus dicatat sesuai kategori yang telah baku sebagaimana
terangkum dalam Tabel 2.6.
Plak dengan warna tidak terlalu putih (agak pudar) dengan batas yang ti
Tabel 2.6. Klasifikasi IVA sesuai Temuan Klinis

Normal Licin, merah muda, bentuk porsio normal


Atipik Servisitis (inflamasi, hiperemis), banyak fluor
Polip atau polipoid
Abnormal Plak putih Garis putih tidak signifikan
Tukak
Epitel acetowhite (bercak putih)
Kanker Serviks pertumbuhan seperti bunga kol
Tukak menggaung
Pertumbuhan mudah berdarah
Garis putih tepi endoserviks biasanya tidak signifik
Sumber : Buku Acuan Program
Pencegahan Kanker serviks, 2013

Daerah berwarna putih pudar seperti titik-titik pada endoserviks, karena pewarnaan epitel kolumnar

Gambar 2.7. Signifikasi Klinis dan lokasi Lesi Acetowhite

Plak putih tebal berbatas tegas, seperti leukoplakia, tampak pada zona transformasi, melebar
22

Sumber : Buku Acuan Program


Pencegahan Kanker serviks, 2013
2.9. Perbedaan IVA dan PAP Smear

Tabel 2.8. Perbedaan IVA & PAP Smear

Uraian / Metode Skrining Tes PAP Tes IVA

Petugas Kesehatan (Bidan,/perawat/dokter


umum/dokter spesialis) Bidan
Perawat
Dokter Umum
Dokter Spesialis
Skriner / Sitologist /
Patologist
Sensitivitas 70% - 80% 65% - 96%
Spesitivitas 90% - 95% 54% - 98%
Hasil Hari 1 bulan Langsung
Sarana Spekulum Spekulum
Lampu sorot Lampu sorot
Kaca benda Asam asetat
Laboratorium
Biaya Rp 150.000,00 Rp 3000,00
Rp 750.000,00
Dokumentasi Ada (dapat dinilai ulang) Tidak ada

Sumber : Laila, 2011

23
BAB III

TINJAUAN KASUS

Seorang ibu bernama Ny.F berusia 27 tahun datang ke BPS Erna Mulyani, ia
mengeluhkan keluar keputihan yang berbau, dan bila berhubungan terasa nyeri, serta berdarah.
Ny.F dirujuk oleh Bidan Erna Mulyani ke poli KB di Puskesmas Padang Pasir.

Pasien datang pada tanggal 23 Mei 2015, dengan riwayat identitas Ny.F sudah
menikah, riwayat pernikahan suami sudah yang ketiga kalinya termasuk pernikahan dengan
Ny.F, Ny.F dan suaminya merupakan tamatan SMA. Riwayat kesehatan reproduksi Ny.F
adalah usia menarche 14 tahun, usia saat menikah 19 tahun, jumlah persalinan sebanyak 3 kali
dan tidak pernah keguguran. Kontrasepsi yang saat ini dipakai adalah suntik 1 bulan, sebelumnya
belum pernah melakukan PAP Smear maupun IVA, dan Ny.F tidak pernah merokok.
Sedangkan suami Ny.F seorang perokok aktif yang seharinya bisa menghabiskan 12 batang
rokok.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah : 120/70 mmHg, nadi : 78x/i, pernafasan
23x/i, dan suhu : 36,5C. Dari keluhan Ny.F, maka dilakukan pemeriksaan leher rahim dengan
metode IVA. Hasil yang didapatkan antara lain :

a. Curiga kanker : tidak


b. Pengambilan PAP Smear : tidak
c. Hasil IVA : Positif, anjuran dengan krioterapi
d. Tampak adanya polip dan sudah berdarah, keputihan yang berbau.

24
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN

METODE INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) PADA Ny.F

DI PUSKESMAS PADANG PASIR

TANGGAL 32 MEI 2015

1. PENGUMPULAN DATA
A. Identitas / Biodata
Nama Ibu : Ny. F Nama Suami : Tn.A
Umur : 27 tahun Umur : 35 tahun
Suku/Bangsa : Minang/Indonesia Suku / Bangsa : Minang/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Sopir
Alamat : Komp.Filano,No 8A Alamat : Komp.Filano,No 8A
No HP : 082174449577 No HP :-

Nama Keluarga terdekat yang bisa dihubungi : Tn.A


Hubungan dengan klien : Suami
Alamat : Komp.Filano, no 8A, Tabing
No Telp :-

B. Data Subjektif
Tanggal : 23 Mei 2015
Pukul : 10.00 WIB
1. Alasan kunjungan : Rujukan dari Bidan Erna Mulyani
2. Keluhan utama : Keputihan yang berbau, saat berhubungan terasa sakit dan
berdarah.
3. Riwayat menstruasi
a. Menarche : 14 tahun
b. Teratur/tidak : Teratur
c. Siklus : 28 hari
d. Lamanya : 4 hari
e. Banyaknya : 2-3 kali ganti doek sehari
f. Warna : Merah kehitaman
g. Sifat darah : Encer
h. Disminorhea : Ada
4. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

5. Kontrasepsi yang pernah digunakan : suntik 1 bulan

25
6. Riwayat Kesehatan Ibu
a. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada TBC : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada Epilepsi : Tidak ada
DM : Tidak ada PMS/IMS :Tidak ada

b. Riwayat alergi
Jenis makanan : Tidak ada
Jenis obat-obatan : Tidak ada
c. Riwayat transfusi darah : Tidak ada
d. Riwayat operasi dinding rahim : Tidak ada
e. Riwayat pernah mengalami kelainan jiwa : Tidak ada

7. Riwayat kesehatan keluarga


a. Riwayat penyakit keturunan
Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada Epilepsi : Tidak ada
DM : Tidak ada Lain-lain : ada, kanker tahi lalat
Komplika
Usia Jenis Tempat
si Bayi Nifas
Kehamil Persalin Persalin
N Tgl Ba Penolo PB/BB Keadaa Loche Lakta
an an an
O Lahir Ibu yi ng /JK n a si
Td Td
200 Cukup k k 48/2900/ Norma
1 9 bulan Normal BPS ada ada Bidan lk Baik l Baik
Td Td
201 Cukup k k 48/2800/ Norma
2 3 bulan Normal BPS ada ada Bidan pr Baik l Baik
Td Td
201 Cukup k k 49/3000/ Norm
3 4 bulan Normal BPS ada ada Bidan pr Baik al Baik

8. Riwayat Perkawinan
Kawin umur : 19 tahun
Setelah kawin berapa lama baru hamil : 2 tahun

9. Keadaan ekonomi
Penghasilan per bulan : Rp 2.500.000,-
Jumlah anggota keluarga yang ditanggung : 5 orang
Penghasilan per kapita : Rp 500.000,-
10. Kebiasaan hidup sehari-hari
a. Personal hygiene
Mandi : 2 kali sehari
Sikat gigi : 2 kali sehari
Keramas : setiap hari

26
Ganti pakaian dalam : 2 kali sehari

b. Pola makan dan minum


Pagi : 1 piring lontong, 2 gelas air putih,
Siang : 1 piring nasi, satu potong ikan goreng, 2 gelas air putih
Malam : 1 piring nasi, satu potong ikan goreng, 2 gelas air putih

Masalah gangguan pencernaan : tidak ada

c. Pola eliminasi
BAK BAB
Frekuensi : 5 kali sehari Frekuensi : 1 kali sehari
Warna : kuning jernih Warna : kuning kecoklatan
Keluhan : tidak ada Keluhan : tidak ada

d. Pola istirahat
Istirahat siang : 2 jam
Istirahat malam : 7 jam

e. Aktivitas sehari-hari
Beban kerja : pekerjaan rumah tangga
Olahraga : tidak ada
Kegiatan spiritual : shalat

f. Hubungan seksual : ada keluhan,yaitu nyeri saat senggama dan


mengeluarkan darah
g. Kebiasaan yang merugikan kesehatan
Kebiasaan merokok, minuman keras, : Tidak ada
konsumsi obat-obatan terlarang
Budaya yang merugikan kesehatan : Tidak ada

C. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)


1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 78 kali per menit
Suhu : 23 kali per menit
Pernafasan : 36,5C

2. Pemeriksaan Khusus
Inspeksi

27
Genitalia : Kemerahan : Ada
Pembengkakan : Tidak ada

Hasil : IVA (+), SSK (+), keputihan berbau, dan polip sudah berdarah

Padang , 23 Mei 2015

Petugas Kesehatan Klien/Keluarga

28
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN
METODE INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) PADA Ny.F
DI PUSKESMAS PADANG PASIR
TANGGAL 23 MEI 2015

SUBJEKTIF OBJEKTIF ANALISIS PENATALAKSANAAN


Tanggal : 23 Mei 2015 Keadaan emosional : Stabil Diagnosa : 1. Mengiformasikan hasil
Pukul : 10.00 WIB Kesadaran : Composmentis Ibu F umur 27 tahun, pemeriksaan kepada ibu,
keadaan umum ibu baik, IVA bahwa hasil pemeriksaan
(+), SSK tampak, polip sudah TTV dalam batas normal
1. Ibu ingin memeriksakan 1. TTV 2. Pendidikan kesehatan
berdarah, dan keputihan
keluhannya. TD : 120/70 mmHg tentang personal hygiene
N : 78x/i berbau.
2. Ibu sebelumnya berkunjung yaitu menjaga kebersihan
ke BPS Erna Mulyani di P : 23x/i vulva ibu dengan cara
S : 36,5C Masalah :
Purus mengganti celana dalam
3. ibu mengeluhkan keputihan 1. Keputihan berbau bila sudah terasa lembab,
2. Inspeksi 2. Keluar darah saat
yang berbau. saat membersihkan bagian
4. Saat berhubungan tersa Genitalia : Kemerahan berhubungan.
vulva ibu dari arah depan
nyeri dan mengeluarkan Lesi berwarna putih tampak 3. Perdarahan diluar haid.
4. Nyeri perut bagian bawah ke belakang dan
darah. IVA : positif
atau panggul mengeringkannya sesudah
5. Ada riwayat keluarga Polip berdarah
BAK & BAB.
terkena kanker` Keputihan berbau 3. Memberikan antibiotik
6. Menarche umur 14 tahun. Kebutuhan :
untuk mengurangi
7. Ibu sudah memiliki 3 anak. 1. Informasikan hasil
8. Ini perkawinan yang keputihan yang berbau
pemeriksaan 4. Anjurkan kepada ibu
pertama. 2. Pendkes tentang personal
9. Suaminya sudah menikah 2 untuk tidak berhubungan
hygiene seksual sampai
kali sebelumnya. 3. Antibiotik
pengobatan selesai.
4. Kunjungan ulang dengan

29
membawa kartu BPJS 5. Menginformasikan
untuk keperluan rujukan kunjungan ulang pada
saaat kartu BPJS di
dapatkan untuk tujuan
rujukan selanjutnya.

30
BAB IV

PEMBAHASAN

Kanker serviks merupakan kanker mulut rahim yang disebabkan oleh virus
Human Papilloma Virus (HPV). Kanker serviks adalah keganasan primer dari serviks
(kanalis servikalis dan porsio). Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk
dalam jaringan serviks (organ yang menghubungkan uterus dengan vagina).Ada beberapa
tipe kanker serviks. Tipe yang paling umum dikenal adalah squamous cell carcinoma
(SCC), yang merupakan 80 hingga 85 persen dari seluruh jenis kanker serviks. Infeksi
Human Papilloma Virus (HPV) merupakan salah satu faktor utama tumbuhnya kanker
jenis ini.
Tipe-tipe lain kanker serviks seperti adenocarcinoma, small cell carcinoma,
adenosquamous, adenosarcoma, melanoma dan lymphoma, merupakan tipe kanker
serviks yang langka yang tidak terkait dengan HPV. Beberapa tipe kanker yang telah
disebutkan, tidak dapat ditanggulangi seperti SCC.
Meskipun sulit untuk di deteksi, namun ciri-ciri berikut bisa menjadi petunjuk
terhadap perempuan apakah dirinya mengidap gejala kanker serviks atau tidak:
a. Saat berhubungan intim selaku merasakan sakit, bahkan sering diikuti oleh
adanya perdarahan.
b. Mengalami keputihan yang tidak normal disertai dengan perdarahan dan
jumlahnya berlebih
c. Sering merasakan sakit pada daerah pinggul
d. Mengalami sakit saat buang air kecil
e. Pada saat menstruasi, darah yang keluar dalam jumlah banyak dan berlebih
f. Saat perempuan mengalami stadium lanjut akan mengalami rasa sakit pada
bagian paha atau salah satu paha mengalami bengkak, nafsu makan menjadi
sangat berkurang, berat badan tidak stabil, susah untuk buang air kecil,
mengalami perdarahan spontan.

31
Hasil pengkajian yang telah dilakukan bahwa Ny.F menarche usia 14 tahun,
menstruasi datang teratur, siklus 28 hari, lama menstruasi 4 hari, sifat darah menstruasi
encer, warna darah menstruasi merah kehitaman, dan 2 kali ganti doek sehari.Riwayat
kesehatan ibu dan kesehatan keluarga tidak ada kelainan. Usia Ny.F saat menikah umur
19 tahun, sudah memiliki tiga orang anak hidup, tidak pernah keguguran, riwayat pernah
memakai suntik KB satu bulan, riwayat suami sudah pernah menikah dua kali sebelum
menikah dengan Ny.F. Ny.F mengatakan bahwa ia sudah tidak lagi berhubungan
seksual dengan suaminya dikarenakan saat sehabis senggama mengeluarkan darah secara
spontan dan sedikit nyeri, serta terasa kurang nyaman ketika bersenggama.

Selanjutnya, pemeriksaan keadaan umum ibu baik, tanda-tanda vital dalam batas
normal, keadaan genitalia tampak kemerahan, tidak ada pembengkakan, hasil inspeksi
menunjukkan SSK tampak, dilakukan pemolesan dengan asam asetat tampak lesi
berwarna putih.

Perbandingan antara teori dengan kasus Ny.F, tanda dan gejala yang dirasakan
oleh Ny.F adalah sama. Yaitu Ny.F mengeluhkan banyak mengeluarkan keputihan
yang berbau, sakit pada daerah pinggul, dan adanya perdarahan sehabis senggama. Lalu
dilihat dari riwayat perkawinan, Ny.F menikah saat umur 19 tahun. Dari teori yang ada,
menikah kurang dari umur 20 tahun merupakan resiko minor dari kejadian kanker
serviks. Ditambah lagi dengan riwayat perkawinan suami yang lalu sudah 2 kali menikah
sebelum menikah dengan Ny.F. Ny.F mengatakan bahwa riwayat keluarganya pernah
terkena kanker, yaitu nenek Ny.F pernah terkena kanker pada wajahnya (tahi lalat).
Ny.F juga mengatakan bahwa tidak ada riwayat terkena penyakit infeksi menular
seksual.

Dari pemeriksaan yang dilakukan hasil yang didapatkan IVA (+), SSK tampak,
polip sudah berdarah dan keputihan yang berbau. Sebelumnya, Ny.F memeriksakan diri
ke BPS Erna Mulyani di Purus, tetapi dirujuk saat itu juga ke Puskesmas Padang Pasir di
poli KB.

32
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan bahwa Ny.F memiliki faktor resiko
terkena kanker serviks yaitu dari usia yang sangat bersiko tinggi, riwayat suami yang
sudah menikah dua kali sebelumnya, dan juga tanda dan gejala pada Ny.F sesuai
dengan teori yang ada. Saat memeriksa Ny.F mulai dari keadaan umum yang baik,
tanda-tanda vital dalam batas normal, dan saat inspeksi genitalia dan vagina terdapat lesi
berwarna putih yang menunjukkan awal dari kanker serviks yang diperiksa melalui
metode IVA. Masalah yang ada pada Ny.F adalah hasil dari tes IVA positif karena
terdapat lesi berwarna putih pada permukaan porsio. Tindakan selanjutnya, lebih baik
dirujuk ke instansi pelayanan kesehatan yang melayani pengobatan kanker serviks dan
tentunya lebih lengkap akses alat dan tenaga kesehatannya. Asuhan yang dapat diberikan
sebelum Ny.F dirujuk adalah menjaga kebersihan genitalia, yaitu menggnanti celana
dalam bila sudah terasa lembab dan tidak nyaman. Dikarenakan Ny.F mempunyai
masalah keputihan yang berbau dan banyak. Ny.F bersedia melakukan apa yang telah
disarankan oleh petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Padang Pasir.
Program skrining sangatlah penting dalam upaya deteksi dini kanker serviks
dikarenakan semakin dini stadium yang ditemukan, semakin tinggi tingkat keberhasilan
pengobatan. Akan tetapi kanker hamoir tidak terobati bila telah menyebar sampai dinding
panggul atau organ sekitarnya seperti rekstum dan kandung kemih. Kanker sserviks dapat
dicegah dengan menemukan lesi pra kanker dalam program srining yang kemudian
ditatalaksanakan dengan baik.
Strategi penanggulangan yang harus dilakukan adalah menghindari faktor-faktor
risiko. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penyuluhan kepada masyarakat
luas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) sendiri telah menetapkan strategi yang diterapkan
di negara berkembang berupa down staging, yaitu usaha untuk menemukan kanker pada
stadium yang lebih dini. Dengan cara ini diharapkan mortalitas dapat diturunkan.

B. Saran

33
1. Bagi Puskesmas
Puskesmas merupakan ujung tombak dan pelayanana kesehatan dasar yang paling
mudah dijangkau oleh masyarakat perlu meningkatkan pemberian informasi tenatang
bahaya kanker serviks dan mempromosikan cara deteksi dini yaitu dengan metode
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Mempromosikan melalui poster-poster, gambar,
leaflet, dan media informasi tertulis maupun elektronik.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Meningkatkan informasi, komunikasi dan konseling kepada wanita-wanita yang
sudah menikah atau sudah pernah melakukan hubungan seksual untuk
mempromosikan deteksi dini kanker serviks dengan metode Inspeksi Visual Asam
Asetat (IVA). Juga gencar bersama-sama mengurangi angka kejadian kanker serviks.

3. Bagi Masyarakat
Khususnya bagi wanita-wanita yang sudah menikah atau sudah pernah melakukan
hubungan seksual sebaiknya melakukan deteksi dini kanker serviks. Metode paling
murah, mudah, dan langsung bisa diberitahukan hasilnya adalah metode Inspeksi
Visual Asam Asetat. Agar dapat mencegah stadium lanjut kanker serviks dan
mengobati dengan cepat sebelum menuju kanker.

4. Bagi Penulis
Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini
di kemudian hari.

34
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono., Ilmu Kebidanan, 2010, Jakarta : PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.
Yayasan Kanker Indonesia, Buku Acuan Untuk Dokter dan Bidan, Program
Pencegahan Kanker Serviks, 2013, Jakarta : Yayasan Kanker Indonesia

Tiran, Denise., Kamus Saku Bidan, 2006, Jakarta : EGC

Buku Panduan Pelaksanaan IVA, SADANIS, diunduh pada tanggal 27 Mei 2015

www.deherba.com diunduh pada tanggal 25 Mei 2015

Melva. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim


Pada Penderita Yang Datang Berobat Di RSUP H. Adam Malik Medan.
(Diunduh tanggal 27 Mei 2015,Pukul 21.50 WIB )

35
LAMPIRAN

36

Anda mungkin juga menyukai