Anda di halaman 1dari 86

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan keluarga berencana yang merupakan salah satu paket
pelayanan kesehatan reproduksi esensial perlu mendapatkan perhatian yang
serius, karena dengan mutu pelayanan keluarga berencana yang berkualitas
diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan.
Dengan telah berubahnya paradigma dan pengelolan masalah kependudukan
dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan
fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta
hak reproduksi. Maka pelayanan keluarga berencana harus menjadi lebih
berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien atau masyarakat dalam
memilih metode kontrasepsi yang diinginkan (Saifuddin, 2003).
Kepala BKKBN Sugiri Syarif mengatakan bahwa apabila hasil sensus
penduduk 2011 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia lebih dari 235 juta
jiwa berarti program KB nasional selama 10 tahun terakhir akan dinilai gagal.
Beliau mengajak seluruh jajaran BKKBN termasuk petugas lapangan dan
penyuluh (PLKB/PKB) untuk tetap memasyarakatkan program KB , sehingga
pertumbuhan

penduduk

Indonesia

menjadi

ideal.

Kepala

BKKBN

menyatakan optimis bahwa jumlah penduduk Indonesia hasil sensus


penduduk 2011 tidak akan melebihi 235 jiwa, karena jumlah peserta program

KB sejak tahun 2006 terus meningkatkan dan angka pertumbuhan penduduk


rata-rata masih sekitar 1,3% per tahun (BKKBN, 2011)
Jumlah Akseptor baru program KB baru pada tahun 2009 sekitar 6
juta pasangan usia subur (PUS), pada tahun 2011 meningkat menjadi 7,1 juta
PUS dan pada tahun 2011 ditargetkan 7,7 juta PUS. Sedangkan peserta KB
mencapai 61% dari sekitar 45juta PUS diseluruh Indonesia (BKKBN, 2011)
Presentasi pencapain peserta KB baru wanita sampai dengan bulan
april 2011 terlihat bahwa peserta KB suntik merupakan peserta kontrasepsi
paling tinggi pencapaiannya, akan tetapi kalau dilihat persentase terhadap
PPM dengan urutan sebagai berikut yaitu peserta implant sebesar 16.628
peserta (63,6 % dari PPM implant sebesar 26.125 peserta) selanjutnya peserta
MOP 1.953 peserta (5,0% dari PPM MOP sebesar 3.309 peserta) urutan
berikutnya disususul pencapaian suntik sebesar 207 698 peserta (42,3%
terhadap PPM suntik sebesar 490 titik 532 peserta), kemudian bertikutnya
peserta MOW sebesar 4.882 peserta(37,4% dari PPM MOW sebesar 13.059
peserta), berikutnya pencapaian kondom sebesar 11.689 (26,6% terhadap
PPM kondom sebesar 43.939 peserta) dan untuk pencapaian pil sebesar
82.012 peserta (23,3% dari PPM sebesar 367.573 peserta). Selanjutnya yang
paling kecil pencapaiannya sampai bulan april yaitu PPM IUD sebesar 17.605
(14,4% Dari PPM IUD sebesar 121.925 peserta). (BKKBN propinsi jawa
timur,2011).
Demikian pula berdasarkan pencapaian per metode kontrasepsi,
sampai dengan bulan april 2011, KB suntik masih tetap diminati oleh

masyarakat terlihat dari jumlah peserta kontrasepsi suntik yaitu sebanyak


207.698 peserta atau sebesar 60.6% dari total PB sebanyak 342.267 peserta
(BKKBN propinsi jawa timur, 2011)
Meskipun jumlah Akseptor baru semakin meningkat, namun program
KB akan terus menjadi prioritas untuk menekan angka pertumbuhan
penduduk dan untuk membantu kelancaran program KB, petugas kesehatan
perlu mengajak masyarakat Indonesia untuk meningkatkan keikutsertaan
masyarakat dalam program KB. Jika tidak ada program KB maka sesuai
prediksi para ahli demografi bahwa penduduk Indonesia pada tahun 2011 bisa
mencapai 360 juta jiwa lebih, sehingga dengan program KB maka pada tahun
2010 jumlah penduduk Indonesia hanya sekitar 220 juta jiwa, atau berkat
program KB biasa menghemat pertumbuhan penduduk sekitar 100 juta jiwa
lebih (BKKBN, 2011).
Dari data di atas banyak Akseptor KB yang menggunakan kontrasepsi
suntik, hal ini menentukan banyak perempuan mengalami kesulitan di dalam
menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Padahal masih banyak pilihan jenis
kontrasepsi yang tersedia, ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan
keamanan metode kontrasepsi tersebut disebabkan oleh berbagai faktor harus
dipertimbangkan, termasuk status kesehatan, efek samping, potensial,
konsekuensi kegagalan dan kehamilan yang tidak diinginkan, besar keluarga
yang direncanakan, persetujuan pasangan, bahkan norma budaya lingkungan.
(Saifuddin, 2003).

Meskipun KB suntik banyak diminati oleh masyarakat namun salah


satu efek samping yang sering menjadi keluhan Akseptor adalah bahwa
pemulihan kesuburan memerlukan waktu lama. Tidak dapat dipungkiri lagi
bahwa setelah penghentian penggunaan kontrasepsi pil dan AKDR,
kesuburan akan lebih cepat kembali (rata-rata 2 bulan), sedangkan setelah
penghentian penggunaan KB suntik memerlukan waktu rata-rata 10 bulan.
Perlu dijelaskan disini bahwa keterlambatan kesuburan setelah penyuntikan
bukanlah disebabkan oleh terjadinya kelainan atau kerusakan pada organ
genetalia, melainkan karena masih saja terjadi pelepasan gestagen yang terus
menerus dari depo yang terbentuk ditempat suntikan. Kembalinya kesuburan
ternyata berbeda antara KB suntik yang mengandung MPA dengan KB suntik
yang mengandung nerotisteron. Pada penggunaan KB suntik nerotisteron,
konsepsi terjadi lebih cepat yaitu 3-6 bulan setelah penyuntikan dihentikan.
Bila selama

penggunaan kedua jenis KB suntik terjadi konsepsi, resiko

teratogenik tetap saja ada, yaitu 7 per 100.000 kelahiran (Sarwono, 2002).
Ketidakseimbangan hormonal akibat pemakaian KB suntik berakibat
terjadinya ketidaksuburan. Alat kontrasepsi hormonal disimpan dalam
jaringan lemak tubuh. Contohnya: suntik kontrasepsi 3 bulanan yang dipakai
lebih dari 1 tahun. Hasilnya meskipun seorang wanita sudah berhenti
menggunakan KB suntik, di dalam darahnya masih tersisa hormon-hormon
yang disuntikkan sebelumnya. Inilah yang menyebabkan seorang wanita tidak
dapat menjadi subur seketika meskipun sudah lebih dari 3 bulan tak lagi
menggunakan alat kontrasepsi tersebut (Abdullah, 2010).

Sebelum memulai pemakaian kontrasepsi suntik, seharusnya calon


pemakai atau Akseptor KB yang ingin mempunyai anak lagi dalam waktu
dekat, seharusnya diberi konseling bahwa mungkin akan terjadi penundaan
sementara yang nyata dalam pemulihan kesuburan melebihi durasi normal
kerja obat yang efektif. Tidak terdapat bukti bahwa wanita yang menjadi
hamil segera setelah penghentian suatu metode kontrasepsi suntik mengalami
peningkatan resiko kelainan janin. Dan tidak ada alasan untuk menganjurkan
penundaan sebelum melakukan upaya untuk hamil (Wibawa, 2008)
Sehubungan dengan masalah diatas maka diperlukan solusi untuk
menanggulangi masalah tersebut yaitu dengan memberikan konseling yang
diberikan oleh petugas kesehatan kepada kliennya sebelum memutuskan untuk
menggunakan KB suntik. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai studi tentang perbedaan pengembalian kesuburan antara
Akseptor KB suntik 1 bulan 3 bulan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang akan menjadi
rumusan masalah adalah apakah ada perbedaan lamanya pemulihan
kesuburan antara Akseptor KB suntik 1 bulan dengan 3 bulan?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui perbedaan lamanya pemulihan kesuburan antara
Akseptor KB suntik 1 bulan dengan 3 bulan.
2. Tujuan khusus
a. Mengindentifikasi lamanya pemulihan kesuburan pada Akseptor KB
suntik 1 bulan di BPS Mutmainnah Madura
b. Mengindentifikasi lamanya pemulihan kesuburan pada Akseptor KB
suntik 3 bulan di BPS Mutmainnah Madura
c. Menganilisis perbedaan lamanya pemulihan kesuburan antara
Akseptor KB suntik 1 bulan dengan 3 bulan

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan menerapkan teori-teori yang
diterima selama kuliah, menambah pengalaman dan memperluas cara
berfikir peneliti dalam mempelajari studi tentang lamanya pemulihan
kesuburan pada penggunaan KB suntik 1 bulan dengan 3 bulan.
2. Bagi petugas kesehatan
Menambah wawasan baru mengenai perilaku tenaga kesehatan
dalam

membantu

klien

memberikan konseling dalam

kontrasepsi yang sesuai dengan klien.

pemilihan

3. Bagi institusi pendidikan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan dibidang
kepustakaan dalam bidang kesehatan
4. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat mengetahui pentingnya
menggunakan alat kontrasepsi yang efektif sesuai kebutuhan sehingga
dapat juga menjadi bahan untuk meningkatkan pelayanan pada
masyarakat
5. Bagi profesi bidan
Hasil pengumpulan data ini dapat memberikan masukan sebagai
bahan kaji ulang kinerja bidan, khususnya untuk pemberian konseling
sebelum dan sesudah pada setiap pelayanan yang akan diberikan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga Berencana (KB)


1. Pengertian
Pengertian Keluarga Berencana menurut UU no 10 tahun 1992
yaitu (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum, 2009).
Gerakan
menghimpun

KB

dan

Nasional
mengajak

adalah
segenap

gerakan
potensi

masyarakat
masyarakat

yang
untuk

berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan Norma


Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) dalam rangka meningkatkan
mutu sumber daya manusia (Sarwono, 2005).

2. Tujuan Gerakan KB Nasional


Secara umum tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam
rangka mewujudkan visi dan misi program KB dimuka adalah
membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi
pelaksana program KB Nasional yang kuat dimasa mendatang, sehingga

visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat tercapai (Arum,


2009).
Tujuan utama program KB Nasional adalah untuk memenuhi
perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang
berkualitas, menurunkan tingkat angka kematian ibu bayi, dan anak serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun
keluarga kecil berkualitas (Arum, 2009)

3. Sasaran Gerakan KB Nasional


Menurut Arum, 2009, adapun sasaran program KB Nasional 5
tahun kedepan seperti tercantum dalam RPJM 2004 2009 adalah sebagai
berikut :
a.

Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) secara


Nasional menjadi satu, 14% per tahun.

b.

Menurunkan angka kelahiran TFR (Total Fertility Rate) menjadi 2,2


per perempuan.

c.

Meningkatnya peserta KB pria menjadi 4,5%.

d.

Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang efektif dan


efisien.

e.

Meningkatnya

partisipasi

keluarga

dalam

pembinaan

tumbuh

kembang anak.
f.

Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1


yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.

10

g.

Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan


pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi.

B. Konsep Dasar Kontrasepsi


1. Pengertian Kontrasepsi
Dibawah ini adalah beberapa pengertian istilah dalam kontrasepsi :
a.

Kontrasepsi adalah usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan,


usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan dapat juga bersifat
permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variable
yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2002)

b.

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan


(Sarwono, 2005)

c.

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan,


upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen,
penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi fertilitas (Sarwono, 2006)

2. Cara Kerja Kontrasepsi


Cara kerja kontrasepsi adalah :
a.

Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi

b.

Melumpuhkan sperma

c.

Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma

d.

Mencegah terjadinya nidasi (Hartono, 2004)

11

3. Metode Kontrasepsi
Metode Kontrasepsi adalah cara kontrasepsi wanita dimana mampu
melindungi seorang ibu terhadap kemungkinan hamil yang diberikan
secara suntikan (BKKBN, 2004).
a.

Cara atau Metode Kontrasepsi (Handayani, 2010)


Metode KB terdapat berbagai macam hal ini disesuaikan dengan
kebutuhan dan indikasi pasien yang ingin memilihnya. Berikut ini
adalah macam-macam metode kontrasepsi, antara lain :
1) Metode Keluarga Berencana Sederhana
Metode KB sederhana adalah metode KB yang digunakan tanpa
bantuan orang lain. Yang termasuk metode KB sederhana adalah
kondom, pantang berkala, senggama terputus, dan spermiside.
Metode

sederhana

akan

lebih

efektif

diperhitungkan dengan masa subur.


a) KB alamiah
1.

Metode kalender (ogino-knaus)

2.

Metode suhu badan basal (termal)

3.

Metode lendir seviks (Billings)

4.

Metode simpto-termal

5.

Coitus Interruptus

b) Dengan alat
1.

Mekanis (Barrier)
a. Kondom

bila

penggunaannya

12

b. Barrier intra-vaginal antara lain : diagframa, kap serviks


(carvical cap), spon (sponge), kondom wanita
2.

Kimiawi
Spermisid antara lain vaginal cream, vaginal foam, vaginal
jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet (busa), vaginal
soluble film.

2) Metode Keluarga Berencana Efektif


Penelitian untuk menemukan metode hormonal kontrasepsi (KB) ini
sangat panjang sampai akhirnya Pincus dan Garcia mencoba untuk
pertama hormonal menjadi sangat populer yang dapat dipergunakan
dalam waktu relatif panjang. Yang menjadi inti hormonal, untuk
menghindari kehamilan adalah hormon progesteron atau turunan
testoteron. Yang termasuk metode KB efektif adalah pil, susuk, dan
suntikan. Dan juga metode mekanisme alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR).
a) Per-pral : pil oral kombinasi (POK), mini pil, morning after pil.
b) Injeksi / suntikan : (DMPA, NET-EN, mocrospheres, microcapsules).
c) Sub-kutis : implant (alat kontrasepsi bawah kulit = AKBK)
1.

Implant non biodegradabel

2.

Implant biodegradabel

d) Intra Uterine Devices (IUD, AKBK)


e) Kontrasepsi Mantap

13

1.

Pada wanita
a. Penyinaran : radiasi sinar X, radium, cobalt dan lain-lain,
sinar laser.
b. Operatif, medis operatif wanita : ligasi tubafallipi,
fimbriektomi, elektro-koagulasi tubafallopii, salpingektomi,
ovarektomi

bilateral,

histerektomi,

fimbriolexy

(fimbrialcap), ovariolexy.
2.

Pada Pria
Operatif medis operatif pria : vasektomi / vasektomi tanpa
pisau (VTP).

Gambar 2.1 Beberapa cara kontrasepsi metode modern


3) Metode Kontrasepsi Kontap
Kontrasepsi mantap atau sterilisasi merupakan metode KB yang
paling efektif, murah, aman, dan mempunyai nilai demografi yang
tinggi. Kontap sampai saat ini belum masuk program gerakan keluarga
berencana nasional Indonesia, namun pelayanan kontrasepsi mantap

14

dapat diterima masyarakat, dan semakin lama semakin besar. Untuk


wnaita disebut tubektomi (MOW) dan untuk pria disebut vasektomi
(MOP)
4) Metode KB Darurat
Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dapat diberikan pada
hubungan seks yang tidak terlindungi dalam waktu 72 jam sampai 7
hari, sehingga dapat menghindari kehamilan. Sexache adalah waktu
hubungan seks pertama yang sebagian besar tidak terlindung oleh alat
kontrasepsi
b. Syarat Metode Kontrasepsi
Syarat yang harus dipenuhi suatu metode kontrasepsi yang baik ialah :
1) Aman / tidak berbahaya
2) Dapat diandalkan
3) Sederhana, sedapat-dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang
dokter
4) Murah
5) Dapat diterima oleh orang banyak
6) Tingkat kelangsungan pemakai tinggi (continuation rate) tinggi
(Hartanto, 2004)
c.

Faktor-faktor dalam Memilih Metode Kontrasepsi


Faktor dalam Memilih Metode Kontrasepsi menurut Hartanto, 2004

adalah sebagai berikut :

15

1) Faktor pasangan, motivasi dan rehabilitas


a)

Umur

b) Gaya hidup
c)

Frekuensi senggama

d) Jumlah keluarga yang diinginkan


e)

Pengalaman dengan kontraseptium yang lalu

f)

Sikap kewanitaan

g) Sikap kepriaan
2) Faktor kesehatan, kontra indikasiabsolut atau relatif
a)

Status kesehatan

b) Riwayat haid
c)

Riwayat keluarga

d) Pemeriksaan fisik
e)

Pemeriksaan panggul

3) Faktor

metode

kontrasepsi,

penerimaan

berkesinambungan
a)

Efektivitas

b) Efek samping minor


c)

Kerugian

d) Komplikasi-komplikasi yang potensial


e)

Biaya

dan

pemakaian

16

4. Konsep Pemilihan Kontrasepsi yang Rasional


a.

Masa Menunda Kehamilan / Kesuburan


Pasangan dengan istri berusia dibawah 20 tahun dianjurkan
menunda kehamilannya.
1) Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
a) Reversibilitas yang cukup tinggi, artinya kembalinya
kesuburan dapat terjamin hampir 100%. Hal ini penting
karena dalam periode ini akseptor belum mempunyai anak.
b) Efektifitas yang relatif tinggi. Hal ini penting karena
kegagalan akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan
resiko tinggi, dan kegagalan ini merupakan kegagalan
program.
2) Kontrasekspi yang cocok :
Sesuai dengan ciri-ciri yang diperlukan maka prioritas pertama
kontrasepsi yang disarankan adala pil disusul IUD, kemudian cara
sederhana, suntikan dan terakhir implant.
3) Alasan :
a) Usia dibawah 20 tahun adalah usia dimana sebaiknya tidak
mempunyai anak dulu.
b) Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral karena peserta
masih muda

17

c) Penggunaan

kondom

kurang

menguntungkan

karena

pasangan muda masih sering berhubungan (frekuensi tinggi)


sehingga akan mempunyai angka kegagalan yang tinggi.
d) Penggunaan AKDR mini bagi yang belum mempunyai anak
dapat dianjurkan, terutama pada akseptor dengan kontra
indikasi terhadap pil oral.
b.

Masa Mengatur Kesuburan / Menjarangkan Kehamilan


Masa saat istri berusia 20-30 tahun adalah yang paling baik
untuk melahirkan 2 anak dengan jarak kelahiran 3-4 tahun.
1) Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
a) Efektifitas cukup tinggi.
b) Reversibilitas

cukup

tinggi,

karena

akseptor

masih

mengharapkan punya anak.


c) Dapat dipakai 3 sampai 4 tahun, yaitu sesuai dengan jarak
kelahiran yang direncanakan.
d) Tidak menghambat produksi Air Susu Ibu (ASI). Ini penting,
karena ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi sampai
umur 2 tahun. Penggunaan ASI akan mempengaruhi angka
kesakitan dan kesehatan anak.
2) Kontrasepsi yang cocok :
Sesuai dengan ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan, maka
prioritas pertama kontrasepsi yang disarankan pada periode ini

18

adalah AKDR disusul Pil / Suntikan, Cara Sederhana, Susuk KB,


Kontrasepsi Mantap.
3) Alasan :
a) Usia 20-30 tahun merupakan usia terbaik untuk mengandung
dan melahirkan.
b) Segera setelah anak lahir, dianjurkan untuk menggunakan
AKDR sebagai pilihan utama.
c) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi
namun tidak/kurang berbahaya karena akseptor berada pada
usia yang baik untuk mengandung dan melahirkan.
c.

Masa Mengakhiri Kesuburan (tidak hamil lagi)


Saat usia istri diatas 30 tahun, dianjurkan untuk mengakhiri
kesuburan setelah mempunyai 2 anak.
1) Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
a) Efektifitas sangat tinggi
b) Kegagalan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko
tinggi bagi ibu dna anak, disamping itu akseptor memang
tidak mengharapkan punya anak lagi.
c) Reversibilitas rendah
d) Dapat dipakai untuk jangka panjang
e) Tidak menambah kelainan yang sudah ada
f)

Pada masa usia tua, kelainan seperti penyakit jantung, darah


tinggi, keganasan dan gangguan metabolit meningkat

19

g) Oleh sebab itu sebaiknya tidak diberikan obat kontrasepsi


yang menambah kelainan tersebut
2) Kontrasepsi yang cocok :
Prioritas pertama kontrasepsi yang disarankan pada masa ini
adalah kontrasepsi mantap (Tubektomi / Vasektomi), disusul
dengan Susuk KB, SKDR, Suntikan, Pil dan Cara Sederhana
3) Alasan :
a) Ibu dengan usia diatas 30 tahun dianjurkan tidak hamil lagi
atau tidak punya anak lagi lagi karena alasan medis.
b) Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.
c) Pada kondisi darurat, kontap cocok dan relative lebih baik
dibandingkan dengan susuk KB atau AKDR.
d) Pil kurang dianjurkan karena usia ibu relative tua dan
mempunyai kemungkinan timbulnya efek samping dan
komplikasi.

5. Konseling awal kontrasepsi suntik


(Menurut Susan Everett, 2007) wanita yang datang berkonsultasi
dan mengungkapkan tertarik memilih Depoprovera sebagai bentuk
kontrasepsi harus diberi konseling secara cermat, karena sifat metode ini
kurang reversibel. Kosneling harus mencakup hal-hal berikut, agar wanita
mampu membuat keputusan yang tepat :
a.

Ketika disuntikkan, Depoprovera tidak dapat ditarik kembali

20

Wanita harus dapat menerimanya setelah suntikan diberikan, suntikan


tidak dapat ditarik kembali sehingga efek samping yang tidak
diharapkanyang mereka alami, meskipun berlangsung jangka pendek,
akan berlanjut sampi suntikan kadaluwarsa setelah 12 minggu.
b.

Efektivitas dan frekuensi suntikan


Konseling harus membahas efektivitas dan berapa kali suntikan perlu
diberikan.

Kadangkala

wanita

telah

memiliki

kesan

bahwa

Depoprovera diberikan setiap 3 bulan. Depoprovera dapat diberikan


lebih dari 12 minggu sehingga penting membicarakan frekuensi
interval dalam hitungan minggu. Apabila klien akan pergi berlibur
(misalnya), suntikan dapat diberikan lebih awal.
c.

Gangguan menstruasi
Wanita harus diberitahu bahwa dengan Depoprovera, mereka dapat
mengalami perdarahan tidak teratur pada awalnya atau amenore pada
tahun pertama. Apabila diberitahu sebelumnya, wanita biasanya akan
lebih mereima hal tersebut.

d.

Kembali subur
Akan ada keterlambatan pada kembalinya menstruasi dan kesuburan,
namun sebagian besar wanita menjadi hamil dalam 1 tahun setelah
berhenti memakai Depoprovera. Tidak ada bukti bahwa Depoprovera
menyebabkan ketidaksuburan permanen. Apabila wanita berpikir
ingin hamil di waktu mendatang, bentuk kontrasepsi lain lebih tepat.

21

e.

Pertambahan berat badan efek samping minor lainnya


Mungkin akan ada sedikit pertambahan berat adan, sehingga bila
wanita menyadari hal ini, mereka dapat memantaunya dan dapat
menghindarinya

f.

Depresi
Dapat dialami oleh beberapa wanita, meskipun hal ini ungkin
diakibatkan oleh faktor dari luar.

g.

Pemakaian jangka panjang


Pemakaian jangka panjang dan kemungkinan resiko osteoporosis saat
ini sedang diteliti. Klien sering kali menanyakan tentang efek jangka
panjang amenore, dan saat ada informasi baru yang jelas mereka harus
diinformasikan (Everett, 2007)

C. Konsep Dasar Akseptor KB Suntik


Akseptor Keluarga Berencana adalah pasangan usia subur yang telah
memilih dan menggunakan suatu metode kontrasepsi tertentu. Akseptor KB
merupakan pasangan usia subur karena mempunyai kesempatan lebih banyak
untuk reproduksi (Hartanto, 2004).
Akseptor Keluarga Berencana yang diikuti oleh pasangan usia subur
di bagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Akseptor atau peserta KB baru, yaitu Pasangan Usia Subur yang pertama
kali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir
dengan keguguran atau persalinan.

22

2. Akseptor atau peserta KB lama, yaitu peserta yang masih menggunakan


kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.
3. Akseptor atau peserta KB ganti cara, yaitu peserta KB yang berganti
pemakaian dari suatu metode kontrasepsi ke metode kontrasepsi lainnya
(Hartanto, 2004)

D. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik


1. Pengertian
Kontrasepsi Suntik adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat
permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi fertilitas. Metode suntikan KB telah menjadi bagian
gerakan keluarga berencana nasional serta perminatnya makin bertambah.
Tingginya minat pemaki suntikan KB oleh karena aman, sederhana,
efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pada pasca
persalinan (Sarwono, 2003).
Untuk menentukan masa subur istri dipakai 3 patokan, yaitu :
a.

Ovulasi terjadi 14 kurang lebih 2 hari sebelum haid yang akan datang

b.

Sperma dapat hidup dan membuahi dalam 48 jam setelah ejakulasi

c.

Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi


Jadi, jika konsepsi ingin dicegah, koitus harus dihindari sekurang-

kurangnya selama 3 hari (72 jam) yaitu 48 jam sebelum ovulasi terjadi.

23

Tampaknya cara ini mudah dilaksanakan, tetapi dalam prakteknya


sukar untuk menentukan saat ovulasi dengan tepat. Hanya sedikit wanita
yang mempunyai daur haid teratur, lagi pula dapat terjadi variasi, lebihlebih sesudah persalinan dan pada tahun-tahun menjelang menopause
(Sarwono, 2005).

Gambar 2.2 Contoh gambar Kontrasepsi suntik

2. Farmakologi dari Kontrasepsi Suntikan


a.

DMPA :
1) Tersedia dalam larutan nikrokristaline
2) Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg, tercapai kadar pucak, lalu
kadarnya tetap tinggi untuk 2-3 bulan, selanjutnya menurun
kembali.
3) Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setelah 73 hari penyuntikan,
tetapi umumnya ovulasi baru timbul kembali setelah 4 bulan atau
lebih.

24

4) Pada pemakaian jangka lama, tidak terjadi efek akumulatif dari


DMPA dalamdarah / serum.

b.

NET ET :
1) Merupakan suatu progestin yang berasal dari tetosteran, dibuat
dalam larutan minyak. Larutan minyak tidak mempunyai ukuran
partikel yang tetap dengan akibat pelepasan obat dari tempat
suntikan kedalam sirkulasi darah dapat sangat bervariasi.
2) Lebih cepat di metabolisir dan kembalinya kesuburan lebih cepat
dibandingkan dengan DMPA.
3) Setelah suntikan, NET-EN harus di ubdah menjadi norethindrone
(NET) sebelum ia menjadi aktif secara biologis.
4) Kadar puncak dalamserum tercapai dalam 7 hari setelah
penyuntikan, kemudian menurun secara tetap dan tidak ditemukan
lagi dalam waktu 2,5-4 bulan setalah disuntikkan (Sarwono,
2003).

3. Teknik Suntikan
a.

Kocok botol dengan baik, hindari terjadinya gelembung-gelembung


udara (pada depo profera / cyclofem). Keluarkan isinya

b.

Suntikan secara intra muskuler dalam didaerah pantat (daerah gluteal).


Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi

25

suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif (Sarwono,
2003).

4. Mekanisme Kerja Suntikan KB


a.

Primer : Mencegah ovulasi


Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH
(LH Surge). Respon kelenjar hypophyse terhadap gonadotropinreleasing hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan
proses terjadi di hipotalamus daripada di kelenjar hypophyse. Ini
berbeda dengan POK, yang tampaknya menghambat ovulasi melalui
efek langsung pada kelenjar hypophyse. Penggunaan melalui efek
langsung pada kelenjar hypophyse. Penggunaan kontrasepsi suntikan
tidak menyebabkan keadaan hipo-estrogenik.
Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal dan
atrois dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Dengan demikian
jangka lama, endometrium dapat menjadi sedemikian sedikitnya,
sehingga tidak didapatkan atau hanya didapatkan sedikit sekali
jaringan biladilakukan biposi. Tetapi perubahan-perubahan tersebut
akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah DMPA
yang terakhir.

b.

Sekunder :
1) Lendir servix menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan
barier terhadap spermatozoa

26

2) Membuat endometrium menjadi kurang baik / layak untuk


implantasi dari ovum yang telah dibuahi
3) Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum didalam tuba
falopii (Hartanto, 2004)

5. Efek Samping Kontrasepsi Suntik


Efek samping utama dari kontrasepsi progestin adalah:
a.

Gangguan haid, ini yang paling terjadi dan yang paling mengganggu

b.

Berat badan yang bertambah karena dapat merangsang pusat


pengendali nafsu makan di hipotalamus, yang menyebabkan
akseptor makan lebih banyak daripada biasanya. Umumnya
pertambahan berat badan tidak terlalu besar, antara kurang dari 1 kg
sampai 5 kg dalam tahun pertama.

c.

Pada system kardio vaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin ada


sedikit peninggian dari kadar insulin dan penurunan HDL kolesterol.
1) Sakit kepala, mual, muntah, gelisah dan pusing
2) Amenorrhea
3) Acne dan jerawat
4) Rambut rontok
5) Merorargia (perdarahan lebih banyak / lebih lama)
6) Perdarahan
7) Efek pada system reproduksi

27

Return of fertility (kembalinya kesuburan) cukup baik,


meskipun pada awalnya sedikit lebih lambat dibandingkan
dengan IUD dan Pil. Cumulative Pregnancy Rate (jumlah
wanita yang menjadi hamil kembali setelah penghentian
suntikan) setelah 18 bulan tidak lagi menunjukkan perbedaan
antara pemakaian Pil kombinasi dan IUD. Banyak penelitian
menunjukkan bahwa Cumulative Pregnancy Rate untuk waktu
24 bulan adalah 92%. Waktu rata-rata untuk hamil kembali
setelah suntikan DMPA adalah 5,5 bulan sedangkan untuk NETEN sedikit lebih lama (Siswosudarmo, 2001)
Lamanya masa tidak subur / infertile mungkin tergantung
pada kesehatan metabolism DMPA dan juga pada berat badan
Akseptor. Lebih dari 50% fator akseptor akan mengalami haid
mulai setelah 6 bulan dan kira-kira 85%setelah 1 tahun.
Akseptor yang memakai kontrasepsi suntikan untuk waktu yang
lama, dapat menjadi hamil cepatnya dengan akseptor yang
hanya ikut beberapa kali suntikan, yang menunjukkan bahwa
tidak terjadi efek kumulatif dari obatnya. Pada NETEN,
kembalinya kesuburan dapat lebih cepat di bandingkan dengan
DMPA, Korera NETEN di metabolism lebih cepat ovulasi
sering terjadi 3 bulan setelah penyuntikan, kadang-kadang dapat
terlambat sampai 5 bulan (Siswosudarmo, 2001)
8) Efek pada fetus / janin

28

Tidak ditemukan bertambahnya kelainan korgenital atau


prematuritas pada wanita hamil yang tanpa sengaja diberikan
DMPA maupun pada wanita yang hamil setelah efek aseptif
DMPA berakhir. Juga tidak ditemukan perbedaan dalam insiden
IUFD, kahamilan kembar, sex ratio atau berat badan bayi pada
wanita mantan DMPA dibandingkan wanita yang tidak ber-KB
(Hartanto, 2004)
9) Laktasi
Pada DMPA tidak ditemukan efek terhadap laktasi,
malah

mungkin

(memperbanyak

dapat
produksi

memperbaiki
ASI).

DMPA

kualitas
tidak

ASI

merubah

komposisi dari ASI. Juga tidak ditemukan efek imurologik


(perubahan konsetrasi imoroglobolin) pada ASI mantanAkseptor
DMPA / NETEN.
10) Dari pengelolaan efek samping di atas dapat disimpulkan oleh
para ahli bahwa yang sering terjadi pada suntikan KB 3 bulanan
salah satunya yaitu berat badan bertambah tetapi belum jelas
diketahui apa penyebabnya (Hartanto, 2004)

29

E. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntikan Kombinasi (Suntikan 1 Bulan)


1. Pengertian
Kontrasepsi Suntik 1 bulan adalah metode kontrasepsi yang
diberikan setiap 1 bulan dengan cara suntik intra gluteal atau intra deltoid
(Arum, 2009)

2. Jenis Kontrasepsi Suntik 1 Bulan


a.

Cycloprovera
Kombinasi 25 mg DMPA dan 5 mg estradiol Cypionate, dengan nama
dagang cyclofem.

b.

HRP 102 (Human Reproduction Program)


Kombinasi 50 mg NET-EN dan 5 mg estradiol valerate, dengan nama
dagang mesigyna (Hartanto, 2004).

c.

Cyclofrem
Kombinasi 25 mg medroksi progesterone asesat dan 5 mg estradiol
Cypionate dosis 0,5 ml IM setiap 30 hari.

d.

Cyclogeston
Kombinasi 25 medroksi progesterone asetat dan 5 mg estrodiol
Cypionate dosis 0,5 ml IM setiap 30 hari(Mansjoer, 2000).

30

Gambar 2.3. Kontrasepsi suntik 1 bulan

3. Cara Kerja Kontrasepsi Suntik 1 bulan


a.

Menekan ovulasi : kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi


sentakan LH. Respon kelenjar hypophyse terhadap gonadotropnreleasing hormone eksogneous tidak berubah, ini menghambat ovulasi
melalui efek tidak langsung.

b.

Membuat lendir serviks menjadi kental dan sedikit sehingga penetrasi


sperma terganggu.

c.

Menghambat transportasi gamet oleh tuba yaitu dapat mempengeruhi


kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopi.

d.

Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu


yaitu endometrium menjadi dangkal dan atrofi dengan kelenjarkelenjar

yang tidak aktif. Dengan pemakaian jangka

lama

endometerium dapat menjadi sedemikian sedikitnya, sehingga tidak


didapatkan atau hanya didapatkansedikit sekali jaringan bila dilakukan
biposi. Tetapi, perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi
normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan yang terakhir (Saifudin,
2003).

31

4. Efektivitas Kontrasepsi Suntik 1 Bulan


Sangat efektif (0,1 0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama
tahun pertama penggunaan (Arum, 2009).

5. Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Suntik 1 Bulan


a.

Keuntungan Menggunakan Kontrasepsi suntik 1 Bulan


1) Menimbulkan perdarahan yang teratur setiap bulan
2) Kurang menimbulkan perdarahan bercak atau perdarahan ireguler
lainnya
3) Kurang menimbulkan amenorhoe
4) Merupakan alat kontrasepsi jangka panjang
5) Efek samping lebih cepat menghilang setelah suntikan dihentikan
6) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
7) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
8) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam (Arum, 2009)
Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Wibawa (2008)
bahwa penggunaan alat kontrasepsi hormonal yang sifatnya
seimbang antara homon estrogen dan progesterone yaitu KB suntik
1 bulan (cyclofem) bekerja mengatur siklus haid menjadi teratur
setiap bulan. Sehingga tidak ada hormon yang ditimbun didalam
tubuh dan sifatnya jangka pendek. KB suntik 1 bulan, dimana
hormon progesteron dan estrogennya seimbang sehingga terjadi
peluruhan (menstruasi) seperti siklus normal. Hal ini yang dapat

32

menyebabkan kehamilan akan terjadi lebih cepat. Manfaat


kombinasi kontrasepsi hormon injeksi untuk beberapa wanita
antara lain siklus yang teratur dan cepat kembali ke masa subur.
b. Kerugian Menggunakan Kontrasepsi Suntik 1 Bulan
1) Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan
bercak atau spotting atau perdarahan sela sampai 10 hari.
2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini
akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
3) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan, klien harus
kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan.
4) Efektivitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obatobatan epilepsi atau obat tuberkulosis (Saifudin, 2003).
5) Dapat terjadi efek samping yang series, seperti serangan jantung,
stroke, bekuan darah pada paru atau otak, dan kemungkinan
timbulnya tumor hati.
6) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
7) Kemungkinan

terlambatnya

pemulihan

kesuburan

penghentian. pemakaian (Arum, 2009).

6. Indikasi dan Kontraindikasi Kontrasepsi Suntik 1 Bulan


a.

Indikasi Kontrasepsi Suntik 1 Bulan


1) Usia reproduksi
2) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak

setelah

33

3) Ingin mendapatkan kontrasepsi jangka panjang dengan efektivitas


yang tinggi.
4) Pasta persalinan dan tidak menyusui, karena dapat menghambat
produksi ASI.
5) Anemia : karena bila ter adi amenorea, berkurangnya darah haid
sebenarnya

memberikan

efek

yang

menguntungkan

yakni

berkurangnya insidens anemi.


6) Nyeri haid hebat
7) Haid teratur
8) Riwayat kehamilan ektopik
9) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi (Arum, 2009)
b. Kontraindikasi Kontrasepsi Suntik 1 Bulan
1) Hamil atau diduga hamil, Resiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran (Saifuddin, 2002)
2) Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan
3) Pendarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya serta tidak
ada hubungannya dengan perubahan dalam kadar hormon dan
histologi endometrium.
4) Usia > 35 tahun yang merokok, karena pada usia ini rentan
terhadap penyakit yang mungkin menjadi kontra indikasi.
5) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi
(> 180 / 110 mmHg), karena ada sedikit peninggian dari kadar
insulin dan perubahan dalam metabolisms lemak, terutama

34

penurunan kolesterol, dicurigai dapat menambah besar risiko


timbulnya penyakit kardio-vaskuler.
6) Karsinoma payudara karena hormon yang terkandung dalam
suntikan dapat mempercepat tumbuhnya karsinoma (Saifudin,
2003).

7. Waktu dan Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntik 1 Bulan


Waktu Penggunaan :
a.

Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid,


tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.

b.

Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke-7 siklus haid, klien
tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari.

c.

Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat,
asal saja dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Klien tidak boleh
melakukan

hubungan

seksual

untuk 7

hari

lamanya

atau

menggunakan metode kontrasepsi yang lain selama masa waktu 7


hari.
d.

Bila klien pasca persalinan 6 bulan, menyusui serta belum haid,


suntikan pertama dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak
hamil.

e.

Bila pasca persalinan < 6 bulan menyusui serta telah mendapat haid,
maka suntikan pertama dapat diberikan pada siklus haid 1-7 hari.

35

f.

Bila pasca persalinan < 6 bulan dan menyusui, jangan diberikan


suntikan kombinasi.

g.

Bila pasca persalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan


kombinasi dapat diberikan.

h.

Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau


dalam waktu 7 hari.

i.

Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi nonhormonal dan ingin


menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama
dapat segera diberikan asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil dan
pemberiannya tanpa perlu menunggu datangnya haid. Bila diberikan
pada hari 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak diperlukan.
Bila sebelumnya menggunakan. AKDR dan ingin menggantinya
dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama diberikan pada
hari 1-7 siklus haid, cabut segera AKDR (Arum , 2008)
Cara penggunaan :
Suntikan kombinasi ( 25 mg depo medriksi progesteron dan 5
mg estradiol sipionat ) diberikan setiap bulan dengan suntikan
intramuskular dalam. Diulang setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat
diberikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan
perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang
telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil. Tidak
dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau

36

menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja (Arum,


2009).

8. Efek Samping Kontrasepsi Suntik 1 Bulan


Efek samping KB suntik adalah pengaruh atau akibat yang
ditimbulkan dari penggunaan KB suntik (Kamus Bahasa Indonesia, 2002).
a.

Gangguan Haid
Pola haid yang normal dapat berubah menjadi
1) Amenore.
2) Perdarahan bercak atau Spotting.
3) Perubahan dalam frekuensi, lama, dan jumlah darah yang hilang,
perubahan pole haid pada penggunaan KB 1 bulan biasanya
terjadi pada bulan - bulan pertama penggunaan.

b. Berat Badan Bertambah


1) Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi
antara kurang dari 1 kg 5 kg dalam tahun pertama.
2) Penyebab pertambahan BB tidak jelas, tampaknya terjadi karena
bertambahnya lemak tubuh dan bukan karena retensi cairan tubuh.
c.

Sakit Kepala
Insiden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun
NETEN, dan terjadi pada kurang 1-17 % akseptor, tetapi kejadian ini
akan hilang dalam waktu dekat setelah suntikan kedua atau ketiga
(Hartono, 2004)

37

d. Efek Pada Kardiovaskuler


Perubahan dalam metabolisme lemak, terutama penurunan
HDL kolesterol, dicurigai dapat menambah besarnya resiko timbulnya
penyakit kardiovaskuler (Hartanto, 2004).
e.

Mual / Pusing / Muntah


Hal ini adalah biasa karena reaksi tubuh terhadap hormon, dan
akan hilang dalam waktu dekat (Saifuddin, 2003).

9. Tanda-tanda yang harus diwaspadai Pada penggunaan suntikan


kombinasi
a.

Nyeri dada hebat atau napas pendek. Kemungkinan adanya bekuan


darah di paru atau serangan jantung.

b.

Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi


stroke, hipertensi, atau migrain.

c.

Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh


darah pada tungkai.

d.

Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum suntikan


berikutnya, kemungkinkan terjadi kehamilan (Hartanto, 2004).

F. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntikan Progestin (Suntikan 3 Bulan)


1. Pengertian
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan adalah Metode kontrasepsi yang
diberikan setiap 3 bulan dengan cara Suntik intragluteal atau intradeltoid.
(Bazied, 2002)

38

2. Gambaran Kontrasepsi Suntik 3 Bulan


Depo-provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan
untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progesterone yang
kuat dan sangat efektif. Obat ini termasuk obat depot.
Depo-provera merupakan suspensi cair yang mengandung kristalkristal mikro depot medroksiprogesteron asetat (DMPA). DMPA
merupakan turunan progesteron (Varney, 2006).

Gambar 2.4 Depo-Provera (DMPA)


Sumber : http://www.yosefw.wordpress.com/2009/03/20/kontrasepsisuntikan-injeksi-depo-provera.html

3. Jenis Kontrasepsi Suntik 3 Bulan


Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin, yaitu :
a.

Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprove ra)


Mengandung 150 Mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan
cara disuntik intramuskular (didaerah bokong).

39

b.

Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat )


Mengandung 200 Mg Noretdron Enantat, diberikan setiap 2 bulan
dengan cara disuntik intramuscular.

Gambar 2.5 Contoh Kontrasepsi Suntik 3 Bulan


Sumber : http://yosefw.wordpress.com/2010/03/20/kontrasepsi-suntikaninjeksi-depo-provera.html

4. Efektivitas Kontrasepsi Suntik 3 Bulan


Kurang dari 1% pasien yang menggunakan Depo-provera akan
tetap hamil selama mereka mendapatkan injeksi setiap 12 minggu
(Morgan, 2009).

40

Kontrasepsi Suntik ini memiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3


kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal penyuntikannya dilakukan
secara, teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan (Saifuddin, 2003).

5. Cara Kerja Kontrasepsi Suntik 3 Bulan


a.

Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan


pembentukan releasing factor dari hipotalamus.

b.

Lender serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi


sperma melalui serviks uteri.

c.

Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi.

d.

Kecepatan transport ovum melalui tuba berubah (Arum, 2009).

6. Cara Pemberian Kontrasepsi Suntik 3 Bulan


a.

Kontrasepsi suntikan Depo medroksiprogesteron (DMPA) diberikan


sekali setiap 3 bulan dengan cara disuntikan intra muskuler dalam di
daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan
kontraspsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif.
Suntikan siberikan setiap 90 hari.

b.

Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang


dibasahi oleh etil/isopropyl alkohol 60 90%. Biarkan kulit kering
sebelum disuntik.

c.

Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung


udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat

41

endapan putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dengan


menghangatkannya.
d.

Dianjurkan agar KB suntik diberikan antara hari pertama sampai


kelima

siklus haid untuk menghindari

kemungkinan adanya

kehamilan.
e.

Klien diminta kembali suntik dalam waktu 12 minggu. Bila mereka


datang setelah waktu tersebut, harus dipastikan bahwa mereka tidak
hamil untuk dapat memperoleh suntikan berikutnya (Arum, 2009).

7. Indikasi dan Kontraindikasi Kontrasepsi Suntik 3 Bulan


a.

Indikasi Kontrasepsi Suntik 3 Bulan


1) Usia reproduksi
2) Nulipara dan yang sudah mempunyai anak
3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektivitas tinggi.
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
6) Setelah abortus atau keguguran.
7) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
8) Perokok.
9) Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit.

42

10) Menggunakan obat untuk epilepsy, (fenitoin dan barbiturate) atau


obat tuberculosis (rifampisin).
11) Tidak dapat menggunakana kontrasepsi yang mengandung
estrogen.
12) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
13) Anemia defisiensi besi.
14) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi (Arum, 2009)
b. Kontraindikasi Kontrasepsi Suntik 3 Bulan
1) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran)
2) Perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyebabnya.
3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama
amenorea.
4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
5) Diabetes mellitus disertai komplikasi (Arum, 2009).

8. Keuntungan dan Kerugian Menggunakan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan


a. Keuntungan
1) Sangat efektif.
2) Pencegahan kehamilan jangka panjang.
3) Pemberiannya sederhana setiap 12 minggu.
4) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.

43

5) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius


terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
6) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
7) Sedikit efek samping.
8) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
9) Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai
perimenopause.
10) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik.
11) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
12) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
13) Menanamkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell) (Arum, 2009).
14) Tidak mengandung estrogen.
15) Memberi perlindungan selama 12 minggu dengan pemberian
injeksi IM 150 mg.
16) Nyaman digunakan.
17) Bersifat reversible 66% pengguna Depo-provera diaharapkan
dapat hamil kembali 1 tahun setelah injeksi terakhir. Sebesar 93%
wanita akan hamil dalam 24 bulan.
18) Dapat digunakan oleh ibu yang sedang menyusui.
19) Cenderung tidak menimbulkan peningkatan tekanan darah, kejang
berulang dan migrain.

44

20) Direkomendasikan bagi pasien yang merokok lebih dari 10 batang


per hari, terutama yang berusia lebih dari 35 tahun (Morgan,
2009).
b. Kerugian
1) Sering ditemukan gangguan haid, seperti :
a) Siklus haid yang memendek atau memanjang,
b) Perdarahan yang banyak atau sedikit,
c) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting),
d) Tidak haid sama sekali.
2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
(harus kembali untuk suntikan).
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.
4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B virus, atau terinfeksi virus HIV.
6) Terlambatnya

kembali

kesuburan

bukan

karena

terjadinya

kerusakan / kelainan pada organ genitalia, melainkan karena


belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat
suntikan).
7) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka
panjang.
8) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang (densitas).

45

9) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan


pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi jarang), sakit
kepala, nervositas, jerawat (SetyaArum, Dyah,dkk. 2008 : hal
124).
10) Perdarahan yang tidak teratur atau tidak dapat diprediksi
a) Perdarahan biasanya terjadi sebentar, tetapi berlangsung terns
menerus tidak teratur
b) Amenore dapat terjadi pada 60-80% pengguna selama
setahun
c) Perdarahan berat terjadi pada 0,5% pengguna
d) Pengalaman pengguna melaporkan pengembalian kesuburan.
(fertilitas) lambat, kurang diminati oleh wanita yang ingin
hamil dalam 1-2 tahun.

46

9.

Efek Samping dan Penanganannya


Tabel 2.1 efek samping yang sering dijumpai dan penanganannya
Efek Samping
Penanganan
Amenorrhea
Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu.
Jelaskan bahwa darah- haid
tidak terkumpul
dalam rahim. Nasihati untuk kembali ke klinik.
Bila terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan
penyuntikan. Jelaskan hormon progestin tidak akan
menimbulkan kelainan pada janin.
Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera
Jangan
berikan
terapi
hormonal
untuk
menimbulkan perdarahan karena tidak akan
berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila tidak
terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.
Perdarahan

Informasikan bahwa perdarahan ringan sering


dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah serius,
dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila
klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut
dan ingin melanjutkan suntikan, maka dapat
disarankan 2 pilihan pengobatan :
1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30 35 gg
etinilestradiol), ibuprofen

(sampai 800 mg,

3x/hari untuk 5 hari), atau obat sejenis lain.


Jelaskan bahwa selesai pemberian pil kontrasepsi
kombinasi dapat terjadi perdarahan banyak selama
pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2
tablet pil kontrasepsi kombinasi / hari selama 3 7
hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi
hormonal, atau diberi 50 mg etinilestradiol atau
1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14 12
hari.

47

Penanganan

Efek samping
Mual / Pusing
Muntah

Pastikan tidak ada kehamilan. Bila hamil, rujuk.


Bila tidak hamil, informasikan bahwa hal ini
adalah hal biasa dan akan hilang dalam waktu
dekat.

Berat Badan Naik


/ Turun

Informasikan bahwa kenaikan/penurunan berat


badan sebanyak 1 2 kg dapat saja terjadi.
Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan
terlalu mencolok. Bila berat badan berlebihan,
hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi
lain.

10. Kegagalan dari Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan


Kegagalan (kehamilan) dapat terjadi bila klien telah dijadwalkan
untuk melakukan kunjungan ulang untuk mendapatkan suntikan
berikutnya dalam 12 minggu atau tiga bulan namun klien tidak menepati
janji kunjungannya, karena Depo-Provera merupakan salah satu
kontrasepsi yang sangat efektif (Varney, 2006)
Dibandingkan

dengan

pil

kombinasi,

KB

suntik

dalam

kenyataannya lebih efektif yakni mencapai lebih dari 99 %. Penelitian di


DIY tahun 1992 menunjukkan angka kegagalan DMPA adalah empat
dari 500 akseptor atau hanya 0,8 per 100 tahun wanita (Siswosudarmo,
2002).

48

11. Waktu dan Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan


a.

Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan :


1) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
3) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap
saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah
suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
4) Setelah keguguran, dalam. waktu 5 hari.
5) Setelah melahirkan (tidak menyusui), segera setelah atau 3 minggu
pascapartum kecuali pada wanita yang memiliki riwayat depresi
pascapartum. Kemudian diberikan suntikan yang pertama pada 6
minggu pasca partum.
6) Setelah melahirkan (menyusui), segera setelah atau 6 minggu pasca
partum.
7) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
mengganti dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi,
kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal
kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
8) Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama
kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan,
asal saja Ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu
menunggu haid berikutnya datang. Bila Ibu disuntik setelah hari

49

ke-7 haid, Ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
9) Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal.
Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari
ke-7 siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7
siklus haid, asal saja yakin Ibu tersebut tidak hamil.
b.

Cara penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan


1) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik intramuskular dalam didaerah pantat. Apabila suntikan
terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan
tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan yang diberikan setiap 90
hari. Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat untuk 3 injeksi
berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima
diberikan setiap 12 minggu.
2) Berikan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang
dibasahi oleh etil / isopropil alkohol 60 90 %. Biarkan kulit
kering sebelum disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik.
3) Kocok dengan baik dan dihindarkan terjadi gelembung-gelembung
udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat
endapan putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya
dengan menghangatkannya.

50

12. Peringatan Bagi Pemakai Kontrasepsi Suntik 3 Bulan


a.

Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan


kehamilan.

b.

Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan


ektopik terganggu.

c.

Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.

d.

Sakit kepala migraine, sakit kepala berulang yang berat, atau


kaburnya penglihatan.

e.

Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali
lebih banyak dalam satu periode masa haid.

G. Konsep Dasar Lamanya Pemulihan Kesuburan Setelah Berhenti


Menggunakan KB Suntik
1. Pengertian pemulihan kesuburan
Kesuburan adalah tingkat peluang untuk mendapatkan anak.
Pasangan yang subur, memiliki peluang yang besar untuk memiliki anak.
Pasangan dikatakan tidak subur (infertile) bila setelah setahun usia
perkawinan, sang istri masih belum juga hamil meskipun tidak melakukan
KB.
Lamanya pengembalian kesuburan setelah berhenti KB suntik
adalah waktu yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan hormonnya
kembali

setelah

(Pattingi, 2009).

berhenti

menggunakan

Kontrasepsi

Suntik

51

2. Pemulihan Kesuburan Setelah Berhenti Menggunakan KB


Ketidaksuburan disebabkan baik oleh sisi suami, sisi istri maupun
keduanya. Pengembalian kesuburan setelah berhenti menggunakan
kontrasepsi (KB) yaitu Ibarat mobil yang lama tidak dikendarai, butuh
waktu saat akan dioperasikan lagi. Begitu pula dengan ibu pengguna KB
yang memerlukan waktu untuk mencapai keseimbangan hormonnya
kembali.
Kembalinya kesuburan suatu metoda kontrasepsi hormonal
berhubungan dengan komponen hormon yang digunakan dan lamanya
pemakaian. Namun secara keseluruhan, kehamilan sudah terjadi lebih dari
75 persen dalam satu tahun pertama setelah selesai KB. Kesuburan setelah
pemakaian KB suntik 3 bulan biasanya lebih lambat rata-rata 4-6 bulan
dibandingkan dengan pulihnya kesuburan pemakai metoda Pil atau IUD.
Apabila Ibu telah mendapat suntikan KB selama beberapa bulan bahkan
beberapa tahun dan baru berhenti baru-baru ini, maka meskipun efek
kontrasepsinya sudah berkurang atau tidak efektif lagi, namun efek
mengganggu

kesuburan

dan

haidnya

masih

bisa

berjalan lama

(Pattingi, 2009).
Sulit hamil setelah menggunakan KB menjadi keluhan banyak ibu.
Lebih tepatnya, setelah pemakaian KB hormonal yang cukup lama, seperti
suntik, pil, susuk, juga koyo. Penyebabnya tak lain karena selama
pemakaian alat kontrasepsi tersebut, kondisi hormon ibu diganggu.
Ketidakseimbangan hormonal yang diakibatkannya berefek menjadi

52

ketidaksuburan. Walaupun telah berhenti menggunakan KB hormon


biasanya butuh waktu tubuh untuk menguraikan obat yang terakumulasi
dan biasanya membutuhkan 6 bulan lebih (Lesthama, 2010)
Alat Kontrasepsi hormonal disimpan dalam jaringan lemak tubuh.
Contohnya : kontrasepsi suntik 3 bulanan yang dipakai lebih dari 1 tahun.
Hasilnya, meskipun ibu sudah berhenti menggunakan KB, di dalam
darahnya

masih

terdapat

sisa

hormon-hormon

yang

disuntikkan

sebelumnya. Inilah yang menyebabkan ibu tidak dapat menjadi subur


seketika meskipun sudah lebih dari 3 bulan tak lagi menggunakan alat
kontrasepsi tersebut (Pattingi, 2009).

3. Langkah-langkah

Pemulihan

Kesuburan

Setelah

Berhenti

Menggunakan KB
Untuk mengembalikan keseimbangan hormonalnya, akseptor
diharapkan sabar untuk menunggu. Respon pengembalian kesuburan
sangat tergantung kepada individual. Beberapa kasus yang ditemukan,
beberapa diantaranya terpaksa mengalami infertilitas sekunder karena
kontrasepsi ini. Meskipun secara teori tidak ada pembatasan secara
permanen, kontrasepsi hormonal mempunyai efektivitas cukup baik hingga
mencapai 99%. Jika pemakaian dilakukan secara terus menerus bisa
mengarah pada pembatasan secara permanen (Anton, 2008). Maka usaha
yang dapat dilakukan akseptor untuk memulihkan keseimbangan
hormonnya antara lain :

53

a.

Melakukan fase istirahat


Meski belum merencanakan kehamilan, ibu disarankan untuk
tidak terus-menerus menekan kelenjar endokrinnya (kelenjar
penghasil hormon). Jadi, dalam pemakaian kontrasepsi hormonal
mesti dilakukan fase beristirahat. Contoh : program KB hormonal
selama dua tahun sejak kelahiran anak sebelumnya sebaiknya diselingi
dengan fase istirahat setelah 1 tahun pertama pemakaian.
Lamanya fase istirahat sekitar 1-2 bulan dengan menghentikan
atau melepas alat KB. Untuk sementara pakailah alat KB
nonhormonal, seperti kondom atau spiral. Hal ini perlu agar kelenjar
endokrin bisa bekerja lagi. Setelah beristirahat, bila memang cocok,
pemakaian alat KB hormonal sebelumnya bisa dilanjutkan kembali.

b.

Bergaya hidup sehat


Kebugaran tubuh dapat diperoleh dengan asupan gizi seimbang
dan cukup, jaga stamina tubuh Anda dengan berolahraga, jangan
merokok, jauhi minuman beralkohol, hindari pemicu stres, cobalah
berkompromi dengan pasangan agar mau berhubungan seksual secara
teratur.

c.

Memperhatikan kebugaran
Kebugaran tubuh dapat diperoleh dengan asupan gizi seimbang
dan cukup, menjaga stamina dengan berolahraga, tidak merokok, tidak
minum-minuman yang beralkohol, menghindari pemicu terjadinya

54

stress, berhubungan seksual secara teratur, cukup mengkonsumsi


hiburan.
d.

Hindari Stres
Ketidakseimbangan hormon bisa menyebabkan tamu bulanan
menjadi enggan untuk berkunjung secara rutin. Hal ini tentu
bermasalah apabila tiba saatnya ingin mempunyai anak. Gara-gara
ketidakteraturan ini, mood pun juga terkena imbas yaitu menjadi tidak
stabil. Maka disarankan untuk mengambil liburan, menikmati akhir
pekan dengan melakukan hobi atau me-time yang dapat membantu
Anda melepaskan stress dari kehidupan sehari-hari, menikmati
hubungan suami-istri dengan suasana rileks dan bahagia, saling
menyayangi dan tanpa dibawa beban.

e.

Segera ke dokter setelah 6 bulan


Jika setelah lebih dari 6 bulan, ibu belum juga mendapat
keseimbangan hormonal (ditandai dengan menstruasi yang belum
muncul teratur) segera periksakan diri ke dokter kebidanan dan
kandungan. Mungkin ada penyebab lain yang perlu penanganan
intensif.

f.

Minum obat penyubur


Obat-obat untuk merangsang ovulasi seperti Chlomiphene
sitrat, dapat mengembalikan kesuburan pada wanita, yang mengalami
amenore berkepanjangan setelah memakai DMPA (Hartanto, 2004).

55

Untuk mengejar target kehamilan, ibu biasanya mengkonsumsi


obat penyubur. Sebenarnya penggunaannya tidak dilarang asalkan di
bawah pengawasan ahli. Obat yang mengandung hormon klomifen
sitrat dan epimestrol ini berfungsi memacu ovulasi atau pemecah
telur. Pemakaiannya harus disesuaikan dengan siklus bulanan dan
harus sesuai dosis. Contoh : pemberian sebulan sekali selama 5 hari,
yaitu di hari ke-5 masa menstruasi hingga hari ke-9. Kemudian
dikonsultasikan kembali

pada

bulan depannya

untuk

dilihat

keberhasilan obat tersebut, apakah dosisnya perlu dinaikkan atau tidak


(Wibawa, 2008)
Jika dalam 6 bulan atau setahun tidak ada respons (sel telur
tidak matang atau tidak tumbuh dengan baik), maka terapi kesuburan
dilakukan dengan cara suntik. Waktu untuk melakukan terapi biasanya
pada hari ke-2 sampai ke-9 masa menstruasi. Hormon yang
disuntikkan adalah hormon yang mengandung FSH/LH atau FSH saja
yang

akan

ditingkatkan

dosisnya

apabila

tidak

mempan

(Lesthama, 2010).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesuburan


a.

Berat Badan
Sebuah penelitian mengatakan 12% masalah ketidaksuburan
disebabkan oleh masalah berat badan. Terlalu kurus atau terlalu
gemuk sangat mempengaruhi kesuburan bagi wanita. Terlalu kurus

56

bisa membuat siklus haid wanita tidak teratur. Sebab dibutuhkan 22%
lemak tubuh untuk pembuahan dan kepentingan reproduksi lainnya.
Sebaliknya terlalu gemuk juga tidak berakibat baik untuk kesuburan
karena keseimbangan hormon terganggu. Tapi jangan khawatir, 70%
wanita kelebihan / kekurangan berat badan tadi langsung hamil ketika
mereka mencapai massa tubuh yang ideal.
b. Usia
Usia mempengaruhi kesuburan. Pada wanita usia subur,
kesuburan berlangsung lebih cepat. Puncak kesuburan ada pada
rentang usia antara 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki
kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30 tahunan prosentasenya
menurun hingga 90%. Sedangkan memasuki pada usia 40 tahun,
kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40
tahun wanita hanya mempunyai maksimal 10% kesempatan untuk
hamil.
Pada

pria,

penurunan

kesuburan

juga

terjadi

seiring

berjalannya usia. Hanya 8% pria usia sekitar 25 tahun yang gagal


menghamili pasangannya. Sedangkan pada usia 35 tahun, jumlah pria
yang gagal membuahi wanita meningkat hingga 15%. Menurut
peneliti dari Bristol and Brunel University, selain karena faktor fisik,
dorongan dan frekuensi untuk berhubungan seksual mulai berkurang
sejalan dengan usia.

57

c.

Asupan Makanan / Nutrisi


Pilihan makanan juga turut mempengaruhi kesuburan. Wanita
yang minum empat gelas kopi per hari memiliki risiko tidak subur
lebih besar. Sebabnya, kafein mengurangi kandungan darah dalam
hormon prolactin. Rendahnya hormon prolactin berhubungan dengan
semakin rendahnya tingkat kesuburan. Seperti prinsip umum,
kesuburan adalah masalah keseimbangan. Jika hormon ini kadarnya
terlalu tinggi juga tak baik.
Tingginya kadar hormon prolactin yang bisa disebabkan oleh
konsumsi alkohol berlebihan, dapat mengganggu siklus haid. Diet
untuk meningkatkan kesuburan sama dengan diet lain pada umumnya.
Intinya, makan makanan rendah lemak, cukup protein, memperbanyak
buah, dan sayur. Kurangi juga konsumsi makanan olahan seperti keju,
daging olahan dan makanan beku. Supaya badan tetap sehat hindari
kopi, alkohol, dan rokok. Pastikan juga untuk berolahraga secara
teratur, menghindari stress, dan memilih waktu pembuahan yang tepat
sesuai dengan siklus bulanan.

d. Frekuensi Senggama Teratur


Kehamilan hanya akan terjadi apabila kondisi Ibu dan suami
baik, frekuensi senggama teratur dan menjelang masa subur atau pada
saat masa subur (Wibawa, 2008).

58

e.

Alat Kontrasepsi (KB)


Pilihan pemakaian alat kontrasepsi dapat mempengaruhi
kesuburan. Pemilihan alat kontrasepsi seperti : suntik dan pil sangat
mempengaruhi kesuburan wanita. Alat kontrasepsi suntik memiliki
efek yang lebih lama walaupun sudah tidak digunakan. Setelah
penggunaan terakhir, wanita hares menunggu hingga 6 bulan sampai
setahun hingga siklusnya normal kembali. Sedangkan pengguna pil
bisa lebih cepat kembali normal. Setelah berhenti menggunakan pil
siklus kesuburan bisa langsung kembali seperti semula. Namun pada
beberapa kasus, siklus bisa kembali benar-benar normal setelah 2-3
bulan. Sebelum memilih alat kontrasepsi, sebaiknya konsultasikan
dulu berbagai efek pemakaian dan pasca pemakaian dari masingmasing jenis alat (Raidin, 2008)

59

BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual pada penelitian dengan judul perbedaan lamanya
pemulihan kesuburan antara akseptor KB Suntik 1 bulan dengan 3 bulan
adalah sebagai berikut :
Faktor - faktor yang mempengaruhi
kesuburan :
1. Berat badan
2. Usia
3. Asupan makanan / nutrisi
4. Frekuensi senggama teratur
5. Pemakaian alat kontrasepsi (suntik)
Cepat
Lamanya pemulihan kesuburan setelah berhenti

Lambat

menggunakan KB Suntik (1 bulan dan 3 bulan)


Lama
Berhasil hamil kembali atau
kesuburan kembali normal
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Perbedaan Lamanya Pemulihan Kesuburan
Antara Akseptor KB Suntik 1 Bulan dengan 3 Bulan

60

B. Hipotesis
Hipotesis terdiri dari hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (HI).
Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian, artinya: hipotesis
ini merupakan pertanyaan yang harus dibuktikan (Notoatmodjo, 2005).
Hipotesis penelitiannya adalah :
Ada perbedaan lamanya pemulihan kesuburan antara akseptor KB Suntik 1
bulan dengan 3 bulan.

61

BAB 4
METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu


pengetahuan atau pemecahan suatu masalah dengan menggunakan metode
penelitian ilmiah(Notoadmojo, 2000: 19). Dalam metode penelitian ini secara
rinci memuat desain, kerangka kerja, populasi sampel, dan besar sampel, variabel
dan definisi operasional, alat dan instrument penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, prosedur pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data, etika
penelitian, dan keterbatasan.

A. Jenis dan Desain Penelitian


Desain penelitian adalah rancangan yang akan dilakukan yang
dicerminkan

dengan

langkah-langkah

tekhnik

dan

operasional

penelitian(Notoadmojo, 2005). Desain penelitian yang digunakan dalam


penelitian

ini

adalah

metode

komparasi,

dimana

untuk

menilai,

membandingkan dan mengetahui perbedaan antara keduanya

melalui

pendekatan yang bersifat case control. yang merupakan rancangan penelitian


yang membandingkan antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol
untuk mengetshui proporsi kejadian berdasarkan riwayat ada atau tidaknya
paparan. Rancangan penelitian ini dikenal dengan retrospektif, yaitu
rancangan bangun dengan melihata kebelakang dari suatu kejadian kesakitan
yang diteliti.

62

B. Populasi, Sampel dan Sampling


1. Populasi
Menurut Hidayat 2009,populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua AkseptorKB suntik
(ibu dengan riwayat KB suntik 1

bulan dan 3 bulan) di BPS

MutmainnahMadura. Jumlah populasi pada penelitian ini yaitu


AkseptorKB suntik (ibu dengan riwayat KB suntik 1 bulan dan 3 bulan)
sebanyak 50 responden pada bulan Oktober 2011.
Dengan kriteria populasi sebagai berikut:
a.

AkseptorKB suntik 1 bulan dan 3 bulan di BPS Mutmainnah

b.

AkseptorKB

suntik

yang

berhasil

hamil

setelah

berhenti

menggunakan KB suntik
c.

AkseptorKB suntik yang bersedia menjadi responden

2. Sampel dan Besar Sampel


Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitianmelalui sampling (nursalam,
2008: 91)
Penentuan besar sampel agar diperoleh hasil penelitian lebih baik,
diperlukan sampel yang baik pula, yakni betul-betul mencerminkan

63

populasi. Agar memperoleh sampel lebih akurat diperlukan rumus


(Hidayat, 2009) :
n=

N
1+N (d) 2

Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = tingkat siognifikasi/ tingkat kesalahan
rumus untuk menentukan besar sampel
N

n=

1+N (d) 2

n=

50
1+50 (0,05) 2
50 = 44, 24 dibulatkan menjadi 45

n=

1,13

jadi besar sampel untuk AkseptorKB suntik 1 bulan dan 3 bulan adalah
sebanyak 45 responden.

Dilanjutkan perhitungan besar sampel untuk proporsi masing-masing


populasi
1.

Untuk AkseptorKB suntik 1 bulan

64

= 18 responden
2.

Untuk AkseptorKB suntik 3 bulan

= 22, 5 dibulatkan menjadi 23 responden

3. Sampling
Tehnik sampling adalah cara yang ditempuh dalam pengambilan
sampel agar memperoleh yang bener-bener sesuai keseluruhan subyek
penelitian.
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah probability
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel (Sugyono, 2006). Pemilihan sampel pada penelitian yang
akan dilaksanakan ini dengan cara proportional stratified random
sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang digunakan bila anggota
populasinya tidak homogen, yang terdiri kelompok homogen dan
berstrata secara proporsional (Hidayat, 2007).

65

C. Identifikasi Variabel
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
pengertian tertentu (Notoatmojo, 2005). Dalam penelitian ini terdapat 2
variabel, yaitu sebagai berikut:
1. Variabel Independen
Dalam penelitian ini variabel independen adalah AkseptorKB
suntik 1 bulan dan AkseptorKB suntik 3 bulan.
2. Variabel Dependen
Dalam

penelitian

ini

variabel

dependenadalah

lamanya

pengembalian kesuburan setelah berhenti menggunakan KB suntik.

D. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari suatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2008)

66

Tabel 4.1 definisi operasional


No
1

Variabel
Akseptor

Definisi
operasional
Ibu yang sedang

KB suntik

menggunakan

parameter

Alat ukur

skala

Akseptor KB

wawancara

nominal

suntik:
B suntik 1

bulan dan 1

bulan

Mutmainnah

1. Akseptor KB
suntik 1 bulan

KB suntk 3

bulan di BPS

kriteria

2. Akseptor KB
suntik 3 bulan

- KB suntik 3
bulan

Oktober 2011Mei 2012


2

Lamanya

Waktu yang

Jarak

pemulihan

diperlukan

pemulihan

kesuburan:

setelah

sampai

kesuburan

- Cepat: 3-6 bln

berhenti

menstruasi

setelah

- Lambat :

mengguna

kembali normal

berhenti

kan
suntik

KB setelah berhenti

suntik

wawancara

KB
siklus

menggunakan

menstruasi

KB suntik

normal

ordinal

Pemulihan

>6bulan -3
tahun
- Lama: 3-6
tahun

67

E. Pengumpulan dan Pengolahan Data


Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu
metode (arikunto, 2006).

1. Instrumen Pengumpulan Data


a.

Data primer
Dalam

penelitian

ini

instrumen

yang

digunakan

untuk

mengumpulkana data adalah wawancara. Sebelum melakukan


wawancara langsung kepada respoden, responden terlebih dahulu
diberikan penjelasan tentang tujuan dan manfat dari penelitian ini.
b.

Data sekunder
Selain mengumpulkan data primer peneliti juga melaksanakan
pengumpulan data sekunder yaitu diperoleh dari pencatatan dan
pelaporan pada bulan Oktober 2011 di BPS mutmainnah dan data
penunjang lainnya.

2. Waktu dan Tempat penelitian


Penelitian dilakukan di BPS Mutmainnah Madura dan waktu
penelitian dimulai dari bulan Oktober 2011- Agustus 2012
3. Teknik Pengumpulan Data dan Analisa Data
a.

Teknik pengumpulan data


Dalam penelitian ini proses pengambilan dan pengumpulan
data diperoleh setelah mendapatkan izin dari pihak BPS Mutmainnah
untuk mengadaka penelitian, peneliti dalam memilih sampel

68

menggunakan proportional stratified random sampling, langkah


selanjutnya adalah meminta persetujuan dari responden dilakukan
observasi

lamanya

pengembalian

kesuburan

setelah

berhenti

menggunakan KB suntik melalui wawancara lembar observasi yang


telah disediakan.
b.

Analisa data
Setelah data yang diperlukan dalam penelitiuan ini terkumpul
melalui wawancara, lembar observasi dan data rekam medik, maka
dilakukan pengolahan data melalui beberapa tahap, antara lain:
1) Editing
Editing adalah meneliti kembali data, ini berarti semua lembar
observasi harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan
pengisian dalam kejelasan penelitian. Yang harus diperhatikan
dalam proses editing adalah kelengkapan jawaban, dan kesesuain
tulisan, konsistensi jawaban dan keseragaman suatu ukuran.
2) Coding
Coding adalah usaha penghklasifikasian jawaban menurut kriteria
tertentu. Klasifikasi ini ditandai dengan memindahkan data dari
daftar yang akan memberikan informasi data yang diubah menjadi
bentuk angkat untuk mempermudah perhitungan selanjutnya.
a) Coding untuk AkseptorKB suntik
1.

Kode 1 : AkseptorKB suntik 1 bulan

2.

Kode 2 : AkseptorKB suntik 3 bulan

69

b) Coding untuk lamanya pemulihan kesuburan


1. Kode 0: cepat (3-6 bulan)
2. Kode 1: lambat (>6bulan 3tahun)
3. Kode 2: lama (3-6 tahun)
3) Scoring
Memberikan skor pada setiap item dalam suatu penelitian.
4) Tabulasi
Tabulasi adalah proses penyusunan datake dalamtabel. Pada tahap
ini data di anggap telah selesai diproses sehingga harus segera
disusun dalam suatu pola format yang telah dirancang (nursalam,
2003)
5) Analiting
Tekhnik analiting data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan tekhnik analisa data secara univariat (untuk
mengetahui distribusi frekuansi dari sampel penelitian) dan
dilanjutkan dengan analisa bivariat untuk mengetahui komparatif
Akseptor KB suntik 1 bulan dengan Akseptor KB suntik 3 bulan
terhadap lamanya pengembalian kesuburan.

F. Masalah etika
Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti mengajukan surat
permohonan untuk mendapatkan rekomendasi dari ketua jurusan program
Kedokteran Umum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dan permintaan

70

izin kepada BPS MutmainnahMadura.

Setelah mendapatkan persetujuan

peneliti melakukan penelitian dengan masalah etika yang meliputi:

1. Inform consent (lembar persetujuan)


Lembar persetujuan kepada subyek yang akan diteliti. Peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia
diteliti, maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden
menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati hak responden.

2. Anonimity ( tanpa nama)


Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan
mencantumkan inisial nama responden pada lembar pengumpulan data
kuesioner (angket) yang diisi oleh responden. Lembar hanya diberi
nomer dan kode-kode tertentu.

3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan tidak
akan disebarkan dikalangan umum. Semua informasi yang diberikan oleh
responden kerahasiaanya dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset
(Hidayat, 2007)

71

G. Kerangka Operasional
Kerangka operasional pada penelitian ini adalah seperti bagan dibawah ini:
Populasi Akseptor KB suntik di BPS
Mutmainnah madura 50 responden
Proportional stratified random sampling
Sampel terjangkau Akseptor
KB suntik 45 orang
Akseptor KB
suntik3 bulan
23 orang

Akseptor KB
suntik 1 bulan
18 orang

Persetujuan mengikuti penelitian

Pengumpulan data menggunaka instrument berupa wawancara, lembar


observasi dan data rekam medik

Pengolahan data: (editing, coding, tabulating dan analiting)

Analisa data

Penyajian data
Gambar 4.1 kerangka operasional penelitian perbedaan lamanya pemulihan kesuburan antara
Akseptor KB suntik 1 bulan dengan Akseptor KB suntik 3 bulandi DPS Mutmainnah madura

72

BAB 5
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilaksanakan pada
bulan Oktober 2011 di BPS Mutmainnah Madura dengan jumlah responden
50 akseptor KB suntik. Hasil penelitian disajikan dalam bagian yaitu data
umum, dan data khusus yang disajikan dalam bentuk tabel.
1.

Karakteristik Lokasi Penelitian

Tabel 5.1 Karakteristik data BPS Mutmainnah Madura.


No
Keterangan
1. Pelaksanaan penelitian

BPS Mutmainnah Madura


20 Oktober 2011 20 Agustus 2012

2.

Letak BPS

Desa Ceguk, Pamekasan-Madura

3.

Peta / batas wilayah BPS

4.

Jumlah pegawai

Utara
: Pasar
Barat
: Kampung
Timur
: Kecamatan
Selatan : Puskesmas
1 Bidan dan 2 asisten Bidan

5.

Ruangan

Ruang
pendaftaran,
ruang
pemeirksaan, ruang USG, ruang nifas.
6. Jam kerja
Poli umum : Jam 07.00 12.00 wib
Jam 15.00 22.00 wib
Bersalin
: 24 jam
Pel. KB
: jam 07.00 12.00 wib
jam 15.00 22.00 wib
Imunisasi : Hari Minggu
Sumber : Data Demografi bulan Oktober 2011

B. Data Umum
Pada hasil penelitian ini akan disajikan hasil pengumpulan data
distribusi frekuensi akseptor KB suntik berdasarkan variabel yang diteliti.

73

1.

Distribusi frekuensi umur akseptor KB Suntik 1 bulan


Tabel 5.2 Distribusi frekuensi umur akseptor KB suntik 1 bulan
di BPS Mutmainnah Madura (Tahun 2011-2012)
No.
Umur (tahun)
F
%
1.
25 30
2
8.7%
2.

31 35

26.1%

3.

36 40

10

43.4%

4.

> 40

21.8%

Jumlah

23

100%

Sumber : Data Primer


Dari tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 23 akesptor KB
suntik 1 bulan yang ada di BPS Mutmainnah Madura, mayoritas
akseptor KB Suntik berumur antara 36 40 tahun yaitu sebanyak 10
akseptor (43,4%)
2. Distribusi Frekuensi Umur Akseptor KB Suntuk 3 bulan
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi umur akseptor KB suntik 3 bulan
di BPS Mutmainnah Madura (Tahun 2011-2012).
No.
Umur (tahun)
F
%
1.
25 30
4
14.9%
2.

31 35

18.5%

3.

36 40

11

40.7%

4.

> 40

25.9%

Jumlah

27

100%

Sumber : Data Primer


Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 27 akesptor KB
suntik 3 bulan yang ada di BPS Mutmainnah Madura, mayoritas
akseptor KB Suntuk berumur antara 36 40 tahun yaitu sebanyak 11
akseptor (40,7%).

74

C. Data Khusus
1. Lamanya pemulihan kesuburan antara akseptor KB suntuk
1 bulan dengan 3 bulan
a. Distribusi frekuensi lamanya pemulihan kesuburan akseptor
KB suntik 1 bulan
Tabel 5.4 Distribusi lamanya pemulihan kesuburan akseptor
KB suntik 1 bulan di BPS Mutmainnah Madura
(Tahun 2011-2012)
Lamanya pemulihan
No.
F
%
kesuburan
1.
Cepat
15
65.2%
2.

Lambat

34.8%

3.

Lama

0%

Jumlah

23

100%

Sumber : Data Primer


Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diketahui bahwa
mayoritas lamanya pemulihan kesuburan dari 23 jumlah akseptor
KB suntik 1 bulan di BPS Mutmainnah Madura mengalami
respon pemulihan kesuburan yang cepat, yaitu sebanyak 15
akseptor KB suntik 1 bulan (65.2%).
b. Distribusi frekuensi lamanya pemulihan kesuburan akseptor
KB suntik 3 bulan
Tabel 5.5 Distribusi lamanya pemulihan kesuburan akseptor
KB suntik 3 bulan di BPS Mutmainnah Madura
(Tahun 2011-2012)
Lamanya pemulihan
No.
F
%
kesuburan
1.
Cepat
9
33.3%
2.
Lambat
16
59.3%
3.

Lama

7.4%

Jumlah

27

100%

Sumber : Data Primer

75

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas


lamanya pemulihan kesuburan dari 27 jumlah akseptor KB suntik 3
bulan di BPS Mutmainnah Madura mengalami respon pemulihan
kesuburan yang cepat, yaitu sebanyak 16 akseptor KB suntik 3 bulan
(59.3%).
2. Perbedaan lamanya pemulihan kesuburan antara akseptor
KB suntik 1 bulan dengan 3 bulan
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi perbedaan lamanya pemulihan
kesuburan antara akseptor KB suntik 1 bulan dengan
3 bulan di BPS Mutmainnah Madura (Tahun 20112012)
Lamanya pemulihan kesuburan
No

Akseptor
KB Suntik

Cepat
(3-6 bulan)
N
%

Lambat
(> 6 bln -3 thn)
N
%

Jumlah

Lama
(3-6 tahun)
N
%

1 bulan

15

65.2%

34.8%

0%

23

100%

2.

3 bulan

33.3%

16

59.3%

7.4%

27

100%

Jumlah

24

48%

24

48%

4%

50

100%

Sumber : Data Primer


Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa yang mengalami
respon pemulihan kesuburan yang cepat pada akseptor KB suntik 1
bulan sebanyak 15 akseptor (65.2%), sedangkan pada akseptor KB
suntik 3 bulan sebanyak 9 akseptor (33.3%), dan yang mengalami
respon pemulihan kesuburan yang lambat pada akseptor KB suntik 1
bulan sebanyak 8 akseptor (34.8%), sedangkan pada akseptor KB
suntik 3 bulan sebanyak 16 akseptor (59.3%), serta yang mengalami
respon pemulihan kesuburan lama pada akseptor KB suntik 1 bulan

76

sebanyak 0 responden (0%), sedangkan pada akseptor KB suntik 3


bulan sebanyak 2 akseptor (7.4%).
D. Hasil Uji Mann Whitney
Setelah dilakukan uji statistic dengan menggunakan uji Mann
Whitney didapatkan hasil = 0.008 < = 0.05. Jadi Ho ditolak, yang berarti
ada beda lamanya pemulihan kesuburan antara akseptor KB suntik 1 bulan
dengan akseptor KB suntik 3 bulan.

77

BAB 6
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini, peneliti akan menguraikan data yang diperoleh dari
hasil penelitian yang akan dihubungkan dengan teori guna memperoleh hasil yang
valid.
A. Lamanya Pemulihan Kesuburan Akseptor KB Suntik 1 Bulan
Berdasarkan tabel 5.4 lamanya pemulihan kesuburan dari 23
akseptor KB Suntik 1 bulan di BPS Mutmainnah Madura didapatkan
mayoritas akseptor KB suntik 1 bulan mengalami pemulihan kesuburan
cepat yaitu sebanyak 15 responden (65.2%)
Selama ini masih banyak akseptor KB yang masih belum
merencanakan kapan waktunya untuk hamil lagi setelah tidak menggunakan
alat kontrasepsi. Mereka berfikir apabila sewaktu-waktu mereka mempunyai
keinginan untuk mempunyai anak lagi, maka setelah berhenti menggunakan
KB suntik mereka bisa langsung berhasil hamil. Hal ini membuktikan bahwa
masih banyak akseptor KB suntik yang belum memahami secara benar
bahwa pemulihan kesuburan setiap individu berbeda-beda. Ada akseptor
yang setelah berhenti memakai KB suntik secara cepat dapat langsung
hamil, tetapi ada juga yang masih membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk berhasil hamil kembali. Rata-rata pemulihan kesuburan setelah
berhenti KB suntik berkisar antara 3-6 bulan, hal ini juga dapat dipengaruhi
oleh lamanya pemakaian KB suntik tersebut.

78

Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Wibawa (2008) bahwa


pengguna alat kontrasepsi hormonal yang sifatnya seimbang antara hormone
estrogen dan progesterone yaitu KB suntik 1 bulan (cyclofem) bekerja
mengatur siklus haid menjadi teratur setiap bulan. Sehingga tidak ada
hormone yang ditimbun didalam tubuh dan sifatnya jangka pendek. KB
suntik 1 bulan, dimana hormone progesterone dan estrogennya seimbang
sehingga terjadi peluruhan (menstruasi) seperti siklus normal. Hal ini yang
dapat menyebabkan kehamilan akan terjadi lebih cepat. Manfaat kombinasi
kontrasepsi hormone injeksi untuk beberapa wanita antara lain siklus yang
teratur dan cepat kembali ke masa subur.

B. Lamanya Pemulihan Kesuburan Akseptor KB Suntik 3 Bulan


Berdasarkan tabel 5.5 lamanya pemulihan kesuburan dari 27
akseptor KB suntik 3 bulan di BPS Mutmainnah Madura didapatkan
mayoritas responden mengalami pemulihan kesuburan lambat yaitu
sebanyak 16 responden (59.3%).
Setelah dilakukan wawancara, pada kenyataannya masih banyak
akseptor KB yang belum mengerti tentang efek samping dari pemakain KB
suntik 3 bulan, salah satunya yaitu terlambatnya pemulihan kesuburan
setelah tidak lagi menggunakan KB suntik tersebut. Jadi ibu yang ingin
hamil setelah berhenti memakai KB suntik 3 bulan harus menunggu rata-rata
sekitar 6 bulan sampai 3 tahun untuk berhasil hamil. Tetapi perlu kita
ketahui bahwa terlambatnya pemulihan kesuburan juga dipengaruhi oleh

79

lamanya pemakaian KB suntik. Semakin lama akseptor KB memakai KB


suntik maka semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan
kesuburannya. Contohnya : kontrasepsi suntik 3 bulanan yang dipakai lebih
dari 1 tahun. Hasilnya, meskipun ibu sudah berhenti menggunakan KB,
tetapi didalam darahnya masih terdapat sisa hormon-hormon yang
disuntikakan sebelumnya. Inilah yang menyebabkan Ibu tidak dapat menjadi
subur seketika meskipun sudah lebih dari 3 bulan tak lagi menggunakan alat
kontrasepsi tersebut (Pattingi, 2009).
Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Wibawa (2008)
bahwa alat kontrasepsi digunakan untuk mengatur atau menunda kehamilan.
Pada prinsipnya, ketika alat kontrasepsi tersebut dilepas atau tidak
digunakan lagi, maka akan terjadi resiko kehamilan. Akan tetapi ada
kondisi-kondisi tertentu, dimana ketika alat kontrasepsi sudah dilepas tetapi
tidak kunjung terjadi kehamilan. Maka dari itu, sebelum memutuskan untuk
menggunakan salah satu metode kontrasepsi, haruslah mengetahui tujuan
pemakaian alat kontrasepsi tersebut. Apakah untuk menunda kehamilan
anak pertama (postponing), untuk menjarangkan anak (spacing) dan ketiga
untuk membatasi jumlah anak yang diinginkan (limiting).
Dan pada pemakaian KB suntik jangka panjang, amenore menjadi
hal yang paling menonjol. Amenore ini dianggap sebagai keuntungan yang
penting bagi sebagian wanita tetapi sulit diterima oleh sebagian wanita
lainnya. Efek samping KB suntik mungkin memerlukan waktu beberapa
bulan setelah penyuntikan terakhir sebelum benar-benar hilang, sehingga

80

terjadi penundaan pemulihan kesuburan yang lamanya sulit diperkirakan


(Varney, 2006).
Terlambatnya terjadi kehamilan kembali (pemulihan kesuburan),
biasanya sering ditemukan pada ibu yang menggunakan KB suntik 3 bulan.
Karena pada waktu pemakaian KB suntik terjadi penekanan fungsi ovarium
oleh hormon-hormon yang terdapat dalam suntikan KB suntik 3 bulan
tersebut. Setelah penggunaan KB suntik dihentikan, pulihnya kesuburan
hormon tersebut tidak spontan terjadi, tetapi masih memerlukan waktu yang
cukup lama. Rahim yang normal pada lapisan endometrium setiap bulan
selalu berganti. Siklusnya mulai dari tumbuh, menebal didalam dinding
rahim kemudian luruh keluar melalui darah haid (menstruasi). KB suntik 3
bulan (jenis depo), dimana hormon estrogennya tertekan sehingga tidak
terjadi peluruhan (menstruasi) seperti siklus normal. Lapisan endometrium
akan menebal terus sehingga tidak terjadi peluruhan (menstruasi) seperti
siklus normal. Lapisan endometrium akan menebal terus sehingga tidak
terjadi menstruasi, dan kehamilan akan lebih terlambat terjadi.

C. Perbedaan Lamanya Pemulihan Kesuburan antara Akseptor KB Suntik


1 Bulan dengan 3 Bulan
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa lamanya pemulihan
kesuburan pada akseptor KB suntik 1 bulan di BPS Mutmainnah Madura
mayoritas mengalami respon pemulihan kesuburan cepat, yaitu sebanyak 15
akseptor KB suntik (65.2%). Dan pada akseptor KB suntik 3 bulan

81

mayoritas mengalami respon pemulihan kesuburan yang lambat, yaitu


sebanyak 16 akseptor KB suntik (59.3%).
Pada kenyataan yang ditemukan peneliti di lapangan, pemulihan
kesuburan setelah berhenti menggunakan KB suntik 1 bulan lebih cepatnya
mengatur siklus haid menjadi teratur setiap bulan selalu berganti. Siklusnya
mulai dari tumbuh, menebal di dalam dinding rahim kemudian luruh dan
keluar melalui darah haid (menstruasi). Dengan kondisi yang normal seperti
ini, maka kehamilan lebih cepat terjadi.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa kembalinya kesuburan suatu
metode kontrasepsi hormonal berhubungan dengan komponen hormon yang
digunakan dalam lamanya pemakaian. Pemberian KB suntik dalam jangka
waktu yang lama, akan menyebabkan banyak hormon yang tertimbun di
dalam tubuh. Ada beberapa orang yang respon kembalinya kesuburannya
lama, meskipun telah dihentikan suntikannya tetapi tidak juga hamil. Akan
tetapi respon pemulihan kesuburan bersifat individual, artinya kejadian yang
dialami setiap orang tidak selalu sama. Jadi sebelum memutuskan untuk
menggunakan alat kontrasepsi (KB suntik), lebih baik ibu merencanakan
kapan waktu untuk hamil lagi.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kesuburan, antara lain :
berat badan, usia, asupan makanan / nutrisi, frekuensi senggama teratur,
serta pemakaian alat kontrasepsi. Namun secara keseluruhan kehamilan
sudah terjadi lebih dari 75 persen dalam satu tahun pertama setelah selesai
menggunakan KB. Kesuburan setelah pemakaian KB suntik 3 bulan

82

biasanya lebih lambat rata-rata 4 6 bulan dibandingkan dengan pulihnya


kesuburan pemakaian metode pil atau IUD. Apabila Ibu telah mendapat
suntikan KB selama beberapa bulan bahkan beberapa tahun dan baru
berhenti baru-baru ini, maka meskipun efek kontrasepsinya sudah berkurang
atau tidak efektif lagi, namun efek mengganggu kesuburan dan haidnya
masih bisa berjalan lama (Pattingi, 2009).
Maka dari itu konseling untuk tindak lanjut tindakan (follow-up)
sangat penting untuk diberikan. Informasi pasca pelayanan ini harus
diberikan pada setiap akhir kunjungan untuk mendapatkan suntikan ulang,
pemberi konseling (tenaga kesehatan) harus mampu mendengarkan keluhan
klien dengan baik dan mempersiapkan jawaban dari setiap masalah yang
diajukan oleh peserta KB. Pemberian informasi yang tepat akan menolong
klien untuk mengatasi setiap masalah dan efek samping dari pemakaian KB
suntik. Konselor (tenaga kesehatan) harus mampu menjamin hak klien untuk
menghentikan

suntikan

setiap

saat,

keterlambatan dalam pemulihan kesuburan.

walaupun

ada

kemungkinan

83

BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.

Lamanya pemulihan kesuburan pada akseptor KB suntik 1 bulan di


BPS Mutmainnah Madura mayoritas mengalami respon pemulihan
kesuburan cepat, yaitu sebanyak 15 akseptor KB suntik (65.2%).

2.

Lamanya pemulihan kesuburan pada akseptor KB suntik 3 bulan di


BPS Mutmainnah Madura mayoritas mengalami respon pemulihan
kesuburan lambat, yaitu sebanyak 16 akseptor KB suntik (59.3%).

3.

Lamanya pemulihan kesuburan pada akseptor KB suntik 1 bulan di


BPS Mutmainnah Madura mayoritas mengalami respon pemulihan
kesuburan cepat, yaitu sebanyak 15 akseptor KB suntik (65.2%),
sedangkan pada akseptor KB suntik 3 bulan akseptor yang
mengalami pemulihan kesuburan yang cepat sebanyak 9 akseptor
(33.3%). Dan pada akseptor KB suntik 3 bulan mayoritas mengalami
respon pemulihan kesuburan yang lambat, yaitu sebanyak 16
akseptor KB suntik (59.3%), sedangkan pada akseptor KB suntik 1
bulan yang mengalami pemulihan kesuburan lambat sebanyak 8
akseptor (34.8%). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa ada beda
lamanya pemulihan kesuburan antara akseptor KB suntik 1 bulan

84

dengan 3 bulan di BPS Mutmainnah Madura,yang dibuktikan dengan


hasil uji Mann Whiteney dengan nilai signifikan = 0.008 < = 0.05

B. Saran
1. Bagi Responden
a. Sebelum memutuskan untuk menggunakan alat kontrasepsi,
akseptor diharapkan dapat memilih dengan tepat alat
kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan.
b. Dapat merencanakan kapan waktu untuk menginginkan hamil
lagi, sehingga tepat dalam pemilihan kontrasepsi.
c. Mengerti dan memahami tentang efek samping dari
penggunaan alat kontrasepsi hormonal khususnya KB suntik.
2. Bagi Instansi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
di perpustakaan untuk penelitian selanjutnya dengan masalah dan
judul yang berbeda serta dapat menambah pengetahuan
mahasiswa tentang KB suntik.
3. Bagi Peneliti Lain
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang perbedaan
pemulihan kesuburan KB suntik 1 bulan dengan 3 bulan dan
faktor yang mempengaruhi dengan menggunakan metode yang
lebih akurat dan subyek penelitian yang lebih besar, sehingga

85

lebih

variatif

dan

memungkinkan

penelitian

ini

untuk

dikembangkan.
4. Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan untuk lebih meningkatkan konseling sebelum dan
sesudah memberikan pelayanan KB, sehingga akseptor KB dapat
mengerti dan memahami alat kontrasepsi yang akan digunakan
apakah telah sesuai dengan kebutuhan akseptor tersebut.

86

DAFTAR PUSTAKA
Anton, Dwi.dr, dkk. 2008. Memilih Kontrasepsi Alami dan Halal. Solo:
Aqwemedika.
Arum, Dyah Noviawati S. 2009.Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.
Yogjakarta: Mitra Cendekia.
Baziad, Ali. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: YBPSP
BKKBN Propinsi jawa timur, 2010.Evaluasi Hasil Pencapaian Program
Keluarga Berencana Nasional Propinsi Jawa Timur Sampai Dengan
Bulan April 2010. BKKBN Propinsi Jawa Timur
Everett, Suzanne. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual
Reproduksi Edisi 2. Jakarta: EGC
Handayani, Sri. 2010. Buku ajar pelayanan keluarga berencana. Yogyakarta:
pustaka rihama
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta kedokteran(jilid 1). Jakarta: Media
Aeusculapius
Morgan, Gery, dkk. 2009. Obsteri Dan Ginekologi: panduan praktik, edisi 2.
Jakarta: egc
Saifuddin, Abdul bari. 2003. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi.
Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo(YBP-SP)
Setya Arum, Dyah, dkk. 2008. Panduan lengkap pelayanan KB terkini.
Jogjakarta: mitra cindekia press
Siswosudarmo, HR, dkk. 2001. Teknologi Kontrasepsi. Jogjakarta: gajah mada
university Press
Verney, Helen, dkk. 2006. Buku ajar asuhan kebidanan edisi 4 volume 1
(verneys Midwifery). Jakarta: EGC
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu kebidanan. Jakarta: YBP-SP Wijaya

Anda mungkin juga menyukai