Anda di halaman 1dari 38

EVIDENCE BASED NURSING

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATERI TERHADAP


HIPEREMESIS GRAVIDARUM PADA
IBU HAMIL TRIMESTER 1

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan


Pendidikan Profesi Ners Stase Maternitas

Oleh:

Septiani Puji Lestari 20020078


Sella Krismonika 20020077
Syaifiyatul Mutammimah 20020083
Vita Vironica 20020087
Liza Lusiyani 20020051
Riska Devi 20020072

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS dr. SOEBANDI 
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada wanita yang
dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya kehamilan normal yaitu 280
hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir.
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester , dimana trimester kesatu berlangsung dalam
12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke13 hingga ke-27) [ CITATION
Aid17 \l 1033 ]. Proses kehamilan akan menimbulkan berbagai perubahan pada
seluruh sistem tubuh seperti sistem kardiovaskuler, sistem pernafasan maupun
gastrointestinal. Perubahan yang terjadi akan menunjang proses pertumbuhan dan
perkembangan janin di dalam rahim. Masa kehamilan dapat terjadi masalah-
masalah yang tidak diinginkan oleh seorang ibu. Keluhan yang muncul meliputi
mual dan muntah, hipersalivasi, pusing, mudah lelah, dada terasa terbakar
(heartburn), peningkatan frekuensi berkemih, konstipasi dan keluhan psikologis
[ CITATION Suk13 \l 1033 ].
Permasalahan pada trimester pertama misalnya yaitu perasaan mual muntah
akibat kadar estrogen meningkat mual muntah terus menerus dapat menyebabkan
dehidrasi. Muntah yang lebih dari sepuluh kali sehari atau atau mual terus menerus
yang terjadi selama 20 minggu terakhir kehamilan ini akan berlanjut menjadi
Hiperemesis gravidarum sehingga tubuh ibu menjadi lemah, muka pucat, dan
frekuensi buang air kecil menurun drastic [ CITATION Aid17 \l 1033 ].
Mual adalah perasaan yang tidak menyenangkan terkait merasa sakit atau
mendorong untuk muntah, sedangkan muntah adalah pengeluaran isi lambung
melalui mulut akibat spasme otot tidak sadar. Mual dan muntah terjadi pada 60-
80% ibu hamil pertama (primigravida) dan 40-60% pada ibu multigravida. Mual
muntah berlebih yaitu lebih dari 10 kali dalam 24 jam disertai penurunan nafsu
makan yang biasa disebut dengan Hiperemesis gravidarum. Keadaan seperti ini
dapat mengganggu aktivitas ibu sehari-hari. Terdapat sebanyak 8,6juta ibu hamil
menjadi kehilangan jam kerjanya karena masalah ini[ CITATION Aid17 \l 1033 ].
Menurut World Health Organization (WHO) jumlah kejadian emesis
gravidarum mencapai 12,5% dari jumlah seluruh kehamilan di dunia. Mual dan
muntah dapat mengganggu dan membuat ketidakseimbangan cairan pada jaringan
ginjal dan hati menjadi nekrosis (WHO, 2013). Data ASEAN menyebutkan bahwa
angka kematian ibu akibat komplikasi kehamilan dan persalinan di Singapura
14/100.000 kelahiran hidup, di Malaysia 62/100.000 kelahiran hidup, di Thailand
110/100.000 kelahiran hidup, di Vietnam 150/100.000 kelahiran hidup, di
Philipina 230/100.000 kelahiran hidup, di Myanmar 380/100.000 kelahiran hidup
dan di Indonesia mencapai 420/100.000 kelahiran hidup (ASEAN, 2013).
Berdasarkan Hasil Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dapat
diketahui ibu hamil yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada tahun 2014
sebanyak 86,70 %, sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 87,48 dan pada tahun
2016 terjadi penurunan sebanyak 85,35 dan kemudian meningkat pada tahun 2017
sebanyak 87, 3%. [ CITATION Aid17 \l 1033 ].
Presentase ibu hamil resiko tinggi dengan emesis gravidarum berat yang
dirujuk dan mendapatkan pelayanan kesehatan lebih lanjut sebesar 20,44%.
Provinsi dengan presentase tertinggi adalah provinsi Sulawesi Selatan (96,53%)
dan di Yogyakarta (76,60%) sedangkan yang terendah adalah provinsi Maluku
Utara (3,66%) dan Sumatera Selatan (3,81%) [ CITATION San19 \l 1033 ].
Hiperemesis gravidarum pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai dampak
jika tidak ditangani, salah satunya adalah penurunan nafsu makan yang
mengakibatkan perubahan keseimbangan elektrolit yakni kalium, kalsium dan
natrium sehingga dapat menyebakan perubahan metabolisme tubuh. Dampak lain
hiperemesis gravidarum juga dapat menyebabkan kehilangan berat badan karena
cadangan karbohidrat, protein, dan lemak terpakai untuk energi. Penatalaksanaan
mual dan muntah pada kehamilan tergantung pada beratnya gejala. Pengobatan
dapat dilakukan dengan cara farmakologi maupun nonfarmakologi. Terapi
farmakologi dilakukan dengan pemberian antiemetik, antihistamin, antikolinergik,
dan kortikosteroid, namun ibu hamil akan lebih baik jika mampu mengatasi
masalah mual pada awal kehamilan dengan menggunakan terapi pelengkap
nonfarmakologis. Terapi nonfarmakologis bersifat noninstruktif, noninfasif,
murah, sederhana, efektif, dan tanpa efek samping yang merugikan. Terapi
nonfarmakologi dapat dilakukan dengan cara pengaturan diet, dukungan
emosional, akupuntur, dan pemberian aromaterapi. Aromaterapi merupakan terapi
modalitas atau pengobatan alternative dengan menggunakan sari tumbuhan
aromaterapi murni berupa bahan cairan tanaman yang mudah menguap dan
senyawa aroma terapi lain dari tumbuhan. Aromaterapi memberikan ragam efek
bagi penghirupnya, seperti ketenangan, kesegaran, bahkan bisa membantu ibu
hamil mengatasi mual [ CITATION San19 \l 1033 ].
Menurut penelitian Wisdyana dan Erni[CITATION Wis18 \n \t \l 1033 ] terdapat
pengaruh pemberian aromaterapi lemon terhadap frekuensi mual muntah pada ibu
hamil. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa aromaterapi lemon memiliki
aroma yang segar yang dapat memperbaiki atau menjaga kesehatan,
membangkitkan sengat, gairah, menyegarkan dana menenangkan jiwa.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang efektivitas penggunaan aromateri terhadap hiperemesis gravidarum pada
ibu hamil trimester 1.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang rumusan masalah pada penelitian ini yaitu
bagaimanakahefektivitas penggunaan aromateri terhadap hiperemesis
gravidarumpada ibu hamil trimester 1 ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1.1 Tujuan Umum
Mengetahui efektifitas penggunaan aromaterapi terhdap hyperemesis
gravidarum pada ibu hamil trimester 1.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui frekuensi mual muntah sebelum diberikan aromaterapi pada
ibu hamil trimester 1.
2. Mengetahui frekuensi mual muntah setelah diberikan aromaterapi pada
ibu hamil trimester 1.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Pelayanan Kesehatan
Dapat memberikan informasi dan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan medical pada ibu hamil trimester 1 dengan hiperemsis
gravidarum.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi referensi tambahan yang bermanfaat khususnya bagi
mahasiswa keperawatan serta dapat dijadikan sumber rujukan bagi penulis
yang akan datang.
1.4.3 Bagi Peneliti
Penulis memahami tentang hiperemesi gravidarumbaik secara teoritis
maupun secara klinis dan dapat mengaplikasikan kemampuan tindakan
keperawatan terhadap pasien dengan hiperemesi gravidarum.
1.4.4 Bagi Pasien dan Keluarga
Dapat meningkatkan pengetahuan pada ibu hamil khususnya tentang
pentingnya mencegah mual muntah selama kehamilan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hiperemesis Gravidrum

2.1.1 Definisi

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah terjadi pada kehamilan

hingga usia 16 minggu. Pada keadaan mual dan muntah yang berat, dapat terjadi

dehidrasi, gangguan asam basa dan elektrolit dan ketosis [ CITATION Wah17 \l

1033 ]. Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang lebih dari 10 kali

dalam 24 jam atau setiap saat pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan

seharihari karena keadaan umumnya menjadi buruk dan dapat terjadi dehidrasi

dan dapat mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari [ CITATION Mel18 \l

1033 ].

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan yang terjadi

pada wanita hamil sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kadar

elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi,

ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal tersebut mulai terjadi pada minggu keempat

sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik umumnya pada usia

kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai

pada kehamilan tahap berikutnya [ CITATION Nur171 \l 1033 ]

Hiperemesis Gravidarum atau biasa disebut morning sickness merupakan

keluhan mual muntah berlebihan pada wanita hamil yang wajar terjadi pada

kehamilan muda (trimester 1).Disebut morning sickness karena biasanya terjadi

pada pagi hari. Hal ini dapat terjadi sepanjang hari.rata-rata wanita mulai
mengalami morning sickness pada minggu ke 4 atau ke 6 setelah menstruasii

terakhir [ CITATION Saf17 \l 1033 ]

2.1.2 Etiologi
Menurut Saputri (2017), etiologi dari Hiperemesis Gravidarum adalah
sebagai berikut :
1) Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan
kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.
2) Faktor organik, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabolic
3) Faktor psikologik : kerekatan rumah tangga, kehilangan pekerjaan,
rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung
jawab, dan lain sebagainya.
4) Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes, dan lain sebagainya.
Sedangkan menurut Septiani (2018), etiologi dari Hiperemesis Gravidarum
adalah sebagai berikut :
1) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yaitu primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan
ganda.Pada wanita primigravida, sebagian kecil belum mampu
beradaptasi dengan hormon. Primigravida memiliki kadar estrogen
yang lebih tinggi dibandingkan multigravida. Ibu primigravida belum
dapat beradaptasi dengan peningkatan HCG dan hormon estrogen ,
bahwa hormon estrogen dapat menyebabkan peningkatan sensitivitas
olfactorius (penciuman) terhadap aroma atau bau yang tidak enak
yang dapat merangsang mual dan muntah.kehamilan yang pertama
juga merupakan pengalaman baru bagi ibu hamil dimana ibu belum
siap secara mental menghadapi kehamilan dan persalinan.
2) Faktor Usia
Faktor usia ibu yang mempengaruhi terjadinya Hiperemesis
Gravidarum memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian
Hiperemesis Gravidarum dibandingkan dengan usia ibu 20-35 tahun.
Usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun lebih berisiko terhadap kejadian
Hiperemesis Gravidarum. Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat
dengan perkembangan alat reproduksi.Hal ini berkaitan dengan
keadaan fisiknya dari organ tubuh ibu di dalam menerima kehadiran
dan mendukung perkembangan janin. Hiperemesis Gravidarum yang
terjadi diatasumur 35 tahun juga tidak lepas dari faktor psikologis
yang disebabkan oleh karena ibu belum siap hamil atau malah tidak
menginginkan kehamilannya lagi sehingga akan merasa stress pada
ibu. Stress mempengaruhi hipotalamus dan memberi rangsangan pada
pusat muntah otak sehingga terjadi kontraksi otot abdominal dan otot
dada yang disertai dengan penurunan diafragma menyebabkan
tingginya tekanan dalam lambung, tekanan yang tinggi dalam
lambung memaksa ibu untuk menarik nafas dalam sehingga membuat
sfingter esophagus bagian atas terbuka dan spingter bagian bawah
berelaksasi inilah yang memicu mual dan muntah
3) Faktor Organik
Faktor organik yaitu alergi, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi,
perubahan metabolik akibat hamil dan retensi ibu yang
menurun.Masuknya vili khorealis ke dalam sirkulasi internal dan
perubahan metabolik akibat kehamilan serta resistensi yang menurun
dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi,
yaitu merupakan salah satu respons dari jaringan ibu terhadap janin.
4) Faktor Psikologis
Faktor psikologis dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum belum
jelas.Besar kemungkinan bahwa wanita menolak hamil, takut
kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami, diduga
dapat menjadi faktor kejadian Hiperemesis Gravidarum.Dengan
perubahan suasana dan masuk rumah sakit, penderitaannya dapat
berkurang sampai menghilang. Segera setelah konsepsi kadar hormon
estrogen dan progesterone akan meningkat dan ini akan menyebabkan
timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah dan
menyebabkan membesarnya payudara. Pada trimester pertama
seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan
bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada
tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama, karena perutnya
masih kecil, pengertian kehamilan merupakan rahasia seorang ibu
yang mungkin diberitahukannya pada orang lain atau dirahasiakannya.
Konflik mental yang membuat ibu kurang nafsu makan, hal ini
mengakibatkan iritasi lambung yang dapat memberi reaksi pada
impuls motorik untuk memberi rangsangan pada pusat muntah melalui
saraf otak kesaluran cerna bagian atas dan memalui saraf spinal ke
diagfragma dan otot abdomen sehingga terjadi muntah. Stress
mempengaruhi hipotalamus dan memberi rangsangan pada pusat
muntah otak sehingga terjadi kontraksi otot abdominal dan otot dada
yang disertai dengan penurunan diagfragma menyebabkan tingginya
tekanan dalam lambung, sehingga memaksa ibu menarik nafas dalam-
dalam membuat sfingter bagian bawah berelaksasi, ini lah yang
memicu mual dan muntah
5) Faktor Adaptasi dan Hormonal
Ibu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi Hiperemesis
Gravidarum. Yang termasuk dalam ruang lingkup faktor adaptasi
adalah ibu hamil yang anemia,wanita primigravida, dan overdistensi
rahim pada kehamilan ganda dan kehamilan mola hidatidosa.
Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap
hormon estrogen dan gonadotropin kironik, sedangkan pada
kehamilan ganda dan mola hidatidosa, jumlah hormon yang
dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan Hiperemesis
Gravidarum.Peningkatan hormon HCG (Human Chorionic
Gonadotropin) yang berasal dari ari-ari dapat menyebabkan mual dan
muntah yang berlebihan.
6) Faktor Pekerjaan
Faktor pekerjaan yang mempengaruhi terjadinya Hiperemesis
Gravidarum.Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan untuk
menujang kehidupannya dan kehidupan keluarganya, diukur
berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukan sehari- hari.Pekerjaan
memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian Hiperemesis
Gravidarum.Ibu yang bekerja lebih besar risikonya terhadap kejadian
Hiperemesis Gravidarum dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.

2.1.3 Manifestasi Klinis


Gejala Hiperemesis Gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi 3,
menurut Syamsuddin [CITATION Sya18 \n \t \l 1033 ], meliputi :
1) Tingkat 1 (Ringan) dengan gejala mual muntah terus menerus
menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan
turundan nyeri epigastrium nadi sekitar 100 kali per menit, tekanan
darah menurun, turgor kulit kurang, lidah kering dan mata cekung.
2) Tingkat 2 (Sedang) dengan gejala mual dan muntah yang hebat
menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah, lemah, apatis,
turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan cepat,
suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata
cekung, tekanan darah menurun, hemokonsentrasi, oligoria dan
konstipasi. Dapat juga terjadi asetonuria dan dari nafas berbau aseton.
3) Tingkat 3 (Berat) dengan gejala keadaan umum jelek, kesadaran
sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi kecil, halus dan cepat,
dehidrasi hebat, suhu badan naik, dan tensi turun sekali, ikterus,
komplikasi yang dapat berakibat fatal terjadi pada sususnan saraf
pusat (ensepalopati wernicke) dengan adanya nigtasmus, diplopia,
perubahan mental
Sedangkan menurut Wahyuni [CITATION Iin18 \n \t \l 1033 ], manifestasi
klinis dari Hiperemesis Gravidarum terbagi atas tiga tingkatan diantarnya adalah
sebagai berikut :
1) Hiperemesis Gravidarum Tingkat I
Hiperemesis Gravidarum tingkat I memiliki tanda seperti muntah
berlangsung lama, makan berkurang, berat badan menurun, kulit
dehidrasi, tonus lemah, nyeri epigastric, tekanan darah turun dan nadi
meningkat, lidah kering, dan mata cekung
2) Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
Hiperemesis Gravidarum tingkat II memiliki tanda seperti klien
lemah, gejala dehidrasi lebih tampak : mata cekung, turgor kurang,
lidah kering dan kotor, tekanan darah turun, nadi meningkat, berat
badan makin turu, mata ikterus, gejala hemokonsentrasi : urin
berkurang, badan aseton dalam urine meningkat, gangguan buang air
besar, gangguan/penurunan tingkat kesadaran : apatis, dan napas bau
aseton
3) Hiperemesis Gravidarum Tingkat III
Hiperemesis Gravidarum tingkat III memiliki tanda seperti keadaan
umum jelek, penurunan kesadaran : somnolen sampai koma, nadi
kecil, halus dan cepat, tekanan darah turun, ikterus, dapat terjadi
komplikasi pada susunan syaraf pusat (ensefalopati wernickle) dengan
adanya : nistagmus, diplobia, perubahan mental.

2.1.4 Klasifikasi
Menurut Wahyuni (2018), klasifikasi dari Hiperemesis Gravidarum adalah
sebagai berikut :
1) Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum.pada
tingkatan ini klien merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan
menurun dan merasa nyeri pada epigastrium.Nadi meningkat sekitar
100 kali per menit, tekanan darah sistol menurun, dapat disertai
peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata
cekung.
2) Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit tampak lebih
menurun, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan
darah turun, suhu kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit
ikterus, berat badan turun, hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi.
Aseton dapat tercium dari hawa pernapasan karena mempunyai aroma
yang khas, dan dapat pula ditemukan dalam urine.
3) Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun,
serta suhu meningkat.Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang
dikenal sebagai wernicke ensefalopati.Gejala yang dapat timbul
seperti nistagmus, diplopia.Keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.Timbulnya
ikterus menunjukkan terjadinya payah hati.

2.1.5 Patofisiologi
Hiperemesis Gravidarum terjadi akibat rasa mual terjadi akibat kadar
ekstrogen yang meningkat dalam darah sehingga mempengaruhi system
pencernaan, tetapi mual dan muntah yang terjadi terus menerus dapat
mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, serta penurunan klorida
urin yang selanjutnya menyebabkan hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi
darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik [ CITATION Kus15 \l
1033 ]
Hiperemesis Gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis
dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada
cadangan lemak dan protein.Karena pembakaran lemak yang kurang sempurna
maka mengakibatkan terbentuknya badan keton didalam darah yang dapat
menambah beratnya gejala klinik.Muntah yang dikeluarkan oleh ibu mengandung
sebagian cairan lambung, serta elektrolit natrium, kalium dan kalsium.Terjadinya
penurunan kalium menyebabkan mual dan muntah ibu menjadi lebih berat karena
kurangnya kalium dalam keseimbangan tubuh.Muntah yang berlebihan
menyebabkan cairan tubuh semakin berkurang, sehingga darah menjadi kental
(hemokonsentrasi) yang kemudian memperlambat peredaran darah sehingga
konsumsi O2 dan makanan menjadi berkurang.Kekurangan makanan dan O2 ke
jaringan dapat menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah beratnya
keaadaan janin dan juga ibu (Wahid, 2017).
Hiperemesis Gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah
pada hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.Karena oksidasi lemak
yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik,
asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.Kekurangan volume cairan yang
diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang yang menimbulkan masalah keperawatan
defisit volume cairan dalam tubuh (Saputri, 2017).

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Reny [CITATION Ren17 \n \t \l 1033 ] , pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan pada klien yang mengalami Hiperemesis Gravidarum adalah
sebagai berikut :
1) USG (dengan menggunakan waktu yang tepat)
Mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multiple, mendeteksi
abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
2) Urinalis
Kultur, mendeteksi bakteri, BUN
3) Pemeriksaan fungsi hepar
AST.ALT bertujuan untuk mengetahui inflamasi yang terjadi dalam
tubuh biasanya menjadi indikasi adanya gangguan (inflamasi) pada
hati dan kadar LDH bertujuan untuk mengetahui resiko penyakit hati.

2.1.7 Penatalaksanaan
Menurut Wahyuni (2018), penatalaksanaan untuk Hiperemesis
Gravidarum dibagi menjadi terapi farmakologis dan terapi non farmakologis,
penjelasannya sebagai berikut :
1) Terapi Farmakologis
a. Pemberian Cairan Pengganti
Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah
mekanisme kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan
perfusi uterus.Selama terjadi gngguan hemodinamik, uterus
termasuk organ non vital sehingga pasokan darah kurang.Pada
kasus Hiperemesis Gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi
termasuk dalam dehidrasi karena kehilangan cairan (pure
dehydration). Pemberian glukosa 5% – 10% diharapkan dapat
mengganti cairan yanghilang dan berfungsi sebagai sumber
energi, sehingga terjadi perubahan metabolism lemak dan
protein.dapat ditambahkan vitamin C, Vitamin B kompleks, atau
kalium yang diperlukan dalam melancarkan metabolisme
b. Medika Mentosa
Harus diingat untuk tidak memberikan obat-obatan yang bersifat
tetragonik.Obat-obatan yang dapat diberikan diantaranya
suplemen multivitamin, antihistamin, dopamine, antagonis,
serotonin antagonis, dan kortikosteroid. Vitamin yang dianjurkan
adalah vitamin B1 seperti pyridoxine (vitamin B6). Pemberian
pyrixodine cukup efektif dalam mengatasi keluhan mual dan
muntah. Anti histamine yang dianjurkan adalah doxylamine dan
dipendyramine. Pemberian antihistamin bertujuan untuk
menghambat secara langsung kerja histamine pada reseptor H1
dan secara tidak langsung mempengaruhi sistem vestibular,
menurunkan rangsangan dipusat muntah.
Selama terjadi mual dan muntah, reseptor dopamine dilambung
berperan dalam menghambat motilitas lambung. Oleh karena itu
diberikan obat dopamine antagonis. Dopamin antagonis yang
dianjurkan diantaranya procholperazine, promethazine, dan
metocloperamide. Prochlorperazine dan promethazine bekerja
pada reseptor D2 untuk menimbulkan efek antiemetic. Sementara
itu metocloperamide bekerja disentral dan di perifer. Obat ini
menimbulkan efek antiemetic dengan cara meningkatkan
kekuatan spincter esophagus bagian bawah dan menurunkan
transit time pada saluran cerna. Pemberian serotin antagonis
cukup efektif dalam menurunkan keluhan mual dan muntah. Obat
ini bekerja menurunkan rangsangan pusat muntah di medulla.
Serotin antagonis yang dianjurkan adalah ondansteron.
Ondansteron biasanya diberikan pada pasien Hiperemesis
Gravidarum yang tidak membaik setelah diberikan obat-obatan
yang lain. Sementara itu pemberian kortikosteroid masih
controversial karena dikatakan pemberian pada kehamilan
trimester pertama dapat meningkatkan risiko bayi lahir dengan
cacat bawaan.
2) Terapi Non Farmakologis
a. Terapi Nutrisi
Dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan,
dengan tujuan mengurangi faktor psikologis terhadap rasa takut,
mengubah pola makan sehari-hari dengan makan - makanan
dengan jumlah sedikit tetapi sering setiap 2 atau 3 jam, hindari
minum air ketika makan, minumlah air setengah jam sebelum
makan setengah jam setelah makan, minumlah air 8 gelas sehari
agar tidak mengalami dehidrasi, berdirilah pelan-pelan dan tidak
berbaring seketika setelah makan. Pada saat bangun pagi, jangan
segera turun dari tempat tidur tetapi disarankan untuk makan roti
kering atau biscuit dengan teh hangat, menghindari bau yang
menyengat, makan makanan yang dingin karena makanan dingin
memiliki bau yang lebih sedikit daripada makanan panas, kurangi
makanan berminyak dan berlemak. Jika bau makanan menganggu
ketika memasak, cobalah untuk membuka jendela lebih lebar. Jika
mengalami ngidam, jangan ragu untuk memakan makanan yang
sangat diinginkan itu, makanan lebih banyak buah-
buahan.morning sickness akan bertambah buruk jika kelelahan,
dianjurkan untuk meningkatkan waktu istirahat dan luangkan
waktu untuk tidur beberapa saat pada siang hari.
b. Isolasi
Penatalaksanaan terapi lainnya pada ibu hamil dengan
Hiperemesis Gravidarum adalah dengan mengisolasi atau
menyendirikan ibu dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan
dengan pertukaran udara yang baik. Tidak diberikan makanan
atau minuman selama 24 - 28 jam. Terkadang dengan isolasi saja
gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

c. Terapi Psikologis
Perlu diyakinkan kepada ibu bahwa penyakit ketidaknyamanan
tersebut dapat dihilangkan, yaitu dengan meminta ibu untuk
menghilangkan rasa takut karena kehamilannya, mengurangi
pekerjaan sehingga dapat menghilangkan masalah dan konflik,
yang mungkin saja menjadi latar belakang penyakit ini
d. Penghentian Kehamilan
Pada sebagian kecil kasus, keadaan tidak menjadi baik, bahkan
semakin buruk.Usahakan untuk melakukan pemeriksaan medis
dan psikis bila terjadi kondisi demikian.Delirium, kebutaan,
takikardi, ikterus, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi
komplikasi organic. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk
melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena itu
disatu sisi tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi disisi lain
tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversible pada
organ vital.

2.2 Konsep Dasar Aromaterapi


2.2.1 Pengertian Aromaterapi
Aromaterapi didefinisikan dalam dua kata yaitu aroma yang berari wangi-
wangian (fragrance) dan therapy yang berarti perlakuan pengobatan, jadi secara
ilmiah diartikan sebagai wangi-wangan yang yang memiliki pengaruh terhadap
fisiologis manusia. Buchbauer menetapkan definisi universal untuk aromaterapi,
yaitu terapi menggunakan senyawa aromatik atau senyawa yang mudah menguap
(volatile) untuk mengobati, mengurangi atau mencegah suatu penyakit, infeksi
dan kegelisahan dengan cara menghirupnya [ CITATION Muc15 \l 1057 ].
Aromaterapi merupakan penggunaan minyak esensial untuk tujuan
penanganan yang meliputi: pikiran, tubuh, dan semangat. Aromaterapi adalah
penggunaan minyak esensial, yang diperoleh dari tanaman aromatik, untuk sifat
terapeutik [ CITATION Buc14 \l 1057 ] . Aromaterapi klinis diakui sebagai bagian dari
keperawatan holistik oleh American association holistik perawat dan oleh
sebagian besar negara dewan keperawatan. Aromaterapi adalah suatu cara
perawatan tubuh dan atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak
esensial atau (essential oil) [ CITATION Jae17 \l 1057 ].

2.2.2 Manfaat Aromaterapi


Aromaterapi digunakan untuk mempengaruhi emosi seseorang dan
membantu meredakan gejala penyakit. Minyak esensial yang digunakan dalam
aromaterapi ini berkhasiat untuk mengurangi stress, melancarkan sirkulasi darah,
meredakan nyeri, mengurangi bengkak, menyingkirkan zat racun dari tubuh,
mengobati infeksi virus atau bakteri, luka bakar, tekanan darah 25 tinggi,
gangguan pernafasan, insomnia (sukar tidur), gangguan pencernaan, dan penyakit
lainnya [ CITATION Muc15 \l 1057 ]

2.2.3 Teknik-teknik Pemberian Aromaterapi


Penyerapan minyak esensial ke dalam sistem sirkulasi membutuhkan
waktu sekitar 30 menit untuk diserap sepenuhnya oleh system tubuh sebelum
dikeluarkan kembali melalui paru-paru, kulit dan urine dalam waktu beberapa jam
kemudian. Berikut ini adalah beberapa teknik yang lazim digunakan dalam
aromaterapi :
a. Aromaterapi Inhalasi (menggunakan oil burner)
Penghirupan dianggap sebagai cara penyembuhan paling langsung dan
paling cepat, karena molekul- molekul minyak esensial yang mudah
menguap tersebut bertindak langsung pada organ-organ penciuman
dan langsung dipersepsikan oleh otak. Penghirupan bisa di lakukan 2x
sehari atau selama ibu mengalami 26 mual dan muntah dalam 2 hari
dan di hirup selama 5-10 detik. Rasa mual pada kehamilan dapat di
tanggulangi dengan menggunakan terapi pelengkap antara lain dengan
aromaterapi. Salah satu aromaterapi yang dapat menurunkan mual
muntah pada kehamilan adalah aromaterapi lemon. Aromaterapi
lemon memberikan ragam efek bagi penghirupnya, seperti
ketenangan, kesegaran, bahkan bisa membantu ibu hamil mengatasi
mual. Ketika aromaterapi dihirup, molekul yang mudah menguap dari
minyak tersebut dibawa oleh arus udara ke “ atap “ hidung di mana
silia –silia yang lembut muncul dari sel-sel reseptor. Ketika molekul-
molekul itu menempel pada rambut-rambut tersebut, suatu pesan
elektrokimia akan ditransmisikan melalui saluran olfactory ke dalam
system limbic. Hal ini akan merangsang memori dan respons
emosional. Hipotalamus berperan sebagai relay dan regulator,
memunculkan pesan-pesan yang harus disampaikan kebagian lain otak
serta bagian badan yang lain. Pesan yang diterima itu kemudian
diubah menjadi tindakan yang berupa pelepasan senyawa neurokimia
yang menyebabkan euphoria, relaks, dan sedative.
b. Aromaterapi Masase atau Pijat
Masase merupakan metode perawatan yang paling banyak dikenal
dalam kaitannya dengan aroma terapi. Minyak esensial mampu
menembus kulit dan terserap ke dalam tubuh, sehingga 27
memberikan pengaruh penyembuhan dna menguntungkan pada
berbagai jaringan dan organ internal (Koensoemardiyah, 2009).
c. Aromaterapi Mandi
Mandi yang sebagian besar orang merasakan manfaatnya untuk
relaksasi adalah mandi panas yang sebelumnya telah ditambahkan
persiapan wewangian yang memiliki kasiat tertentu. Mandi dapat
menenangkan dan melemaskan, meredakan sakit dan nyeri dan juga
dapat menimbulkan efek rangsangan, menghilangkan keletihan dan
mengembalikan tenaga.
d. Aromaterapi Kompres
Kompres efektif untuk penyembuhan berbagai macam sakit, nyeri otot
dan rematik, ruam-ruam dan sakit kepala. Untuk nyeri akut kompres
harus diulang – ulang bila telah mencapai blood temperature, jika
tidak maka kompres harus dibiarkan pada komposisinya selama
minimal dua jam dan yang lebih baik adalah semalam [ CITATION
Muc15 \l 1057 ]
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Pengumpulan Data


3.1.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Studi Literatur, yaitu
merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan
sejumlah buku, artikel, dan jurnal yang berkaitan dengan masalah dan tujuan
penelitian [CITATION Placeholder1 \t \l 1057 ] . Jenis penelitian yang digunakan
sebagai literatur adalah penelitian dengan desain studi literatur, penelitian
mixed methode study, dan penelitian kuantitatif baik penelitian, quasi
eksperimental. Sumber data yang digunakan merupakan data skunder yang
diperoleh penulis dari penelitian terdahulu ataupun dari berbagai database
seperti Google Scholar, Pubmed, maupun Scient Direct.

3.2. Strategi Pencarian Artikel


3.2.1. Framework Yang Digunakan
Strategi yang digunakan untuk mencariartikel menggunakan PICOS
framework
1. Population/problem, populasi ataumasalah yang dianalisis
2. Intervention, suatu tindakan penatalaksanaan terhadap kasus perorangan
atau masyarakat serta pemaparan tenaga pelaksanaan
3. Comparation, penatalaksanaan lain yang digunakan sebagai pembanding
4. Outcome, hasil atau atau luaran yang diperolehpada penelitian
5. Study design, desain penelitian yang digunakan oleh jurnal yang akan di
review

3.2.2. Kata Kunci


Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword dan boolean
operator (AND, OR NOT or AND NOT) yang digunakan untuk memperluas
atau memsprekulasi pencarian, sehingga mempermudah dalam penentuan
artikel atau jurnal yang digunakan. Kata kunci yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu, “penggunaan aromaterapi pada ibu hamil trimester 1”
OR NOT “intervensi pada ibu hamil trimester 1”.

3.2.3. Database Atau Search Engine


Data yang digunakan dalam pencarian ini adalah data skunder yang
diperoleh bukan dari pengamatan langsung akan tetapi diperolehdari hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti peneliti terdahulu. Sumber data
skunder yang didapat berupa artikel atau jurnal yang relevan dengan topik
dilakukan menggunakan Google Scholar, Pubmed, maupun Scient Direct.

3.3. Kriteria Inklusi Dan Ekslusi


Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti, sedangkan Kriteria ekslusi
merupakan menghilangkan beberapa subjek yang memenuhi kriteria inklusi
dari penelitian dikarenakan kriteria dan sebab tertentu [ CITATION Nur17 \l 1057
]. Adapun kriteria inklusi dan ekslusi dalam membuat karya ilmiah ini
diuraikan berdasarkan tabel berikut:

Kriteria Inklusi Ekslusi


Population/problem Jurnal atau artikel yang Jurnal atau artikel yang
berkaitan dengan topik tidak berkaitan dengan
penggunaan aromaterapi penggunaan aromaterapi
untuk penurunan emesis untuk penurunan emesis
gravidarum pada ibu hamil gravidarum pada ibu hamil
trimester I trimester I
Intervention Penggunaan aromaterapi Intervensi lain yang dapat
untuk penurunan emesis menurunkan emesis
gravidarum pada ibu hamil gravidarum pada ibu hamil
trimester I trimester I
Comparation Terdapat faktor -
pembanding, tidak ada
faktor pembanding

Outcome Ada efektifitas untuk Tidak ada efektifitas untuk


menurunkan emesis menurunkan emesis
gravidarum pada ibu hamil gravidarum pada ibu hamil
trimester I trimester I
Studi design Kuantitatif, mixed method Kualitatif, sistematic
study, literatur review review

Tahun terbit Jurnal atau artikel dengan Jurnal atau artikel dengan
tahun terbit tahun 2016- tahun terbit kurang dari
2021 tahun 2016
Tabel 3.1. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

3.3.1. Hasil Pencarian Dan Seleksi Studi


Jurnal dalam penulisan karya ilmiah ini ditemukan diberbagai
Database yaitu Pubmed, Science Direct, dan Google Scholar. Kata kunci
yang digunakan dalam pencarian adalah “penggunaan aroma terapi pada
ibu hamil trimester I” OR NOT “intervensi pada ibu hamil trimester
I”.dengan pemilihan rentang waktu lima tahun terakhir (2016-2021) dan
ditemukan sebanyak 20 jurnal yang berhubungan dengan kriteria penulisan.
Setelah dilakukan analisa pada jurnal tersebut, penulis mendapat 2 jurnal
yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi penelitian.
Pencarian dengan keyword
penggunaan aroma terapi pada
ibu hamil trimester I” OR NOT
“intervensi pada ibu hamil
trimester I melalui Google
Scholar
n = 20

Exclude n = 7

Seleksi jurnal 5 tahun terakhir Population (n = 4)


menggunakan bahasa indonesia - tidak sesuai topik (n = 4)
dan bahasa inggris
Intervention (n = 0)
n = 17
Comparation (n = 1)
- tidak ada pembnding (n = 1)

Seleksi judul dan duplikat Oucome (n = 1)


- tidak ada hubungan n = 1
n = 12
Study design(n = 1)
- kualitatif (n = 1)

Identifikasi abstrak
n=5
Exclude n = 3

- tidak ada efektifitas dengan


Jurnal akhir yang dapat dianalisa penurunan emesis gravidarum
sesuai dengan rumusan masalah pada ibu hamil trimester ( n = 2)
dan tujuan
- tujuan penelitian tidak sesuai (n=
n=2
1)

Gambar 3.1. Skema Pengumpulan Data


Tabel 3.2 Literature-Literature Terkait Tentang Penerapan Penggunaan
Aromaterapi Terhadap Penururnan Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil
Trimester I

NO SUMBER JUDUL PENELITI METODE INSTRUME HASIL


. DAN N PENELITIAN
TAHUN
1. Jurnal Pengaruh Novianindi Desain Lember Sebelum diberikan
Keperawatan Pemberian Arrin penelitian observasi terapi didapatkan
dan Aromaterapi Pramesti, menggunakan penggunaan hasil 9 responden
Kesehatan Jahe Surtikanti, metode quasi PUQE dan (47,4%)
Terhadap Dinarwulan eksperimen diberikan mengalami mual
Mual Muntah Puspita dengan inhalasi jahe muntah ringan dan
(Emesis) rancangan One sesuai dengan 10 responden
Pada Ibu Grup Pre-Post SOP (52,6%)
Hamil Di Test Without mengalami mual
Wilayah Control. muntah sedang.
Kerja Sampel dalam Setelah diberikan
Puskesmas penelitian ini terapi didapatkan
Sungai sebanyak 19 hasil 18 responden
Durian responden ibu (94,7%)
Kabupaten hamil trimester mengalami mual
Kubu Raya I muntah ringan dan
1 responden
(5,3%) mengalami
mual muntah berat.
Berdasarkan hasil
statistik
menggunakan uji
wilcoxon
menunjukkan hasil
nilai p 0,000 yang
berarti p > α =
0,05, sehingga
dapat disimpulkan
bahwa terdapat
perbedaan rerata
mual muntah
sebelum dan
sesudah diberikan
aromaterapi jahe
pada ibu hamil di
Wilayah kerja
Puskesmas Sungai
Durian Kabupaten
Kubu Raya.
2. Jurnal Pengaruh Nisa Desain Lember Hasil penelitian
Maternitas Pemberian Septiana, penelitian observasi didapatkan rata-
Aisyah Inhalasi Yona Desni quasi penggunaan rata mual muntah
(JAMAN Pappermint Sagita, eksperimen. PUQE dan sebelum terapi
AISYAH) Terhadap Linda Subjek dalam diberikan adalah 8,80. Rata-
Universitas Intensitas Puspita, penelitian ini inhalasi rata mual muntah
Aisyah Mual dan Riona adalah seluruh pappermint setelah diberikan
Pringsewu Muntah Pada Sanjaya ibu hamil sesuai dengan terapi adalah 6,67.
Hal 194-202 Ibu Hamil dengan objek SOP. Terdapat pengaruh
Trimester I ibu hamil pemberian inhalasi
di PMB Neli trimester I pappermint
Kusriyanti yang terhadap intensitas
Kotabumi mengalami mual dan muntah
Lampung mual muntahs pada ibu hamil
Utara Tahun sebanyak 15 trimester I di PMB
2021 responden di Neli Kusriyanti
PMB Neli Kotabumi
Kusriyanti Lampung Utara
Tahun 2021
dengan p-value
0,000.
3 Jurnal Pengaruh Umu Penelitian ini frekuensi Berdasarkan hasil
Naskah Pemberian Faizah, menggunakan emesis uji statistik
Publikasi Aromaterapi Sarwinanti quasi gravidarum didapatkan hasil p
Inhalasi eksperimen menggunakan value sebesar
Lemon dengan desain lembar score 0,009 yang berarti
Terhadap penelitian Indeks Rhodes p < α = 0,05
Emesis pretest- sehingga dapat
Gravidarum posttest disimpulkan
Pada Ibu dengan bahwa ada
Hamil kelompok pengaruh
Trimester I kontrol. pemberian
Di Sebanyak 30 aromaterapi
Puskesmas orang ibu inhalasi lemon
Umbulharjo I hamil dibagi terhadap emesis
Kota menjadi 2 gravidarum.
Yogyakarta kelompok
yaitu
kelompok
kontrol dan
kelompok
eksperimen
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.2.1 Karakteristik studi
Tiga artikel yang memenuhi kriteria inklusi berdasarkan topik yaitu
pengaruh aromaterapi terhadap hiperemesis gravidarum. Semua artikel
menggunakan penelitian eksperimen dengan pretest posttest design. Jumlah rata
rata untuk responden yang diambil adalah 64 responden.. Semua artikel dilakukan
penelitian di Indonesia.
4.2.2 Karakteristik responden studi
Responden dalam penelitian adalah ibu hamil yang mengalami hiperemesis
gravidarum. Jumlah responden keseluruhan dari artikel adalah sebanyak 64
responden dengan rentang usia dari 20 tahun sampai 45 tahun.
4.2.3 Faktor yang berpengaruh
Usia menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam hiperemesis
gravidarum. Rata-rata responden berusia dari rentang 15 sampai 45 tahun.
Hubungan antara faktor umur dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Hal ini
berkaitan dengan stress atau faktor psikologis. Kehamilan pada usia lebih dari 35
tahun dan diatas 35 tahun berkaitan dengan adanya kemunduran dan penurunan
daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa dan penyakit
mudah masuk di umur ini. Partisipan yang menyatakan usia sebagai faktor pemicu
kejadian hiperemesis gravidarum adalah seorang primitua berusia 38 tahun
sehingga timbul kekhawatiran dengan kehamilannya. Stress atau beban psikologik
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum.
Keadaan ini memegang peran penting dalam mencetuskan gejala mual muntah
yang berlebihan meskipun hubungannya belum diketahui dengan pasti (Rofi'ah,
dkk, 2019).
4.2.4 Hasil dari studi
Artikel yang pertama berjudul “Pengaruh Pemberian Inhalasi Peppermint
Terhadap Intensitas Mual dan Muntah pada Ibu Hamil Trimester 1 di PMB Neli
Kusriyanti Kotabumi Lampung Utara Tahun 2021”. Penelitian ini menggunakan
rancangan quasi eksperimen. Dengan melibatkan 15 responden ibu hamil
trimester I yang mengalami mual dan muntah di PMB Neli Kursiyanti dengan
accidental sampling. Penelitian ini menggunakan aromaterapi inhalasi peppermint
karena memiliki khasiat anti kejang dan penyembuhan yang handal untuk kasus
mual. Didapatkan hasil sebelum diberikan terapi rata-rata mual muntah adalah
8,80 dengan nilai minimal 6 dan nilai maksimal 12. Setelah diberikan terapi
didapatkan hasil rata-rata 6,67 dengan nilai minimal 4 dan nilai maksimal 9.
Berdasarkan hasil uji statistik didaptkan hasil p-value = 0,000 yang berarti nilai p
< α = 0,05 yang dapat disimpulkan terdapat pengaruh pemberian inhalasi
aromaterapi peppermint terhadap intensitas mual dan muntah pada ibu hamil
trimester I di PMB Neli Kusriyanti Kotabumi Lampung Utara.
Artikel kedua berjudul “Pengaruh Pemberian Aromaterapi Jahe Terhadap
Mual Muntah (Emesis) Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai
Durian Kabupaten Kubu Raya”. Penelitian ini menggunakan metode quasi
eksperimen dengan rancangan one grup Pre-Post test wisthout control. Jumlah
responden pada penelitian adalah 19 responden dengan menggunakan purposive
sampling. Penelitian menggunakan aromaterapi jahe karena kandungan minyak
atsiri pada jahe yang memberikan efek rileks, gingerol dan oleoresin yang
memberikan efek hangat sehingga mual muntah dapat menurun. Sebelum
diberikan terapi didapatkan hasil 9 responden (47,4%) mengalami mual muntah
ringan dan 10 responden (52,6%) mengalami mual muntah sedang. Setelah
diberikan terapi didapatkan hasil 18 responden (94,7%) mengalami mual muntah
ringan dan 1 responden (5,3%) mengalami mual muntah berat. Berdasarkan hasil
statistik menggunakan uji wilcoxon menunjukkan hasil nilai p 0,000 yang berarti
p > α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata mual
muntah sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi jahe pada ibu hamil di
Wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian Kabupaten Kubu Raya.
Artikel ketiga berjudul “Pengaruh Pemberian Aromaterapi Inhalasi Lemon
Terhadap Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Di Puskesmas
Umbulharjo I Kota Yogyakarta “. Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen
dengan desain penelitian pretest-posttest dengan kelompok kontrol. Sebanyak 30
orang ibu hamil yang dilibatkan dalam penelitian dengan dibagi menjadi 2
kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pengambil sampel
ini menggunakan non probability sampling dengan teknik accidental sampling.
Aroma terapi yang menggunakan Lemon minyak essensial (Citruslemon) yang
paling banyak digunakan minyak herbal dalam kehamilan dan dianggap sebagai
obat yang aman pada kehamilan. Didapatkan hasil sebelum diberikan terapi pada
kelompok kontrol dengan diberikan intervensi B6 intensitas mual muntah berat 12
orang (80%) dan intesitas mual muntah berat 3 orang (20%). Sedangkan untuk
kelompok eksperimen dengan intervensi aromaterapi jahe didapatkan hasil
intensitas mual muntah ringan 4 orang (26,7%), intensitas mual muntah sedang 9
orang (60%) dan intensitas mual muntah berat sebanyak 3 orang (13,3%). Setelah
diberikan intervensi didapatkan hasil untuk kelompok kontrol sebanyak 12 orang
(80%) intensitas mual muntah ringan dan untuk kelompok intervensi didapatkan
hasil paling banyak kategori tidak mual muntah sebanyak 13 orang (86,67%).
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil p value sebesar 0,009 yang berarti
p < α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian
aromaterapi inhalasi lemon terhadap emesis gravidarum.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Intensitas mual muntah sebelum diberikan aromaterapi

Dalam artikel pertama intensitas mual muntah sebelum diberikan terapi


adalah rata-rata mual muntah adalah 8,80 dengan nilai minimal 6 dan nilai
maksimal 12. Intensitas mual muntah responden untuk artikel kedua adalah
sebanyak 9 responden (47,4%) mengalami mual muntah ringan dan 10 responden
(52,6%) mengalami mual muntah sedang. Sedangkan untuk artikel ketiga untuk
kelompok kontrol sebelum diberikan terapi intensitas mual muntah berat 12 orang
(80%) dan intesitas mual muntah berat 3 orang (20%) dan untuk kelompok
eksperimen intensitas mual muntah ringan 4 orang (26,7%), intensitas mual
muntah sedang 9 orang (60%) dan intensitas mual muntah berat sebanyak 3 orang
(13,3%).

Emesis gravidarum adalah muntah yang terjadi awal kehamilan


sampai umur 20 minggu. Emesis Gravidarum dalam keadaan normal tidak banyak
menimbulkan efek negative terhadap kehamilan dan janin, hanya saja
apabila emesis gravidarum ini berkelanjutan berubah menjadi Hiperemesis
Gravidarum yang meningkatkan resiko terjadinya gangguan pada
kehamilan. Untuk mengatasinya dengan pemberian obat-obat yang relatif ringan
[ CITATION Car19 \l 2057 ]. Seluruh responden yang dilibatkan dalam
penelitian merupakan ibu hamil trimester 1. Literatur menyatakan bahwa
prevalensi hiperemesis gravidarum banyak terjadi pada trimester pertama
kehamilan yang dapat diakibatkan oleh tingginya kadar hormon korionik
gonadotropin pada awal kehamilan. Hormon HCG melewati kontrol ovarium
di hipofisis menyebabkan korpus luteum terus memproduksi estrogen dan
progesteron sehingga merangsang mual dan muntah yang berlebihan
[ CITATION Vit19 \l 2057 ]

Sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Winkjosastro (2016) Mual


dan muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan hormon-
hormon kehamilan seperti hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) yang
dihasilkan dalam aliran darah untuk menjaga persediaan estrogen dan
progesterone. Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) ini akan mencapai kadar
tertinggi pada usia kehamilan 12-16 minggu dan akan langsung mempengaruhi
sistem pencernaan seperti menurunnya daya cerna dan peristaltik usus disertai
dengan peningkatan asam lambung dan penurunan selara makan. Meningkatnya
kadar hormon secara tiba-tiba dapat menimbulkan efek pedih di lambung dan efek
ini berupa efek mualmual. Hormon - hormon ini juga dapat menyebabkan
hilangnya gula dalam darah yang dapat menimbulkan perasaan sangat lapar
(Septiana, dkk, 2021).

Dalam ketiga artikel penelitian yang digunakan usia dari keseluruhan


responden adalah dari rentang usia 15 sampai 45 tahun. Menurut penelitian
[ CITATION Vit19 \l 2057 ] Ibu hamil dengan usia muda mempunyai indeks
mual muntah yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang berusia lebih
matang. Usia ibu merupakan faktor risiko yang sering dikaitkan dengan
hiperemesis gravidarum karena berhubungan dengan kondisi psikologis ibu
hamil dimana usia ibu yang kurang dari 20 tahun belum siap secara mental
dan psikis untuk menjalani kehamilan.
Sejalan dengan penelitian dari [ CITATION Hub20 \l 2057 ] didapatkan hasil
Responden dengan umur resiko tinggi yang mengalami hiperemesis gravidarum
lebih banyak (52,9%) dibandingkan dengan yang tidak hiperemesis gravidarum
(47,1%) dan responden dengan umur resiko rendah yang tidak mengalami
hiperemesis gravidarum lebih banyak (80%) dibandingkan dengan yang
mengalami hiperemesis gravidarum (20%). hiperemesis gravidarum dibawah
umur 20 tahun lebih disebabkan karena belum cukupnya kematangan fisik, mental
dan fungsi sosial dari calon ibu. Hal ini mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi
konflik mental yang membuat nafsu ibu kurang makan. Sedangkan hiperemesis
gravidarum yang terjadi diatas umur 35 tahun juga tidak lepas dari faktor
psikologis yang disebabkan karena tidak menginginkan kehamilannya lagi
sehingga merasa tertekan dan menimbulkan stres. Hal ini yang memicu terjadinya
mual dan muntah pada ibu.

Dari penjelasan diatas, intensitas mual setiap individu berbeda dapat disebabkan
karena beberapa faktor yaitu bisa karena umur ibu dan usia kehamilan. Usia kehamilan
trimester I lebih banyak terjadi hipermesis gravidarum disebabkan karena perubahan
hormon yang terjadi pada saat hamil sehingga mencapai kadar tertinggi dan
mempengaruhi sistem pencernaan sehingga peristaltik usus meningkat dan dapat
menyebabkan mual dan muntah. Umur ibu juga menjadi salah satu faktor hipermesis
gravidarum, karena hamil diusia muda dibawah umur 20 tahun dapat disebabkan
karena belum cukupnya kematangan fisik dan mental calon ibu. Hal ini
mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi konflik mental yang membuat nafsu ibu
kurang makan.

4.2.2 Intensitas mual muntah sesudah diberikan aromaterapi

Artikel pertama didapatkan hasil berdasarkan Setelah diberikan terapi


didapatkan hasil rata-rata 6,67 dengan nilai minimal 4 dan nilai maksimal 9
setelah diberikan aromaterapi peppermint.

Hasil ini sejalan dengan penelitian dari [ CITATION Lub19 \l 1057 ] setelah
diberikan aromaterapi minyak peppermint secara inhalasi, ibu hamil yang
tidak muntah sebanyak 12 orang dan yang mengalami mual muntah ringan
sebanyak 3 orang. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori [ CITATION
Tir18 \l 1057 ] mual muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling
umum dan paling menyebabkan stress yang dikaitkan dengan kehamilan.
Mual muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan dalam
sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh
tingginya fluktasi kadar HCG, khususnya karena periode mual muntah
gestasional yang paling umum adalah pada 12-16 minggu pertama, yang pada saat
itu HCG mencapai kadar tingginya.

Peppermint termasuk dalam marga labiate, yaitu memiliki tingkat


keharuman yang sangat tinggi, aroma yang dingin menyegarkan dan bau
mentol yang mendalam. Peppermint mengandung khasiat anti kejang dan
penyembuhan yang andal untuk kasus mual, salah cerna, susah membuang
gas diperut, diare, sembelit, flu, sakit kepala, migrain dan pingsan
[ CITATION Lub19 \l 1057 ]

Artikel kedua didapatkan hasil setelah diberikan terapi didapatkan hasil 18


responden (94,7%) mengalami mual muntah ringan dan 1 responden (5,3%)
mengalami mual muntah berat setelah menggunakan aromaterapi inhalasi jahe.

Hasil ini sejalan dengan penelitian (Wirda, dkk, 2020) sebelum diberikan
aroma terapi jahe mayoritas mengalami mual dengan kategori sedang yaitu
sebanyak 9 orang (90,0%) dan selebihnya adalah responden dengan mual dengan
kategori berat yaitu sebanyak 1 orang (10,0%). setelah diberikan aroma terapi jahe
mayoritas responden mengalami mual dengan ketgori ringan yaitu sebanyak 6
orang (60,0%) dan selebihnya adalah responden dengan mual dengan kategori
sedang yaitu sebanyak 4 orang (40,0%) setelah diberikan aromaterapi inhalasi
jahe.

Menurut teori mengatakan bahwa jahe dapat membantu mengatasi emesis


gravidarum pada ibu hamil, selain itu jahe juga bisa mengatasi mual muntah pada
gastritis yang dapat mengatasi infeksi yang terjadi pada lambung dan langsung
memblok reseptor serotonim yang menghantarkan reflex mual muntah sehingga
tidak terjadi mual muntah (Wirda, dkk , 2020). Aromaterapi jahe yang diberikan
pada ibu hamil dengan mual muntah dapat memberikan pengaruh cukup
signifikan sehingga terjadi penurunan antara sebelum dan sesudah intervensi. Hal
ini dapat terjadi karena aromateapi jahe memiliki kandungan atsiri jahe yang dapat
mempengaruhi tubuh melalui saraf olfaktorius yang berfungsi mengatur mual
muntah pada tubuh dan merangsang sistem limbik untuk melepaskan endoprin
dan serotonin untuk merelaksasikan sistem dalam tubuh. Jahe mengandung
minyak terbang (minyak atsiri) yang menyegarkan dan memblokir reflek muntah
sedangkan gingerol dapat melancarkan peredaran darah dan syaraf-syaraf bekerja
dengan baik dan ketegangan bisa dicairkan, kepala jadi segar, mual muntah pun
bisa ditekan (Pramesti, dkk, 2020).

Hasil penelitian artikel ketiga bahwa kelompok intervensi didapatkan hasil


paling banyak kategori tidak mual muntah sebanyak 13 orang (86,67%). Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian dari [ CITATION Mae19 \l 1057 ] hasil penelitian
menunjukkan frekuensi rerata mual muntah pada ibu hamil sebelum dan sesudah
diberikan inhalasi aroma terapi lemon masing-masing adalah 17.12 kali (SD ±
1.764) dan 12.16 kali (SD ± 1.908). Pemberian inhalasi aroma terapi lemon
memberikan pengaruh secara bermakna pemberian inhalasi aromaterapi lemon
terhadap penurunan frekuensi mual muntah pada ibu hamil.

Hasil yang serupa didapatkan pada peneltian dari [ CITATION Sar18 \l 1057 ]
hasil menunjukkan rata-rata frekuensi mual pada ibu hamil sebelum
diberikan intervensi aromaterapi adalah 25 kali selama 7 hari dan setelah
diberikan intervensi aromaterapi adalah 7 kali dengan selisih rata-rata frekuensi
mual pada ibu hamil sebelum dan setalah diberikan intervensi aromaterapi adalah
18 kali.

Lemon mengandung limonen, citral, linalyl, linalool, terpineol yang dapat


menstabilkan sistem syaraf pusat, menimbulkan perasaan senang, meningkatkan
nafsu makan, melancarkan peredaran darah, dan sebagai penenang (sedative). Bila
minyak esensial di hirup, molekul yang mudah menguap akan membawa
unsur aromatik yang terdapat dalam kandungan minyak tersebut ke puncak
hidung. Rambut getar terdapat di dalamnya, yang berfungsi sebagai
reseptor, akan menghantarkan pesan elektrokimia ke susunan saraf pusat. Pesan
ini akan mengaktifkan pusat emosi dan daya ingat seseorang yang
selanjutnya akan mengantarkan pesan balik keseluruh tubuh melalui sistem
sirkulasi. Pesan yang diantar ke seluruh tubuh akan dikonversikan menjadi
satu aksi dengan pelepasan substansi neuro kimia berupa perasaan senang,
rileks, tenang, atau terangsang [ CITATION Mat17 \l 1057 ]

Penurunan rata-rata skor frekuensi mual muntah tersebut disebabkan


aromatherapy mampu menurunkan skor frekuensi mual muntah pada
kehamilan karena baunya yang segar dan membantu memperbaiki atau
menjaga kesehatan, menyegarkan serta menenangkan jiwa, dan merangsang
proses penyembuhan. Ketika minyak essensial dihirup, molekul masuk ke
rongga hidung dan merangsang sistem limbik di otak. Sistem limbi merupakan
daerah yang mempengaruhi emosi dan memori serta secara langsung terkait
dengan adrenal, kelenjar hiposis, hipotalamus, bagian-bagian tubuh yang
mengatur denyut jantung, tekanan darah, stress, memori, keseimbangan
hormon, dan pernafasan sehingga akan menimbulkan efek rileks dan
menenangkan.
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis artikel didapatkan bahwa ada pengaruh penggunaan
aromaterapi terhadap Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester 1
yang pertama berjudul “Pengaruh Pemberian Inhalasi Peppermint Terhadap
Intensitas Mual dan Muntah pada Ibu Hamil Trimester 1 di PMB Neli
Kusriyanti Kotabumi Lampung Utara Tahun 2021”. Berdasarkan hasil uji
statistik didaptkan hasil p-value = 0,000 yang berarti nilai p < α = 0,05 yang
dapat disimpulkan terdapat pengaruh pemberian inhalasi aromaterapi
peppermint terhadap intensitas mual dan muntah pada ibu hamil trimester I.
Artikel kedua berjudul “Pengaruh Pemberian Aromaterapi Jahe
Terhadap Mual Muntah (Emesis) Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sungai Durian Kabupaten Kubu Raya”. Berdasarkan hasil statistik
menggunakan uji wilcoxon menunjukkan hasil nilai p 0,000 yang berarti p > α
= 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata mual
muntah sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi jahe pada ibu hamil di
Wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian Kabupaten Kubu Raya.
Artikel ketiga berjudul “Pengaruh Pemberian Aromaterapi Inhalasi
Lemon Terhadap Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Di
Puskesmas Umbulharjo I Kota Yogyakarta “. Berdasarkan hasil uji statistik
didapatkan hasil p value sebesar 0,009 yang berarti p < α = 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian aromaterapi inhalasi lemon
terhadap emesis gravidarum.
5.2 Saran
Hasil analisis ini dapat digunakan sebagai bahan kajian di bidang kesehatan
sekaligus bahan untuk pengetahuan khususnya pada ibu hamil. Penelitian lain
disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan metode yang berbeda
di daerah lain.
DAFTAR PUSTAKA

Carolin, B. T., & Ummah, A. H. (2019). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Ginger


Oil (Zingiber officinale) Terhadap Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil
Trimester I Di Klinik Makmur Jaya Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Qamarul
Huda , 1-5.

Dahlan. (2013). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Deskriptif, Bivariat, dan
Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba
Medika.

Faizah, U., & Sarwinanti. (t.thn.). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Inhalasi Lemon
terhadap Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas
Umbukharjo I Kota Yogyakarta.

Gilling. (2017). Benign Prostatic Hyperplasiaand Lower Urinary Tract Symptoms:


Evidence and Approach for Best Case Management. . The Canadian Journal of
Urology 18 , 14-19.

Gokce. (2018). The Relationship Between Serum Lipid Level and Benign Prostate
Hyperplasia. . The New Journal of Medicine , 148-150.

Groat. (2018). Benign Prostate Hyperplasia and lower Urinary Tract Symptom. The
New England Journal Of Medicine .

Indah, P. (2016). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan BPH. Jurnal UMP , 12-14.

leny. (2020). Hubungan antara Umur dan Paritas dengan Kejadian Hiperemesis
Gravidarum Pada Ibu Hamil. Jurnal Kebidanan : Jurnal Medical Science Ilmu
Kesehatan Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang , 28-32.

Lubis, R., Evita, S., & Yusnia, S. (2019). Pemberian Aromaterapi Minyak
Peppermint Secara Inhalasi Beprengaruh Terhadap Penurunan Mual Muntah
Pada Ibu Hamil di PMB Linda Silalahi Pancur Batu Tahun 2019. Jurnal
Kebidanan .

Maesaroh, S., & Putri, M. (2019). Inhalasi Aromaterapi Lemon Menurunkan


Frekuensi Mual Muntah pada Ibu Hamil. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai ,
30-34.

Maternity, D., Ariska, P., & Sari, D. Y. (2017). Inhalasi Lemon Mengurangi Mual
Munah Pada Ibu Hamil Trimester Satu. Jurnal Ilmiah Bidan , 10-15.
Mawarni, T., & Despiyad. (2019). HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI
DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN POST OPERASI BPH DI
RUANG SAKTI RS TK III DR. R SOEHARSONO BANJARMASIN. Journal
Nursing Army .

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Pramesti, N. A., Surtikanti, & Puspita, D. (2020). Pengaruh Pemberian Aromaterapi


Jahe terhadap Mual Muntah (emesis) pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Sungai Durian Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Keperawatan dan
Kesehatan , 21-32.

Pranata, E. P. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Purnama, Y. H. (2018). Bekam. Pengaruh bekam terhadap penurunan nyeri pada


klien dengan trapezius myalgia pada pekerja angkut di kecamatan jembuk
jember , 69.

Purnomo. (2012). Dasar-Dasar Urologi. Ed. 3. Jakarta: Sagung Seto.

Rofi'ah, S., Widatiningsih, S., & Arfiana. (2019). Studi Fenemonologi Kejadian
Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I. Jurnal Riset Kesehatan ,
42-52.

Santriwati. (2019). SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN INHALASI AROMATERAPI


TERHADAP KEJADIAN MUAL DAN MUNTAH PADA IBU HAMIL DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASSI-KASSI KECAMATAN RAPPOCINI
KOTA MAKASSAR. Makassar.

sari, d. f. (2018). BEKAM 'sebagai kedokteran profetik'. depok: rajawali press.

Saridewi, W., & Safitri, E. Y. (2018). Pengaruh Aromaterapi Lemon terhadap Emesis
Gravidarum di Praktik Mandiri Bidan Wanti Mardiwati Kota Cimahi. Jurnal
Ilmiah Kesehatan , 4-8.

Septiana, N., Sagita, Y. D., & Sanjaya, R. (2021). Pengaruh Pemberian Inhalasi
Peppermint terhadap Intensitas Mual dan Muntah pada Ibu Hamil Trimester I di
PMB Neli Kusriyanti Kotabumi Lampung Utara Tahun 2021. Jurnal
Maternitas Aisyah , 194-202.
Smeltzer, S. C. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Vol. 2 Edisi 8. Jakarta: EGC.

Suharyanto. (2013). Asuahan Keperawatan Pada Klien Dengan Gannguan Sistem


Perkemihan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukarni. (2013). Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Gava Media.

Sumberjaya, I. W., & Mertha, I. M. (2020). Mobilisasi Dini dan Penurunan Skala
Nyeri pada Pasien Post Operasi TURP Benign Prostate Hyperplasia. Jurnal
Gema Keperawatan , 45-46.

Tiran. (2018). Mual dan Muntah Kehamilan. Jakarta: EGC.

Vitrianingsih, & Khadijah, S. (2019). Efektifitas Aromaterapi Lemon untuk


Menangani Emesis Gravidarum. Jurnal KeperawataN , 277-283.

Wenying. (2015). The prevalence of benign prostatic hyperplasia in mainland China:


evidence from epidemiological surveys. China: Sci Rep.

Widijanto, G. (2011). Nursing : Menafsirkan Tanda-Tanda dan Gejala Penyakit.


Jakarta Barat: PT. Indeks Permata Puri Media.

Wijayanti, A. R. (2017). Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang


Hiperemesis Gravidarum (di Wilayah Puskesmas TironKecamatan Banyakan
Kabupaten Kediri). Jurnal Kebidanan Dharma Husada Vol. 6, No. 2 , 131-138.

Wirda, Ernawati, Oktaviana, D., Suardi, & Novia. (2020). Pengaruh Pemberian
Aromaterapi Jahe terhadap Penrunan Emesis Gravidarum pada Ibu hamil
Trimester Peratama di Wilayah Kerja Puskesmas Mangara Bombang
Kabupaten Takalar. Journal Of Islamic Nursing .

Wisdyana Saridewi, E. Y. (2018). Pengaruh Aromaterapi Lemon terhadap Emesis


Gravidarum di Praktik Mandiri. Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol. 7 No. 3 , 4-8.

Zuhirman. (2017). Gambaran Komplikasi Transurethral Resection of the Prostate


pada Pasien Benign Prostatic Hyperplasia. Jurnal Ilmu Kedokteran , 44-53.

Anda mungkin juga menyukai