Anda di halaman 1dari 40

EVIDENCE BASED NURSING

Perbedaan Kadar Kolestrol Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Terapi


Bekam Pada Pasien Hiperkolesterolemia Di Praktek Mandiri
Holistik Bapak Ilham Panut Pranata Kalibaru

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Profesi Ners State


Holistik

Oleh :

Nama NIM
Merinda Anggita Putri 20020055
Putri Ayu Nur Qur’ani 20020069
Riska Devi 20020072
Rizki Ardani 20020076

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Evidence based nursing yang berjudul “Perbedaan
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penyusunan Evidance Based Nursing ini dapat

terselesaikan. Evidance Based Nursing ini disusun untuk memenuhi salah satu

persyaratan menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Ners STIKES dr.Soebandi

Jember dengan Judul “Perbedaan Kadar Kolestrol Sebelum Dan Sesudah Dilakukan

Terapi Bekam Pada Pasien Hiperkolesterolemia Di Praktek Mandiri Holistik Bapak

Ilham Panut Pranata Kalibaru”.

Selama proses penyusunan Evidance Based Nursing ini penulis dibimbing

dan dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada Dosen dan Pembimbing Klinik yang telah senantiasa membimbing, memberi

masukan serta saran yang membangun guna terselesaikannya penyusunan Evidance

Based Nursingini dengan baik.

Semoga amal kebaikan diterima oleh Allah SWT. Dalam penyusunan

Evidance Based Nursingini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dimasa mendatang.

Banyuangi, Januari 2021


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.3.1 Tujuan Umum 3
1.3.2 Tujuan Khusus 4
1.4 Manfaat 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 6


2.1 Konsep Dasar Gout Arthritis 6
2.1.1 Definisi 7
2.1.2 Etiologi 8
2.1.3 Faktor Risiko 9
2.1.4 Patofisiologi 10
2.1.5 Manifestasi Klinis 11
2.2 Konsep Bekam 15
2.2.1 Pengertian Bekam 15
2.2.2 Manfaat Bekam 16
2.2.3 Macam-Macam Bekam 17
2.2.4 Peralatan Bekam 17
2.2.5 Efek Samping Bekam 18
2.2.6 Cara Bekam Yang Efektif 19
2.2.7 Prinsip Memilih Titik Bekam 19
2.2.8 Fungsi Alat Bekam 20

2.2.9 Prosedur Melakukan Pembekaman20


2.3 Konsep Lansia 23
2.3.1 Pengertian Lansia 23
2.3.2 Batasan Lansia 24
2.3.3 Teori Proses Menua 24

BAB 3. METODE PENELITIAN 26


3.1 Desain Penelitian 26
3.2 Populasi Dan Sampel 26
3.2.1 Populasi 26
3.2.2 Sampel 26
3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian 27

3.3.1 Tempat Penelitian 27


3.3.2 Waktu Penelitian 27
3.4 Penatalaksanaan Penelitian 28
3.5 Variabel Penelitian 28
3.6 Definisi Operasional 29
3.7 Instrumen Penelitian 30
3.8 Cara Pengumpulan Data 31
3.9 Mekanisme Penelitian 31
3.10 Analisa Data 32
3.11 Etika Penelitian 33

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 36


4.1 Hasil Data 36
4.2 Pembahasan 39

BAB 5. PENUTUP 42
5.1 Kesimpulan 42
5.2 Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 44
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Pasien Asam Urat Berdasarkan Jenis Kelamin di Griya Terapis

Holistik Suren Ledokombo.......................................................................................34

Tabel 4.2 Data Pasien Asam Urat Berdasarkan Usia di Griya Terapis Holistik Suren

Ledokombo...............................................................................................................35

Tabel 4.3 Hasil Terapi Bekam Terhadap Asam urat................................................36

Tabel 4.4 Angka Asam Urat Sebelum dan Sesudah Terapi Bekam di Griya Terapis

Holistik Suren Ledokombo.......................................................................................37


DAFTAR LAMPIRAN

SOP BEKAM........................................................................................................... 46

DOKUMENTASI.................................................................................................... 48
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kolestrol merupakan senyawa lemak kompleks yang berada pada tiap sel
dalam tubuh, koletrol ini berfungsi sebagai materi awal untuk pembentukan cairan
empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu. Kolestrol yang berada
dalam zat makanan dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah yang
menyebabkan hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia suatu kondisi yang
disebabkan oleh gangguan metabolisme lemak yang menyebabkan meningkatnya
konsetrasi kolesterol dalam darah. Hiperkolesterol yakni keadaan dimana kolesterol
total ≥ 200mg/dl, kolesterol LDL ≥ 100mg/dl, kolesterol trigliserida ≥150mg/dl dan
disertai penurunan kadar LDL≤40 [ CITATION Djo19 \l 1033 ].

Risiko tinggi terjadinya kadar kolesterol dalam darah apabila menerapkan


pola makan yang mengandung lemak jenuh yang tinggi dan energi yang tinggi. Pola
makan yang sehat seperti mengurangi konsumsi lemak jenuh dan juga memperbanyak
mengkonsumsi sayur dan buah-buahan dapat menurunkan kadar kolesterol sekitar 5-
10% bahkan lebih. Kelebihan berat badan akan mengakibatkan perubahan kadar lipid
darah dan menyebabkan aterosklerosis. Sebanyak 80% kolesterol di dalam darah
secara alami diproduksi oleh tubuh. Adanya faktor keturunan menyebabkan
seseorang memproduksi kolesterol lebih banyak dibandingkan orang lain walaupun
hanya mengonsumsi sedikit makanan yang mengandung koleterol atau lemak jenuh.
Pada wanita, prevalensi meningkatnya kadar kolesterol terdapat pada usia menopause
yaitu 5-19%. Pada pria berusia 40-59 tahun berisiko sebesar 3,26 kali mengalami
hiperkolesterolemia dan menurun pada usia ≥60tahun menjadi 2,05 kali. Sedangkan
pada wanita risiko hiperkolesterolemia tertinggi pada usia ≥60tahun yaitu sebesar
3,19 kali.

Menurut riskesdas tahun 2018 mencatat proporsi penduduk Indonesia dengan


kadar kolestrol total yang tinggi pada perempuan (9,9%) dibandingkan laki-laki
(5,4%) dan didaerah perkotaan lebih tinggi (22,1%) daripada daerah pedesaan
[ CITATION RIK18 \t \l 1033 ].

Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Muh18 \l 1033 ]


terhadap 9 responden yang memiliki kadar kolesterol tinggi dengan diberikan
perlakuan terapi bekam menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap penurunan kadar kolesterol dengan rata-rata sebesar 207,9 mg/dl. Dan
penelitian analitik eksperimental yang dilakukan oleh [ CITATION lil18 \l 1033 ] dengan
perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan terapi bekam terhadap penurunan kadar
kolesterol yaitu sebelum dilakukan bekam 210,46 mg/dl dan rata-rata kadar kolesterol
total setelah bekam 200,82 mg/dl. Terdapat perbedaan bermakna sebelum dan
sesudah dilakukan terapi bekam dengan p=0,001. Dan penelitian yang dilakukan oleh
[ CITATION Sit21 \l 1033 ] yang dilakukan pada kelompok intervensi yaitu 241
responden dan kontrol sebanyak 243 responden bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan setelah dilakukan uji statistic dengan p=0,001.

Dalam hal ini terapi bekam berperan mengurangi kadar lemak dan kolesterol
berbahaya, Low Density Lipid (LDL) dalam darah maupun yang mengendap di
dinding pembuluh darah. Terapi bekam juga meningkatkan suplai darah ke lapisan
dalam endothelium yang berperan memproduksi zat nitrit oksida yang membantu
peregangan dan pelebaran dinding pembuluh darah [ CITATION Sha19 \l 1033 ].
Pemberian terapi bekam dilakukan pada titik-titik meridian untuk menurunkan
hiperkolesterol yaitu titik KHL1, UN2, UN3, AK1, dan AK2.

Peneliti berasumsi bahwa terapi bekam sebagai salah satu untuk pencegahan
dan mengatasi kondisi hiperkolesterolemia sekaligus mencegah penyakit jantung
karena infark miokardium, stroke karena infark serebri, aneurisma aorta dan penyakit
vaskuler sebagai dampak aterosklerosis yang menyertai penderita hiperkolesterolemia
dengan cara menurunkan kadar kolesterol total.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latarbelakang rumusan masalah pada penelitian ini yaitu
bagaimanakah efektivitas terapi bekam pada penyakit hiperkolesterolemia di
Holistic care perawat mandiri Ilham Panut Pranata?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Efektivitas Terapi bekam pada pengobatan pada penyakit
hiperkolesterolemia di Holistic care perawat mandiri Ilham Panut Pranata
yang meliputi pemberian terapi komplementer yaitu (terapi bekam pada
titik….
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi kadar kolesterol responden sebelum dilakukan terapi
bekam
2. Mengidentifikasi kadar kolesterol sesudah dilakukan terapi bekam
3. Menganalisis efektivitas pemberian terapi bekam titik (sesuai keluhan
responden sesudah diberikan terapi bekam
1.4 Manfaat
1. Bagi Klinik Mandiri Perawat
Memberi manfaat dan masukan dalam upaya peningkatan pelayanan terapi
komplementer khususnya terapi bekam pada pasien myalgia di Holistic Care
perawat mandiri Ilham Panut Pranata
2. Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pendidikan khususnya di bidang
Holistik sehingga institusi pendidikan dapat mempersiapkan dan membentuk
mahasiswa menjadi seorang tenaga kesehatan juga mempunyai bekal yang
handal dibidang holistic (pemberian terapi komplementer)
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan proses pembelajaran untuk dapat menerapkan ilmu
yang diperoleh selama ini dan diharapkan dapat menambah pengetahuan,
pengalaman, dan wawasan mengenai terapi komplementer di bidang Holistic
Care
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kolesterol
2.1.1 Definisi Kolesterol
Kolesterol merupakan salah satu komponen lemak, yaitu suatu molekul
lemak yang terdapat di dalam sel. Kolesterol ini dibagi menjadi kolesterol
LDL, kolesterol HDL, total kolesterol dan trigliserida. Dalam tubuh
manusia, disamping zat gizi lain seperti karbohidrat, protein, vitamin dan
mineral, lemak merupakan salah satu zat gizi yang sangat diperlukan.
Lemak merupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling
tinggi. Kolesterol diperlukan untuk membentuk dinding sel dalam tubuh.
Kolesterol merupakan bahan dasar pembentuk hormon-hormon steroid.
Kolesterol juga berperan penting dalam membentuk membrane sel, prekusor
sintesis, hormone steroid, hormone korteks adrenal, sintesis asam, asam
empedu dan vitamin D [ CITATION Uma12 \l 1033 ].

2.1.2 Klasifikasi Kolesterol

Pada tahun 2001, National Cholesterol education Program (NCEP)


dalam Adult Treatment Panel III (ATP III) di Amerika Serikat, telah
mengeluarkan klasifikasi baru mengenai kadar kolesterol darah. Klasifikasi
ini selanjutnya menjadi dasar dalam pengendalian kolesterol. Kadar
kolesterol ideal disebut sebagai optimal atau yang diharapkan [ CITATION
Rus14 \l 1033 ].

Kolesterol Total
< 200 Yang diharapkan
200 – 239 Batas tinggi (borderline)
> 240 Tinggi ( Hiperkolesterolemia )
KOlesterol LDL
< 100 Optimal
100 – 129 Mendekati optimal
130 – 159 Batas tinggi ( borderline )
160 – 189 Tinggi
> 190 Sangat tinggi
Kolesterol HDL
< 40 Rendah
> 60 Tinggi
Trigliserida
< 150 Normal
150 – 199 Batas Tinggi
200 – 499 Tinggi
> 500 Sangat tinggi

1. Bila total kolesterol normal dan tidak memiliki faktor risiko penyakit
jantung lain, bisa dikatankan aman dari risiko jantung koroner. Namun,
demikian harus menjaga diet dan berolahraga secara teratur agar kadar
tetap dapat dipertahankan. Bila kolesterol bekisar 200-239 mg/dl, maka
akan melihat kadar LDL (kolesterol jahat), HDL (kolesterol baik) dan
trigliserida, dapat memiliki kadar kolesterol total relatif tinggi tetapi
kadar LDL nya normal dan diimbangi HDL yang tinggi. Jadi secara
keseluruhan terkena penyakit jantung tetap rendah.
Memiliki kadar kolesterol total 240 mg/dl atau lebih berisiko terkena
penyakit jantung koroner dua kali lipat bagi yang memiliki kadar
kolesterol normal, Bila kolesterol tinggi harus segera mengubah gaya
hidup dan pemberian obat untuk mengelolah agar tidak membayakan.
2. LDL adalah pengakut kolesterol dari liver ke sel–sel. Bila terlalu banyak
LDL, kolesterol akan menumpuk di dinding – dinding arteri dan
menyebabkan sumbatan arteri (aterosklerosis). Semakin rendah kadar
LDL, semakin kecil risiko terkena serangan jantung dan stroke. Faktor
risiko penyakit jantung dan stroke lainnya menentukan seberapa tinggi
LDL dan penanganan yang tepat.
3. HDL mengangkut kolesterol dari sel–sel untuk kembali ke liver. Semakin
tinggi kadar HDL, semakin baik. Progesteron, anabolik steroid, dan
testosterone cenderung menurunkan HDL, sementara estrogen menaikkan
kadar HDL.
4. Trigliserida adalah sejenis lemak dalam darah yang bermanfaat sebagai
sumber energi. Bila makan melebihi yang diperlukan tubuh, kelebihan
kalori akan disimpan sebagai trigliserida dalam sel–sel lemak untuk
penggunakan selanjutkan. Trigliserida dalam kadar normal sangat
diperlukan tubuh.
Kadar trigliserida tinggi disebabkan oleh kegemukan dan gaya hidup
kurang berolahraga. Diabetes, gangguan ginjal dan obat-obatan tertentu
dapat meningkatkan kadar trigliserida. Kadar trigliserida 150 mg/dL atau
lebih adalah salah satu faktor resiko sindroma metabolik yang
meningkatkan resiko penyakit jantung, diabetes,dan lainnya.
2.1.3 Pembentukan Kolesterol
Selain kolesterol yang diabsorbsi setiap hari dari saluran pencernaan,
yang disebut kolesterol eksogen, suatu jumlah yang bahkan lebih besar
dibentuk dalam sel tubuh, disebut kolesterol endogen. Pada dasarnya semua
kolesterol endogen yang beredar dalam lipoprotein plasma dibentuk oleh
hati, tetapi semua sel tubuh lain setidaknya membentuk sedikit kolesterol,
yang sesuai dengan kenyataan bahwa banyak struktur membran dari seluruh
sel, sebagian disusun dari zat ini [ CITATION Guy07 \l 1033 ].
Struktur dasar kolesterol adalah inti sterol. Inti sterol seluruhnya
dibentuk dari molekul asetil-KoA. Selanjutnya, inti sterol dapat
dimodifikasi dengan berbagai rantai samping untuk membentuk kolesterol,
asam folat, yang merupakan dasar dari asam empedu yang dibentuk di hati
dan beberapa hormon steroid penting yang disekresi oleh korteks adrenal,
ovarium dan testis [ CITATION Guy07 \l 1033 ].
2.1.4 Metabolisme Kolesterol
Menurut [ CITATION Uma12 \l 1033 ] ) Kolesterol yang masuk kedalam
tubuh manusia melalui makanan di lambung, akan diangkut oleh darah
menuju hati atau liver. Dari hati, kolesterol diangkut oleh lipoprotein yang
bernama LDL (Low Density Lipoprotein) untuk dibawa ke sel-sel tubuh
yang memerlukan, seperti sel otot jantung, sel otak dan sel tubuh lainnya
untuk dimanfaatkan oleh tubuh.
Kelebihan atau sisa kolesterol yang tidak termanfaatkan akan diangkut
kembali oleh lipoprotein yang disebut HDL (High Density Lipoprotein)
untuk dibawa kembali ke hati yang selanjutnya akan diurai atau
didetoksifikasi oleh hati dan dibuang ke dalam kandung empedu sebagai
asam (cairan) empedu. Kolesterol LDL sering disebut sebagai “kolesterol
jahat”, karena kolesterol ini mengandung lebih banyak lemak dari pada
HDL, sehingga ia akan mengambang di dalam darah. Protein utama yang
membentuk LDL adalah Apo-B (apolipoprotein-B). LDL dianggap lemak
sebagai lemak jahat karena dapat menyebabkan penempelan kolesterol di
dinding pembuluh darah. Sebaliknya, Kolesterol HDL disebut sebagai
“lemak baik” karena berfungsi membersihkan kelebihan kolesterol dari
dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya kembali ke hati. Protein
utama yang membentuk HDL adalah Apo-A (apolipopoterin-A). HDL ini
mempunyai kandungan lemak yang lebih sedikit dan mempunyai kepadatan
tinggi sehingga lebih berat dibandingkan LDL.
2.2 Hiperkolesterolemia
2.2.1 Definisi Hiperkolesterorlemia
Hiperkolesterolemia merupakan salah satu kelainan kadar lemak
dalam darah (dislipidemia) berupa peningkatan kadar kolesterol total puasa
di dalam darah. Kelainankadar lemak bukanlah suatu penyakit, tetapi
merupakan faktor risiko bagi penyakit lainnya, terutama penyakit jantung
dan pembulu darah. Selain itu, hiperkolesterolemia juga bertanggung jawab
langsung atas terjadinya aterosklerosis [ CITATION Rus14 \l 1033 ].
Hiperkolesterolemia merupakan suatu keadaan dimana kadar
kolesterol dalam darah melebihi batas normal, yakni 240 mg/dl.

2.2.2 Etiologi Hiperkolesterol

Etiologi Hiperkolesterolemia Menurut [ CITATION Rus14 \l 1033 ]

1. Kelainan genetik pada gen-gen yang mengatur metabolisme lemak.


Kelainan ini biasa diwariskan dari kedua orang tuanya. Pada umumnya,
seseorang dengan riwayat keluarga yang cenderung memiliki kadar
kolesterol tinggi, mempunyai bakat untuk mengalami hal yang sama.
Risiko adanya suatu gangguan kesehatan biasanya 6 kali lebih besar
menimpa anak dibandingkan orang tua.
2. Penyakit tertentu antara lain penyakit diabetes, hipotirodisme, penyakit
hati obstruktif, dan gagal ginjal kronik yang diderita seseorang.
Selainitu, hiperkolesterolemia juga disebabkan oleh konsumsi obat-
obatan yang meningkatkan kolesterol LDL dan menurunkan kolesterol
HDL, seperti obat-obatan golongan diuretik dan kortikosteroid.
3. Makanan,tingginya konsumsi lemak jenuk dan kolesterol pada menu
makanan sehari-hari menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dalam
darah. Namun, kondisi ini dapat diminimalkan apabila diimbangi
dengan konsumsi jenis bahan makanan yang dapat membantu
menurunkan kolesterol seperti serat. Serat dapat menghambat
penyerapan kolesterol dan membantu pengeluaran kolesterol dari dalam
tubuh.
4. Bobot badan. Kelebihan bobot badan seperti kegemukan dan obesitas
dapat menaikan kadar kolesterol darah dan meningkatkan risiko
penyakit jantung. Karena itu, menjaga bobot badan merupakan cara
terbaik untuk menghindari berbagai penyakit menyertai sebagai akibat
dari kelebihan bobot badan.
5. Aktivitas fisik atau olahraga. Pada umumnya gaya hidup kita sudah
mengarah pada kurangnya aktifitas fisik, seperti sering naik kendaraan
bermontor, naik turun lift di kantor, malas berjalan kaki, dan malas
melakukan olahraga. Kurangny aktivitas fisik dapat meningkatkan kadar
LDL dan menurunkan kadar HDL. Selain itu, kurangnya ktivitas fisik
merupakan faktor risiko penyakit jantung.
6. Minum alkohol yang berlebihan. Kebiasaan minum alcohol yang
berlebihan dapat meningkatkan kadar koleterol total dan trigliserida.
Alkohol dapat memperberat kerja hati dalam melakukan metabolism
7. Kebiasaan minum kopi berlebihan. Selain dapat meningkatkan tekanan
darah, mengkonsumsi kopi secar berlebihan dapat meningkatkan kadar
kolesterol total dan LDL darah
8. Merokok. Beberapa penelitian membuktikan bahwa merokok dapat
meningkatkan kadar kolesterol LDL dan menekan kolesterol HDL.
Kadar nikotin yang tinggi dalam darah juga dapat mengkibatkan
terjadinya kelainan di pembuluh darah yang berdampak pada gangguan
kesehatan.
9. Stres. Kondisi stress akan meningkatkan kadar kolesterol darah. Karena
itu, diperlukan kemampuan untuk mengandalikan stres. Pengendalian
stres dapat dilakukan dengan melakukan ibadah, banyak bersyukur dan
ikhlas dalam menerima ujuan hidup seperti saat menghadapi kegagalan.
Selalu berfikiran positif dan menyikapi setiap kegagalan sebagai
kesuksesan yang tertunda akan membuat kehidupan lebih sehat dan
bahagia.
10. Usia dan jenis kelamin. Semakin bertambahnya usia manusia, semakin
meningkat pula kadar kolesterol darahnya. Wanita sebelum menopause
mempunyai kadar kolesterol yang lebih rendah dibandingkan pria denga
usia yang sama. Namun setelah menopause, kadar kolesterol pada
wanita cenderung meningkat. Karena itu, wanita menopause harus lebih
menjaga pola makan dan rajin berolahraga, minimal berjalan kaki
selama 30 menit yang dilakukan 3 kali dalam seminggu.
2.2.3 Klasifikasi Hiperkolesterolemia
1. Hiperkolesterolemia Primer
Hiperkolesterolemia primer adalah suatu penyakit herediter yang
menyebabkan seseorang mewarisi kelainan gen pembentuk reseptor
lipoprotein berdensitas rendah pada permukaan membran sel tubuh. Bila
reseptor ini tidak ada, hati tidak dapat mengabsorpsi lipoprotein berdensitas
sedang atau lipoprotein berdensitas rendah. Tanpa adanya absorpsi tersebut,
mesin kolesterol di sel hati menjadi tidak terkontrol dan terus membentuk
kolesterol baru [ CITATION Guy07 \l 1033 ].
Hati tidak lagi memberi respons terhadap inhibisi umpan balik dari
jumlah kolesterol plasma yang terlalu besar. Akibatnya, jumlah lipoprotein
berdensitas sangat rendah yang dilepaskan oleh hati ke dalam plasma
menjadi sangat meningkat. Pasien dengan hiperkolesterolemia familial yang
parah memiliki konsentrasi kolesterol darah sebesar 600 sampai 1000 mg/dl,
yaitu empat sampai enam kali nilai normal. Banyak pasien seperti ini yang
meninggal sebelum usia 20, karena infark miokardium atau gejala sisa
penyumbatan aterosklerosis di seluruh pembuluh darah tubuh [ CITATION
Guy07 \l 1033 ].
2. Hiperkolesterol Sekunder
Hiperkolesterolemia sekunder yang disebabkan oleh kebiasaan diet lemak
jenuh, kurangnya aktifitas fisik, obesitas serta sindrom nefrotik
2.2.4 Manifestasi Klinis
Kelebihan klesterol tidak menimbulkan keluhan sama sekali. Bahkan
seseorang yang kadar kolesterolnya 3-4 kali lipat dari kadar normal tidak
merasakan keluhan apapun. Tinggi kolesterol (hiperkolesterolemia) bukan
suatu penyakit. Akan tetapi kadar kadar kolesterol yang tinggi ini akan
merusak dinding pembulu darah, sehingga dapat memicu timbulnya
berbagai penyakit, baik yang mengenai jantung, seperti PJK (penyakit
jantung koroner) maupun otak, seperti stroke.
Umumnya seseorang baru mengetahui dirinya mengidap kelebihan
kolesterol ketika melakukan check up darah di laborat, atau ketika dirinya
sudah terserang stroke atau penyakit jantung koroner. Karena gejala
kolesterol tinggi atau hiperkolesterolemia itu tidak tampak, maka seseorang
harus rajin melakukan check up kolesterol darah secara berkala setiap 6
bulan sekali. Selain itu juga berusaha menjaga agar kadar kolesterol berada
dalam batas normal. Hal ini bias dilakukan melalui diet rendah lemak,
mengkonsumsi herbal, melakukan terapi bekam, dan rajin berolahraga
[ CITATION Uma12 \l 1033 ].
2.2.5 Patofisiologi
Hiperkolesterolemia atau kolesterol tinggi bisa timbul karena terlalu
banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan kolesteronya.
Namun yang paling sering, justru disebabkan oleh proses dalam tubuh . Hal
ini bisa terjadi karena danya gangguan dalam proses pengolahan
(metabolisme) lemak yang menyebabkan peningkatan kadar lemak dalam
darah.
Hal ini bisa disebabkan oleh tubuh yang kekurangan enzim
lipoprotein, lipase, dan reseptor LDL, atau bisa juga disebabkan oleh
ketidaknormalan genetik yang menghasilkan kenaikan produksi kolesterol
hati, atau bisa juga disebabkan oleh penurunan kemampuan hati dalam
membersihkan kolesterol dari darah. Apabila kadar kolesterol sangat tinggi,
maka kolesterol akan menumpuk pada dinding pembulu darah.
Akibatnya, dinding pembulu darah menjadi kaku, inilah yang disebut
arterosklerosis, atau bisa juga menyempit karena pembulu darahnya
terhalang oleh tumpukan kolesterol. Padahal pembuluh darah berfungsi
mengalirkan darah yang berisi oksigen, dimana oksigen sangat penting
untukmemberi kehidupan pada sel, terutama sel-sel jantung dan otak.
Apabila darah yang mengalir kejantung sangat sedikit, maka oksigen
yang diangkut darah juga sedikit, Akibatnya jantung akan kekurangan
oksigen, sehingga akan mematikan sel-sel jantung dan bisa berujung pada
kematian tubuh secara umum. Inilah yang disebut penyakit jantung koroner.
Sedangkan jika aliran darah keotak juga terganggu akibat darah yang
mengalir sangat sedikit atau bahkan terhenti oleh sumbatan kolesterol, maka
sel otak akan mati karena kekurangan oksigen. Inilah yang bisa
menyebabkan stroke.
Permasalahanya adalah tidak adanya keluhan apapun di dalam tubuh
sebelum kolesterol ini menyumbat pembulu darah, sehingga biasanya
seseorang cenderung membiarkan kadar kolesterolnya yang mulai meninggi
dan baru merasakannya bisa sudah terserang penyakit jantung koroner atau
stroke [ CITATION Uma12 \l 1033 ].
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi akibat hiperkolesterol bisa muncul di organ tubuh yang
terserang. Bahkkan, beberapa penyakit yang banyak dikenal ternyata
disebabkan oleh hiperkolesterol.
1. Hipertensi (Tekanan darah tinggi). Akibat penumpukam kolesterol di
pembulu darah.Menempel dan menumpuknya kolesterol di permukaan
dalam dinding pembulu darah mengakibatkan tekanan darah meningkat.
Faktor resiko tekanan darah tinggi adalah makanan yang mengandung
lemak dan kolesterol tinggi, garam (termasuk makanan yang diasinkan),
daging kambing, durian, serta minuman beralkohol yang diminum
berlebihan. Termasuk makanan atau minuman yang mengendung bahan
pengawet, rokok, kopi, obesitas (kegemukan), jarang berolahraga, dan
stress.
2. Diabetes mellitus atau lebih dikenal sebagai kencing manis atau
penyakit gula ditandai oleh kadar glukosa dalam darah . yang melebihi
batas normal. Penyebabnya adalah tubuh penderita kekurangan insulin
atau jumlahnya mencukupi tetapi tidah ber fungsi dengan
normal.Kekurangan insulin disebabkan rusaknya sebagian kecil atau
besar sel penghasil insulin disebabkan oleh kegemukan, gangguan
ginjal, atau kerusakan pada kelenjar pankreas.
3. Jantung koroner terjadi penyempitan pembulu darah koroner di jantung
(disebabkan oleh plak-plak kolesterol). Akibatnya, aliran daah ke
jaringan-jaringan di jantung terhambat, menyebabkan jaringan-jaringan
tersebut mati. Selama tidak menjaga kondisi tubuh dan tidak
menerapkan pola hidup sehat seseorang memiliki kemungkinan
terserang.
4. Stroke diakibatkan penyumbatan pembuluh darah di otak.
5. Gagal ginjal terjadi penyempitan pembulu darah di ginjal akibat
penumpukan kolesterol sehingga kerja ginjal menjadilebih keras. Karena
itu, penderita harus cuci darah seumur hidup
2.3 Konsep Bekam
2.3.1 Definisi Bekam
Pengobatan alternatif dengan metode bekam, bukanlah hal baru di
kalangan masyarakat Indonesia. Pengobatan itu bahkan telah dipraktikkan
ribuan tahun lalu dari Timur Tengah hingga ke daratan Cina. Bekam
mempunyai beberapa sebutan, seperti: canduk, canthuk, kop, atau
mambakan. Di eropa disebut cupping dan fire bottle. Dalam bahasa
mandarin disebut Pa Hou Kuan. Dalam bahasa arab disebut hijamah, dari
kata al-hijmu yang berarti pekerjaan, yaitu membekam. Al-Hajjam berarti
ahli bekam. Maka secara bahasa, bekam berarti menghisap. Menurut istilah,
bekam berarti peristiwa penghisapan kulit, penyayatan dan mengelurkan
darahnya dari permukaan kulit, yang kemudian ditampung di dalam gelas
[ CITATION Yun17 \l 1033 ].

2.3.2 Manfaat Terapi Bekam

1. Manfaat dari Bekam kering


a. Mengatasi masalah masuk angin

b. Menghilangkan rasa sakit pada paru-paru yang kronis

c. Menahan derasnya darah haid dan hidung mimisan

d. Meringankan rasa sakit dan mengurangi penumpukan darah

e. Melenturkan otot-otot yang tegang

f. Radang urat saraf dan radang sumsum tulang belakang

g. Pembekakan liver

2. Manfaat Bekam Basah

a. Membersihkan darah dari racun-racun sisa makanan dan dapat

meningkatkan aktifitas saraf tulang belakang (vertebra).

b. Mengatasi tekanan darah yang tidak normal dan pengapuran pada

pembuluh darah (arteriosklerosis).

c. Menajamkan penglihatan dan membantu dalam pengobatan mata.

d. Mengatasi gangguan kulit

e. Mengobati masuk angin, darah tinggi, kolesterol, stroke, jantung dan asam

urat.

f. Mengobati sakit pinggang, liver, sakit kepala, sakit mata, impotensi,

sinusitis, wasir dan maag [ CITATION Fat06 \l 1033 ].

Macam-Macam Bekam

1. Bekam kering (Dry Cupping) merupakan bekam yang tidak di ikuti dengan

pengeluaran darah. Ini berkhasiat untuk melegakan sakit secara darurat atau

digunakan untuk meringankan nyeri pada urat-urat punggung, paha, perut dan
lainlain. Bekam kering ini cocok untuk orang yang tidak tahan suntikan jarum,

sayatan pisau dan takut melihat darah. Kulit yang dibekam akan tampak

merah kehitamhitaman selama 3 hari [ CITATION Uma14 \l 1033 ].

2. Bekam basah dilakukan bekam kering dulu, kemudian permukaan kulit

disayat dengan pisau bedah, lalu disekitarnya dihisap dengan alat cupping set,

hand pump, atau tabungan lain untuk mengeluarkan darah dari dalam tubuh

[ CITATION Uma14 \l 1033 ].

3. Bekam meluncur merupakan pengganti kerokan yang dapat membahayakan

kulit Karena dapat merusak pori-pori. Bekam meluncur dapat bermanfaat

untuk membuang angin pada tubuh, melemaskan otot-otot dan melancarkan

peredaran darah [ CITATION Fat06 \l 1033 ].

4. Bekam tarik, metode ini untuk menghilangkan rasa nyeri atau penat dibagian

dahi, kening dan bagian yang pegal-pegal [ CITATION Fat06 \l 1033 ].

2.3.3 Peralatan Bekam

Alat bekam pada dasarnya terdiri dari tiga macam alat yakni:

1. Alat untuk menghisap kulit, jaringan kulit, dan darah. Alat ini bisa

terbuat dari gelas, kaca, kayu, besi, tembaga, kaleng, gelas minum,

tanduk binatang, tabung bambo, dan lain sebagainya [ CITATION Uma14 \l

1033 ].
2. Alat untuk mengeluarkan darah Alat yang dipakai menyayat adalah

skapel, jarum, pisau bedah, atau lancet. Semuanya harus steril agar tidak

menularkan penyakit [ CITATION Uma14 \l 1033 ].

3. Peralatan dan obat penunjang Alat penunjang untuk membantu

pengobatan bekam adalah: duk kain yang berlubang ditengahnya, sarung

tangan, mangkok/cawan, tempat sampah, meja dan kursi. Sedangkan

bahan-bahan dan obat-obatan yang dipakai berupa kasa, kapas, betadin,

detol, sabun, zalf, alkohol, spiritus, minyak.

2.3.4 Efeksamping Bekam

Bekam basah memiliki bebrapa efek samping [ CITATION Pur17 \l 1033 ]

diantaranya:

1. Kondisi tubuh menjadi lemah

Bekam basahdapat membuat pasien yang menjalani terapi bekam

menjadi melemah, hal ini dapat memperparah kondisi dari pasien bila pasien

sebelum menjalani terapi bekam basah dalam kondisi kelaparan , sehingga

untuk menghindari efek samping ini sebaiknya pasien makan dulu sebelum

menjalani terapi bekam basah.

2. Tertular penyakit

Penularan penyakit menjadi efeksamping dari bekam basah , hal ini

dapat terjadi jika alat bekam yang digunakan dalam keadaan tidak streril.

jadi untuk menghindari penularan penyaki dari proses proses terapi bekam

basah pastikan alat yang digunakan dalam keadaan steril.


3. Meninggalkan bekas

Bekas berwarna merah atau ungu kulit pasien setelah dibekam menjadi

efek samping dari terapi bekam basah namun kondisi ini biasanya akan

hilang dalam rentang waktu kurang lebih satu minggu , kondisi ini disebut

dengan reaksi pigmen (Purwanto, 2017).

2.3.5 Cara Bekam yang Efektif

Membekam tidak hanya sekedar meletakkan gelas penghisap pada

permukaan kulit, lalu menarik pelatuk sehingga kulit terhisap. Untuk itu,

diperlukan langkah-langkah yang sistematis sehingga bekam bisa

memberikan kesembuhan yang lebih baik [ CITATION Hid16 \l 1033 ].

2.3.6 Prinsip Memilih Titik Bekam

Pada prinsipnya bekam harus memenuhi kriteria dibawah ini:

1. Memilih sedikit mungkin daerah yang dibekam, sehingga rasa nyeri

yang ditimbulkan oleh bekas luka bekam tidak terlalu banyak.

2. Menghindari daerah-daerah kosmetika, seperti wajah karena bisa

meninggalkan bekas luka.

3. Sedikit mungkin memakai gelas, sehingga lebih efisien. Memakai gelas

yang banyak belum tentu lebih baik dibanding gelas sedikit. Satu gelas

asalkan efektif dan tepat pada titik dan sesuai patofisiologi penyakitnya,

lebih baik dari sepuluh gelas (sepuluh titik) yang penempatannya tidak

memakai teori patofisiologi penyakit.


4. Sedikit titik, namun bisa mengobati banyak penyakit. Beberapa penyakit

menimbulkan keluhan lebih dari satu, sehingga ada yang membekam

disemua keluhan (Hidayaturrofiah, 2016).

2.3.7 Fungsi Alat Bekam

1. Persiapan alat

a. Bekam (Kop dan Pompa yang sudah disterilisasi), Tisu, Minyak

Zaitun, Kantong Kresek, Sarung Tangan Karet (Sensi Gloves), Alat

Tensimeter (untuk mengecek tensi pasien).

b. Mensterilkan alat agar bebas kuman dan tidak menyebarkan penyakit,

dengan cara: merebus tabung kop paling sedikit selama 30 menit

setelah air mendidih terus menerus (karet dilepas dulu).

2. Menyiapkan pasien

a. Pasien dijelaskan tentang bekam, efek yang terjadi, proses

kesembuhan dll.

b. Pasien disiapkan mentalnya agar tidak gelisah dan takut.

Bagi pasien yang belum pernah dibekam cukup dibekam 1 – 2 gelas.

3. Menyiapkan diri sendiri (juru bekam)

a. Juru bekam dalam keadaan sehat, tidak sakit.

b. Juru bekam telah menguasai ilmu bekam (professional).

c. Juru bekam sudah sering dibekam dan membekam

4. Mewancarai Pasien

a. Keluhan pasien, keluhan utama, keluhan tambahan/lain, riwayat

penyakit.
b. Keluhan dari masing-masing organ tubuh.

5. Meriksa Fisik Pasien

a. Pemeriksaan Umum: tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, lidah, iris,

telapak tangan, dll.

b. Pengamatan, pendengaran, dan penciuman dari daerah keluhan, dan

dari masing-masing organ.

c. Perabaan sekitar keluhan dan perabaan pada sekitar organ lain.

d. Pengetukan daerah sekitar keluhan dan pada organ lain.

6. Menentukan daerah dan titik yang dibekam

a. Titik yang sesuai dengan yang dikeluhkan.

b. Titik lain yang satu jurusan/meridian dengan titik yang dikeluhkan.

c. Titik lain yang berlawanan dengan titik yang dikeluhkan.

d. Titik lain yang berpasangan dengan titik yang dikeluhkan.

e. Titik-titik istimewa.

f. Titik-titik khusus.

7. Letak atau titik bekam

a. Atas pinggul

b. Ke dua sisi lutut persendian

c. Ke dua sisi punggung kaki

8. Melakukan Pembekaman

a. Letakkan gelas/kop bekam di daerah titik-titik tertentu

b. Sedot secukupnya 2-3 kali sedotan tidak terlalu kuat atau lemah
c. Diamkan selama 1-2 menit

d. Kemudian buka penutup gelas dibagian atas agar gelas mudah di ambil

e. Ulangkan pada titik tertentu sebelum di lakukan penusukan dengan

jarum

f. Oleskan minyak zaitun pada area yang sudah di kop

g. Ambil jarum/lancet dan pen lalu sayatan/tusukan ke daerah yang

sudah di oleskan minyak zaitun disesuaikan dengan titik pengekopan

h. Letakkan gelas kop pada tempat semula, lalu sedot lagi secukupnya

kemudian diamkan lagi selama 1-2 menit, gelas mulai kelihatan terisi

darah kotor akibat adanya tekanan udara dalam gelas tersebut.

i. Ambil tissue dan letakkan di bawah gelas dengan tangan kiri, lalu

perlahan buka penutup udara bagian atas gelas dan segera di buka,

ditekan lalu arahkan agar darah masuk semua ke dalam gelas bekam

dengan tangan kanan. Tahan tissue dengan tangan kiri samapai sisa

darah habis dan bersihkan ke area bekas pengekopan

j. Bersihkan gelas bekam yang berisi darah kotor dengan tissue,

semakin parah kondisi penyakit seseorang maka semakin merah

kehitaman darah yang di hasilkan dari pembekaman

k. Lakukan lagi proses penyedotan sekurang-kurangnya 5 kali maksimal

9 kali pengekopan, tergantung dari darah keluar terus menerus sampai

darah tidak benar-benar keluar lagi

l. Lama pembekaman 30-60 menit tergantung dari banyaknya titik

pembekaman yang di lakukan


m. Setelah darah tidak keluar lagi dan pengekopan sudah terasa cukup

oleskan lagi minyak zaitun pada area bekas tusukan denagn merata

n. Pisahkan gelas bekam kotor dengan gelas bekam yang bersih bersih

o. Bekam dengan mengeluarkan darah pada kulit yang yang sebelumnya

sudah ditusuk-tusuk dengan jarum bekam (Purwanto, 2017).

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan antara konsep satu dengan konsep

lain dari masalah yang diteliti. Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang akan

diteliti sesuai dengan tujuan dan pemikiran peneliti yaitu mendapatkan gambaran

tentang perbedaan kadar kolesterol sebelum dan sesudah dilakukan terapi bekam

pada pasien Hiperkolesterolemia.

Kadar kolesterol Kadar kolesterol


sebelum terapi Terapi bekam setelah terapi
bekam bekam

Variabel Confounding:

 Usia
 Jenis Kelamin
Gambar 3.1 Kerangka Konsep

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rancangan yang dibuat olehpeneliti sebagai bentuk

kegiatan yang akan dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan penelitian

observasional, menilai apakah terapi bekam berpengaruh terhadap penururunan

kadar kolesterol pada pasien hiperkolesterolemia. Penelitian ini menggunakan

data primer yang didapatkan melalui pemeriksaan atau pengecekan kadar asam

urat pada pasien yang mengikuti terapi bekam di Klinik Mandiri Bapak Ilham

Panut Pranata Kalibaru.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang

telahditetapkan [ CITATION Nur17 \l 1033 ]. Populasi adalah keseluruhan pasien


Hiperkolesterolemia yang sedang menjalani terapi bekam pada tanggal 20

Januari sampai 30 Januai 2021 di Klinik Mandiri Bapak Ilham Panut Pranata

Kalibaru sebanyak 15 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyekyang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi(Nursalam, 2017). besarnya

sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung menggunakan Rumus

Slovinsebagai berikut:

N
n=
1+ N e2

Dimana :

n : Ukuran sampel
N : Jumlah Populasi
E : Toleransi kesalahan (error tolerance), untuk

penelitian kesehatan sebesar 5% atau 0,05

Maka :

N
n=
1+ N e2

15
n=
1+15(0,05)2
15
n=
1+15(0,0025)

15
n=
1+(0,0375)

15
n=
1,0375

n = 14,45

Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan

tingkat kemaknaan sebesar 95% adalah sebesar 14,45 dengan pembulatan 14

responden.

Pada penelitian ini kriteria inklusi antara lain:

a. Semua pasien yang terdiagnosis hiperkoleterolemia yang sedang mengikuti

terapi bekam di Klinik Mandiri Bapak Ilham Panut Pranata Kalibaru.

b. Mau bekerja sama dalam penelitian.

Sedangkan untuk Kriteria Eksklusi antara lain:

a.Pasien yang tidak terdiagnosis hiperkolesterolemia.

b. Pasien yang berhenti menjalani terapi dan memilih penyembuhan dengan

mengkonsumsi obat – obatan.

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

4.3.1 Tempat Penelitian


Merupakan lokasi penelitian dilaksanakan dan atau sumber data

penelitian diambil (Nursalam, 2017). Tempat penelitian pada penelitian ini

adalah di Klinik Mandiri Bapak Ilham Panut Pranata Kalibaru.

4.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 20 – 30 Januari 2021.

4.4 Penatalaksanaan Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian di Klinik Mandiri Bapak Ilham Panut Pranata Kalibaru

2. Data Pasien

Data yang dikumpulkan merupakan data mengenai :

a. Umur

b. Jenis kelamin

c. Kadar kolesterol sebelum diterapi

4.5 Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang dimanipulasi oleh peneliti

untuk menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Variabel ini

biasanya diamati, diukur, untuk diketahui hubungannya dengan variabel lain.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah kadar kolesterol sebelum

dilakukan terapi bekam.


2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah respon atau output. Sebagai variabel respon

berarti variabel ini akan muncul sebagai akibat dari manipulasi suatu variabel

independen. Variabel dependen penelitian ini adalah kadar kolesterol setelah

dilakukan terapi bekam.

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data alat cek kadar

kolesterol dan alat bekam. Tujuannya untuk melihat tingginya kadar koleterol dan

penurunan kadar kolesterol setelah dilakukan terapi bekam di Klinik Mandiri

Bapak Ilham Panut Pranata Kalibaru.

4.7 Cara Pengumpulan Data

Data penelitian ini diperoleh dari data primer hasil pemeriksaan kolesterol.

Diperlukan untuk mengetahui keadaan umum pasien dan menanyakan apakah

pasien memiliki riwayat Hipertensi sebelum terapi dan memantau keberhasilan

terapi pasien.
4.8 Mekanisme Penelitian

Pasien terdiagnosis
Hiperkolesterolenia

Kriteria inklusi ekslusi

Informed consent

Responden

Sebelum dilakukan terapi bekam dan sesudah dilakukan bekam

Penurunan kadar kolesterol

Analisis data
4.9 Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik (metode

analisis kuantitatif) dalam bentuk tabel. Variabel yang mempengaruhi disebut

variabel tergantung atau dependen yaitu kadar asam urat, sedangkan variabel yang

mempengaruhi disebut variabel bebas atau variabel independen yaitu terapi

bekam. Adapun langkah-langkah pengujian ini adalah sebagai berikut :

1. Penentuan hipotesis

H 0 :Tidak ada pengaruh antara Terapi bekam dengan penurunan kadar asam

urat.

H 1:Ada pengaruh antara Terapi bekam dengan penurunan kadar asam urat.

Pengambilan Keputusan :

Y = Terapi Bekam

X = Penurunan kadar asam urat

2. Penentuan kesimpulan

Apabila H 0 diterima maka variabel bebas tidak berpengaruh secarasignifikan

terhadap variabel terikat.

Apabila H 0 ditolak maka variabel berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel terikat.
4.10 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan persetujuan ijin

kepada instansi pendidikan dan tempat Klinik Mandiri Ilham Panut Pranata

sebagai bahan dalam penyusunan miniresearch. Kemudian pertanyaan

disampaikan ke responden yang diteliti dengan menekankan pada masalah

etika [ CITATION Not181 \l 1033 ], bentuk etika penelitian antara lain meliputi:

a. Informed Consent (lembar persetujuan).

Tujuannya adalah agar responden mengetahui maksud tujuan

penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika

responden bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar

persetujuan.Jika responden menolak untuk diteliti tidak akan memaksa dan

tetap menghormati haknya.

b. Confidentiality (kerahasiaan).

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang diperoleh dari

responden. Hanya data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan

pada hasil riset.

c. Benefit (kemanfaatan).

Peneliti harus secara jelas mengetahui manfaat dan resiko yang

mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat yang

diperoleh lebih besar daripada resiko atau dampak negatif yang akan

terjadi. Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian

guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subjek

penelitian.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Data

Penelitian ini dilakukan dengan data primer yang didapat saat pasien datang

ke Klinik Mandiri Bapak Ilham Panut Pranata. Jumlah subjek pada penelitian ini

adalah 14 orang. Dari Hasil pengumpulan data didapatkan jenis kelamin, usia,

Kadar Kolesterol sebelum dan sesudah pemberian terapi, dan pengaruh terapi

Bekam Terhadap Kadar Kolesterol.

Tabel 5.1 Data Pasien Kolesterol Berdasarkan Jenis Kelamin di Klinik Mandiri

Ilham Panut Pranata Kalibaru

Jumlah (n) Presentase


Laki-laki 6 42,8%
Perempuan 8 57,2%
Jumlah 14 100%
Berdasarkan table 5.1 jenis kelamin pasien Kolesterol yang diberi terapi bekam

di Klinik Mandiri Ilham Panut Pranata yaitu laki-laki sebanyak 6 orang (42,8%),

perempuan sebanyak 8 orang (57,2%) dari data di atas yang terbanyak adalah pasien

perempuan. Dalam penelitian ini subjek yang diteliti adalah laki-laki dan perempuan

sebanyak 14 orang yang memiliki kadar Kolesterol diatas normal dan diberi terapi

bekam.

Kolesterol adalah konsitituen utama membrane plasma dan lipoprotein plasma.

Senyawa ini sering ditemukan sebagai ester kolesteril dengan gugus hidroksil di

posisi 3 yang mengalami esterifikasi dengan suatu asam lemak rantai panjang

(Murray, 2015).

Tabel 5.2 Data Pasien Kolesterol Berdasarkan Usia di Klinik Mandiri Kalibaru

Usia Jumlah (n) Presentase


40-49 8 57,1%
30-39 4 28,6%
18-29 2 14,3%
Jumlah 14 100%

Berdasarkan pada tabel 5.2 usia, pasien kolesterol yang melakukan terapi bekam

di Klinik Mandiri Kalibaru antara lain usia 40-49 (pertengahan/middle age) tahun

merupakan kelompok usia terbanyak yang melakukan terapi bekam yaitu berjumlah 8

orang (57,1% ) dibandingkan dengan kelompok usia yang lain. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh (Soleha, 2017) menunjukkan bahwa semakin

bertambah usia semakin tinggi resiko terkena hiperkolesteromia karena pada saat

usianya semakin bertambah akan mengalami penurunan kadar hormone tertentu yang
membuat kemampuan tubuh dalam menyeimbangkan kadar kolesterol menjadi

terganggu.

5.2 Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai