Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN STUDI KASUS

PRAKTIK KERJA LAPANG ROTASI KLINIK SECARA DARING


PENATALAKSANAAN ASUHAN GIZI PADA PASIEN BEDAH

Oleh :

Nama Mahasiswa : Amelia Dwinanda Andyre

NIM : 2330121004

PROGRAM STUDI S-1 GIZI


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022

1
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTIK KERJA LAPANG ROTASI KLINIK SECARA DARING
PENATALAKSANAAN ASUHAN GIZI PADA PASIEN BEDAH

Tanggal :
28 November 2022

Oleh :
Amelia Dwinanda Andyre
2330121004

Telah mendapat persetujuan dan dipresentasikan pada


Hari/Tanggal :
Senin/28 November 2022

Clinical Supervisor

Rizki Nurmalya Kardina, S.Gz., M.Kes


NPP. 1306889

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan
judul “Laporan Praktik Kerja Lapang Rotasi Klinik Secara Daring
Penatalaksanaan Asuhan Gizi Pada Pasien Bedah”
Dalam penyusuanan laporan ini, penyusun banyak mendapat
petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng selaku Rektor Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya
2. Prof. S. P. Edijanto, dr., Sp.PK (K) selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
3. Rizki Nurmalya Kardina, S.Gz., M.Kes selaku ketua program studi
S1 Gizi Fakultas Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
dan Clinical Supervisor yang telah memberi bimbingan dan
dukungan dalam penulisan laporan pkl ini
4. Sa’bania Hari Raharjeng, S.Gz.RD., MPH selaku dosen PJMK PKL
Klinik yang telah memberikan arahan, bimbingan, nasehat, dan saran
yang diberikan hingga terselesaikan penyusunan laporan pkl ini
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal
dan perbuatan yang telah diberikan dan semoga Laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) ini berguna baik bagi diri sendiri maupun bagi pihak lain
yang memanfaatkan.

Surabaya
28 November 2022

Penyusun

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
DAFTAR TABEL 6
DAFTAR GAMBAR 7
DAFTAR LAMPIRAN 8
BAB I PENDAHULUAN 9
1.1 Latar Belakang 9
1.2 Tujuan 10
BAB II NUTRITIONAL CARE PROCESS (NCP) 11
2.1. IDENTITAS PASIEN 11
2.2 ASSESSMENT 11
2.2.1 Antropometri 11
2.2.2 Biokimia 12
2.2.3 Fisik/Klinis 12
2.2.4 Riwayat Asupan 12
2.2.5 Riwayat Obat 15
2.2.6 Sosial Ekonomi 16
2.3 DIAGNOSA 17
2.4 INTERVENSI 20
2.5 MONITORING DAN EVALUASI 23
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 24
BAB IV HASIL 31
BAB V PEMBAHASAN 41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 43
DAFTAR PUSTAKA 44
LAMPIRAN 45

4
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Laboratorium Tanggal 17 Oktober 2022 1


2
Tabel 2.2 Hasil Wawancara Semi-FFQ Tanggal 18 Oktober 2022 12
Tabel 2.3 Hasil Assessment 24 Hour Recall Pasien 14
Tabel 2.4 Nilai Laboratorium dan Masalah Yang Ditemukan 17
Tabel 2.5 Rencana Monitoring dan Evaluasi 22
Tabel 4.1 Monitoring dan Evaluasi Konsumsi Energi dan Zat Gizi 31
Tabel 4.2 Pemenuhan Kebutuhan Energi 33
Tabel 4.3 Pemenuhan Kebutuhan Lemak 35
Tabel 4.4 Pemenuhan Kebutuhan Karbohidrat 38
Tabel 4.5 Monitoring dan Evaluasi Antropometri 40
Tabel 4.6 Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Fisik/Klinis 42

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Hubungan Antara Sepsis dengan SIRS 26


Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Asupan Energi dengan Zat Gizi 32
Gambar 4.2 Grafik Pemenuhan Kebutuhan Energi 33
Gambar 4.3 Pemenuhan Kebutuhan Protein 33
Gambar 4.4 Grafik Pemenuhan Kebutuhan Protein 35
Gambar 4.5 Grafik Pemenuhan Kebutuhan Lemak 37
Gambar 4.6 Grafik Pemenuhan Kebutuhan Karbohidrat 40

6
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Nutrition Care Process 45


Lampiran 2 Tujuan, Prinsip, Syarat Diet 46
Lampiran 3 Hasil Monitoring dan Evaluasi 47
Lampiran 4 Contoh Menu Sehari Untuk Pasien 48
Lampiran 5 Media Edukasi 49

7
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sepsis merupakan adanya respon sistemik terhadap infeksi di dalam
tubuh yang dapat berkembang menjadi sepsis berat dan syok septik. Sepsis
berat dan syok septik adalah masalah Kesehatan utama dan menyebabkan
kematian terhadap jutaan orang setiap tahunnya. Sepsis berat merupakan
sepsis disertai dengfan kondisi disfungsi organ, yang disebabkan karena
inflamasi sistemik dan respon prokoagulan terhadap infeksi. Syok septik
didefinisikan sebagai kondisi sepsis dengan hipotensi refrakter (tekanan
darah sistolik <90 mmHg. Kriteria untuk diagnosis sepsis dan sepsis berat
pertama kali dibentuk pada tahun 1991 oleh American College of Chest
Physician and Society of Critical Care Medicine Consensus (Irvan, 2018)
Ulkus diabetikum merupakan keadaan ditemukannya infeksi, tukak
dan atau destruksi ke jaringan kulit yang paling dalam di kaki pada pasien
Diabetes Melitus (DM) akibat abnormalitas saraf dan gangguan pembuluh
darah arteri perifer. Ulkus diabetikum dapat dicegah dengan melakukan
intervensi sederhana sehingga kejadian angka amputasi dapat diturunkan
hingga 80%. Amputasi memberikan pengaruh besar teerhadap seorang
individu diantaranya kehilangan produktivitas, meningkatkan
ketergantungan terhadap orang lain serta biaya mahal yang dikeluarkan
untuk penyembuhan. (Rudy, 2019)
Tata laksana dalam kasus bedah ini diawali dengan pengaturan diet
yang sangat penting dalam proses pra maupun pasca pembedahan. Diet pra
bedah bertujuan untuk mengoptimalkan status gizi pasien sehingga tersedia
cadangan untuk mengatasi stress dan penyembuhan luka, sedangkan diet
pasca bedah bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan, mengganti
kehilangan zat gizi saat pembedahan, dan meningkatkan daya tahan tubuh
pasien (Almatsier, 2010). Selain itu pada penderita sepsis ulkus pedis DM
juga berpengaruh dalam pertahanan dan diferensiasi sel, serta pemulihan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa penatalaksanaan gizi pasien diperlukan

8
dalam mengatur atau tata laksana sepsis ulkus pedis dan terapi
pembedahannya agar dapat mempercepat proses penyembuhan pasien.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan tata laksana gizi adalah meningkatkan wawasan dan
pengetahuan serta pemahaman mahasiswa mengenai kasus pada
instansi dan untuk melatih mahasiswa agar lebih kritis terhadap kasus
yang diberikan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu mengkaji skrining gizi dan pengkajian awal gizi pada
pasien bedah di Rumah Sakit.
2. Mampu menetapkan diagnosa gizi berdasarkan identifikasi masalah
yang diperoleh pada pasien bedah di Rumah Sakit.
3. Mampu melakukan intervensi gizi, rencana dan implementasi
asuhan gizi pada pasien bedah di Rumah Sakit.
4. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi pada
pasien bedah di Rumah Sakit.

9
BAB 2
NUTRITIONAL CARE PROCESS (NCP)

2.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 47 tahun
Register/RM : 5973XXX
Tgl. MRS : 13 Oktober 2022
Diagnosa : Sepsis post amputasi below knee
ulkus pedis NIDDM
Tanggal Skrining : 18 Oktober 2022

2.2 Assessment (Pengambilan Data 18 Oktober 2022)


2.2.1 Antropometri
Panjang Ulna : 23 cm
LILA : 20 cm
TB menurut Panjang Ulna : (Sumber : Anupriya A & Kalpana R,
2016)
56,048 + (3,839 x Panjang ulna)
56,048 + (3,839 x 23)
144,345 cm
BBI (Rumus Brocca Modifikasi, 1871) :
(TB-100) – (10%xTB-100)
= (144,345-100) – (10%x144,345-100)
= 39,91 Kg
Status Gizi Berdasarkan LILA :
% LILA = (LILA yang diukur/LILA menurut standar) x 100
= (20/24,4) x 100
= 81,96 %
Status gizi Ny. S adalah gizi kurang

10
2.2.2 Biokimia
Tabel 2.1 Hasil Laboratorium Tanggal 17 Oktober 2022
Data Nilai Nilai Normal Interpretasi
Laboratorium
Limfosit 25,7% 20 - 40 Normal
Neutrofil 71,7% 50 - 70 Tinggi
Trombosit 164 150 - 450 Normal
MCHC 33,6 33 - 37 Normal
MCH 28,3 27 - 32 Normal
MCV 84,1 80,9 - 90 Normal
Hb 10,7 12 - 16 Rendah
Leukosit 7,4 4,8 – 10,8 Normal
GDS 224 60 - 199 Tinggi

2.2.3 Fisik/Klinis
Data Fisik/Klinis Nilai Nilai Normal Interpretasi
Tekanan Darah 119/68 120/80 Rendah
Nadi 104 60 - 100 Tinggi
RR 24 12 - 20 Tinggi
Kesadaran Umum Lemah Baik Lemah
Suhu 38 36 - 37 Tinggi
GCS 4–5-6 4–5-6 Normal
Luka DM Mulai Tidak ada luka Ada luka DM
kesulitan
berjalan luka
di kaki pasien
tidak
mengering atau
membaik
bahkan terlihat
sedikit
bernanah.

11
2.2.4 Dietay Assessment
a. Dahulu
Tabel 2.2 Hasil Wawancara Semi-FFQ Tanggal 18 Oktober 2022
No Bahan URT Gr Frekuensi Frek/Hari Gram/Hari
Makanan Hr Mg Bln
1 Nasi 1 centong 100 3 3 300

2 Kulit ayam 3 sdm 30 3 3 90


goreng

3 Ikan Bakar 1 potong 30 2 2 60


kecil
4 Daging 1 potong 35 3 3/7 15
Sapi sedang
Goreng
5 Tahu 1 potong 50 5 5 250
Goreng
6 Bayam 1 30 5 5/7 21,4
mangkuk
7 Mangga 1 buah 160 1 1 160
8 Kopi Susu 1 gelas 240 1 1 240

9 Minuman 1 gelas 240 1 1 240


Berenergi

Pasien mempunyai kebiasaan makan 3x sehari dengan susunan menu


sebagai berikut :
- Frekuensi makan utama 3x sehari. Makanan disiapkan sendiri
(jarang membeli makanan dari luar)
- Makanan pokok yang sering dikonsumsi adalah nasi putih 3x/hari
@1 centong
- Lauk yang disukai adalah kulit ayam (goreng) 3x/hari @3 sdm, ikan
(bakar) 2x/hari @1 ptg kecil, dan daging sapi 3x/minggu @1 ptg sedang
(goreng). Pasien menyukai tahu goreng (5x/hari) @1 ptg
- Sayuran yang dikonsumsi adalah bayam, kangkung, labu siam, dan
katuk (dikonsumsi berselang-seling) 5x/minggu (setiap kali makan selalu
ada sayur). Sayuran diolah dengan cara dibening,, disantan atau ditumis.

12
- Buah yang dikonsumsi adalah buah naga, mangga, atau jeruk. Buah
dikonsumsi berselang-seling 1 macam/hari @1 buah.
- Pasien gemar mengonsumsi minuman berenergi tinggi (hampir
setiap hari) dan selalu mengonsumsi kopi susu setiap siang @1 gelas.

Dari hasil semi-FFQ didapatkan data asupan energi dan zat gizi per hari :
- Energi :2451 kkal (125,8%)
- Protein : 132 gram (135,6%)
- Lemak : 56 gram (129,3%)
- Karbohidrat : 322,8 (132,5%)

Energi Protein Lemak Karbohidrat


Asupan (gr) 2451 132 56 322,8
Kebutuhan (gr) 1947,7 97,3 43,28 243,46
Presentase (%) 125,8 135,6 129,3 132,5
Kategori Asupan Asupan Asupan Asupan
berlebih berlebih berlebih berlebih

b. Sekarang
- Pasien telah sadar penuh dan menerima diet lunak dengan hasil
recall (oral) sebagai berikut :
Energi 660 kkal
Protein 15 gram
Lemak 10 gram
Karbohidrat 82 gram
Berikut ini adalah hasil assessment 24 hour recall pasien tanggal 18 Oktober
2019

13
Tabel 2.3 Hasil Assessment 24 Hour Recall Pasien Tanggal 18 Oktober
2022
Asupan Zat Gizi Energi (kkal) Protein (gram) Lemak (gram) Karbohidrat
(gram)
24-H Recall 660 15 10 82
Kebutuhan Gizi 1947,7 97,3 43,28 243,46

Presentase (%)* 33,8 15,4 23 33,6

Kategori Defisit tingkat Defisit tingkat Defisit tingkat Defisit


berat berat berat tingkat
berat
*Persentase (%) dibandingkan dengan total kebutuhan per hari

Berdasarkan hasil assessment 24-hour recall pasien diatas, diketahui bahwa


asupan makan pasien dengan kategori energi, protein, lemak, dan karbohidrat saat ini
tergolong dalam deficit tingkat berat (<70%).

2.2.5 Obat
Obat yang diberikan pada pasien saat ini adalah :
Fungsi Interaksi
IV Meropenem Meropenem berfungsi untuk menangani Interaksi meropenem
berbagai penyakit infeksi bakteri, seperti diantaranya dapat
meningitis, infeksi kulit yang parah, menyebabkan
infeksi organ dan lapisan perut, atau beberapa efek samping
infeksi saluran pernapasan (NLM, 2018) umum antara lain;
mual, muntah, diare,
konstipasi, ruam kulit,
sakit kepala dan
anemia.
IV Metronidazole Metronidazole berfungsi untuk Interaksi
menangani penyakit infeksi bakteri, metronidazole dapat
seperti bacterial vaginosis, penyakit diminum dengan
menular seksual, atau infeksi organ dan makanan jika terjadi
jaringan perut, termasuk peritonitis. nyeri perut atas .
Selain itu obat ini juga bisa digunakan Hindari minuman
untuk menangani infeksi parasite beralkohol
tertentu, seperti trikomoniasis atau menyebabkan
amebiasis (NLM, 2018) terjadinya mual dan
muntah
IV Paracetamol Paracetamol berfungsi untuk meredakan Parasetamol umumnya
demam dan nyeri. (NLM, 2018) memiliki interaksi
terhadap karbohidrat

14
dan alkohol.
Dimana penggunaan
parasetamol bersama
makanan yang
mengandung
karbohidrat akan
memperlambat laju
absorbsinya.
IV Novorapid Novorapid berfungsi sebagai sediaan Risiko interaksi antara
yang mengandung insulin aspart yang novorapid dengan
termasuk dalam golongan insulin analog makanan tertentu
kerja cepat (Rapid-Acting). Insulin ini adalah meningkatkan
digunakan untuk pengobatan pada risiko efek samping
diabetes melitus. (NLM, 2018) dan mengubah cara
kerja obat di dalam
tubuh
IV Ranitidin Ranitidin berfungsi untuk mengobati Obat ini dapat
gejala atau penyakit yang berkaitan berinteraksi dengan
dengan produksi asam lambung propantheline
berlebih. Beberapa kondisi yang dapat bromide, teofilin,
ditangani dengan ranitidine adalah tukak diazepam, propanolol,
lambung, penyakit maag, GERD. ketoconazole,
(NLM, 2018) midazolam, antasida,
dan sukralfat. Obat ini
dapat dikonsumsi
sebelum makan atau
sesudah makan (untuk
sediaan oral). Obat ini
sebaiknya tidak
digunakan bersama
dengan nikotin.
IV Levenir Levemir berfungsi sebagai sediaan yang Interaksi yang
mengandung insulin detemir yang mungkin terjadi
termasuk dalam golongan insulin analog adalah: Hipoglikemia,
kerja Panjang (Long-Acting) dan Reaksi di area injeksi,
bekerja hingga 24 jam. Insulin ini Reaksi anafilaksis
digunakan untuk pengibatan diabetes (alergi berat)
melitus pada orang dewasa. (NLM,
2018)
IV D5% 500 cc Larutan nutrisi dalam kemasan infus
Interaksi umum yang
yang digunakan sebagai terapi pengganti
mungkin muncul
cairan selama dehidrasi. Berbentuk
setelah menggunakan
cairan steril yang dibeikan lewat
dextrose adalah nyeri
pembuluh vena mealui infus atau
dan iritasi pada area
suntikan. Kegunaan umum dari dextrose
suntikan. Pada
adalah memenuhi kebutuhan gula darah
beberapa kondisi,
pada pengidap hipoglikemia (gula darah
penggunaan dextrose
rendah) dan diabetes tipe 2 (diabetes

15
mellitus) (NLM, 2018)
juga bisa
menyebabkan
terjadinya
hiperglikemia, yang
bisa ditandai dengan
gejala tertentu, seperti
napas berbau buah,
haus yang terus
menerus, mual,
muntah, lelah tanpa
sebab, sering buang air
kecil.

2.2.6 Ekologi
a. Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama sendiri, namun rumah pasien
bersebelahan dengan rumah kakak pasien. Pasien memiliki sebuah
warung di depan rumah. Sehari-hari, pasien menghabiskan waktu
dengan berbelanja, memasak, dan membersihkan rumah. Pasien
mengikuti perkumpulan pasien diabetes mellitus yang dibentuk oleh
Puskesmas Gondokusuman 1, dimana salah satu kegiatannya adalah
senam pagi setiap hari Jum’at selama 60 menit. Pasien belum pernah
menerima konseling gizi sebelumnya.

b. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien terdiagnosis Diabetes Mellitus sejak 3 bulan yang lalu
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien terdiagnosis Sepsis Post Amputasi Below Knee Ulkus
Pedis NIDDM

16
2.3 Diagnosis
2.3.1 Analisis Masalah

Konsumsi Konsumsi
makanan tinggi Kurangnya
makanan tinggi
lemak aktivitas fisik
gula

Penyerapan Trigliserida

Peningkatan Insulin

Stress metabolik

Kurangnya
Nilai GDS dan
motivasi diri
GDP tinggi
dalam memilih
bahan makanan

Peningkatan
Anemia Sepsis Ulkus
Kebutuhan Protein
Pedis
dan Fe

Penurunan
Kebutuhan
Karbohidrat

17
Pola makan pasien sebelum terdiagnosis diabetes mellitus tergolong
salah, karena pasien senang mengonsumsi makanan tinggi lemak, dan tinggi
gula. Selain itu, pasien juga jarang melakukan aktiitas fisik. Pasien
terdeteksi diabetes melitus sejak 3 bulan yang lalu, selain itu terdapat sepsis
post amputasi below knee ulkus pedis NIDDM.
Pada penderita sepsis, salah satu gejala yag khas adalah adanya luka
diabetes dan apabila sudah semakin memburuk akan dilakukan amputasi.
Pada saat dilakukan bedah juga memiliki resiko perdarahan sehingga hb
pasien rendah dan dibutuhkan protein, Fe, dan vitamin c yang tinggi.
Kondisi diabetes melitus yang diderita pasien ditandai dengan
peningkatan kadar gula darah puasa. Pada penderita diabetes melitus, terjadi
gangguan fungsi sel betha pancreas, sehingga sekresi insulin tidak optimal.
Insulin berfungsi dalam memfasilitasi masuknya glukosa tidak dapat masuk
ke dalam sel (Ridwan, 2018). Selain itu peningkatan kadar gula darah puasa
disebabkan juga oleh kurangnya motiasi diri pasien dalam menerapkan diet,
ditandai dengan pemilihan bahan makanan yang kurang tepat, terutama
makanan selingan pasien (kopi susu, minuman berenergi dan makan-
makanan yang digoreng dan disantan). Oleh karena itu, diperlukan
pembatasan asupan karbohidrat untuk membant u menurunkan gula darah
pasien.

18
2.3.2 Daftar Masalah
1. Intake
- Asupan makan pasien rendah berdasarkan recall (oral) pasien yaitu
energi 660 kkal (33,8%), protein 15 gram (15,4%), lemak 10 gram
(23%), karbohidrat 82 gram (33,6%).
- Status Gizi pasien kurang yaitu 81,96% apabila diukur berdasarkan
%LILA.
2. Behavior
- Kebiasaan makan pasien yaitu suka mengkonsumsi makanan atau
snack yang tinggi gula dan natrium tinggi seperti mi instan dan kopi
susu setiap siang hari.
- Cara pengolahan makanan pasien sebagian besar digoreng dan
disantan yang kurang tepat.
3. Fisik/Klinis
- Keadaan umum pasien lemah, suhu pasien tinggi yaitu 38 C, tekanan
darah pasien rendah yaitu 119/68 mmHg, respiration rate pasien tinggi
yaitu 24x/menit, dan pasien memiliki luka DM
- Hb pasien rendah yaitu 10,7, GDS pasien tinggi yaitu 224, dan nilai
neutrophil pasien tinggi yaitu 71,7.
2.3.3 Diagnosis Gizi
NI-1.1
Peningkatan kebutuhan energi expenditure dikaitkan dengan peningkatan
kebutuhan akibat infeksi ditndai drngan sepsis dan limfosit tinggi
NI-5.4
Peningkatan kebutuhan zat gizi spesfik (protein) dikaitkan dengan
peningkatan metabolisme post operasi ditandai dengan Hb rendah (10,7),
leukosit tinggi (8,4) dan diagnosa medis Sepsis Post Amputasi Below Knee
Ulkus Pedis NIDDM.
NI-2.1
Kekurangan intake makanan dan minuman oral dikaitkan dengan penurunan
nafsu makan pasien ditandai dengan hasil recall yaitu energi sebesar 660

19
kkal (33,8%) protein sebesar 15 gr (15,4%), lemak sebesar 10 gr (23%) dan
karbohidrat 82 gr (33,6%) asupan makanan pasien menurun.
NB-1.1
Pengetahuan yang kurang dikaitkan dengan makanan dan zat gizi akibat
belum mendapatkan edukasi gizi sebelumnya ditandai dengan cara
pengolahan makanan pasien banyak digoreng dan disantan
NC-2.2
Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi khusus dikaitkan oleh adanya
penyait diabetes mellitus dan adanya post amputasi below knee ulkus pedis
ditandai dengan Hb 10,7 g/dL (rendah), Neutrofil 71,7 (rendah) dan GDS
224 mg/d (tinggi).

Rencana Intervensi
1. ND-1.2 Modifikasi jenis, atau jumlah makanan dan zat gizi pada waktu
makan atau pada waktu khusus
a. Tujuan Diet
1. Memperbaiki kebiasaan makan untuk mendapatkan
control metabolic yang baik
2. Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal
dengan menyeimbangkan asupan makanan
3. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau
mencapai berat badan normal
4. Menghindari komplikasi akut pada pasien
5. Tersedia cadangan zat gizi untuk mengatasi stres dan
penyembuhan luka

b. Prinsip Diet
1. Energi tinggi
2. Karbohidrat rendah
3. Lemak cukup
4. Protein tinggi

20
c. Syarat Diet
1. Energi tinggi yaitu 1947,7 kkal untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal.
2. Karbohidrat rendah yaitu 50% dari total kebutuhan
energi yaitu sebanyak 243,46 gram untuk menghindari
komplikasi lain pada pasien.
3. Lemak cukup yaitu 30% dari total kebutuhan energi
yaitu 43,28 gram untuk mempertahankan kondisi pasien
agar optimal.
4. Protein tinggi yaitu 20% dari total kebutuhan energi
sebesar 97,3 gram untuk mempercepat penyembuhan
luka.
5. Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari (bahan
makanan yang mengandung kolesterol diantaranya
adalah susu, keju, hati, usus, makanan cepat saji seperti
pizza dan hamburger)
6. Serat 20-25 gr/hari berasal dari berbagai sumber bahan
makanan, seperti kacang-kacangan, sayuran dan sumber
karbohidrat yang tinggi serat
7. Pemberian makanan dalam porsi kecil dan sering untuk
mengurangi rasa mual pasien 3x makanan utama dan 2x
snack
8. Makanan diberikan secara oral (tekstur lunak) karena
pasien dalam kondisi sadar.
9. Makanan diberikan tepat Jadwal Makan, tepat Jumlah
Makanan dan tepat Jenis bahan makanan (Prinsip 3J)
d. Perhitungan kebutuhan
Panjang ulna = 23 cm
LILA = 20 cm
TB menurut Panjang ulna = 85,8 + (2,97 x Panjang ulna)
= 85,8 + (2,97 x 23)
= 154,11 cm

21
BBI = (TB-100)-(10%xTB-100)
= (154,11-100)-(10%x154,11-100)
= 48,699 Kg
Basal = BBI x 25 kkal
= 48,7 x 25 kkal
= 1217,5 kkal (PERKENI, 2011)
TEE = Energi Basal + Energi Basal
(FA+FS-KU) (Rumus PERKENI, 2002)
= 1217,5 + 1217,5 (5%+60%-5%)
= 1217,5 + 1217,5 (60%)
= 1217,5 + 730,2
= 1947,7 gram
Protein = 20% x 1947,7
= 389,54 / 4
= 97,3 gram
Lemak = 30% x 1947,7
= 584,31 / 9
= 64,92 gram
Karbohidrat = 50% x 1947,7
= 973,85 / 4
= 243,46 gram
2. E-1.3 Informasi Dasar
Tujuan:
1. Memberikan penjelasan terkait diet penderita diabetes melitus
dan sepsis post amputasi below knee ulkus pedis NIDDM yang
dijalani saat ini kepada pasien dan keluarga pasien
2. Memberikan motivasi kepada pasien untuk menerapkan diet
yang dianjurkan
3. Memberikan motivasi kepada keluarga pasien untuk mendukung
pasien dalam menerapkan diet yang dianjurkan
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Materi : - Diet diabetes mellitus dan pasca bedah, meliputi:

22
● 3J (Jadwal makan yang dianjurkan (3x makanan utama dan 2x
makanan selingan), jenis makanan yang dianjurkan-dibatasi-
dihindari, serta jumlah makanan yang dianjurkan, yaitu sesuai
dengan perhitungan kebutuhan gizi pasien)
● Cara pengolahan makanan yang dianjurkan, yaitu dikukus,
direbus, dipanggang, ditumis, dan dimakan mentah (sayuran
seperti lalapan)
● Contoh menu sehari
Penggunaan bahan makanan penukar

Waktu : kurang lebih 20 menit


Media : Leaflet “Diet Diabetes Melitus”, “Diet Pasca Bedah”
dan “Daftar Bahan Makanan Penukar”

3. RC-1.1 Pertemuan Tim dengan Tenaga Medis Lain dan Tenaga


Laboratorium
Tujuan :
1. Mengetahui kondisi fisik klinis pasien (tanda-tanda vital seperti
tekanan darah, suhu, dan nadi)
2. Mengetahui nilai laboratorium pasien

4. Rencana Monitoring Evaluasi


Monitoring dan evaluasi yang perlu dilakukan pada pasien adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.5 Rencana Monitoring dan Evaluasi
Pengkajian Metode Frekuensi Target
Antropometri A.D-1.1 Pengukuran 3 hari Tidak ada
Antropometri langsung sekali penurunan
pasien Panjang
(Panjang ulna dan
ulna, dan LILA
LILA)
Biokimia BD-1.5 Pencatatan Jika ada Nilai
Profil dari rekam hasil laboratorium
Glukosa medik terbaru mendekati
(GDP, GDS< pasien normal

23
GD2JPP)
BD-1.10
Profil
Anemia Gizi
(Hb, MCV,
MCH,
MCHC)
Fisik/Klinis PD-1.1.9 Pencatatan Setiap hari Tanda-tanda
Tanda-tanda dari rekam vital normal
vital medis
Konsumsi FH-1.2.1 Repeated Setiap 24 Konsumsi
energi dan zat Asupan 24-hour jam 80% dari
gizi makan recall kebutuhan
pasien dan
makanan
selingan
(snack)
pasien
Tingkat FH-4.1 Wawancara 1 kali (saat Pasien
pengetahuan Pengetahuan konseling mengetahui
tentang gizi makanan dan gizi rekomendasi
zat gizi kepada diet yang
pasien) dianjurkan

BAB 3

24
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Sepsis
3.1.1 Definisi Sepsis
Sepsis merupakan infeksi atau ditemukan adanya suatu infeksi
bakteri, ketika sepsis berhubungan dengan kerusakan organ yang jauh dari
tempat infeksi, maka dinamakan severe sepsis. Sepsis berat dan syok septik
masalah kesehatan utama, yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh
dunia setiap tahun, membunuh satu dari empat (dan sering kali lebih), dan
kejadiannya masih meningkat. Mirip dengan politrauma, infark miokard
akut, atau stroke, kecepatan dan ketepatan terapi diberikan dalam jam awal
setelah sepsis berat berkembang cenderung mempengaruhi hasil.
Kriteria diagnosis dari Sepsis itu sendiri masih terus di perbaharui,
berikut kriteria terbaru tentang diagnosis sepsis (M Batara, 2018)
Gejala Umum:
1. Demam (>38,3°C)
2. Hipotermia (suhu pusat tubuh < 36°C)
3. Heart rate > 90/menit atau lebih dari dua standar deviasi diatas nilai
normal usia
4. Takipneu
5. Perubahan status mental
6. Edema signifikan ataukeseimbangan cairan positif (> 20 mL/Kg lebih
dari 24 jam)
7. Hiperglikemia (glukosa plasma > 140mg/dL atau 7,7 mmol/L) dan tidak
diabetes
Inflamasi:
1. Leukositosis (Hitung sel darah putih > 12.000 μL –1 )
2. Leukopeni (Hitung sel darah putih < 4000 μL –1 )
3. Hitung sel darah putih normal dengan lebih dari 10% ditemukan bentuk
imatur
4. C-reactive protein plasma lebih dari dua standar deviasi diatas nilai
normal
5. Prokalsitonin plasma lebih dari dua standar deviasi diatas nilai normal

25
Hemodinamik:
Hipotensi arteri (tekanan darah sistolik < 90mmHg, MAP < 70 mmHg, atau
tekanan darah sistolik turun > 40mmHg pada dewasa atau lebih rendah dua
standar deviasi dibawah nilai normal umur). (M Batara, 2018)

Disfungsi Organ:
1. Hipoksemia arterial (PaO2/FiO2 < 300)
2. Oliguria akut (jumlah urin < 0,5 mL/Kg/jam selama minimal 2 jam
meskipun resusitasi cairan adekuat
3. Peningkatan kreatinin > 0,5 mg/dL atau 44,2 μmol/L
4. Koagulasi abnormal (INR > 1,5 atau aPTT > 60 s)
5. Ileus (tidak terdengar suara usus)
6. Trombositopeni (hitung trombosit < 100.000 μL –1 )
7. Hiperbilirubinemia (bilirubin plasma total > 4mg/dL atau 70 μmol/L)
Perfusi Jaringan:
1. Hiperlaktatemia (> 1 mmol/L)
2. Penurunan kapiler refil
Kemudian mengenai kriteria Sepsis berat adalah sebagai berikut:
1. Sepsis-induced hipotensi
2. Laktat diatas batas atas nilai normal laboratorium
3. Jumlah urin < 0,5 mL/kg/jam selama lebih dari 2 jam walaupun resusitasi
cairan adekuat
4. Acute Lung Injury dengan PaO2/FiO2 < 250 dengan tidak adanya
pneumonia sebagai sumber infeksi
5. Acute Lung Injury dengan PaO2/FiO2 < 200 dengan adanya pneumonia
sebagai sumber infeksi
6. Kreatinin > 2,0 mg/dL (176,8 μmol/L)
7. Bilirubin > 2 mg/dL (34,2 μmol/L)
8. Hitung platelet < 100.000 μL
9. Koagulopati (international normalized ratio > 1,5) (M Batara, 2018)

26
Gambar 3.1 Hubungan antara Sepsis dengan SIRS

3.1.2 Etiologi dan Faktor Risiko Sepsis


Penyebab sepsis terbesar adalah bakteri gram negatif (60-70%)
kasus, yang menghasilkan berbagai produk dapat menstimulasi sel imun. Sel
tersebut akan terpacu untuk melepaskan mediator inflamasi. Produk yang
berperan penting terhadap sepsis adalah lipopolisakarida (LPS). LPS atau
endotoksin glikoprotein kompleks merupakan komponen utama membran
terluar dari bakteri gram negatif. Lipopolisakarida merangsang peradangan
jaringan, demam dan syok pada penderita yang terinfeksi. Struktur lipid A
dalam LPS bertanggung jawab terhadap reaksi dalam tubuh penderita.
Staphylococcus, Streptococcus, dan bakteri gram positif lainnya jarang
menyebabkan sepsis, dengan angka kejadian 20%-40% dari keseluruhan
kasus (DS Purwanto, 2018).
Magrofag mengeluarkan polipeptida yang disebut Tumor Necrosis
Factor (TNF) yaitu sitokin utama pada respon inflamasi akut terhadap
bakteri gram negatif dan mikroba lainnya. Infeksi yang berat dapat memicu
produksi TNF dalam jumlah besar dan menimbulkan reaksi sistemik. Selain
itu magrofag juga mengeluarkan Interleukin (IL-1), IL-6, dan IL-8 yang
merupakan mediator kunci dan sering meningkat sangat tinggi pada
penderita Immunocompromise yang mengalami sepsis. Staphylacocci,

27
Pneumococci, Streptococci dan bakteri gram positif lainnya jarang
menyebabkan sepsis dengan angka kejadian 20-40% dari keseluruhan kasus.
Selain itu jamur Oportunistic, virus (Dengue dan Herpes) atau protozoa
(Falciparum malariae) dilaporkan dapat menyebabkan sepsis walaupun
jarang (DS Purwanto, 2018).

3.1.3 Patofisiologi Sepsis


Sebagian besar penderita sepsis menunjukkan fokus infeksi jaringan
sebagai sumber bakteriemia, hal ini disebut bakteriemia sekunder. Sepsis
gram negatif merupakan bakteri komensal normal dalam tubuh dan
kemudian dapat menyebar ke organ. Fokus primer dari sepsis gram negatif
bisa terdapat pada saluran genitourinorium, saluran empedu dan saluran
gastrointestinum (DS Purwanto, 2018). Inflamasi merupakan respon tubuh
untuk berbagai macam stimulasi imunogen dari luar. Sitokin sebagai
mediator inflamasi tidak berdiri sendiri, tetapi masih banyak sistem imun
tubuh yang berperan dalam proses inflamasi. TNF, IL1, Interferon (IFN-ɣ)
merupakan sitokin pro inflamasi yang bekerja menghancurkan
mikroorganisme yang menginfeksi tubuh. Sedangkan, Interleukin respon
yang berlebihan (DS Purwanto, 2018). 1 reseptor antagonis (IL-1ra), IL-4,
IL-10 merupakan sitokin yang bersifat antiinfamasi yang bertugas untuk
memodulasi, koordinasi atau represi terhadap Penyebab sepsis dan syok
sepsis yang paling banyak adalah stimulasi toksin baik endotoksin maupun
eksotoksin. LPS dapat langsung membentuk LPSab (Lipo Poli Sakarida
Antibodi) bersama dengan antibodi serum darah. LPSab dalam serum
kemudian bereaksi dengan makrofag melalui Toll Like Receptors 4 (TLRs4)
sebagai reseptor transmembran dengan reseptor CD 14+ yang kemudian
makrofag mengaktifkan imuno modulator (E Irawan, 2020)
Pada bakteri gram positif eksotoksin dapat merangsang langsung
terhadap makrofag dengan melalui TLRs2 tetapi ada juga eksotoksin
sebagai super antigen. Pada kondisi sepsis tubuh akan berusaha bereaksi
dengan cara merangsang limfosit T mengeluarkan imuno modulator.
Sehingga pada keadaan sepsis akan terjadi peningkatan IL-1β dan TNF-α
pada serum penderita. IL-1β nantinya akan merangsang ICAM-1 (Inter

28
Cellular Adhesion Molecule-1) yang kemudian menyebabkan neutrofil yang
tersensitasi oleh GM-CSF (GranulocyteMacrophage Colony Stimulating
Factor) akan mudah mengadakan adhesi. Neutrofil yang beradhesi dengan
endotel akan mengeluarkan lisosim yang akan menyebabkan dinding
endotel lisis, sehingga endotel menjadi terbuka. Kerusakan endotel tersebut
akan menyebabkan gangguan vaskuler sehingga menyebabkan kerusakan
multi organ. Trombosis dan koagulasi dari pembuluh darah kecil bisa
mengakibatkan syok septik yang bisa berakhir pada kematian (E Irawan,
2020)
3.1.4 Gejala Klinis Sepsis
Sepsis mempunyai gejala klinis yang tidak spesifik, seperti demam,
menggigil, dan gejala konstitutif seperti lelah, malaise, gelisah atau
kebigungan. Tempat terjadinya infeksi paling sering adalah paru, traktus
digestifus, traktus urinarius, kulit, jaringan lunak dan saraf pusat. Gejala
sepsis akan menjadi lebih berat pada penderita usia lanjut, diabetes, kanker,
gagal organ utama, dan pasien dengan granulosiopenia. Tanda-tanda MODS
yang sering diikuti terjadinya syok septik adalah MODS dengan komplikasi
ARDS, koagulasi intravaskuler, gagal ginjal akut, perdarahan usus, gagal
hati, disfungsi sistem saraf pusat, dan gagal jantung yang semuanya akan
menimbulkan kematian. Pada sepsis berat muncul dampak dari penurunan
perfusi mempengaruhi setidaknya satu organ dengan gangguan kesadaran,
hipoksemia (PO2 <75 mmHg), peningkatan laktat plasma, atau oliguria
(≤30 ml / jam meskipun sudah diberikan cairan). Sekitar satu perempat dari
pasien mengalami sindrom gangguan pernapasan akut dengan infiltrat paru
bilateral, hipoksemia (PO2 <70 mmHg, FiO2 >0,4), dan kapiler paru
tekanan <18 mmHg. Pada syok septik terjadi hipoperfusi organ (Weber &
Fontana, 2019).
3.1.5 Tujuan, Prinsip, Syarat Diet Sepsis
a. Tujuan Diet Sepsis
1. Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat
untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan

29
2. Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal
(SG Snai, 2019)
b. Prinsip dan Syarat Diet Sepsis
1. Energi Tinggi : 40 – 45 kkal/kg BB
2. Protein Tinggi : 2,0-2,5 gr/BB
3. Lemak Cukup : 10-25% dari kebutuhan energi total
4. Karbohidrat cukup : sisa dari kebutuhan energi total
5. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan normal
6. Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna (SG Snai,
2019)

3.2 Diabetes Mellitus


3.2.1 Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kinerja insulin atau kedua (ADA, 2010). Berdasarkan Perkeni tahun
2011 Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme yang
bersifat kronis dengan karakteristik hiperglikemia. Berbagai komplikasi
dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol, misalnya
neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nefropati, dan gangren.
Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang
ditandai peningkatan glukosa darah (Hiperglikemi), disebabkan karena
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan untuk memfasilitasi
masuknya glukosa dalam sel agar dapat di gunakan untuk metabolisme dan
pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya insulin menjadikan glukosa
tertahan didalam darah dan menimbulkan peningkatan gula darah,
sementara sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat di butuhkan dalam
kelangsungan dan fungsi sel (Izzati & Nirmala dalam Meivi I.Derek, 2017).
3.2.2 Faktor Penyebab Diabetes Mellitus
Faktor penyebab menurut Budiyanto 2001 (Suiraoka, 2012)
dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: a. Faktor risiko yang tidak dapat
diubah :

30
1) Umur Manusia mengalami penurunan fisiologis setelah umur 40 tahun.
Diabetes Mellitus sering muncul setelah manusia memasuki umur rawan
tersebut. semakin bertambahnya umur, maka risiko menderita Diabetes
Mellitus akan meningkat terutama umur 45 tahun (kelompok risiko tinggi).
2) Jenis kelamin Distribusi penderita Diabetes Mellitus menurut jenis
kelamin sangat bervariasi. Di Amerika Serikat penderita Diabetes Mellitus
lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Namun, mekanisme
yang menghubungkan jenis kelamin dengan Diabetes Mellitus belum jelas.
3) Faktor keturunan Diabetes Mellitus cenderung diturunkan. Adanya
riwayat Diabetes Mellitus dalam keluarga terutama orang tua dan saudara
kandung memiliki risiko lebih besar terkena penyakit ini dibandingkan
dengan anggota keluarga yang tidak menderita Diabetes Mellitus. Ahli
menyebutkan bahwa Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang terpaut
kromosom seks atau kelamin. Umumnya, lakilaki menjadi penderita
sesungguhnya, sedangkan perempuan sebagai pihak yang membawa gen
untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
4) Riwayat penderita Diabetes Melitus gestasional Diabetes gestasional
dapat terjadi sekitar 2-5% pada ibu hamil. Biasanya Diabetes Mellitus akan
hilang setelah anak lahir. Namun, dapat pula terjadi Diabetes Mellitus
dikemudian hari. Ibu hamil yang menderita Diabetes Mellitus akan
melahirkan bayi besar dengan berat lebih dari 4000 gram. Apabila hal ini
terjadi, maka kemungkinan besar si ibu akan mengidap Diabetes Melitus
tipe II kelak. (Izzati & Nirmala dalam Meivi I.Derek, 2017).
b. Faktor risiko yang dapat diubah :
1) Obesitas Berdasarkan beberapa teori menyebutkan bahwa obesitas
merupakan factor predisposisi terjadinya resistensi insulin. Semakin banyak
jaringan lemak pada tubuh maka tubuh semakin resisten terhadap kerja
insulin, terutama bila lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul di
daerah sentral atau perut. Lemak dapat memblokir kerja insulin sehingga
glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam pembuluh
darah, sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Obesitas

31
merupakan faktor risiko terjadinya Diabetes Mellitus tipe II dimana sekitar
80-90% penderita mengalami obesitas
2) Aktivitas fisik kurang Berdasarkan penelitian bahwa aktivitas fisik yang
dilakukan secara teratur dapat menambah sensitivitas insulin. Prevalensi
Diabetes Mellitus mencapai 2-4 kali lipat terjadi pada individu yang kurang
aktif dibandingkan dengan individu yang aktif. Semakin kurang aktivitas
fisik, maka semakin mudah seseorang terkena penyakit Diabetes Mellitus.
Olahraga atau aktivitas fisik dapat membantu mengontrol berat badan.
Glukosa dalam darah akan dibakar menjadi energi, sehingga sel-sel tubuh
menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Selain itu, aktivitas fisik yang teratur
juga dapat melancarkan peredaran darah, menurunkan faktor risiko
terjadinya Diabetes Mellitus. 3) Pola makan Pola makan yang salah dapat
mengakibatkan kurang gizi atau kelebihan berat badan. Kedua hal tersebut
dapat meningkatkan risiko terkena Diabetes Mellitus. kurang gizi
(malnutrisi) dapat mengganggu fungsi pankreas dan mengakibatkan
gangguan sekresi.
3.2.3 Tujuan, Prinsip, dan Syarat Diet Diabetes Mellitus
1. Tujuan Diet Diabetes Mellitus
- Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal
- Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal
- Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai
berat badan normal
- Menghindari komplikasi akut pasien
- Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi
yang optimal (Suiraoka, 2019)
2. Prinsip Diet
- Energi tinggi
- Karbohidrat rendah
- Lemak cukup
- Protein tinggi

32
3. Syarat Diet
- Energi tinggi yaitu 1947,7 kkal untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal.
- Karbohidrat rendah yaitu 50% dari total kebutuhan energi yaitu
sebanyak 243,46 gram untuk menghindari komplikasi lain pada
pasien.
- Lemak cukup yaitu 30% dari total kebutuhan energi yaitu 43,28
gram untuk mempertahankan kondisi pasien agar optimal.
- Protein tinggi yaitu 20% dari total kebutuhan energi sebesar 97,3
gram untuk mempercepat penyembuhan luka.
- Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari (bahan makanan
yang mengandung kolesterol diantaranya adalah susu, keju, hati,
usus, makanan cepat saji seperti pizza dan hamburger)
- Serat 20-25 gr/hari berasal dari berbagai sumber bahan makanan,
seperti kacang-kacangan, sayuran dan sumber karbohidrat yang
tinggi serat
- Pemberian makanan dalam porsi kecil dan sering untuk
mengurangi rasa mual pasien 3x makanan utama dan 2x snack
- Makanan diberikan secara oral (tekstur lunak) karena pasien
dalam kondisi sadar.
- Makanan diberikan tepat Jadwal Makan, tepat Jumlah Makanan
dan tepat Jenis bahan makanan (Prinsip 3J)

33
BAB 4
HASIL
4.1 Monitoring dan Evaluasi Konsumsi Energi dan Zat Gizi
Monitoring konsumsi energi dan zat gizi pasien dilakukan selama
dua hari, yaitu pada tanggal 19 – 20 Oktober 2022. Monitoring konsumsi
energi dan zat gizi pasien dilakukan dengan metode 24 hour recall dan
pengamatan secara langsung. Evaluasi pemenuhan konsumsi dilihat dari
perbandingan antara asupan dengan target pemenuhan energi dan zat gizi
pasien pada saat pengamatan. Selama pengamatan hari pertama-kedua (19-
20 Oktober 2022), pasien diberikan diet lunak 1900 kkal. Diet tersebut
mengandung :
- Energi : 1947,7 kkal
- Protein : 97,3 gram
- Lemak : 43,28 gram
- Karbohdirat : 243,46 gram
Berikut ini merupakan hasil monitoring dan evaluasi konsumsi energi dan
zat gizi pasien pada pengamatan hari pertama-kedua:
Tabel 4.1 Monitoring dan Evaluasi Konsumsi Energi dan Zat Gizi
18 Oktober 19 Oktober 20 Oktober
2022 2022 2022
Asupan Oral
Energi (kkal) 660 (deficit tk. 972,6 (deficit 1300
berat) tk. ringan) (normal)
Protein (g) 15 (deficit tk. 37,2 (deficit 50 (normal)
berat) tk. ringan)
Lemak (g) 10 (deficit tk. 35,9 (deficit 35 (normal)
berat) tk. ringan)
Karbohidrat (g) 82 (deficit tk. 123 (deficit 195 (normal)
berat) tk. ringan)
Asupan Intravena (Infus)
Energi (kkal) 200 200 200
Protein (g) 0 0 0

34
Lemak (g) 0 0 0
Karbohidrat (g) 50 50 50
Total Asupan
Energi (kkal) 860 (deficit tk. 1172,6 1500
berat) (deficit tk. (normal)
ringan)
Protein (g) 15 (deficit tk. 37,2 (deficit 50 (normal)
berat) tk. ringan)
Lemak (g) 10 (deficit tk. 35,9 (deficit 35 (normal)
berat) tk. ringan)
Karbohidrat (g) 132 (deficit tk. 173 (deficit 245 (normal)
berat) tk. ringan)
Perbandingan Asupan Makanan terhadap Kebutuhan Per Hari

Energi (kkal) (%) 44,15 (deficit 60,3 (deficit 77,01


tk. berat) tk. ringan) (normal)
Protein (g) (%) 15,41 (deficit 38,23 (deficit 51,38
tk. berat) tk. ringan) (normal)
Lemak (g) (%) 23,10 (deficit 82,9 (deficit 80,86
tk. berat) tk. ringan) (normal)
Karbohidrat (g) (%) 54,21 (deficit 71,05 (deficit 100,6
tk. berat) tk. ringan) (normal)

Perbandingan Asupan Gizi dengan Kebutuhan


120

100

80

60

40

20

0
Energi Protein Lemak 35
Karbohidrat

18-Sep-22 19-Sep-22 20-Sep-22


Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Asupan Energi dan Zat Gizi Pasien
dengan Kebutuhan

4.1.1 Pemenuhan Kebutuhan Energi


Hasil monitoring dan evaluasi asupan energi pasien terhadap kebutuhan
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Pemenuhan Kebutuhan Energi
18 Oktober 19 Oktober 20 Oktober
2022 2022 2022
Hasil recall 860 1172,6 1500
energi
(kkal/hari)
Kebutuhan 1947,7 1947,7 1947,7
energi
(kkal/hari)
Target 70 70 70
pemenuhan
kebutuhan (%)
Target 1363,39 1363,39 1363,39
pemenuhan
kebutuhan
(kkal/hari)
Pemenuhan 44,1 60,2 77,01
kebutuhan (%)
Kategori (deficit tk. (deficit tk. (deficit tk.
berat) berat) sedang)

Pemenuhan Kebutuhan Energi (kkal)


2500

2000

1500

1000

500

Gambar 4.2 Grafik Pemenuhan Kebutuhan Energi


0
18 Oktober 2022
Asupan energi pada skrining 19 Oktober 2022
hari 20 Oktober 2022
pertama masih kurang dari
Hasil recallselanjutnya
kebutuhan. Pengamatan energi (kkal/hari) Kebutuhan
pasien sudah sadar energi
total dan (kkal/hari)
diberikan
Target Pemenuhan energi (kkal/hari)

36
diet makanan lunak. Selain makanan oral, pasien mendapatkan asupan
intravena berupa D5% 500CC (kandungan energi sebesar 200 kkal)
sehingga asupan energi pasien semakin meningkat dan mencapai target yang
ditetapkan.
4.1.2 Pemenuhan Kebutuhan Protein
Hasil monitoring dan evaluasi asupan protein pasien terhadap kebutuhan
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Pemenuhan Kebutuhan Protein
18 Oktober 2022 19 Oktober 2022 20 Oktober 2022

Hasil recall protein 15 37,2 50


(kkal/hari)

Kebutuhan protein 97,3 97,3 97,3


(kkal/hari)

Target pemenuhan 70 70 70
kebutuhan (%)

Target pemenuhan
kebutuhan 68,11 68,11 68,11
(kkal/hari)

Pemenuhan 15,41 38,23 51,38


kebutuhan (%)

Protein
120
100
80
60
40
20
0
18 Oktober 2022 19 Oktober 2022 20 Oktober 2022

Hasil recall protein (gram/hari)


Kebutuhan protein (gram/hari)
Target pemenuhan protein (gram/hari)

Gambar 4.4 Grafik Pemenuhan Kebutuhan Protein


Asupan protein pasien pada pengamatan pada hari pertama tidak mencapai
target. Pada pengamatan hari kedua terjadi peningkatan asupan protein yang

37
cukup signifikan, hal ini dikarenakan pasien mengonsumsi makanan yang
diberikan (diet makanan lunak lauk cincang) serta mendapatkan asupan
intravena D5% 500CC (dengan kandungan protein sebesar 0 gram).
4.1.3 Pemenuhan Kebutuhan Lemak
Hasil monitoring dan evaluasi asupan lemak pasien terhadap kebutuhan
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Pemenuhan Kebutuhan Lemak
18 Oktober 19 Oktober 20 Oktober
2022 2022 2022
Hasil recall 10 35,9 35
lemak (kkal/hari)
Kebutuhan lemak 43,28 43,28 43,28
(kkal/hari)
Target 70 70 70
pemenuhan
kebutuhan (%)
Target 30,29 30,29 30,29
pemenuhan
kebutuhan
(kkal/hari)
Pemenuhan 23,1 82,9 80,8
kebutuhan (%)

Pemenuhan Kebutuhan Lemak (gram)


50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
18 Oktober 2022 19 Oktober 2022 20 Oktober 2022

Hasil recall lemak (gram/hari)


Kebutuhan lemak (gram/hari)
Target pemenuhan lemak (gram/hari)

Gambar 4.5 Grafik Pemenuhan Kebutuhan Lemak


Pada pengamatan hari pertama, asupan lemak pasien terlalu dibawah
target yang ditetapkan. Hal ini dikarenakan pasien mengalami mual,
sehingga pasien tidak menghabiskan makanan yang diberikan. Pada

38
pengamatan hari selanjutnya terjadi peningkatan asupan lemak, karena
pasien mulai mengonsumsi dan menghabiskan makanan yang diberikan.
4.1.4 Pemenuhan Kebutuhan Karbohidrat
Hasil monitoring dan evaluasi asupan karbohidrat pasien terhadap
kebutuhan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Pemenuhan Kebutuhan Karbohidrat
18 Oktober 19 Oktober 20 Oktober
2022 2022 2022
Hasil recall 132 173 245
karbohidrat
(kkal/hari)
Kebutuhan 243,46 243,46 243,46
karbohidrat
(kkal/hari)
Target 70 70 70
pemenuhan
kebutuhan (%)
Target 170,422 170,422 170,422
pemenuhan
kebutuhan
(kkal/hari)
Pemenuhan 54,21 71,05 100,63
kebutuhan (%)

Pemenuhan Kebutuhan Karbohidrat


(gram)
300

250

200

150

100

50

0
18 Oktober 2022 19 Oktober 2022 20 Oktober 2022

Hasil recall karbohidrat (gram/hari)


Kebutuhan Karbohidrat (gram/hari)
Target Pemenuhan Kebutuhan (gram/hari)

Gambar 4.6 Grafik Pemenuhan Kebutuhan Karbohidrat

39
Pada pengamatan hari pertama, asupan karbohidrat pasien sanga
rendah dikarenakan makanan rumah sakit hanya dimakan sedikit. Pada
pengamatan hari selanjutnya, pasien mengonsumsi makanan yang diberikan
serta mendapatkan asupan intravena D5% 500CC dengan kandungan
karbohidrat 50 gram, sehingga asupan karbohidrat pasien semakin
meningkat.
4.2 Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Antropometri
Monitoring pemeriksaan antropometri pasien dilakukan tiga hari
sekali yaitu pada tanggal 20 Oktober 2022. Hasil monitoring pemeriksaan
antropometri pasien adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Antropometri
Pemeriksaan 18 Oktober 2022 20 Oktober 2022
Berat Badan (Kg) 48,699 -

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pemeriksaan pada


tanggal 18 Oktober 2022 berat badan pasien adalah 48,699 dan tidak ada
pengukuran berat badan lagi setelah skrining pada tanggal tersebut.
4.3 Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Fisik/Klinis
Monitoring pemeriksaan fisik/klinis pasien atau tanda-tanda vital
dilakukan setiap hari, yaitu pada tanggal 18-20 Oktober 2022. Hasil
monitoring pemeriksaan fisik/klinis pasien adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan 18 Oktober 19 Oktober 20 Oktober
2022 2022 2022
Suhu 38 C - -
TD (mmHg) 119/68 119/62 136/81
N (kkal/menit) 104x/menit 84x/menit 118x/menit
RR (kkal/menit) 24x/menit 20x/menit 25/menit
KU Lemah - -
Mual - + -
Muntah - - -

40
Berdasarkan Tabel 4.6 Hasil monitoring dan evaluasi pemeriksaan fisik
klinis pasien semakin hari semakin baik, tetapi tekanan darah semakin
tinggi, hal ini disebabkan karena pasien mematuhi apa yang ahli gizi
anjurkan tetapi tekanan darah yang meningkat disebabkan karena obat yang
dikonsumsi pasien.
4.4 Monitoring dan Evaluasi Hasil Edukasi
Monitoring dan evaluasi saat edukasi dilakukan dengan mengajukan
3 buah pertanyaan, diantaranya adalah cara pengolahan makanan yang salah
untuk penderita Sepsis Post Amputasi Below Knee Ulkus Pedis NIDDM,
bahan makanan yang harus diperhatikan, dan buah yang boleh diberikan.
Pertanyaan diberikan sebelum dan setelah edukasi dilakukan. Berikut adalah
jawaban dari pertanyaan yang diberikan
Pertanyaan Jawaban Pretest Jawaban Posttest
Cara pengolahan Digoreng Digoreng, dibakar
makanan yang salah langsung (terkena
arang dan api)
Bahan makanan yang Makanan manis Sumber karbohidrat
harus diperhatikan dan makanan yang
mengandung gula
Buah yang boleh Semua buah Diutamakan selain
diberikan buah musiman

4.5 Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Penunjang


(Laboratorium)
Data untuk monitoring pemeriksaan penunjang (laboratorium) didapatkan
dari peninjauan rekam medis pasien pada tanggal 17-20 Oktober 2022. Hasil
data biokimia pasien adalah sebagai berikut:
17 Oktober 18 Oktober 19 Oktober
2022 2022 2022
Limfosit 25,7 - -
Neutrofil 71,7 - -
Trombosit 164 - -

41
MCHC 33,6 - -
MCH 28,3 - -
Hb 10,7 11,3 11,8
Leukosit 7,4 7,6 8,2
GDS 224 204 205
Eritrosit - 3,9 4,51

Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa hasil laboratorium


pasien dengan diagnose Sepsis Post Amputasi Ulkus Pedis NIDDM semakin
hari meningkat serta kadar gula pada pasien menurun dan kadar leukosit
semakin meningkat hal ini dikarenakan leukositosis akan meningkat pada
beberapa hari setelah post operasi (Wijayanti, 2017)

42
BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Pemenuhan Energi dan Zat Gizi Pasien


Pemenuhan kebutuhan energi dan zat gizi pasien menggunakan
rumus PERKENI untuk penderita Diabetes Melitus. Perhitungan tersebut
berdasarkan pada buku Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes
Mellitus (PERKENI, 2011)
5.1.1 Pemenuhan Kebutuhan Energi
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan nutrisi pasien, kebutuhan
energi pasien (dengan menggunakan rumus PERKENI) adalah sebesar
1947,7 kkal (PERKENI, 2011). Pada saat dilakukan pengamatan, pasien
diberikan diet makanan lunak dengan lauk cincang. Pemberian diet ini
diberikan hingga hari kedua pengamatan. Pada hari pertama, pasien hanya
makan dengan asupan energi sangat rendah dan hari kedua asupan energi
pasien meningkat karena asupan makan pasien meningkat, namun asupan
energinya belum memenuhi kebutuhan pasien. Hal ini disebabkan pasien
tidak menghabiskan seluruh makanannya, karena pasien mengeluhkan
mual.
Hal ini sesuai dengan penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangun
Kusumo yang menyatakan bahwa 51,4% pasien bedah mengalami
penurunan nafsu makan dan membutuhkan dukungan gizi (S Susetyowati,
2018). Maka pasien pada kasus ini juga mengalami penurunan nafsu
makan akibat pasca bedah amputasi yang dialami pasien.
5.1.2 Pemenuhan Kebutuhan Protein
Protein diberikan tinggi, yaitu sebesar 20% kebutuhan energi.
Protein diberikan tinggi untuk mempercepat penyembuhan sepsis post
amputasi pada pasien. Berdasarkan perhitungan, kebutuhan protein pasien
adalah sebesar 97,3 gram.
Protein untuk pasien pasca pembedahan diberikan tinggi untuk
menggantikan kerusakan jaringan, mempercepat penyembuhan luka, dan

43
meningkatkan system imun pasien, sehingga risiko terjadinya infeksi dapat
dicegah (ACS, 2014).
5.1.3 Pemenuhan Kebutuhan Lemak
Lemak diberikan sebanyak 20% dari kebutuhan energi. Lemak
diberikan sedang untuk membantu meningkatkan system imun agar tidak
terjadi infeksi. Berdasarkan perhitungan, kebutuhan lemak pasien adalah
sebesar 43,28 gram.
Pada pasien pasca pembedahan, lemak berfungsi untuk
meningkatkan system imun agar pasien tidak terkena infeksi (Stump,
2008). Pemberian lemak dapat menurunkan inflammatory response,
menghambat produksi sitokin, dan berperan sebagai anti-trombosis.
5.1.4 Pemenuhan Kebutuhan Karbohidrat
Karbohidrat diberikan 50% dari total energi. Karbohidrat diberikan
sedang karena pasien ada di tahap penyembuhan post-operasi dan
mempertimbangkan kondisi diabetes mellitus yang masih terkontrol. Dari
perhitungan tersebut, didapatkan kebutuhan karbohidrat pasien sebesar
243,46 gram. Pada pasien diabetes mellitus, pemberian karbihidrat
diperlukan untuk meminimalkan katabolisme dri lemak dan protein pasca
pembedahan.
Menurut (Susanti, 2018) menyatakan bahwa pemenuhan karbohidrat
digunakan untuk mengatasi resiko infeksi untuk post amputasi sama
halnya pada kasus ini yang menggunakan karbohidrat cukup untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
5.1.5 Pemeriksaan Laboratorium
Dalam melakukan assessment gizi, diperlukan nilai data
laboratorium (biokimia) pasien. Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan
untuk mendapatkan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan
klinik dan terapi untuk pasien (Kemenkes RI, 2011). Pada hasil pemeriksaan
laboratorium pada tanggal 17 Oktober 2022 kadar Hb pasien berada
dibawah normal, kadar neutrophil dan GDS pasie berada diatas kadar
normal. Sedangkan pada pemeriksaan pada tanggal 19 Oktober 2022 kadar
Hb dibawah normal dan kadar GDS berada diatas normal. Kemudian pada

44
tanggal 20 Oktober 2022 kadar Hb sudah meningkat menjadi 11,8 serta
kadar GDS menurun menjadi 205.
Berdasarkan penelitian (Atmadja, 2019) penurunan kadar GDS ini
dapat disebabkan karena post amputasi pasien sudah boleh makanan lunak
dan hasil recall pasien meningkat. Peningkatan kadar Hb ini disebabkan
karena pasien memiliki kadar Recall yang meningkat.
5.1.6 Pemeriksaan Fisik Klinis
Dalam melakukan assessment gizi, diperlukan nilai data Fisik Klinis
pasien. Pemeriksaan Fisik Klinis rutin dilakukan untuk mendapatkan
informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan klinik dan terapi
untuk pasien (Kemenkes RI, 2011). Pada hasil pemeriksaan Fisik Klinis
pada tanggal 18 Oktober 2022 keadaan umum pasien lemah, suhu tubuh
pasien, nadi, respiration rate pasien diatas batas normal, tekanan darah
dibawah batas normal. Pada hasil pemeriksaan Fisik Klinis pada tanggal
19 Oktober 2022 dan 20 Oktober 2022 nadi, tekanan darah dan respiration
rate meningkat.
Peningkatan pemeriksaan Fisik Klinis pasien seperti nadi, tekanan
darah, dan respiration rate ini dapat disebabkan karena post amputasi
pasien sudah boleh makanan lunak dan hasil recall pasien meningkat.
(Pardiansyah & Yusran, 2018)

45
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Pasien atas nama Ny. S dilakukan skrining gizi dengan pengkajian
awal memiliki diagnose medis yaitu Sepsis Post Amputasi Ulkus
Pedis NIDDM dengan status gizi kurang, neutrofil tinggi, Hb
rendah, GDS tinggi, KU lemah, Suhu badan tinggi, tekanan darah
rendah, respiration rate tinggi, ada luka DM di kaki, cara
pengolahan makanan pasien dengan digoreng dan disantan yang
kurang tepat, kebiasaan makan snack tinggi gula dan natrium
tinggi, asupan makan rendah.
2. Pasien Ny. S memiliki diagnose gizi NC-2.2 Perubahan nilai
laboratorium terkait zat gizi khusus, NI-5.1 Peningkatan kebutuhan
zat gizi spesifik (Fe, protein, vitamin c), NI-5.4 Penurunan
kebutuhan zat gizi spesifik (karbohidrat), NB-1.1 Pengetahuan
yang kurang dikaitkan dengan makanan dan zat gizi, NB-1.7
Ketidaksesuaian dalam pemilihan bahan makanan, NI-2.1
Kekurangan intake makanan dan minuman oral, NI-1.6 Intake
kurang optimal.
3. Dilakukan intervensi gizi yang terdiri dari modifikasi jenis
makanan dan zat gizi (tinggi protein dan Fe yaitu sebesar 97,3
gram) diberikan via oral 3x sehari, memberikan informasi dasar
yaitu memberikan informasi dan menjelaskan cara pengolahan
makanan yang sesuai untuk penderita diabetes mellitus (dikukus,
ditumis, dipanggang), dan kolaborasi dengan tenaga
laboratorium/perawat untuk pengambilan sampel darah pasien
4. Monitoring dan evaluasi diantaranya nilai laboratorium diperoleh
dengan mencatat rekam medis pasien (apabila ada hasil terbaru),
monitoring evaluasi nilai hb, GDS, tanda-tanda vital pasien
meliputi tekanan darah, nadi, suhu tubuh, RR. Pengetahuan
makanan dan zat gizi terutama mengenai pemilihan bahan

46
makanan dan cara pengolahan, makanan selingan (snack) pasien
selama 1 hari dengan metode 24 H Recall.

6.2 Saran
Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain (misalnya dokter
atau perawat) agar dapat lebih memahami permasalahan pasien sehingga
dapat memberikan asuhan gizi yang sesuai bagi pasien.

47
DAFTAR PUSTAKA
Boedisantoso, A. dan Imam, S. 2005. Komplikasi Akut Diabetes Mellitus
Dalam Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 161 – 164
Hans. 2008. Jumlah Penderita DM di Indonesia Meningkat. Diakses pada 3
Mei 2010 dari http//www.nttonlinenews.com/ntt/index.php?view
Hardinsyah, Briawan, D., Retnaningsih., Herawati. 2004. Analisis
Kebutuhan Konsumsi Pangan. Pusat Studi Kebijakan Pangan dan
Gizi Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut
Pertanian Bogor. Bogor : 92 – 93
Hartono, A. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit Edisi 2. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta : 140 - 147
Karyadi, E. 2002. Kiat Mengatasi Diabetes, Hiperkolesterolemia, Stroke.
Intisari Mediatama. Jakarta : 2 - 51
Kariadi, S. 2009. Diabetes? Siapa Takut!! Panduan Lengkap untuk
Diabetesi, Keluarganya dan Professional Medis. Qanita. Bandung :
29 - 34
Khomsan, A. dkk. 2006. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya.
Jakarta : 117 – 118
Moehyi, Sjahmien. 1999. Pengaturan Makan dan Diet Untuk Penyembuhan
Penyakit. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta : 3 – 9
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Sagung
Seto. Jakarta : 137 - 145
Muchid, A. dkk. 2005. Pharmautical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta : 12 - 26
Notoatmojo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rieneka Cipta.
Jakarta : 143 - 146
Prabowo, S. 2004. Hubungan Antara Pengetahuan tentang Serat dengan
Konsumsi Serat pada Penderita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD
Dr. Moewardi Surakarta. Karya Tulis Ilmiah D3 Gizi. Surakarta.

48
Lampiran 1. Nutrition Care Process

CATATAN ASUHAN GIZI

Nama Pasien : Ny. S Usia : 47 tahun


No Register : 5973xxx Tanggal MRS : 13 Oktober 2022
Diagnosa : Sepsis Post Amputasi Below Knee Ulkus Pedis NIDDM Tangal Skrining : 18 Oktober 2022

Assesment Diagnosa Gizi Monitoring


Intervensi
Data Dasar Sintesa Data Problem Etiologi Sign Symptom Evaluasi
Antropometri AD-1.1
Status Gizi Antropometri
Panjang Ulna : 23 Kurang pasien Panjang
cm ulna dan LILA
LILA : 20 cm diukur 3 hari
sekali
TB estimasi
berdasarkan Panjang
Ulna :
56,048 + (3,839 x
Panjang ulna)
56,048 + (3,839 x
23)
144,345 cm

BBI berdasarkan TB
estimasi :
(TB-100) –
(10%xTB-100)
= (144,345-100) –
(10%x144,345-100)
= 39,91 Kg

49
Status Gizi
Berdasarkan LILA :
% LILA =
(LILA yang
diukur/LILA
menurut standar) x
100
= (20/24,4) x 100
= 81,96 %

Biokimia NC-2.2 Adanya Nilai Hb 10,7 Neutrofil RC-1.1 BD – 1.5


Perubahan penyakit DM 71,7 dan GDS 224 Kolaborasi Nilai GDS Nilai
Tanggal 17 Oktober nilai pada pasien mg/dL dengan tenaga laboratorium
2022 laboratorium laboratorium/ diperolehn
terkait zat gizi perawat untuk dengan
Hematologi khusus pengambilan mencatat rekam
Limfosit : 25,7 (N: sampel darah medis pasien
20-40) pasien (apabila ada
Neutrofil : 71,7 (N: tinggi hasil terbaru).
50-70)
Trombosit : 164 (N:
150-450) NI-5.4 Adanya riwayat Nilai GDS 224 mg/dL ND-1.2 BD-1.5
MCHC : 33,6 (N: Penurunan penyakit Modifikasi Nilai GDS
33-37) kebutuhan zat Diabetes jumlah
MCH : 28,2 (N: 27- gizi spesifik Mellitus pada makanan (diet
32) (karbohidrat) pasien. Diabetes
MCV : 84,1 (N: Mellitus 1900
80,9-90) kkal) jenis
Hb : 10,7 (N: 12-16) rendah diutamakan
Leukosit : 7,4 (N: jenis
4,8-10,8) karbohidrat

50
GDS : 224 (N: 60- tinggi sederhana)
199) dan jadwal
(diberikan 3x
makan utama
dan 2x makan
selingan)
diberikan via
oral dalam
porsi kecil
tapi sering)
Fisik Klinis

KU : Lemah lemah PD – 1.1.9


Suhu : 38 C tinggi Tanda-tanda
TD : 119/68 mmHg rendah vital pasien
Nadi : 104x/menit meliputi tekanan
RR : 24x/menit tinggi darah, nadi,
Luka DM : Mulai ada luka DM suhu tubuh, RR.
kesulitan berjalan Diukur setiap
(luka di kaki pasien hari.
tidak mengering
atau membaik
bahkan terlihat
bernanah)
Dietary

Dahulu

- Frekuensi makan Cara NB-1.1 Akibat belum Cara pengolahan E-1.3 FH-4.1
utama 3x sehari. pengolahan Pengetahuan mendapatkan digoreng dan disantan Informasi Pengetahuan
Makanan disiapkan dengan yang kurang edukasi gizi dasar yaitu makanan dan zat
sendiri (jarang digoreng dan dikaitkan sebelumnya memberikan gizi terutama

51
membeli makanan disantan dengan informasi dan mengenai
dari luar) salah. makanan dan menjelaskan pemilihan bahan
- Makanan pokok zat gizi cara makanan dan
yang sering pengolahan cara pengolahan
dikonsumsi adalah makanan
nasi putih 3x/hari yang sesuai
@1 centong untuk
- Lauk yang disukai penderita
adalah kulit ayam diabetes
(goreng) 3x/hari @3 mellitus
sdm, ikan (bakar) (dikukus,
2x/hari @1 ptg ditumis,
kecil, dan daging dipanggang)
sapi 3x/minggu @1
ptg sedang (goreng). Kebiasaan
Pasien menyukai makan snack
tahu goreng tinggi gula
(5x/hari) @1 ptg dan natrium
- Sayuran yang tinggi
dikonsumsi adalah
bayam, kangkung,
labu siam, dan katuk
(dikonsumsi
berselang-seling)
5x/minggu (setiap
kali makan selalu
ada sayur). Sayuran
diolah dengan cara
dibening,, disantan
atau ditumis.
- Buah yang
dikonsumsi adalah

52
buah naga, mangga,
atau jeruk. Buah
dikonsumsi
berselang-seling 1
macam/hari @1
buah.
- Pasien gemar
mengonsumsi
minuman berenergi
tinggi (hampir setiap
hari) dan selalu
mengonsumsi kopi
susu setiap siang @1
gelas

Dari hasil SQ-FQ


diketahui data
konsumsi makan
pasien per hari
sebagai berikut :
E : 2451 kkal
(125,8%)
P : 132 gr (135,6%)
L : 56 gr (129,3%)
KH : 322,8 gr
(132,5%)

Sekarang Asupan NI-2.1 Penurunan nafsu Hasil recall yaitu ND-1.1 FH-1.2.1
Pasien telah sadar makan Kekurangan makan pasien energi sebesar : Modifikasi Asupan makan
penuh dan menerima rendah intake E : 660 kkal (33,8%) jenis dan pasien (energi,
diet lunak dengan makanan dan P : 15 gr (15,4%) jumlah karbohidrat,
hasil recall (oral) minuman oral L : 10 gr (23%) makanan protein, dan

53
sebagai berikut : KH : 82 gr (33,6%) sesuai dengan lemak) dengan
E : 660 kkal (33,8%) kebutuhan metode 24 H
P : 15 gr (15,4%) gizi pasien. Recall
L : 10 gr (23%) Bentuk
KH : 82 gr (33,6%) makanan
lunak,
frekuensi
pemberian 3x
utama dan 2x
selingan
Ecology
NI-1.6 Akibat obat- Asupan ND-1.1 FH-1.2.2
Sosial Ekonomi Intake kurang obatan yang E : 1265,3 kkal Modifikasi Asupan
- Pasien tinggal optimal mempengaruhi (87,8%) jenis dan makanan
bersama sendiri, nafsu makan P : 60,6 gr (84,1%) jumlah
namun rumah pasien (Po. Diazepam) L : 64,5 gr (201%) makanan
bersebelahan dengan KH : 114,7 gr (63,7%) sesuai dengan
rumah kakak pasien. kebutuhan
- Pasien memiliki gizi pasien.
sebuah warung di Bentuk
depan rumah. makanan
- Sehari-hari, pasien lunak,
menghabiskan frekuensi
waktu dengan pemberian 3x
berbelanja, utama dan 2x
memasak, dan selingan
membersihkan
rumah.
- Pasien mengikuti
perkumpulan pasien
diabetes mellitus
yang dibentuk oleh

54
Puskesmas
Gondokusuman 1,
dimana salah satu
kegiatannya adalah
senam pagi setiap
hari Jum’at selama
60 menit.
- Pasien belum
pernah menerima
konseling gizi
sebelumnya.

Riwayat Penyakit
Dahulu
Pasien terdiagnosa
diabetes melitus
sejak tiga bulan lalu.
Riwayat Obat
Obat yang
dikonsumsi pasien
adalah sebagai
berikut :
- IV Meropenem
- IV Metronidazole
- IV Paracetamol
- IV Novorapid
- IV Ranitidin
- IV Levemir
- IV D5% 500 cc

55
Lampiran 2. Tujuan, Prinsip, dan Syarat Diet

a. Tujuan
1. Memperbaiki kebiasaan makan untuk mendapatkan control metabolic yang baik

2. Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan makanan
3. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal
4. Menghindari komplikasi akut pada pasien

b. Prinsip Diet
1. Energi tinggi
2. Karbohidrat rendah
3. Lemak cukup
4. Protein tinggi

c. Syarat Diet
1. Energi tinggi yaitu 1947,7 kkal untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
2. Karbohidrat rendah yaitu 50% dari total kebutuhan energi yaitu sebanyak 243,46 gram untuk menghindari komplikasi lain pada
pasien.
3. Lemak cukup yaitu 30% dari total kebutuhan energi yaitu 43,28 gram untuk mempertahankan kondisi pasien agar optimal.
4. Protein tinggi yaitu 20% dari total kebutuhan energi sebesar 97,3 gram untuk mempercepat penyembuhan luka.
5. Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari (bahan makanan yang mengandung kolesterol diantaranya adalah susu, keju, hati,
usus, makanan cepat saji seperti pizza dan hamburger)

56
6. Serat 20-25 gr/hari berasal dari berbagai sumber bahan makanan, seperti kacang-kacangan, sayuran dan sumber karbohidrat yang
tinggi serat
7. Pemberian makanan dalam porsi kecil dan sering untuk mengurangi rasa mual pasien 3x makanan utama dan 2x snack
8. Makanan diberikan secara oral (tekstur lunak) karena pasien dalam kondisi sadar.
9. Makanan diberikan tepat Jadwal Makan, tepat Jumlah Makanan dan tepat Jenis bahan makanan (Prinsip 3J)

57
Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Gizi

Basal = BBI x 25 kkal


= 48,7 x 25 kkal
= 1217,5 kkal
TEE = Energi Basal + Energi Basal (FA+FS-KU)
= 1217,5 + 1217,5 (5%+60%-5%)
= 1217,5 + 1217,5 (60%)
= 1217,5 + 730,2
= 1947,7 gram
Protein = 20% x 1947,7
= 389,54 / 4
= 97,3 gram
Lemak = 20% x 1947,7
= 389,54 / 9
= 43,28 gram
Karbohidrat = 50% x 1947,7
= 973,85 / 4
= 243,46 gram
(PERKENI, 2011)

58
Lampiran 4. Hasil Monitoring dan Evaluasi

LEMBAR MONITORING DAN EVALUASI

Nama Pasien : Ny. S Usia : 47 tahun


No Register : 5973xxx Tanggal MRS : 13 Oktober 2022
Diagnosa : Sepsis Post Amputasi Below Knee Ulkus Pedis NIDDM Tangal Skrining : 18 Oktober 2022
Identifikasi Rencana
Diagnosa
Tanggal Antropometri Biokimia Fisik Klinis Dietary Edukasi Masalah Tindak
Gizi Baru
Baru Lanjut
19 - GDS : S:- Pasien - - Asupan NI-1.2 Pasien
Oktober 214 N : 84 mendapatkan diet makan Intake diperbolehkan
2022 Hb : 11,3 TD : 119/62 makanan lunak pasien inadekuat mengonsumsi
Leukosit : RR : 20 1900 kkal tergolong makanan
7,6 Mual : + - Energi deficit berat secara
Eritrosit : 972,6 kkal - Pasien bertahap dan
3,9 (49,9%) mersa mual diberikan diet
- Protein - Pasien lunak lauk
37,2 gram menerima cincang (menu
(38,2%) asupan halus)
- Lemak intravena
35,9 gram IV D5%
(82,9%) 500 CC
- KH 123
gram
(50,5%)
Pasien menerima
IV D5% 500 CC
20 - Hb : 11,8 S:- Pasien - - Asupan Tidak ada -
Oktober GDS : N : 118 mendapatkan diet makan perubahan
2022 205 TD : 136/81 makanan lunak pasien diagnosa

59
Leukosit : RR : 25 1900 kkal meningkat
8,2 Mual : - - Energi - Pasien
Eritrosit : 1300 kkal menerima
4,51 (66,7%) asupan
- Protein 50 intravena
gram IV D5%
(51,3%) 500 CC
- Lemak 35 -Tekanan
gram darah tinggi
(80,8%)
- KH 195
gram
(80,09%)
Pasien menerima
IV D5% 500 CC

60
Lampiran 5. Contoh Menu Sehari untuk Pasien

Nama Pasien : Ny. S


Diagnosa : Sepsis Post Amputasi Below Knee Ulkus Pedis, NIDDM

Kebutuhan
Energi : 1947,4 kkal
Protein : 97,3 gram
Lemak : 43,28 gram
Karbohidrat : 243,46 gram

PAGI
Bahan Makanan Jumlah Energi Protein Lemak Karbohidrat Serat Kolesterol Vit. C Sodium Fe
Nama Menu
g kkal G g G g mg mg mg mg
Nasi Tim Nasi 200 260 2,4 0,2 28,6 0,3 0 0 0 0,2
Semur Daging 35 42 9,1 0,3 0 0 22 0,5 31,0 0,3
Daging Tahu 55 38 4,1 2,4 0,9 0,6 0 0 7,0 0,4
Tahu Masak Minyak 5 3,8 0,2 0 0,8 0,3 0 0,1 0 0,1
Jamur Lobak 10 0,2 0,6 0 0,1 0,7 0 0,2 0,2 0,1
Sup Lobak

SNACK PAGI
Nama Menu Bahan Makanan Jumlah Energi Protein Lemak Karbohidrat Serat Kolesterol Vit. C Sodium Fe
g kkal G g G g mg mg mg mg
Jus Apel Apel 90 46 0 0,3 10 0,2 0 0,4 0
Plain
SIANG
Nama Menu Bahan Makanan Jumlah Energi Protein Lemak Karbohidrat Serat Kolesterol Vit. C Sodium Fe
G kkal G g G g mg mg mg mg
Nasi Tim Nasi 200 260 2,4 0,2 28,6 0,3 0 0 0 0,2

61
Tim Ikan Ikan 40 142,5 13,4 9,4 0 0,4 39,5 0 0,2 0,3
Tempe bb Tempe 50 3,8 0,2 0 0,8 0 0 0 0,1 0,7
kuning Minyak 10 86,2 0 10 0 0 0 0,3 0 1,1
Sayur Bayam 100 99,5 9,5 3,8 8,5 0,2 0 0,2 0 0,1
Bayam

Jeruk Jeruk 50 19,5 0,3 0,1 4,9 0,1 0 0,4 0,1 0

SNACK SORE
Nama Menu Bahan Makanan Jumlah Energi Protein Lemak Karbohidrat Serat Kolesterol Vit. C Sodium Fe
G kkal G g g g mg mg mg mg
Buah Pisang Ambon 50 58 3,8 0,3 10,4 0,2 0 0,4 0,1 0,1

MALAM
Nama Menu Bahan Makanan Jumlah Energi Protein Lemak Karbohidrat Serat Kolesterol Vit. C Sodium Fe
G kkal G g g g mg mg mg mg
Nasi Tim Nasi 200 260 2,4 0,2 28,6 0,3 0 0 0 0,2
Ayam Kukus Ayam tanpa 40 77,5 6,3 5,3 0,6 0 100 0 62 0,6
Tahu kulit
Tumis Tahu 110 7,4 0,7 0 1,5 0,1 0 6,6 2,2 0,6
Buncis Buncis 100 4,0 0,2 0,1 0,9 0,3 0 1,2 0,2 0,1
Minyak 10 38,0 4,1 2,4 0,9 0,6 0 0 3,5 2,7
Pepaya Pepaya 110 86,2 0 10 0 0 0 0 0 0

JUMLAH 1921,1 89,8 44,3 242,10 24,6 193,1 82,8 1566 14,7
KEBUTUHAN 1947,7 97,3 43,28 243,46 25 200 90 1500 13
%PEMENUHAN KEBUTUHAN 98,63% 92,2% 102,3% 99,5% 98,4% 96,55% 92,0% 104,4% 113%

62
Lampiran 5. Media Edukasi

a. Media Leaflet Daftar Bahan Makanan Penukar

b. Media Leaflet Diet Diabetes Mellitus

63
64

Anda mungkin juga menyukai