Oleh :
NIM : 2330121004
1
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTIK KERJA LAPANG ROTASI KLINIK SECARA DARING
PENATALAKSANAAN ASUHAN GIZI PADA PASIEN BEDAH
Tanggal :
28 November 2022
Oleh :
Amelia Dwinanda Andyre
2330121004
Clinical Supervisor
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan
judul “Laporan Praktik Kerja Lapang Rotasi Klinik Secara Daring
Penatalaksanaan Asuhan Gizi Pada Pasien Bedah”
Dalam penyusuanan laporan ini, penyusun banyak mendapat
petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng selaku Rektor Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya
2. Prof. S. P. Edijanto, dr., Sp.PK (K) selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
3. Rizki Nurmalya Kardina, S.Gz., M.Kes selaku ketua program studi
S1 Gizi Fakultas Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
dan Clinical Supervisor yang telah memberi bimbingan dan
dukungan dalam penulisan laporan pkl ini
4. Sa’bania Hari Raharjeng, S.Gz.RD., MPH selaku dosen PJMK PKL
Klinik yang telah memberikan arahan, bimbingan, nasehat, dan saran
yang diberikan hingga terselesaikan penyusunan laporan pkl ini
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal
dan perbuatan yang telah diberikan dan semoga Laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) ini berguna baik bagi diri sendiri maupun bagi pihak lain
yang memanfaatkan.
Surabaya
28 November 2022
Penyusun
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
DAFTAR TABEL 6
DAFTAR GAMBAR 7
DAFTAR LAMPIRAN 8
BAB I PENDAHULUAN 9
1.1 Latar Belakang 9
1.2 Tujuan 10
BAB II NUTRITIONAL CARE PROCESS (NCP) 11
2.1. IDENTITAS PASIEN 11
2.2 ASSESSMENT 11
2.2.1 Antropometri 11
2.2.2 Biokimia 12
2.2.3 Fisik/Klinis 12
2.2.4 Riwayat Asupan 12
2.2.5 Riwayat Obat 15
2.2.6 Sosial Ekonomi 16
2.3 DIAGNOSA 17
2.4 INTERVENSI 20
2.5 MONITORING DAN EVALUASI 23
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 24
BAB IV HASIL 31
BAB V PEMBAHASAN 41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 43
DAFTAR PUSTAKA 44
LAMPIRAN 45
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GAMBAR
6
DAFTAR LAMPIRAN
7
BAB 1
PENDAHULUAN
8
dalam mengatur atau tata laksana sepsis ulkus pedis dan terapi
pembedahannya agar dapat mempercepat proses penyembuhan pasien.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan tata laksana gizi adalah meningkatkan wawasan dan
pengetahuan serta pemahaman mahasiswa mengenai kasus pada
instansi dan untuk melatih mahasiswa agar lebih kritis terhadap kasus
yang diberikan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu mengkaji skrining gizi dan pengkajian awal gizi pada
pasien bedah di Rumah Sakit.
2. Mampu menetapkan diagnosa gizi berdasarkan identifikasi masalah
yang diperoleh pada pasien bedah di Rumah Sakit.
3. Mampu melakukan intervensi gizi, rencana dan implementasi
asuhan gizi pada pasien bedah di Rumah Sakit.
4. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi pada
pasien bedah di Rumah Sakit.
9
BAB 2
NUTRITIONAL CARE PROCESS (NCP)
10
2.2.2 Biokimia
Tabel 2.1 Hasil Laboratorium Tanggal 17 Oktober 2022
Data Nilai Nilai Normal Interpretasi
Laboratorium
Limfosit 25,7% 20 - 40 Normal
Neutrofil 71,7% 50 - 70 Tinggi
Trombosit 164 150 - 450 Normal
MCHC 33,6 33 - 37 Normal
MCH 28,3 27 - 32 Normal
MCV 84,1 80,9 - 90 Normal
Hb 10,7 12 - 16 Rendah
Leukosit 7,4 4,8 – 10,8 Normal
GDS 224 60 - 199 Tinggi
2.2.3 Fisik/Klinis
Data Fisik/Klinis Nilai Nilai Normal Interpretasi
Tekanan Darah 119/68 120/80 Rendah
Nadi 104 60 - 100 Tinggi
RR 24 12 - 20 Tinggi
Kesadaran Umum Lemah Baik Lemah
Suhu 38 36 - 37 Tinggi
GCS 4–5-6 4–5-6 Normal
Luka DM Mulai Tidak ada luka Ada luka DM
kesulitan
berjalan luka
di kaki pasien
tidak
mengering atau
membaik
bahkan terlihat
sedikit
bernanah.
11
2.2.4 Dietay Assessment
a. Dahulu
Tabel 2.2 Hasil Wawancara Semi-FFQ Tanggal 18 Oktober 2022
No Bahan URT Gr Frekuensi Frek/Hari Gram/Hari
Makanan Hr Mg Bln
1 Nasi 1 centong 100 3 3 300
12
- Buah yang dikonsumsi adalah buah naga, mangga, atau jeruk. Buah
dikonsumsi berselang-seling 1 macam/hari @1 buah.
- Pasien gemar mengonsumsi minuman berenergi tinggi (hampir
setiap hari) dan selalu mengonsumsi kopi susu setiap siang @1 gelas.
Dari hasil semi-FFQ didapatkan data asupan energi dan zat gizi per hari :
- Energi :2451 kkal (125,8%)
- Protein : 132 gram (135,6%)
- Lemak : 56 gram (129,3%)
- Karbohidrat : 322,8 (132,5%)
b. Sekarang
- Pasien telah sadar penuh dan menerima diet lunak dengan hasil
recall (oral) sebagai berikut :
Energi 660 kkal
Protein 15 gram
Lemak 10 gram
Karbohidrat 82 gram
Berikut ini adalah hasil assessment 24 hour recall pasien tanggal 18 Oktober
2019
13
Tabel 2.3 Hasil Assessment 24 Hour Recall Pasien Tanggal 18 Oktober
2022
Asupan Zat Gizi Energi (kkal) Protein (gram) Lemak (gram) Karbohidrat
(gram)
24-H Recall 660 15 10 82
Kebutuhan Gizi 1947,7 97,3 43,28 243,46
2.2.5 Obat
Obat yang diberikan pada pasien saat ini adalah :
Fungsi Interaksi
IV Meropenem Meropenem berfungsi untuk menangani Interaksi meropenem
berbagai penyakit infeksi bakteri, seperti diantaranya dapat
meningitis, infeksi kulit yang parah, menyebabkan
infeksi organ dan lapisan perut, atau beberapa efek samping
infeksi saluran pernapasan (NLM, 2018) umum antara lain;
mual, muntah, diare,
konstipasi, ruam kulit,
sakit kepala dan
anemia.
IV Metronidazole Metronidazole berfungsi untuk Interaksi
menangani penyakit infeksi bakteri, metronidazole dapat
seperti bacterial vaginosis, penyakit diminum dengan
menular seksual, atau infeksi organ dan makanan jika terjadi
jaringan perut, termasuk peritonitis. nyeri perut atas .
Selain itu obat ini juga bisa digunakan Hindari minuman
untuk menangani infeksi parasite beralkohol
tertentu, seperti trikomoniasis atau menyebabkan
amebiasis (NLM, 2018) terjadinya mual dan
muntah
IV Paracetamol Paracetamol berfungsi untuk meredakan Parasetamol umumnya
demam dan nyeri. (NLM, 2018) memiliki interaksi
terhadap karbohidrat
14
dan alkohol.
Dimana penggunaan
parasetamol bersama
makanan yang
mengandung
karbohidrat akan
memperlambat laju
absorbsinya.
IV Novorapid Novorapid berfungsi sebagai sediaan Risiko interaksi antara
yang mengandung insulin aspart yang novorapid dengan
termasuk dalam golongan insulin analog makanan tertentu
kerja cepat (Rapid-Acting). Insulin ini adalah meningkatkan
digunakan untuk pengobatan pada risiko efek samping
diabetes melitus. (NLM, 2018) dan mengubah cara
kerja obat di dalam
tubuh
IV Ranitidin Ranitidin berfungsi untuk mengobati Obat ini dapat
gejala atau penyakit yang berkaitan berinteraksi dengan
dengan produksi asam lambung propantheline
berlebih. Beberapa kondisi yang dapat bromide, teofilin,
ditangani dengan ranitidine adalah tukak diazepam, propanolol,
lambung, penyakit maag, GERD. ketoconazole,
(NLM, 2018) midazolam, antasida,
dan sukralfat. Obat ini
dapat dikonsumsi
sebelum makan atau
sesudah makan (untuk
sediaan oral). Obat ini
sebaiknya tidak
digunakan bersama
dengan nikotin.
IV Levenir Levemir berfungsi sebagai sediaan yang Interaksi yang
mengandung insulin detemir yang mungkin terjadi
termasuk dalam golongan insulin analog adalah: Hipoglikemia,
kerja Panjang (Long-Acting) dan Reaksi di area injeksi,
bekerja hingga 24 jam. Insulin ini Reaksi anafilaksis
digunakan untuk pengibatan diabetes (alergi berat)
melitus pada orang dewasa. (NLM,
2018)
IV D5% 500 cc Larutan nutrisi dalam kemasan infus
Interaksi umum yang
yang digunakan sebagai terapi pengganti
mungkin muncul
cairan selama dehidrasi. Berbentuk
setelah menggunakan
cairan steril yang dibeikan lewat
dextrose adalah nyeri
pembuluh vena mealui infus atau
dan iritasi pada area
suntikan. Kegunaan umum dari dextrose
suntikan. Pada
adalah memenuhi kebutuhan gula darah
beberapa kondisi,
pada pengidap hipoglikemia (gula darah
penggunaan dextrose
rendah) dan diabetes tipe 2 (diabetes
15
mellitus) (NLM, 2018)
juga bisa
menyebabkan
terjadinya
hiperglikemia, yang
bisa ditandai dengan
gejala tertentu, seperti
napas berbau buah,
haus yang terus
menerus, mual,
muntah, lelah tanpa
sebab, sering buang air
kecil.
2.2.6 Ekologi
a. Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama sendiri, namun rumah pasien
bersebelahan dengan rumah kakak pasien. Pasien memiliki sebuah
warung di depan rumah. Sehari-hari, pasien menghabiskan waktu
dengan berbelanja, memasak, dan membersihkan rumah. Pasien
mengikuti perkumpulan pasien diabetes mellitus yang dibentuk oleh
Puskesmas Gondokusuman 1, dimana salah satu kegiatannya adalah
senam pagi setiap hari Jum’at selama 60 menit. Pasien belum pernah
menerima konseling gizi sebelumnya.
16
2.3 Diagnosis
2.3.1 Analisis Masalah
Konsumsi Konsumsi
makanan tinggi Kurangnya
makanan tinggi
lemak aktivitas fisik
gula
Penyerapan Trigliserida
Peningkatan Insulin
Stress metabolik
Kurangnya
Nilai GDS dan
motivasi diri
GDP tinggi
dalam memilih
bahan makanan
Peningkatan
Anemia Sepsis Ulkus
Kebutuhan Protein
Pedis
dan Fe
Penurunan
Kebutuhan
Karbohidrat
17
Pola makan pasien sebelum terdiagnosis diabetes mellitus tergolong
salah, karena pasien senang mengonsumsi makanan tinggi lemak, dan tinggi
gula. Selain itu, pasien juga jarang melakukan aktiitas fisik. Pasien
terdeteksi diabetes melitus sejak 3 bulan yang lalu, selain itu terdapat sepsis
post amputasi below knee ulkus pedis NIDDM.
Pada penderita sepsis, salah satu gejala yag khas adalah adanya luka
diabetes dan apabila sudah semakin memburuk akan dilakukan amputasi.
Pada saat dilakukan bedah juga memiliki resiko perdarahan sehingga hb
pasien rendah dan dibutuhkan protein, Fe, dan vitamin c yang tinggi.
Kondisi diabetes melitus yang diderita pasien ditandai dengan
peningkatan kadar gula darah puasa. Pada penderita diabetes melitus, terjadi
gangguan fungsi sel betha pancreas, sehingga sekresi insulin tidak optimal.
Insulin berfungsi dalam memfasilitasi masuknya glukosa tidak dapat masuk
ke dalam sel (Ridwan, 2018). Selain itu peningkatan kadar gula darah puasa
disebabkan juga oleh kurangnya motiasi diri pasien dalam menerapkan diet,
ditandai dengan pemilihan bahan makanan yang kurang tepat, terutama
makanan selingan pasien (kopi susu, minuman berenergi dan makan-
makanan yang digoreng dan disantan). Oleh karena itu, diperlukan
pembatasan asupan karbohidrat untuk membant u menurunkan gula darah
pasien.
18
2.3.2 Daftar Masalah
1. Intake
- Asupan makan pasien rendah berdasarkan recall (oral) pasien yaitu
energi 660 kkal (33,8%), protein 15 gram (15,4%), lemak 10 gram
(23%), karbohidrat 82 gram (33,6%).
- Status Gizi pasien kurang yaitu 81,96% apabila diukur berdasarkan
%LILA.
2. Behavior
- Kebiasaan makan pasien yaitu suka mengkonsumsi makanan atau
snack yang tinggi gula dan natrium tinggi seperti mi instan dan kopi
susu setiap siang hari.
- Cara pengolahan makanan pasien sebagian besar digoreng dan
disantan yang kurang tepat.
3. Fisik/Klinis
- Keadaan umum pasien lemah, suhu pasien tinggi yaitu 38 C, tekanan
darah pasien rendah yaitu 119/68 mmHg, respiration rate pasien tinggi
yaitu 24x/menit, dan pasien memiliki luka DM
- Hb pasien rendah yaitu 10,7, GDS pasien tinggi yaitu 224, dan nilai
neutrophil pasien tinggi yaitu 71,7.
2.3.3 Diagnosis Gizi
NI-1.1
Peningkatan kebutuhan energi expenditure dikaitkan dengan peningkatan
kebutuhan akibat infeksi ditndai drngan sepsis dan limfosit tinggi
NI-5.4
Peningkatan kebutuhan zat gizi spesfik (protein) dikaitkan dengan
peningkatan metabolisme post operasi ditandai dengan Hb rendah (10,7),
leukosit tinggi (8,4) dan diagnosa medis Sepsis Post Amputasi Below Knee
Ulkus Pedis NIDDM.
NI-2.1
Kekurangan intake makanan dan minuman oral dikaitkan dengan penurunan
nafsu makan pasien ditandai dengan hasil recall yaitu energi sebesar 660
19
kkal (33,8%) protein sebesar 15 gr (15,4%), lemak sebesar 10 gr (23%) dan
karbohidrat 82 gr (33,6%) asupan makanan pasien menurun.
NB-1.1
Pengetahuan yang kurang dikaitkan dengan makanan dan zat gizi akibat
belum mendapatkan edukasi gizi sebelumnya ditandai dengan cara
pengolahan makanan pasien banyak digoreng dan disantan
NC-2.2
Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi khusus dikaitkan oleh adanya
penyait diabetes mellitus dan adanya post amputasi below knee ulkus pedis
ditandai dengan Hb 10,7 g/dL (rendah), Neutrofil 71,7 (rendah) dan GDS
224 mg/d (tinggi).
Rencana Intervensi
1. ND-1.2 Modifikasi jenis, atau jumlah makanan dan zat gizi pada waktu
makan atau pada waktu khusus
a. Tujuan Diet
1. Memperbaiki kebiasaan makan untuk mendapatkan
control metabolic yang baik
2. Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal
dengan menyeimbangkan asupan makanan
3. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau
mencapai berat badan normal
4. Menghindari komplikasi akut pada pasien
5. Tersedia cadangan zat gizi untuk mengatasi stres dan
penyembuhan luka
b. Prinsip Diet
1. Energi tinggi
2. Karbohidrat rendah
3. Lemak cukup
4. Protein tinggi
20
c. Syarat Diet
1. Energi tinggi yaitu 1947,7 kkal untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal.
2. Karbohidrat rendah yaitu 50% dari total kebutuhan
energi yaitu sebanyak 243,46 gram untuk menghindari
komplikasi lain pada pasien.
3. Lemak cukup yaitu 30% dari total kebutuhan energi
yaitu 43,28 gram untuk mempertahankan kondisi pasien
agar optimal.
4. Protein tinggi yaitu 20% dari total kebutuhan energi
sebesar 97,3 gram untuk mempercepat penyembuhan
luka.
5. Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari (bahan
makanan yang mengandung kolesterol diantaranya
adalah susu, keju, hati, usus, makanan cepat saji seperti
pizza dan hamburger)
6. Serat 20-25 gr/hari berasal dari berbagai sumber bahan
makanan, seperti kacang-kacangan, sayuran dan sumber
karbohidrat yang tinggi serat
7. Pemberian makanan dalam porsi kecil dan sering untuk
mengurangi rasa mual pasien 3x makanan utama dan 2x
snack
8. Makanan diberikan secara oral (tekstur lunak) karena
pasien dalam kondisi sadar.
9. Makanan diberikan tepat Jadwal Makan, tepat Jumlah
Makanan dan tepat Jenis bahan makanan (Prinsip 3J)
d. Perhitungan kebutuhan
Panjang ulna = 23 cm
LILA = 20 cm
TB menurut Panjang ulna = 85,8 + (2,97 x Panjang ulna)
= 85,8 + (2,97 x 23)
= 154,11 cm
21
BBI = (TB-100)-(10%xTB-100)
= (154,11-100)-(10%x154,11-100)
= 48,699 Kg
Basal = BBI x 25 kkal
= 48,7 x 25 kkal
= 1217,5 kkal (PERKENI, 2011)
TEE = Energi Basal + Energi Basal
(FA+FS-KU) (Rumus PERKENI, 2002)
= 1217,5 + 1217,5 (5%+60%-5%)
= 1217,5 + 1217,5 (60%)
= 1217,5 + 730,2
= 1947,7 gram
Protein = 20% x 1947,7
= 389,54 / 4
= 97,3 gram
Lemak = 30% x 1947,7
= 584,31 / 9
= 64,92 gram
Karbohidrat = 50% x 1947,7
= 973,85 / 4
= 243,46 gram
2. E-1.3 Informasi Dasar
Tujuan:
1. Memberikan penjelasan terkait diet penderita diabetes melitus
dan sepsis post amputasi below knee ulkus pedis NIDDM yang
dijalani saat ini kepada pasien dan keluarga pasien
2. Memberikan motivasi kepada pasien untuk menerapkan diet
yang dianjurkan
3. Memberikan motivasi kepada keluarga pasien untuk mendukung
pasien dalam menerapkan diet yang dianjurkan
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Materi : - Diet diabetes mellitus dan pasca bedah, meliputi:
22
● 3J (Jadwal makan yang dianjurkan (3x makanan utama dan 2x
makanan selingan), jenis makanan yang dianjurkan-dibatasi-
dihindari, serta jumlah makanan yang dianjurkan, yaitu sesuai
dengan perhitungan kebutuhan gizi pasien)
● Cara pengolahan makanan yang dianjurkan, yaitu dikukus,
direbus, dipanggang, ditumis, dan dimakan mentah (sayuran
seperti lalapan)
● Contoh menu sehari
Penggunaan bahan makanan penukar
23
GD2JPP)
BD-1.10
Profil
Anemia Gizi
(Hb, MCV,
MCH,
MCHC)
Fisik/Klinis PD-1.1.9 Pencatatan Setiap hari Tanda-tanda
Tanda-tanda dari rekam vital normal
vital medis
Konsumsi FH-1.2.1 Repeated Setiap 24 Konsumsi
energi dan zat Asupan 24-hour jam 80% dari
gizi makan recall kebutuhan
pasien dan
makanan
selingan
(snack)
pasien
Tingkat FH-4.1 Wawancara 1 kali (saat Pasien
pengetahuan Pengetahuan konseling mengetahui
tentang gizi makanan dan gizi rekomendasi
zat gizi kepada diet yang
pasien) dianjurkan
BAB 3
24
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Sepsis
3.1.1 Definisi Sepsis
Sepsis merupakan infeksi atau ditemukan adanya suatu infeksi
bakteri, ketika sepsis berhubungan dengan kerusakan organ yang jauh dari
tempat infeksi, maka dinamakan severe sepsis. Sepsis berat dan syok septik
masalah kesehatan utama, yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh
dunia setiap tahun, membunuh satu dari empat (dan sering kali lebih), dan
kejadiannya masih meningkat. Mirip dengan politrauma, infark miokard
akut, atau stroke, kecepatan dan ketepatan terapi diberikan dalam jam awal
setelah sepsis berat berkembang cenderung mempengaruhi hasil.
Kriteria diagnosis dari Sepsis itu sendiri masih terus di perbaharui,
berikut kriteria terbaru tentang diagnosis sepsis (M Batara, 2018)
Gejala Umum:
1. Demam (>38,3°C)
2. Hipotermia (suhu pusat tubuh < 36°C)
3. Heart rate > 90/menit atau lebih dari dua standar deviasi diatas nilai
normal usia
4. Takipneu
5. Perubahan status mental
6. Edema signifikan ataukeseimbangan cairan positif (> 20 mL/Kg lebih
dari 24 jam)
7. Hiperglikemia (glukosa plasma > 140mg/dL atau 7,7 mmol/L) dan tidak
diabetes
Inflamasi:
1. Leukositosis (Hitung sel darah putih > 12.000 μL –1 )
2. Leukopeni (Hitung sel darah putih < 4000 μL –1 )
3. Hitung sel darah putih normal dengan lebih dari 10% ditemukan bentuk
imatur
4. C-reactive protein plasma lebih dari dua standar deviasi diatas nilai
normal
5. Prokalsitonin plasma lebih dari dua standar deviasi diatas nilai normal
25
Hemodinamik:
Hipotensi arteri (tekanan darah sistolik < 90mmHg, MAP < 70 mmHg, atau
tekanan darah sistolik turun > 40mmHg pada dewasa atau lebih rendah dua
standar deviasi dibawah nilai normal umur). (M Batara, 2018)
Disfungsi Organ:
1. Hipoksemia arterial (PaO2/FiO2 < 300)
2. Oliguria akut (jumlah urin < 0,5 mL/Kg/jam selama minimal 2 jam
meskipun resusitasi cairan adekuat
3. Peningkatan kreatinin > 0,5 mg/dL atau 44,2 μmol/L
4. Koagulasi abnormal (INR > 1,5 atau aPTT > 60 s)
5. Ileus (tidak terdengar suara usus)
6. Trombositopeni (hitung trombosit < 100.000 μL –1 )
7. Hiperbilirubinemia (bilirubin plasma total > 4mg/dL atau 70 μmol/L)
Perfusi Jaringan:
1. Hiperlaktatemia (> 1 mmol/L)
2. Penurunan kapiler refil
Kemudian mengenai kriteria Sepsis berat adalah sebagai berikut:
1. Sepsis-induced hipotensi
2. Laktat diatas batas atas nilai normal laboratorium
3. Jumlah urin < 0,5 mL/kg/jam selama lebih dari 2 jam walaupun resusitasi
cairan adekuat
4. Acute Lung Injury dengan PaO2/FiO2 < 250 dengan tidak adanya
pneumonia sebagai sumber infeksi
5. Acute Lung Injury dengan PaO2/FiO2 < 200 dengan adanya pneumonia
sebagai sumber infeksi
6. Kreatinin > 2,0 mg/dL (176,8 μmol/L)
7. Bilirubin > 2 mg/dL (34,2 μmol/L)
8. Hitung platelet < 100.000 μL
9. Koagulopati (international normalized ratio > 1,5) (M Batara, 2018)
26
Gambar 3.1 Hubungan antara Sepsis dengan SIRS
27
Pneumococci, Streptococci dan bakteri gram positif lainnya jarang
menyebabkan sepsis dengan angka kejadian 20-40% dari keseluruhan kasus.
Selain itu jamur Oportunistic, virus (Dengue dan Herpes) atau protozoa
(Falciparum malariae) dilaporkan dapat menyebabkan sepsis walaupun
jarang (DS Purwanto, 2018).
28
Cellular Adhesion Molecule-1) yang kemudian menyebabkan neutrofil yang
tersensitasi oleh GM-CSF (GranulocyteMacrophage Colony Stimulating
Factor) akan mudah mengadakan adhesi. Neutrofil yang beradhesi dengan
endotel akan mengeluarkan lisosim yang akan menyebabkan dinding
endotel lisis, sehingga endotel menjadi terbuka. Kerusakan endotel tersebut
akan menyebabkan gangguan vaskuler sehingga menyebabkan kerusakan
multi organ. Trombosis dan koagulasi dari pembuluh darah kecil bisa
mengakibatkan syok septik yang bisa berakhir pada kematian (E Irawan,
2020)
3.1.4 Gejala Klinis Sepsis
Sepsis mempunyai gejala klinis yang tidak spesifik, seperti demam,
menggigil, dan gejala konstitutif seperti lelah, malaise, gelisah atau
kebigungan. Tempat terjadinya infeksi paling sering adalah paru, traktus
digestifus, traktus urinarius, kulit, jaringan lunak dan saraf pusat. Gejala
sepsis akan menjadi lebih berat pada penderita usia lanjut, diabetes, kanker,
gagal organ utama, dan pasien dengan granulosiopenia. Tanda-tanda MODS
yang sering diikuti terjadinya syok septik adalah MODS dengan komplikasi
ARDS, koagulasi intravaskuler, gagal ginjal akut, perdarahan usus, gagal
hati, disfungsi sistem saraf pusat, dan gagal jantung yang semuanya akan
menimbulkan kematian. Pada sepsis berat muncul dampak dari penurunan
perfusi mempengaruhi setidaknya satu organ dengan gangguan kesadaran,
hipoksemia (PO2 <75 mmHg), peningkatan laktat plasma, atau oliguria
(≤30 ml / jam meskipun sudah diberikan cairan). Sekitar satu perempat dari
pasien mengalami sindrom gangguan pernapasan akut dengan infiltrat paru
bilateral, hipoksemia (PO2 <70 mmHg, FiO2 >0,4), dan kapiler paru
tekanan <18 mmHg. Pada syok septik terjadi hipoperfusi organ (Weber &
Fontana, 2019).
3.1.5 Tujuan, Prinsip, Syarat Diet Sepsis
a. Tujuan Diet Sepsis
1. Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat
untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan
29
2. Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal
(SG Snai, 2019)
b. Prinsip dan Syarat Diet Sepsis
1. Energi Tinggi : 40 – 45 kkal/kg BB
2. Protein Tinggi : 2,0-2,5 gr/BB
3. Lemak Cukup : 10-25% dari kebutuhan energi total
4. Karbohidrat cukup : sisa dari kebutuhan energi total
5. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan normal
6. Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna (SG Snai,
2019)
30
1) Umur Manusia mengalami penurunan fisiologis setelah umur 40 tahun.
Diabetes Mellitus sering muncul setelah manusia memasuki umur rawan
tersebut. semakin bertambahnya umur, maka risiko menderita Diabetes
Mellitus akan meningkat terutama umur 45 tahun (kelompok risiko tinggi).
2) Jenis kelamin Distribusi penderita Diabetes Mellitus menurut jenis
kelamin sangat bervariasi. Di Amerika Serikat penderita Diabetes Mellitus
lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Namun, mekanisme
yang menghubungkan jenis kelamin dengan Diabetes Mellitus belum jelas.
3) Faktor keturunan Diabetes Mellitus cenderung diturunkan. Adanya
riwayat Diabetes Mellitus dalam keluarga terutama orang tua dan saudara
kandung memiliki risiko lebih besar terkena penyakit ini dibandingkan
dengan anggota keluarga yang tidak menderita Diabetes Mellitus. Ahli
menyebutkan bahwa Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang terpaut
kromosom seks atau kelamin. Umumnya, lakilaki menjadi penderita
sesungguhnya, sedangkan perempuan sebagai pihak yang membawa gen
untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
4) Riwayat penderita Diabetes Melitus gestasional Diabetes gestasional
dapat terjadi sekitar 2-5% pada ibu hamil. Biasanya Diabetes Mellitus akan
hilang setelah anak lahir. Namun, dapat pula terjadi Diabetes Mellitus
dikemudian hari. Ibu hamil yang menderita Diabetes Mellitus akan
melahirkan bayi besar dengan berat lebih dari 4000 gram. Apabila hal ini
terjadi, maka kemungkinan besar si ibu akan mengidap Diabetes Melitus
tipe II kelak. (Izzati & Nirmala dalam Meivi I.Derek, 2017).
b. Faktor risiko yang dapat diubah :
1) Obesitas Berdasarkan beberapa teori menyebutkan bahwa obesitas
merupakan factor predisposisi terjadinya resistensi insulin. Semakin banyak
jaringan lemak pada tubuh maka tubuh semakin resisten terhadap kerja
insulin, terutama bila lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul di
daerah sentral atau perut. Lemak dapat memblokir kerja insulin sehingga
glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam pembuluh
darah, sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Obesitas
31
merupakan faktor risiko terjadinya Diabetes Mellitus tipe II dimana sekitar
80-90% penderita mengalami obesitas
2) Aktivitas fisik kurang Berdasarkan penelitian bahwa aktivitas fisik yang
dilakukan secara teratur dapat menambah sensitivitas insulin. Prevalensi
Diabetes Mellitus mencapai 2-4 kali lipat terjadi pada individu yang kurang
aktif dibandingkan dengan individu yang aktif. Semakin kurang aktivitas
fisik, maka semakin mudah seseorang terkena penyakit Diabetes Mellitus.
Olahraga atau aktivitas fisik dapat membantu mengontrol berat badan.
Glukosa dalam darah akan dibakar menjadi energi, sehingga sel-sel tubuh
menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Selain itu, aktivitas fisik yang teratur
juga dapat melancarkan peredaran darah, menurunkan faktor risiko
terjadinya Diabetes Mellitus. 3) Pola makan Pola makan yang salah dapat
mengakibatkan kurang gizi atau kelebihan berat badan. Kedua hal tersebut
dapat meningkatkan risiko terkena Diabetes Mellitus. kurang gizi
(malnutrisi) dapat mengganggu fungsi pankreas dan mengakibatkan
gangguan sekresi.
3.2.3 Tujuan, Prinsip, dan Syarat Diet Diabetes Mellitus
1. Tujuan Diet Diabetes Mellitus
- Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal
- Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal
- Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai
berat badan normal
- Menghindari komplikasi akut pasien
- Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi
yang optimal (Suiraoka, 2019)
2. Prinsip Diet
- Energi tinggi
- Karbohidrat rendah
- Lemak cukup
- Protein tinggi
32
3. Syarat Diet
- Energi tinggi yaitu 1947,7 kkal untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal.
- Karbohidrat rendah yaitu 50% dari total kebutuhan energi yaitu
sebanyak 243,46 gram untuk menghindari komplikasi lain pada
pasien.
- Lemak cukup yaitu 30% dari total kebutuhan energi yaitu 43,28
gram untuk mempertahankan kondisi pasien agar optimal.
- Protein tinggi yaitu 20% dari total kebutuhan energi sebesar 97,3
gram untuk mempercepat penyembuhan luka.
- Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari (bahan makanan
yang mengandung kolesterol diantaranya adalah susu, keju, hati,
usus, makanan cepat saji seperti pizza dan hamburger)
- Serat 20-25 gr/hari berasal dari berbagai sumber bahan makanan,
seperti kacang-kacangan, sayuran dan sumber karbohidrat yang
tinggi serat
- Pemberian makanan dalam porsi kecil dan sering untuk
mengurangi rasa mual pasien 3x makanan utama dan 2x snack
- Makanan diberikan secara oral (tekstur lunak) karena pasien
dalam kondisi sadar.
- Makanan diberikan tepat Jadwal Makan, tepat Jumlah Makanan
dan tepat Jenis bahan makanan (Prinsip 3J)
33
BAB 4
HASIL
4.1 Monitoring dan Evaluasi Konsumsi Energi dan Zat Gizi
Monitoring konsumsi energi dan zat gizi pasien dilakukan selama
dua hari, yaitu pada tanggal 19 – 20 Oktober 2022. Monitoring konsumsi
energi dan zat gizi pasien dilakukan dengan metode 24 hour recall dan
pengamatan secara langsung. Evaluasi pemenuhan konsumsi dilihat dari
perbandingan antara asupan dengan target pemenuhan energi dan zat gizi
pasien pada saat pengamatan. Selama pengamatan hari pertama-kedua (19-
20 Oktober 2022), pasien diberikan diet lunak 1900 kkal. Diet tersebut
mengandung :
- Energi : 1947,7 kkal
- Protein : 97,3 gram
- Lemak : 43,28 gram
- Karbohdirat : 243,46 gram
Berikut ini merupakan hasil monitoring dan evaluasi konsumsi energi dan
zat gizi pasien pada pengamatan hari pertama-kedua:
Tabel 4.1 Monitoring dan Evaluasi Konsumsi Energi dan Zat Gizi
18 Oktober 19 Oktober 20 Oktober
2022 2022 2022
Asupan Oral
Energi (kkal) 660 (deficit tk. 972,6 (deficit 1300
berat) tk. ringan) (normal)
Protein (g) 15 (deficit tk. 37,2 (deficit 50 (normal)
berat) tk. ringan)
Lemak (g) 10 (deficit tk. 35,9 (deficit 35 (normal)
berat) tk. ringan)
Karbohidrat (g) 82 (deficit tk. 123 (deficit 195 (normal)
berat) tk. ringan)
Asupan Intravena (Infus)
Energi (kkal) 200 200 200
Protein (g) 0 0 0
34
Lemak (g) 0 0 0
Karbohidrat (g) 50 50 50
Total Asupan
Energi (kkal) 860 (deficit tk. 1172,6 1500
berat) (deficit tk. (normal)
ringan)
Protein (g) 15 (deficit tk. 37,2 (deficit 50 (normal)
berat) tk. ringan)
Lemak (g) 10 (deficit tk. 35,9 (deficit 35 (normal)
berat) tk. ringan)
Karbohidrat (g) 132 (deficit tk. 173 (deficit 245 (normal)
berat) tk. ringan)
Perbandingan Asupan Makanan terhadap Kebutuhan Per Hari
100
80
60
40
20
0
Energi Protein Lemak 35
Karbohidrat
2000
1500
1000
500
36
diet makanan lunak. Selain makanan oral, pasien mendapatkan asupan
intravena berupa D5% 500CC (kandungan energi sebesar 200 kkal)
sehingga asupan energi pasien semakin meningkat dan mencapai target yang
ditetapkan.
4.1.2 Pemenuhan Kebutuhan Protein
Hasil monitoring dan evaluasi asupan protein pasien terhadap kebutuhan
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Pemenuhan Kebutuhan Protein
18 Oktober 2022 19 Oktober 2022 20 Oktober 2022
Target pemenuhan 70 70 70
kebutuhan (%)
Target pemenuhan
kebutuhan 68,11 68,11 68,11
(kkal/hari)
Protein
120
100
80
60
40
20
0
18 Oktober 2022 19 Oktober 2022 20 Oktober 2022
37
cukup signifikan, hal ini dikarenakan pasien mengonsumsi makanan yang
diberikan (diet makanan lunak lauk cincang) serta mendapatkan asupan
intravena D5% 500CC (dengan kandungan protein sebesar 0 gram).
4.1.3 Pemenuhan Kebutuhan Lemak
Hasil monitoring dan evaluasi asupan lemak pasien terhadap kebutuhan
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Pemenuhan Kebutuhan Lemak
18 Oktober 19 Oktober 20 Oktober
2022 2022 2022
Hasil recall 10 35,9 35
lemak (kkal/hari)
Kebutuhan lemak 43,28 43,28 43,28
(kkal/hari)
Target 70 70 70
pemenuhan
kebutuhan (%)
Target 30,29 30,29 30,29
pemenuhan
kebutuhan
(kkal/hari)
Pemenuhan 23,1 82,9 80,8
kebutuhan (%)
38
pengamatan hari selanjutnya terjadi peningkatan asupan lemak, karena
pasien mulai mengonsumsi dan menghabiskan makanan yang diberikan.
4.1.4 Pemenuhan Kebutuhan Karbohidrat
Hasil monitoring dan evaluasi asupan karbohidrat pasien terhadap
kebutuhan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Pemenuhan Kebutuhan Karbohidrat
18 Oktober 19 Oktober 20 Oktober
2022 2022 2022
Hasil recall 132 173 245
karbohidrat
(kkal/hari)
Kebutuhan 243,46 243,46 243,46
karbohidrat
(kkal/hari)
Target 70 70 70
pemenuhan
kebutuhan (%)
Target 170,422 170,422 170,422
pemenuhan
kebutuhan
(kkal/hari)
Pemenuhan 54,21 71,05 100,63
kebutuhan (%)
250
200
150
100
50
0
18 Oktober 2022 19 Oktober 2022 20 Oktober 2022
39
Pada pengamatan hari pertama, asupan karbohidrat pasien sanga
rendah dikarenakan makanan rumah sakit hanya dimakan sedikit. Pada
pengamatan hari selanjutnya, pasien mengonsumsi makanan yang diberikan
serta mendapatkan asupan intravena D5% 500CC dengan kandungan
karbohidrat 50 gram, sehingga asupan karbohidrat pasien semakin
meningkat.
4.2 Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Antropometri
Monitoring pemeriksaan antropometri pasien dilakukan tiga hari
sekali yaitu pada tanggal 20 Oktober 2022. Hasil monitoring pemeriksaan
antropometri pasien adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Antropometri
Pemeriksaan 18 Oktober 2022 20 Oktober 2022
Berat Badan (Kg) 48,699 -
40
Berdasarkan Tabel 4.6 Hasil monitoring dan evaluasi pemeriksaan fisik
klinis pasien semakin hari semakin baik, tetapi tekanan darah semakin
tinggi, hal ini disebabkan karena pasien mematuhi apa yang ahli gizi
anjurkan tetapi tekanan darah yang meningkat disebabkan karena obat yang
dikonsumsi pasien.
4.4 Monitoring dan Evaluasi Hasil Edukasi
Monitoring dan evaluasi saat edukasi dilakukan dengan mengajukan
3 buah pertanyaan, diantaranya adalah cara pengolahan makanan yang salah
untuk penderita Sepsis Post Amputasi Below Knee Ulkus Pedis NIDDM,
bahan makanan yang harus diperhatikan, dan buah yang boleh diberikan.
Pertanyaan diberikan sebelum dan setelah edukasi dilakukan. Berikut adalah
jawaban dari pertanyaan yang diberikan
Pertanyaan Jawaban Pretest Jawaban Posttest
Cara pengolahan Digoreng Digoreng, dibakar
makanan yang salah langsung (terkena
arang dan api)
Bahan makanan yang Makanan manis Sumber karbohidrat
harus diperhatikan dan makanan yang
mengandung gula
Buah yang boleh Semua buah Diutamakan selain
diberikan buah musiman
41
MCHC 33,6 - -
MCH 28,3 - -
Hb 10,7 11,3 11,8
Leukosit 7,4 7,6 8,2
GDS 224 204 205
Eritrosit - 3,9 4,51
42
BAB 5
PEMBAHASAN
43
meningkatkan system imun pasien, sehingga risiko terjadinya infeksi dapat
dicegah (ACS, 2014).
5.1.3 Pemenuhan Kebutuhan Lemak
Lemak diberikan sebanyak 20% dari kebutuhan energi. Lemak
diberikan sedang untuk membantu meningkatkan system imun agar tidak
terjadi infeksi. Berdasarkan perhitungan, kebutuhan lemak pasien adalah
sebesar 43,28 gram.
Pada pasien pasca pembedahan, lemak berfungsi untuk
meningkatkan system imun agar pasien tidak terkena infeksi (Stump,
2008). Pemberian lemak dapat menurunkan inflammatory response,
menghambat produksi sitokin, dan berperan sebagai anti-trombosis.
5.1.4 Pemenuhan Kebutuhan Karbohidrat
Karbohidrat diberikan 50% dari total energi. Karbohidrat diberikan
sedang karena pasien ada di tahap penyembuhan post-operasi dan
mempertimbangkan kondisi diabetes mellitus yang masih terkontrol. Dari
perhitungan tersebut, didapatkan kebutuhan karbohidrat pasien sebesar
243,46 gram. Pada pasien diabetes mellitus, pemberian karbihidrat
diperlukan untuk meminimalkan katabolisme dri lemak dan protein pasca
pembedahan.
Menurut (Susanti, 2018) menyatakan bahwa pemenuhan karbohidrat
digunakan untuk mengatasi resiko infeksi untuk post amputasi sama
halnya pada kasus ini yang menggunakan karbohidrat cukup untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
5.1.5 Pemeriksaan Laboratorium
Dalam melakukan assessment gizi, diperlukan nilai data
laboratorium (biokimia) pasien. Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan
untuk mendapatkan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan
klinik dan terapi untuk pasien (Kemenkes RI, 2011). Pada hasil pemeriksaan
laboratorium pada tanggal 17 Oktober 2022 kadar Hb pasien berada
dibawah normal, kadar neutrophil dan GDS pasie berada diatas kadar
normal. Sedangkan pada pemeriksaan pada tanggal 19 Oktober 2022 kadar
Hb dibawah normal dan kadar GDS berada diatas normal. Kemudian pada
44
tanggal 20 Oktober 2022 kadar Hb sudah meningkat menjadi 11,8 serta
kadar GDS menurun menjadi 205.
Berdasarkan penelitian (Atmadja, 2019) penurunan kadar GDS ini
dapat disebabkan karena post amputasi pasien sudah boleh makanan lunak
dan hasil recall pasien meningkat. Peningkatan kadar Hb ini disebabkan
karena pasien memiliki kadar Recall yang meningkat.
5.1.6 Pemeriksaan Fisik Klinis
Dalam melakukan assessment gizi, diperlukan nilai data Fisik Klinis
pasien. Pemeriksaan Fisik Klinis rutin dilakukan untuk mendapatkan
informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan klinik dan terapi
untuk pasien (Kemenkes RI, 2011). Pada hasil pemeriksaan Fisik Klinis
pada tanggal 18 Oktober 2022 keadaan umum pasien lemah, suhu tubuh
pasien, nadi, respiration rate pasien diatas batas normal, tekanan darah
dibawah batas normal. Pada hasil pemeriksaan Fisik Klinis pada tanggal
19 Oktober 2022 dan 20 Oktober 2022 nadi, tekanan darah dan respiration
rate meningkat.
Peningkatan pemeriksaan Fisik Klinis pasien seperti nadi, tekanan
darah, dan respiration rate ini dapat disebabkan karena post amputasi
pasien sudah boleh makanan lunak dan hasil recall pasien meningkat.
(Pardiansyah & Yusran, 2018)
45
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Pasien atas nama Ny. S dilakukan skrining gizi dengan pengkajian
awal memiliki diagnose medis yaitu Sepsis Post Amputasi Ulkus
Pedis NIDDM dengan status gizi kurang, neutrofil tinggi, Hb
rendah, GDS tinggi, KU lemah, Suhu badan tinggi, tekanan darah
rendah, respiration rate tinggi, ada luka DM di kaki, cara
pengolahan makanan pasien dengan digoreng dan disantan yang
kurang tepat, kebiasaan makan snack tinggi gula dan natrium
tinggi, asupan makan rendah.
2. Pasien Ny. S memiliki diagnose gizi NC-2.2 Perubahan nilai
laboratorium terkait zat gizi khusus, NI-5.1 Peningkatan kebutuhan
zat gizi spesifik (Fe, protein, vitamin c), NI-5.4 Penurunan
kebutuhan zat gizi spesifik (karbohidrat), NB-1.1 Pengetahuan
yang kurang dikaitkan dengan makanan dan zat gizi, NB-1.7
Ketidaksesuaian dalam pemilihan bahan makanan, NI-2.1
Kekurangan intake makanan dan minuman oral, NI-1.6 Intake
kurang optimal.
3. Dilakukan intervensi gizi yang terdiri dari modifikasi jenis
makanan dan zat gizi (tinggi protein dan Fe yaitu sebesar 97,3
gram) diberikan via oral 3x sehari, memberikan informasi dasar
yaitu memberikan informasi dan menjelaskan cara pengolahan
makanan yang sesuai untuk penderita diabetes mellitus (dikukus,
ditumis, dipanggang), dan kolaborasi dengan tenaga
laboratorium/perawat untuk pengambilan sampel darah pasien
4. Monitoring dan evaluasi diantaranya nilai laboratorium diperoleh
dengan mencatat rekam medis pasien (apabila ada hasil terbaru),
monitoring evaluasi nilai hb, GDS, tanda-tanda vital pasien
meliputi tekanan darah, nadi, suhu tubuh, RR. Pengetahuan
makanan dan zat gizi terutama mengenai pemilihan bahan
46
makanan dan cara pengolahan, makanan selingan (snack) pasien
selama 1 hari dengan metode 24 H Recall.
6.2 Saran
Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain (misalnya dokter
atau perawat) agar dapat lebih memahami permasalahan pasien sehingga
dapat memberikan asuhan gizi yang sesuai bagi pasien.
47
DAFTAR PUSTAKA
Boedisantoso, A. dan Imam, S. 2005. Komplikasi Akut Diabetes Mellitus
Dalam Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 161 – 164
Hans. 2008. Jumlah Penderita DM di Indonesia Meningkat. Diakses pada 3
Mei 2010 dari http//www.nttonlinenews.com/ntt/index.php?view
Hardinsyah, Briawan, D., Retnaningsih., Herawati. 2004. Analisis
Kebutuhan Konsumsi Pangan. Pusat Studi Kebijakan Pangan dan
Gizi Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut
Pertanian Bogor. Bogor : 92 – 93
Hartono, A. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit Edisi 2. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta : 140 - 147
Karyadi, E. 2002. Kiat Mengatasi Diabetes, Hiperkolesterolemia, Stroke.
Intisari Mediatama. Jakarta : 2 - 51
Kariadi, S. 2009. Diabetes? Siapa Takut!! Panduan Lengkap untuk
Diabetesi, Keluarganya dan Professional Medis. Qanita. Bandung :
29 - 34
Khomsan, A. dkk. 2006. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya.
Jakarta : 117 – 118
Moehyi, Sjahmien. 1999. Pengaturan Makan dan Diet Untuk Penyembuhan
Penyakit. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta : 3 – 9
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Sagung
Seto. Jakarta : 137 - 145
Muchid, A. dkk. 2005. Pharmautical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta : 12 - 26
Notoatmojo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rieneka Cipta.
Jakarta : 143 - 146
Prabowo, S. 2004. Hubungan Antara Pengetahuan tentang Serat dengan
Konsumsi Serat pada Penderita DM di Poli Penyakit Dalam RSUD
Dr. Moewardi Surakarta. Karya Tulis Ilmiah D3 Gizi. Surakarta.
48
Lampiran 1. Nutrition Care Process
BBI berdasarkan TB
estimasi :
(TB-100) –
(10%xTB-100)
= (144,345-100) –
(10%x144,345-100)
= 39,91 Kg
49
Status Gizi
Berdasarkan LILA :
% LILA =
(LILA yang
diukur/LILA
menurut standar) x
100
= (20/24,4) x 100
= 81,96 %
50
GDS : 224 (N: 60- tinggi sederhana)
199) dan jadwal
(diberikan 3x
makan utama
dan 2x makan
selingan)
diberikan via
oral dalam
porsi kecil
tapi sering)
Fisik Klinis
Dahulu
- Frekuensi makan Cara NB-1.1 Akibat belum Cara pengolahan E-1.3 FH-4.1
utama 3x sehari. pengolahan Pengetahuan mendapatkan digoreng dan disantan Informasi Pengetahuan
Makanan disiapkan dengan yang kurang edukasi gizi dasar yaitu makanan dan zat
sendiri (jarang digoreng dan dikaitkan sebelumnya memberikan gizi terutama
51
membeli makanan disantan dengan informasi dan mengenai
dari luar) salah. makanan dan menjelaskan pemilihan bahan
- Makanan pokok zat gizi cara makanan dan
yang sering pengolahan cara pengolahan
dikonsumsi adalah makanan
nasi putih 3x/hari yang sesuai
@1 centong untuk
- Lauk yang disukai penderita
adalah kulit ayam diabetes
(goreng) 3x/hari @3 mellitus
sdm, ikan (bakar) (dikukus,
2x/hari @1 ptg ditumis,
kecil, dan daging dipanggang)
sapi 3x/minggu @1
ptg sedang (goreng). Kebiasaan
Pasien menyukai makan snack
tahu goreng tinggi gula
(5x/hari) @1 ptg dan natrium
- Sayuran yang tinggi
dikonsumsi adalah
bayam, kangkung,
labu siam, dan katuk
(dikonsumsi
berselang-seling)
5x/minggu (setiap
kali makan selalu
ada sayur). Sayuran
diolah dengan cara
dibening,, disantan
atau ditumis.
- Buah yang
dikonsumsi adalah
52
buah naga, mangga,
atau jeruk. Buah
dikonsumsi
berselang-seling 1
macam/hari @1
buah.
- Pasien gemar
mengonsumsi
minuman berenergi
tinggi (hampir setiap
hari) dan selalu
mengonsumsi kopi
susu setiap siang @1
gelas
Sekarang Asupan NI-2.1 Penurunan nafsu Hasil recall yaitu ND-1.1 FH-1.2.1
Pasien telah sadar makan Kekurangan makan pasien energi sebesar : Modifikasi Asupan makan
penuh dan menerima rendah intake E : 660 kkal (33,8%) jenis dan pasien (energi,
diet lunak dengan makanan dan P : 15 gr (15,4%) jumlah karbohidrat,
hasil recall (oral) minuman oral L : 10 gr (23%) makanan protein, dan
53
sebagai berikut : KH : 82 gr (33,6%) sesuai dengan lemak) dengan
E : 660 kkal (33,8%) kebutuhan metode 24 H
P : 15 gr (15,4%) gizi pasien. Recall
L : 10 gr (23%) Bentuk
KH : 82 gr (33,6%) makanan
lunak,
frekuensi
pemberian 3x
utama dan 2x
selingan
Ecology
NI-1.6 Akibat obat- Asupan ND-1.1 FH-1.2.2
Sosial Ekonomi Intake kurang obatan yang E : 1265,3 kkal Modifikasi Asupan
- Pasien tinggal optimal mempengaruhi (87,8%) jenis dan makanan
bersama sendiri, nafsu makan P : 60,6 gr (84,1%) jumlah
namun rumah pasien (Po. Diazepam) L : 64,5 gr (201%) makanan
bersebelahan dengan KH : 114,7 gr (63,7%) sesuai dengan
rumah kakak pasien. kebutuhan
- Pasien memiliki gizi pasien.
sebuah warung di Bentuk
depan rumah. makanan
- Sehari-hari, pasien lunak,
menghabiskan frekuensi
waktu dengan pemberian 3x
berbelanja, utama dan 2x
memasak, dan selingan
membersihkan
rumah.
- Pasien mengikuti
perkumpulan pasien
diabetes mellitus
yang dibentuk oleh
54
Puskesmas
Gondokusuman 1,
dimana salah satu
kegiatannya adalah
senam pagi setiap
hari Jum’at selama
60 menit.
- Pasien belum
pernah menerima
konseling gizi
sebelumnya.
Riwayat Penyakit
Dahulu
Pasien terdiagnosa
diabetes melitus
sejak tiga bulan lalu.
Riwayat Obat
Obat yang
dikonsumsi pasien
adalah sebagai
berikut :
- IV Meropenem
- IV Metronidazole
- IV Paracetamol
- IV Novorapid
- IV Ranitidin
- IV Levemir
- IV D5% 500 cc
55
Lampiran 2. Tujuan, Prinsip, dan Syarat Diet
a. Tujuan
1. Memperbaiki kebiasaan makan untuk mendapatkan control metabolic yang baik
2. Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan makanan
3. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal
4. Menghindari komplikasi akut pada pasien
b. Prinsip Diet
1. Energi tinggi
2. Karbohidrat rendah
3. Lemak cukup
4. Protein tinggi
c. Syarat Diet
1. Energi tinggi yaitu 1947,7 kkal untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
2. Karbohidrat rendah yaitu 50% dari total kebutuhan energi yaitu sebanyak 243,46 gram untuk menghindari komplikasi lain pada
pasien.
3. Lemak cukup yaitu 30% dari total kebutuhan energi yaitu 43,28 gram untuk mempertahankan kondisi pasien agar optimal.
4. Protein tinggi yaitu 20% dari total kebutuhan energi sebesar 97,3 gram untuk mempercepat penyembuhan luka.
5. Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari (bahan makanan yang mengandung kolesterol diantaranya adalah susu, keju, hati,
usus, makanan cepat saji seperti pizza dan hamburger)
56
6. Serat 20-25 gr/hari berasal dari berbagai sumber bahan makanan, seperti kacang-kacangan, sayuran dan sumber karbohidrat yang
tinggi serat
7. Pemberian makanan dalam porsi kecil dan sering untuk mengurangi rasa mual pasien 3x makanan utama dan 2x snack
8. Makanan diberikan secara oral (tekstur lunak) karena pasien dalam kondisi sadar.
9. Makanan diberikan tepat Jadwal Makan, tepat Jumlah Makanan dan tepat Jenis bahan makanan (Prinsip 3J)
57
Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Gizi
58
Lampiran 4. Hasil Monitoring dan Evaluasi
59
Leukosit : RR : 25 1900 kkal meningkat
8,2 Mual : - - Energi - Pasien
Eritrosit : 1300 kkal menerima
4,51 (66,7%) asupan
- Protein 50 intravena
gram IV D5%
(51,3%) 500 CC
- Lemak 35 -Tekanan
gram darah tinggi
(80,8%)
- KH 195
gram
(80,09%)
Pasien menerima
IV D5% 500 CC
60
Lampiran 5. Contoh Menu Sehari untuk Pasien
Kebutuhan
Energi : 1947,4 kkal
Protein : 97,3 gram
Lemak : 43,28 gram
Karbohidrat : 243,46 gram
PAGI
Bahan Makanan Jumlah Energi Protein Lemak Karbohidrat Serat Kolesterol Vit. C Sodium Fe
Nama Menu
g kkal G g G g mg mg mg mg
Nasi Tim Nasi 200 260 2,4 0,2 28,6 0,3 0 0 0 0,2
Semur Daging 35 42 9,1 0,3 0 0 22 0,5 31,0 0,3
Daging Tahu 55 38 4,1 2,4 0,9 0,6 0 0 7,0 0,4
Tahu Masak Minyak 5 3,8 0,2 0 0,8 0,3 0 0,1 0 0,1
Jamur Lobak 10 0,2 0,6 0 0,1 0,7 0 0,2 0,2 0,1
Sup Lobak
SNACK PAGI
Nama Menu Bahan Makanan Jumlah Energi Protein Lemak Karbohidrat Serat Kolesterol Vit. C Sodium Fe
g kkal G g G g mg mg mg mg
Jus Apel Apel 90 46 0 0,3 10 0,2 0 0,4 0
Plain
SIANG
Nama Menu Bahan Makanan Jumlah Energi Protein Lemak Karbohidrat Serat Kolesterol Vit. C Sodium Fe
G kkal G g G g mg mg mg mg
Nasi Tim Nasi 200 260 2,4 0,2 28,6 0,3 0 0 0 0,2
61
Tim Ikan Ikan 40 142,5 13,4 9,4 0 0,4 39,5 0 0,2 0,3
Tempe bb Tempe 50 3,8 0,2 0 0,8 0 0 0 0,1 0,7
kuning Minyak 10 86,2 0 10 0 0 0 0,3 0 1,1
Sayur Bayam 100 99,5 9,5 3,8 8,5 0,2 0 0,2 0 0,1
Bayam
SNACK SORE
Nama Menu Bahan Makanan Jumlah Energi Protein Lemak Karbohidrat Serat Kolesterol Vit. C Sodium Fe
G kkal G g g g mg mg mg mg
Buah Pisang Ambon 50 58 3,8 0,3 10,4 0,2 0 0,4 0,1 0,1
MALAM
Nama Menu Bahan Makanan Jumlah Energi Protein Lemak Karbohidrat Serat Kolesterol Vit. C Sodium Fe
G kkal G g g g mg mg mg mg
Nasi Tim Nasi 200 260 2,4 0,2 28,6 0,3 0 0 0 0,2
Ayam Kukus Ayam tanpa 40 77,5 6,3 5,3 0,6 0 100 0 62 0,6
Tahu kulit
Tumis Tahu 110 7,4 0,7 0 1,5 0,1 0 6,6 2,2 0,6
Buncis Buncis 100 4,0 0,2 0,1 0,9 0,3 0 1,2 0,2 0,1
Minyak 10 38,0 4,1 2,4 0,9 0,6 0 0 3,5 2,7
Pepaya Pepaya 110 86,2 0 10 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 1921,1 89,8 44,3 242,10 24,6 193,1 82,8 1566 14,7
KEBUTUHAN 1947,7 97,3 43,28 243,46 25 200 90 1500 13
%PEMENUHAN KEBUTUHAN 98,63% 92,2% 102,3% 99,5% 98,4% 96,55% 92,0% 104,4% 113%
62
Lampiran 5. Media Edukasi
63
64