Oleh :
Makalah ini telah dibimbing dan diperiksa oleh preceptor dan CI Rumah
Sakit Pringadi Medan dan layak untuk dipresentasikan di dalam seminar
Disetujui oleh
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan, atas berkat rahmat dan karunian-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan askep ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan
Diagnosa Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Ruangan Asoka 1 Rumah Sakit Pringadi
Medan”
Selama proses penyusunan Askep ini, begitu banyak bantuan, nasehat dan
bimbingan yang penulis terima demi kelancaran penyusunan Askep ini. Dengan
segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak/Ibu :
1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara
Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan
Ilmu Kesehatan Univesitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns.Marthalena Simamora M.Kep, selaku Ketua Program Studi Ners
Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Univesitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep., SP.Kep.J, selaku ketua profesi ners
6. Ns. Agnes Marbun M.Kep, selaku koordinator keperawatan medikal bedah
7. Ns.Janno Sinaga S.Kep M.KMB selaku pembimbing kelompok
Kelompok 4
DAFTAR ISI
ii
Halaman
COVER
HALAMAN PERSETUJUAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah
2
1.3 Tujuan Penelitian
2
1.3.1 Tujuan Khusus 2
1.3.2 Tujuan Umum 2
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 3
2.1 Gagal Ginjal Kronik 3
2.1.1 Pengertian 3
2.1.2 Etiologi 4
2.1.3 Klasifikasi 4
2.1.4 Patofisiologi 4
2.1.5 Pathway 8
2.1.6 Manifestasi Klinik 9
2.1.7 Penatalaksanaan 10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 12
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Korinik
13
2.2.1 Pengkajian 14
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 15
2.2.3 Intervensi Keperawatan 16
2.2.4 Implementasi Keperawatan 17
2.2.5 Evaluasi Keperawatan 18
BAB 3 PENGKAJIAN 21
3.1 Pengkajian 21
3.2 Diagnosa 29
3.3 Intervensi 29
3.4 Implementasi
34
3.5 Evaluasi 34
BAB 4 PENUTUP 42
4.1 Kesimpulan 42
4.2 Saran
42
iii
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-
communicablediseases) terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi,
diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit
menular (communicable diseases) sebagai masalah kesehatan masyarakat
utama.
Gagal ginjal atau acute kidney injury (AKI) yang dulu disebut injury
acuterenal failure (ARF) dapat diartikan sebagai penurunan cepat/tiba-tiba
atau parah padafungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini biasanya ditandai oleh
peningkatan konsentrasikreatinin serum atau azotemia (peningkatan
konsentrasi BUN (blood Urea Nitrogen).Setelah cedera ginjal terjadi,
tingkat konsentrasi BUN kembali normal, sehingga yang menjadi patokan
adanya kerusakan ginjal adalah penurunan produksi urin.
Hingga Senin (24/10) terdapat 251 kasus gagal ginjal akut yang berasal
dari 26 provinsi. Sekitar 80% kasus terjadi di DKI Jakarta, Jawa Barat,
Aceh, Jawa Timur, Sumatera Barat, Bali, Banten, dan Sumatera Utara.
Persentase angka kematian ada di 56% atau sebanyak 143 kasus.
Penambahan 6 kasus, termasuk 2 kematian, yang dilaporkan bukanlah
kasus baru.
2
Jumlah pasien yang menjalani hemodialis sebanyak 390 pada tahun 2009,
586 pada tahun 2010, dan mengalami peningkatan pada tahun 2011, yakni
sebanyak 714. Rumah sakit Dr. Pringadi Medan merupakan rumah sakit
terbesar di Sumatera Utara dan sebagai tempat rujukan dari rumah
sakit lain, sehingga pasien hemodialisis di rumah sakit ini banyak
jumlahnya dan berasal dari berbagai daerah, Sampai saat ini data
mengenai prediktor kematian pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialis beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya
sangat terbatas di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti
“Hubungan antara lama hemodialisis dan faktor komobiditas dengan
kematian pasien gagal ginjal kronik di RSUD Dr. Pringadi Medan
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang konsep medis dan asuhan keperawatan pada
klien dengan Gagal Ginjal Akut dan Gagal Ginjal Kronik
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
GGK
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan
3. Mahasiswa mampu membuat intervensi untuk klien GGK
4. Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan
yang telah dibuat
5. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang
telah diberikan pada klien dengan GGK
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Gagal Ginjal Kronik
2.1.1. Pengertian
4
2.1.2. Etiologi
a. Penyakit Hipertensi
b. Gout menyebabkan nefropati gout.
c. Diabetes Mellitus yang menyebabkan nefropati DM.
d. Gangguan metabolisme
e. SLE yang menyebabkan nefropati SLE.
f. Riwayat batu yang menyebabkan penyakit ginjal glomerular.
g. Riwayat edema yang mengarah ke penyakit ginjal
glomerular.
h. Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga (yang diduga
mengarah ke penyakit ginjal genetik) / herediter
i. Infeksi, penyakit hipersensitif
j. Penyakit peradangan, lesi obstruksi pada traktus urinarius
k. Nefropatik toksik dan neoropati obstruksi
2.1.3. Klasifikasi
Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di
klasifikasikan menjadi 4, dengan pembagian sebagai berikut:
a. 100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
b. 75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
c. 25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
2.1.4. Patofisiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronik biasanya dipengaruhi oleh
penyakit sistemik seperti diabetes melitus, glumerulonefritis,
pielonefritis, hipertensi yang tidak dikontrol, obtruksi traktus
urinarius, penyakit ginjal polikistik, infeksi dan agen toksik.
fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya dieksresikan kedalam urine) tertimbun dalam darah.
Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh, semakin
banyak yang timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin
berarti dan akan membaik setelah dialisis. Banyak permasalahan
5
yang muncul pada ginjal sebagai akibat dari penurunan glomeruli
yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan clearens substansi
darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal.
Perjalanan penyakitnya dapat dibagi menjadi tiga stadium, yaitu :
6
glomerulus meskipun proses penyakit mula – mula
menyerang tubulus ginjal.
Patofisiologi menurut SmeltzerC, Suzanne, (2002 hal 1448)
adalah:
a. Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan
urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Akibt
dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan
menurun, kreatinin akn meningkat, dan nitrogen urea
darh (BUN) juga akan meningkat.
b. Gangguan klirens renal
Banyak maslah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat
dari penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, yang
menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang
seharusnya dibersihkan oleh ginjal)
c. Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk
mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara
normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium;
meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung
kongestif dan hipertensi.
d. Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin
yang tidak adequate, memendeknya usia sel darah merah,
defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi
perdarahan akibat status uremik Klien, terutama dari
saluran GI.
e. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
7
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki
hubungan yang saling timbal balik, jika salah satunya
meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya
GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan
sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar
kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun
dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon
terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya
kalsium di tulang menurun menyebabkab perubahan
pada tulang dan penyakit tulang.
f. Penyakit tulang uremik(osteodistrofi)
Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan
keseimbangan parathormon.
8
2.1.5. Patway
DX: intoleransi
kelemahan fisik aktivitas
9
2.1.6. Manisfestasi Klinik
A. Kardiovaskuler
a. Hipertensi
b. Pitting edema
c. Edema periorbital
d. Pembesaran vena leher
e. Friction rub perikardial
B. Pulmoner
a. KrekelS
b. Nafas dangkal
c. Kusmaul
d. Sputum kental dan liat
C. Gastrointestinal
a. Anoreksia, mual dan muntah
b. Perdarahan saluran GI
c. Ulserasi dan perdarahan pada mulut
d. Konstipasi / diare
e. Nafas berbau amonia
D. Muskuloskeletal
a. Kram otot
b. Kehilangan kekuatan otot
c. Fraktur tulang
d. Foot drop
E. Integumen
a. Warna kulit abu-abu mengkilat
b. Kulit kering, bersisik
c. Pruritus
d. Ekimosis
10
e. Kuku tipis dan rapuh
f. Rambut tipis dan kasar
F. Reproduksi
a. Amenore
b. Atrofi testis
2.1.7. Penatalaksanaan
Pada penurunan cadangan ginjal dan insufisiensi ginjal, tujuan
penatalaksanaan adalah memperlambat kerusakan nefron lebih
lanjut, terutama dengan retriksi protein dan obat-obat anti
hipertensi. Pada gagal ginjal, terapi ditujukan untuk mengoreksi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
11
Pada penyakit ginjal tahap akhir, terapi berupa dialysis atau
tranplantasi ginjal. Pada semua stadium pencegahan infeksi perlu
dilakukan. Dimana tujuan penatalaksaan adalah untuk
mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin.
1. Penatalaksanaan Medis
a. Cairan yang diperbolehkan adalah 500 samapai 600 ml
untuk 24 jam atau dengan menjumlahkan urine yang
keluar dalam 24 jam ditamnbah dengan IWL 500ml, maka
air yang masuk harus sesuai dengan penjumlahan tersebut.
b. Pemberian vitamin untuk klien penting karena diet rendah
protein tidak cukup memberikan komplemen vitamin
yang diperlukan.
c. Hiperfosfatemia dan hipokalemia ditangani dengan
antasida mengandung alumunium atau kalsium karbonat,
keduanya harus diberikan dengan makanan.
d. Hipertensi ditangani dengan berbagai medikasi
antihipertensif dan control volume intravaskuler.
e. Asidosis metabolik pada gagal ginjal kronik biasanya
tampa gejala dan tidak memerlukan penanganan, namun
demikian suplemen makanan karbonat atau dialisis
mungkin diperlukan untuk mengoreksi asidosis metabolic
jika kondisi ini memerlukan gejala.
f. Hiperkalemia biasanya dicegah dengan penanganan
dialisis yang adekuat disertai pengambilan kalium dan
pemantauan yang cermat terhadap kandungan kalium pada
seluruh medikasi oral maupun intravena. Klien harus diet
rendah kalium kadang – kadang kayexelate sesuai
kebutuhan.
12
g. Anemia pada gagal ginjal kronis ditangani dengan epogen
(eritropoetin manusia rekombinan). Epogen diberikan
secara intravena atau subkutan tiga kali seminggu.
h. Dialisis.
i. Transplantasi ginjal.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Hitung intake dan output yaitu cairan : 500 cc ditambah
urine dan hilangnya cairan dengan cara lain (kasat mata)
dalam waktu 24 jam sebelumnya.
b. Elektrolit yang perlu diperhatikan yaitu natrium dan
kalium. Natrium dapat diberikan sampai 500 mg dalam
waktu 24 jam.
3. Penatalaksanaan Diet
a. Kalori harus cukup : 2000 – 3000 kalori dalam waktu 24
jam.
b. Karbohidrat minimal 200 gr/hari untuk mencegah
terjadinya katabolisme protein
c. Lemak diberikan bebas.
d. Diet uremia dengan memberikan vitamin : tiamin,
riboflavin, niasin dan asam folat
e. Diet rendah protein karena urea, asam urat dan asam
organik, hasil pemecahan makanan dan protein jaringan
akan menumpuk secara cepat dalam darah jika terdapat
gagguan pada klirens ginjal. Protein yang diberikan harus
yang bernilai biologis tinggi seperti telur, daging sebanyak
0,3 – 0,5 mg/kg/hari.
13
a. Urine : Volume kurang dari 40 ml / 24 jam ( oliguria ), warna
keruh, berat jenis kurang dari 1.015, osmolalitas kurang dari
350 m.osn/kg, klirens kreatinin agak menurun kurang 10 ml /
menit, natrium lebih dari 40 mEq/L, proteinuria.
b. Darah : BUN/kreatinin meningkat lebih dari 10 mg/dl, Ht
menurun, Hb kurang dari 7 – 8 gr/dl, SDM waktu hidup
menurun, AGD (pH menurun dan terjadi asidosis metabolic
(kurang dari 7.2), natrium serum rendah, kalium meningkat
6,5 mEq atau lebih besar, magnesium/fosfat meningkat,
kalsium menurun, protein khususnya albumin menurun.
c. Osmolalitas serum : Lebih besar dari 285 nOsm/kg, sering
sama dengan urine.
d. KUB Foto : Menunjukkan ukuran finjal/ureter/kandung
kemih dan adanya obstruksi (batu).
e. Elektrokardiografi (ECG) : Untuk melihat kemungkinan
hipertropi ventrikel kiri, tanda – tanda perikarditis, aritmia
dan gangguan elektrolit (hiperkalemia dan hipokalsemia).
f. Ultrasonografi (USG) : Menilai bentuk dan besar ginjal, tebal
korteks ginjal, kepadatan paremkim ginjal, ureter proximal,
kandung kemih serta prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mencari adanya faktor yang reversibel, juga menilai apakah
proses sudah lanjut.
g. Foto polos abdomen : Sebaiknya tampa puasa, karena
dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal, menilai bentuk
dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain.
h. Pielografi Intravena (PIV) : Pada PIV, untuk CKD tak
bermanfaat lagi olah karena ginjal tidak dapat mengeluarkan
kontras, saat ini sudah jarang dilakukan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd : Dilakukan bila dicurigai
ada obstruksi yang reversibel.
14
j. Pemeriksaan Foto Dada : Dapat terlihat tanda – tanda
bendungan paru akibat kelebihan air (fluid overload), efusi
pleura, kardiomegali dan efusi perikardial.
k. Pemerikasaan Kardiologi tulang : Mencari osteoditrofi
(terutama tulang atau jari) dan klasifikasi metastatik.
a. Riwayat kesehatan
15
insiden infeksi traktus urinarius dan pielonefritis lebih tinggi daripada
pria yang dapat berlanjut menjadi gagal ginjal kronik.
b) Klien serta telah berobat kemana dan jenis Klien serta telah
berobat kemana dan jenis obat yan obat yang dikonsumsi : seperti
penyakit ginjal, batu ginjal dan uretra, batu kandung kemih,
pembedahan sistem kemih.
c) Riwayat Diit
16
5) Riwayat obat-obatan yang dikonsumsi, obat-obatan yang digunakan
seperti garamicin, analgetik yang lama, obat arthritis, obat hipertensi,
obat kardiovaskuler, obat diabetes melitus.
7) Karakteristik urine
8) Pola BAK
12) Serangan dan lamanya : kejadian setelah BAK atau selama BAK
b) Edema
17
14)Tingkat kesadaran: penurunan kesadaran bias terjadi stupor sampai
dengan koma.
17) Gaya jalan: adanya kesemutan dan kram pada otot ekstrem
ekstremitas bawah mempeng bawah mempengaruhi gaya aruhi gaya
berjalan klien dengan gagal ginjal kronik.
2) Muka Apakah ada kah ada muka tampak sembab atau pak sembab
atau tidak. Muka sembab disebabkan karena udem .
18
Keadaan normal, ginjal tidak teraba. Apabila teraba membesar dan
kenyal, kemungkinan adanya polikistik maupun hidroneprosis.
20
c. Tahap ini berfokus pada tindakan perawatan yaitu kegiatan dan
pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi
tindakan independen, dependen, dan interdependen.
21
BAB III
PENGKAJIAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. S
No.RM : 01.19.91.95
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Menteng Raya
Usia : 64 Tahun
Diagnosa Medis : Chronic Kidney Disease
Tanggal Pengkajian : 17 Februari 2023
2. Identitas Keluarga Klien
Nama : Tn.L
Usia : 32 Tahun
Alamat : Jalan Menteng Raya
Status keluarga Klien : Anak
3. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : Sesak Nafas
Riwayat Kesehatan Sekarang : Klien masuk RS tanggal 14
Februari 2023. Klien dilarikan ke RS karena merasakan sesak. Klien
awalnya mengalami batuk, BAK sedikit demam dan menggigil selama
± 4 hari, sempat dirawat di Puskesmas terdekat dan sempat pulang 2
hari, kemudian masuk rumah sakit dengan keluhan yang sama yaitu
sesak,batuk dan demam. Klien sudah ±4 tahun terdiagnosa penyakit
penyakit ginjal dan sudah sering melakukan cuci darah di Rumah Sakit
Pringadi Medan. Saat dilakukan pengkajian Klien mengeluh sesak
napas, mual, badan lemas, dan demam. Terpasang nasal kanul 5 lpm,
aktivitasnya juga dibantu keluarga. Hasil vital sign yaitu TD:
150/80mmHg, N: 90x/menit, RR: 28x/menit, T:38oC.
Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien memiliki riwayat Diabetes
Melitus dan Hipertensi sebelum terkena penyakit ginjal
22
Riwayat Kesehatan Keluarga : Dari Orangtua memiliki penyakit
penyakit Diabetes Diabetes Melitus, Melitus, dan dari kakak kandung
yang pertama juga terkena penyakit ginjal.
4. Keadaan Umum : Kondisi klien lemas, saat ini pasien tidur dengan
posisi semifowler terpasang O2, terpasang triway
5. Kesadaran Klien : Somnolen dan GCS E4M4V3
6. Pemeriksaan Tanda-tanda vital : TD: 150/80 m mHg, N: 90x/menit,
RR: 28x/menit, T: 38o C, MAP: 103,3 mmHg
7. Nyeri : Tidak merasakan nyeri
8. Status Fungsional/aktivitas d ivitas dan mobilitas (Barth s (Barthel
Indeks):
1) Mengendalikan rang an rangsangan defekasi (BAB si (BAB) skor
1 (kadang tak ang tak terkendali)
2) Mengendalikan rangsang berkemih (BAK) skor 0 (pakai kateter)
3) Membersihkan dir kan diri (cuci muk i (cuci muka, sisir ram a,
sisir rambut, sikat gig , sikat gigi) skor 1 i) skor 1 (mandiri)
4) Penggunaan jamban, masuk , masuk dan keluar (m eluar
(melepaskan, memakai celana, membersihkan da menyiram) skor
0 (tergantung pertolongan orang lain)
5) Makan skor 1 (perlu ditolong memotong makan)
6) Berubah sikap dari berbaring ke duduk skor 2 (bantuan 2 orang)
7) Berpindah/berjalan s erjalan skor 2 ( kor 2 (berjalan dengan
batuan 1 atuan 1 orang)
8) Memakai baju s i baju skor 1 ( kor 1 (sebagian dibantu)
9) Naik turun tangga skor 0 (t kor 0 (tidak mampu)
10) Mandi skor Mandi skor 0 (tergantu orang 0 (tergantu orang lain)
11) Total : Total : 8 (ketergantung 8 (ketergantungan berat) an berat)
9. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
1) Ureum
2) kreatinin
3) Asam urat serum
23
a. Identifikasi etiologi gagal ginjal I
1) Analisis urin rutin
2) Mikrobiologi urin
3) Kimia darah
4) Elektrolit
5) Imunodiagnosis
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Etiologi CKD dan terminal
1) Foto polos abdomen
2) USG
3) Nefrotogram.
4) Pielografi retrograde
5) Pielografi antegrade
6) Mictuating Cysto Urography (MCU)
b. Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
1) RetRogram
2) USG
10. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan kepala dan Leher
a) Kepala dan rambut finger print ditengah frontal terhidrasi,
Kulit kepala bersih tidak ada luka ataupun ketombe,
Penyebaran rambut merata, Rambut berwarna hitam , Rambut
mudah patah, Rambut tidak bercabang, kelihatan kusam dan
tidak ada kelainan lainnya
b) Mata Mata lengkap, simetris kanan dan kiri, Sklera berwarna
putih, putih, Konjungtiva Konjungtiva anemis, anemis,
Palpebra Palpebra tidak ada edema, Kornea mata jernih,
Adanya reflek cahaya dikedua mata, Pupil isokor kanan dan
kiri. VOS 2/6 Pupil isokor kanan dan kiri. VOS 2/6 dan VOD
2/6
c) Hidung Terdapat pernafasan cuping hidung, Posisi septum
nasal ditengah, Lubang hidung bersih tidak ada secret, Dapat
24
membedakan bau parfum dan minyak kayu putih, dan tidak ada
kelainan lainnya
d) Mulut dan Lidah keadaan mukosa bibir kering dan pucat, tonsil
ukuran normal, uvula terletak simetris ditengah
e) Telinga Bentuk telinga sedang, simetris kanan dan kiri, daun
telinga elastis. Lubang telinga bersih tidak ada serumen
berlebih, dan fungsi pendengaran baik
f) Leher Kelenjar getah bening tidak teraba, tiroid tidak teraba,
posisi trakea ditengah dan tidak ada kelainan lain
11. Pemeriksaan thorak system system pernafasan Inspeksi, Palpasi,
Perkusi dan Auskultasi
Mengeluh sesak napas, dan mengalami batuk. Bentuk dada simetris,
irama napas cepat, pola napas abnormal, terdapat cuping hidung, ,
terdapat terdapat otot bantu pernapasan, menggunakan nasal kanul
5lpm. Vocal premitus dan ekspansi paru anterior dan posterior dada
normal, perkusi paru redup sebelah kanan, terdengar suara napas
tambahan (ronkhi)
12. Pemeriksaan jantung Inspeksi dan palpasi, Perkusi batas jantung,
Auskultasi
Pada pemeriksaan inspeksi CRT > 2 detik, tidak ada sianosis. Pada
pemeriksaan pemeriksaan palpasi palpasi iktus kordis teraba hangat.
hangat. Perkusi batas jantung atas ICS V kanan linea parasternal
parasternal kanan, batas bawah ICS V kiri ke medial linea
midklavikula kiri, batas kanan ICS IV kanan linea parasternal dan
batas kiri ICS III kiri linea paristernal.Pemeriksaan
paristernal.Pemeriksaan auskultasi: Bunyi jantung I saat di auskultasi
terdengar bunyi jantung normal dan regular, bunyi jantung II
terdengar bunyi jantung normal dan regular, tidak ada bunyi jantung
tambahan dan tidak ada kelainan
13. Pemeriksaan Sistem Pencernaan dan Pencernaan dan Status Nutrisi
BB sesudah sakit : 45kg, BB sebelum sakit 60kg, TB : 155cm,
IMT :18,73 kgm2 (kategori kurus), Terdapat penurunan berat badan
25
±15 kg, Nafsu makan menurun, menurun, BAB 3x/hari, 3x/hari,
konsistensi konsistensi lunak, terakhir tanggal 17 Februari 2023 , Diet
padat , Jenis diet: Nasi tim DM 1700 RP 5 tim DM 1700 RP 50 RG ,
Porsi makan tidak habis, hanya ¼ po Porsi makan tidak habis, hanya ¼
porsi
a) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada bayangan vena, tidak ada
benjolan/massa, tidak ada bekas luka operasi, tidak terpasang drain,
Auskultasi: peris : peristaltic usus 25 ic usus 25x/menit
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada
pembesaran hepar, tidak nyeri pada lien dan ginjal
Perkusi : tidak ada asites, tidak ada nyeri ketuk pada ginjal
14. Pemeriksaan Sistem Persyarafan
- Memori : panjang
- Perhatian: dapat mengulang
- Bahasa: baik
- Kognisi: baik
- Orientasi: orang, tempat, dan waktu,
- Saraf sensori: nyeri tusuk, suhu, nyeri tusuk, suhu, dan sentuhan,
Reflek dan sentuhan,
- Reflek fisiologis: patella ogis: patella normal, Achilles normal,
bisep normal, trisep normal, brankioradialis normal,
- Reflek patologis: Babinski (-) , Tidak ada keluhan pusing,
Istirahat/tidur 8 jam/hari ,
- Pemeriksaan saraf kranial
- N 1 (olfaktorius): penciuman baik, bisa membedakan bau minyak
kayu putih denga parfum
- N II (optikus): jarak pandang VOS dan VOD VOS dan VOD 2/6 ,
- N III (okulomotorius): adanya reflek rangsangan pada pupil ,
- N IV (troklearis): (troklearis): bisa menggerakan menggerakan bola
mata ke atas dan ke bawah, bawah,
26
- N V (trigeminus): (trigeminus): tidak ada kesulitan kesulitan
mengunyah mengunyah ,
- N VI (abdusen): bisa menggerakan bola mata ke kanan dan ke kiri,
- N VII (facialis): dapat VII (facialis): dapat mengekspresikan wajah
ikan wajah terhadap rasa, N rasa,
- N VIII (vestibulotroklearis): dapat mendengar suara bisikan,
- N IX (glosofaringeus): tidak ada nyeri telan,
- N X (vagus): bisa mengucap “ah” dan menelan saliva ,
- N XI (assesorius): bisa mengangkat bahu dan menoleh ,
- N XII (hipoglosus): bisa menjulurkan lidah, dan menggerakkan
lidah ke kanan dan kiri
15. Pemeriksaan Sistem Perkemihan
Kebersihan genitalia bersih, kencing sedikit, Bak dengan
menggunakan kateter produksi urin ±100 ml/hari, tidak ada
pembesaran pembesaran kandung kemih, tidak ada nyeri tekan pada
kandung kemih
16. Balance Cairan
Input dan output tidak seimbang
(Rumus)
17. Penatalaksan Terapi
a) Levofloxacine (IV) 1 x 500 mg
b) Furosamide (IV) 3 x 10 mg
c) Ranitidine (IV) 2 x 1 mg
d) Parasetamol (IV) 3 x 1 ) 3 x 10 mg/ml
e) Amplodipin (IV) 1 x 10 mg
f) Micardis (oral) 1 x 80 mg
ANALISA DATA
1 Ds : Hipervolemi Gangguan
mekanisme regulasi
Klien mengatakan
27
sesak nafas dan tidak
BAK selama 3 hari
Do:
DO :
Membran mukosa
pucat
Mual
3 DS : Intoleransi Kelemahan
Aktivitas
Klien mengatakan
sesak nafas
Klien mengatkan
28
seluruh badan terasa
lemah
DO:
Aktivitas klien
sepenuhnya dibantu
oleh kelurga dan
perawat
Nadi 90 x/menit
RR 28 x/menit
Edema kedua
ekstremitas
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d dispnea,edema
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi
hasil
membaik Edukasi:
1.Ajarkan cara
mengukur dan
mencatat asupan
cairan
Kolaborasi:
30
1. Kolaborasi
cairan
diuretik
menurun makanan
2. Ajarkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi:
3. Kolaborasi
31
dengan ahli
gizi untuk
menentukan
dibutuhkan jika
perlu
meningkat mengakibatkan
menuruh kelelahan
menurun Terapeutik:
1. Sedikan
lingkungan
nyaman dan
rendah
32
stimulus
Edukasi:
1. Anjurkan
strategi
koping untuk
mengurangi
kelemahan
2. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan
makanan
1. Kemerah
33
menurun kulit
2. Pigmentasi Terapeutik:
abnormal menurun
1. Ubah posisi tiap
2 jam
2. Gunakan
produk
berbahan
petrolium
kering
Edukasi:
1. Anjurkan
mengunakan
pelembab
34
mencerna makanan nafsu makan,
makanan
3.Memonitor berat nyeri dibagian
ditandai dengan
badan perut
nyeri
4.Memfasilitasi O:
abdomen, nafsu
menentukan -Membran
makan menurun,
mukosa
membran mukosa pedoman diet
A : Masalah
belum
teratasi
P : Lanjutkan
Intervensi
Intoleransi 1.Mengidentifikasi S:
Aktivitas gangguanfungsi
Klien
Berhubungan tubuh yang mengatakan
dengan mengakibatkan
badan terasa
Kelemahan kelelahan lemas, lelah
dibuktikan dengan
2.Memonitor O:
Mengeluh lelah,
kelelahan fisik dan - Tekanan darah
merasa lemah
meningkat, nadi
emosional
cepat
3.Menganjurkan
A : Masalah
35
strategi koping belum
kelemahan P : Lanjutkan
Intervensi
Gangguan 1. Mengidentifikasi S:
penyebab gangguan
Integritas Kulit -Klien
Integritas kulit mengatakan
berhubungan
2. Menggunakan merasakan gatal
dengan perubahan
produk berbahan
O:
sirkulasi
Petrolium atau
-Kemerahan
dibuktikan minyak pada kulit
akibat
dengan kering
garukan
kemerahan 3. Menganjurkan
A : Masalah
Mengunakan belum
pelembab
teratasi
P : Lanjutkan
Intervensi
36
mekanisme 2.Memonitor sesak
4.Mengajarkan - Kesadaran :
TD :120/80
mmHg
N :120
x/menit
RR :20x/menit
SB : 36 C
A : Masalah
teratasi
P:-
Intoleransi 1.Mengidentifikasi S:
status nutrisi
Defisit Nutrisi - Klien
2.Memonitor mengatakan
berhubungan
37
dengan Asupan makanan nafsu makan
sudah baik,
Ketidak mampuan 3.Memonitor
sudah tidak
mencerna makanan Berat badan
muntah dan
ditandai dengan 4.Memfasilitasi berat badan naik
nyeri 2kg
menentukan
abdomen, nafsu O:
pedoman diet
makan - Porsi makan 3x
5. Mengajarkan
menurun,membran sehari
Diet yang
dihabiskan
mukosa pucat diprogramkan
A : Masalah
teratasi
P : Hentikan
intervensi
Intoleransi 1.Mengidentifikasi S:
38
untuk mengurangi Intervensi
kelemahan
Gangguan 1. Mengidentifikasi S:
39
dengan cairan dan Umum :
- TTV :
TD :120/80
mmHg
N :120 x/menit
RR :20x/menit
SB : 36 C
A : Masalah
teratasi
P:-
40
3. Menganjurkan nadi normal serta
P : Intervensi di
hentikan
41
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal dapat dilakukan
dengan baik dan tidak ada mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data
2. Diagnosa asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronis di dapat 4
diagnosa berdasarkan analisa data
3. Perencanaan asuahan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronis ada
yang dapat di terapkan di rumah sakit
4. Implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronis ada
yang dapat dilakukan di rumah sakit.
5. Evaluasi pada klien dengan gagal ginjal kronis dapat dilakukan dari 4 diagnosa
tersebut semua masalah dapat teratasi dan Klien sudah di izinkan pulang oleh
dokter.
5.2 Saran
1) Bagi penulis diharapkan bagi penulis agar dapat mencari tau memberikan lebih
banyak lagi pengetahuan tentang gagal ginjal kronis sehingga penulis bisa
memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai gagal ginjal kronis,
bagaimana penyebab dan juga cara pencegahan pada penyakit tersebut.
2) Bagi instusi pendidikan menjadi sumber referensi yang baik dalam memahami
tentang gagal ginjal kronis dan juga menjadia acuan untuk asuhan keperawatan
Klien dengan gagal ginjal kronis.
42
DOKUMENTASI
43