Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGAN DIAGNOSA GAGAL


GINJAL KRONIK (GGK) DI RUANG ASOKA 1 RUMAH SAKIT
PRINGADI MEDAN

Oleh :

MAHASISWA/I PROFESI NERS


KELOMPOK 4

Ika Namira Tanjung 220202030


Irma Hallery Sembiring 220202032
Iwan Aliansy Maibang 220202033
Jiwa Sukma Sipayung 220202035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2023
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Makalah ini telah dibimbing dan diperiksa oleh preceptor dan CI Rumah
Sakit Pringadi Medan dan layak untuk dipresentasikan di dalam seminar

Medan, Februari 2023

Preceptor Akademik Preceptor Rumah Sakit

(Ns. Janno Sinaga, Sp.KMB) (Sri Hartati S.Kep,Ns)

Koordinator Keperawatan Medikal Bedah

(Ns. Agnes Marbun, M.Kep)

Disetujui oleh

Ketua Program Studi Koordinator Profesi Ners

(Ns. Marthalena Simamora M.Kep) (Ns.Jek Amidos Pardede M.Kep Sp.J)

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan, atas berkat rahmat dan karunian-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan askep ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan
Diagnosa Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Ruangan Asoka 1 Rumah Sakit Pringadi
Medan”
Selama proses penyusunan Askep ini, begitu banyak bantuan, nasehat dan
bimbingan yang penulis terima demi kelancaran penyusunan Askep ini. Dengan
segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak/Ibu :
1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara
Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan
Ilmu Kesehatan Univesitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns.Marthalena Simamora M.Kep, selaku Ketua Program Studi Ners
Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Univesitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep., SP.Kep.J, selaku ketua profesi ners
6. Ns. Agnes Marbun M.Kep, selaku koordinator keperawatan medikal bedah
7. Ns.Janno Sinaga S.Kep M.KMB selaku pembimbing kelompok

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar


makalah ini berguna bagi semua pihak khususnya dalam bidang
keperawatan jiwa. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Februari 2023


Penulis

Kelompok 4
DAFTAR ISI
ii
Halaman
COVER
HALAMAN PERSETUJUAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah
2
1.3 Tujuan Penelitian
2
1.3.1 Tujuan Khusus 2
1.3.2 Tujuan Umum 2
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 3
2.1 Gagal Ginjal Kronik 3
2.1.1 Pengertian 3
2.1.2 Etiologi 4
2.1.3 Klasifikasi 4
2.1.4 Patofisiologi 4
2.1.5 Pathway 8
2.1.6 Manifestasi Klinik 9
2.1.7 Penatalaksanaan 10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 12
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Korinik
13
2.2.1 Pengkajian 14
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 15
2.2.3 Intervensi Keperawatan 16
2.2.4 Implementasi Keperawatan 17
2.2.5 Evaluasi Keperawatan 18
BAB 3 PENGKAJIAN 21
3.1 Pengkajian 21
3.2 Diagnosa 29
3.3 Intervensi 29
3.4 Implementasi
34
3.5 Evaluasi 34
BAB 4 PENUTUP 42
4.1 Kesimpulan 42
4.2 Saran
42

iii
iv
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-
communicablediseases) terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi,
diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit
menular (communicable diseases) sebagai masalah kesehatan masyarakat
utama.

Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem


vaskuler sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini
sebelum Klienmengalami komplikasi yang lebih parah seperti stroke,
penyakit jantung koroner,gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah
perifer.

Gagal ginjal atau acute kidney injury (AKI) yang dulu disebut injury
acuterenal failure (ARF) dapat diartikan sebagai penurunan cepat/tiba-tiba
atau parah padafungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini biasanya ditandai oleh
peningkatan konsentrasikreatinin serum atau azotemia (peningkatan
konsentrasi BUN (blood Urea Nitrogen).Setelah cedera ginjal terjadi,
tingkat konsentrasi BUN kembali normal, sehingga yang menjadi patokan
adanya kerusakan ginjal adalah penurunan produksi urin.

Angka kematian di AS akibat gagal ginjal akut berkisar antara 20-


90%.Kematian di dalam RS 40-50% dan di ICU sebesar 70-89%.
Kenaikan 0,3 mg/dL kreatinin serum merupakan prognostik penting yang
signifikan. Peningkatan kadar kreatinin juga bisa disebabkan oleh obat-
obatan (misalnya cimetidin dantrimehoprim) yang menghambat sekresi
tubular ginjal. Peningkatan nilai BUN juga dapat terjadi tanpa disertai
kerusakan ginjal, seperti pada perdarahan mukosa atau saluran pencernaan,
penggunaan steroid, pemasukan protein. Oleh karena itudiperlukan
pengkajian yang hati-hati dalam menentukan apakah seseorang terkena
kerusakan ginjal atau tidak.

Penyakit gagal ginjal merupakan masalah kesehatan dunia dilihat dari


terjadinya peningkatan insidensi, prevalensi, dan tingkat morbiditasnya.
Berdasarkan data di United States Renal Data System, penyakit gagal
ginjal kronik meningkat sebesar 20-25% setiap tahunnya (USRD, 2006).
Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal yang
cukup tinggi. Hasil survei yang dilakukan oleh Perhimpunan Nefrologi
Indonesia (Pernefri) diperkirakan ada sekitar 12,5 persen dari populasi
atau sebesar 25 juta penduduk mengalami penurunan fungsiginjal.

Penyakit gagal ginjal kronik menyebabkan fungsi organ ginjal


mengalami penurunan hingga akhirnya tidak mampu melakukan
fungsinya dengan baik (Cahyaningsih, 2009)

Kemenkes menerima laporan adanya lonjakan kasus Gangguan Ginjal


Akut (GGA) / Acute Kidney Injury (AKI) di beberapa rumah sakit dan
juga dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sejak Agustus 2022. Kasus
GGA yang dari tahun-tahun sebelumnya hanya ada 1 atau 2 per bulan,
mulai melonjak diatas 35 per bulan di Agustus

Hingga Senin (24/10) terdapat 251 kasus gagal ginjal akut yang berasal
dari 26 provinsi. Sekitar 80% kasus terjadi di DKI Jakarta, Jawa Barat,
Aceh, Jawa Timur, Sumatera Barat, Bali, Banten, dan Sumatera Utara.
Persentase angka kematian ada di 56% atau sebanyak 143 kasus.
Penambahan 6 kasus, termasuk 2 kematian, yang dilaporkan bukanlah
kasus baru.

Kasus GGA terjadi setiap tahunnya. Namun demikian, jumlahnya kecil


hanya 1-2 kasus setiap bulan. Kasus GGA baru menjadi perhatian
pemerintah setelah terjadi lonjakan pada bulan Agustus dengan jumlah
kasus lebih dari 35 kasus. Sama halnya seperti kasus hepatitis akut yang
tiba-tiba juga melonjak kasusnya walau setiap tahunnya ada.

2
Jumlah pasien yang menjalani hemodialis sebanyak 390 pada tahun 2009,
586 pada tahun 2010, dan mengalami peningkatan pada tahun 2011, yakni
sebanyak 714. Rumah sakit Dr. Pringadi Medan merupakan rumah sakit
terbesar di Sumatera Utara dan sebagai tempat rujukan dari rumah
sakit lain, sehingga pasien hemodialisis di rumah sakit ini banyak
jumlahnya dan berasal dari berbagai daerah, Sampai saat ini data
mengenai prediktor kematian pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialis beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya
sangat terbatas di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti
“Hubungan antara lama hemodialisis dan faktor komobiditas dengan
kematian pasien gagal ginjal kronik di RSUD Dr. Pringadi Medan

1.2 Rumusan Masalah


Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan diagnosa
Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Pringadi Medan

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang konsep medis dan asuhan keperawatan pada
klien dengan Gagal Ginjal Akut dan Gagal Ginjal Kronik
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
GGK
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan
3. Mahasiswa mampu membuat intervensi untuk klien GGK
4. Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan
yang telah dibuat
5. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang
telah diberikan pada klien dengan GGK

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Gagal Ginjal Kronik
2.1.1. Pengertian

Ada beberapa pengertian gagal ginjal kronis yang dikemukakan


oleh beberapa ahli meliputi yaitu :

Gagal ginjal kronis merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit


nefron) yang berlangsung pelahan-lahan karena penyebab
berlangsung lama dan menetap yang mengakibatkan penumpukan
sisa metabolit (toksik uremik) sehingga ginjal tidak dapat
memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit
(Hudak & Gallo, 1996).

Long (1996 : 368) mengemukakan bahwa Gagal ginjal kronik


adalah ginjal sudah tidak mampu lagi mempertahankan lingkugan
internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi
sudah tidak dimulai

Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang


menahun yang umumnya tidak riversibel dan cukup lanjut.
(Suparman, 1990: 349).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gagal


ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) atau
penurunan faal ginjal yang menahun dimana ginjal tidak mampu
lagi mempertahankan lingkungan internalnya yang berlangsung
dari perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat yang
berlangsung dalam jangka waktu lama dan menetap sehingga
mengakibatkan penumpukan sisa metabolik (toksik uremik)
berakibat ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan dan pemulihan
fungsi lagi yang menimbulkan respon sakit

4
2.1.2. Etiologi
a. Penyakit Hipertensi
b. Gout menyebabkan nefropati gout.
c. Diabetes Mellitus yang menyebabkan nefropati DM.
d. Gangguan metabolisme
e. SLE yang menyebabkan nefropati SLE.
f. Riwayat batu yang menyebabkan penyakit ginjal glomerular.
g. Riwayat edema yang mengarah ke penyakit ginjal
glomerular.
h. Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga (yang diduga
mengarah ke penyakit ginjal genetik) / herediter
i. Infeksi, penyakit hipersensitif
j. Penyakit peradangan, lesi obstruksi pada traktus urinarius
k. Nefropatik toksik dan neoropati obstruksi

2.1.3. Klasifikasi
Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di
klasifikasikan menjadi 4, dengan pembagian sebagai berikut:
a. 100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
b. 75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
c. 25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.

2.1.4. Patofisiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronik biasanya dipengaruhi oleh
penyakit sistemik seperti diabetes melitus, glumerulonefritis,
pielonefritis, hipertensi yang tidak dikontrol, obtruksi traktus
urinarius, penyakit ginjal polikistik, infeksi dan agen toksik.
fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya dieksresikan kedalam urine) tertimbun dalam darah.
Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh, semakin
banyak yang timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin
berarti dan akan membaik setelah dialisis. Banyak permasalahan

5
yang muncul pada ginjal sebagai akibat dari penurunan glomeruli
yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan clearens substansi
darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal.
Perjalanan penyakitnya dapat dibagi menjadi tiga stadium, yaitu :

a Stadium I (Penurunan cadangan ginjal).


Fungsi ginjal antara 40 % - 75 %, pada stadiusm ini
kreatinin serum dan kadar urea dalam darah (BUN) normal,
Klien asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat
terdeteksi dengan memberi kerja yang berat pda ginjal
tersebut, seperti tes pemekatan urine yang lama atau dengan
mengadakan tes Glomerolus Filtrasi Rate (GFR) yang teliti.
b Stadium II (Insufisiensi ginjal)
Fungsi ginjal antara 20 – 50 %, pada tahap ini kadar BUN
baru mulai meningkat melebihi kadar normal. Timbul gejala
– gejala nokturia (pengeluaran urine pada waktu malam hari
yang menetap samapai sebanyak 700 ml, dan poliuria
(peningkatan volume urine yang terus menerus). Poliuria
pada gagal ginjal lebih besar pada penyakit terutama
menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan
jarang lebih dari 3 liter/hari.
c Stadium III (Uremi gagal ginjal).
Fungsi ginjal kurang dari 10 %, pada stadium akhir sekitar
90 % dari massa nefron telah hancur, taua hanya sekitar
200.000 nefron yang masih utuh. Nilai GFR hanya 10 %
dari keadaan normal, kreatinin sebesar 5 – 10 ml per menit
atau kurang. Gejala – gejala yang timbul cukup parah
anatara lain mual, muntah, nafsu makan berkurang, sesak
nafas, pusing atau sakit kepala, air kemih berkurang, kurang
tidur, kejang – kejang dan akhirnya terjadi penurunan
kesadaran sampai koma. Penderita akan mengalami oliguria
(pengeluaran urine kurang dari 500 ml) karena kegagalan

6
glomerulus meskipun proses penyakit mula – mula
menyerang tubulus ginjal.
Patofisiologi menurut SmeltzerC, Suzanne, (2002 hal 1448)
adalah:

a. Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan
urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Akibt
dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan
menurun, kreatinin akn meningkat, dan nitrogen urea
darh (BUN) juga akan meningkat.
b. Gangguan klirens renal
Banyak maslah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat
dari penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, yang
menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang
seharusnya dibersihkan oleh ginjal)
c. Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk
mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara
normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium;
meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung
kongestif dan hipertensi.
d. Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin
yang tidak adequate, memendeknya usia sel darah merah,
defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi
perdarahan akibat status uremik Klien, terutama dari
saluran GI.
e. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat

7
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki
hubungan yang saling timbal balik, jika salah satunya
meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya
GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan
sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar
kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun
dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon
terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya
kalsium di tulang menurun menyebabkab perubahan
pada tulang dan penyakit tulang.
f. Penyakit tulang uremik(osteodistrofi)
Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan
keseimbangan parathormon.

8
2.1.5. Patway

Berbagai kondisi yang menyebabkan terjadinya


penuruna fungsi ginjal
2.1.2

Mekanisme kompensasi dan adaptasi dair nefron2.1.3


menyebabkan kematian
nefron meningkat membentuk jaringan parut dan aliran darah menurun

Detruksi struktur ginjal secara progresif


DX: nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
GFR menurun menyebabkan kegagalan
memprtahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit Kulit kering dan ppecah

Penumpukan toksik uremik di dlm darah, DX: gg


ketidak seimbangan cairan dan elektroli integritas kulit

vol cairan↑ aktivitas SRAA asidosis sindrom uremik


metabolik

Gangguan kondisi DX:


kelebihan vol Hipertensi sistemik Pernafasan kussmaul, letargi, kesadaran↓
elektrikal otot
cairan , edema sel otak,
ventrikal
Beban kerja jantung↑
Aritmia resiko tinggi kejang
DX: curah jantung↓
perubahan proses fikir
Penurunan perfusi penurunan curah jantung, penurunan
serebral perfusi jaringan

deposit kalsium osteodistrofi ginjal


tulang↓

DX: intoleransi
kelemahan fisik aktivitas

9
2.1.6. Manisfestasi Klinik
A. Kardiovaskuler

a. Hipertensi
b. Pitting edema
c. Edema periorbital
d. Pembesaran vena leher
e. Friction rub perikardial
B. Pulmoner
a. KrekelS
b. Nafas dangkal
c. Kusmaul
d. Sputum kental dan liat
C. Gastrointestinal
a. Anoreksia, mual dan muntah
b. Perdarahan saluran GI
c. Ulserasi dan perdarahan pada mulut
d. Konstipasi / diare
e. Nafas berbau amonia
D. Muskuloskeletal
a. Kram otot
b. Kehilangan kekuatan otot
c. Fraktur tulang
d. Foot drop
E. Integumen
a. Warna kulit abu-abu mengkilat
b. Kulit kering, bersisik
c. Pruritus
d. Ekimosis

10
e. Kuku tipis dan rapuh
f. Rambut tipis dan kasar

F. Reproduksi
a. Amenore
b. Atrofi testis

( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1450)


Pada sumber yang lain jg di jelaskan sebagai berikut:
a. Pada penurunan cadangan ginjal, tidak tampak gejala-
gejala klinis.
b. Pada insufisiensi ginjal, dapat timbul poliuri
(peningkatan pengeluaran urine) karena ginjal tidak
mampu memekatkan urine.
c. Pada gagal ginjal, pengeluaran urine turun akibat GFR
yang sangat rendah. Hal ini menyebabkan peningkatkan
beban volume, ketidakseimbangan elektrolit, asidosis
metabolik, azotemia dan uremia.
d. Pada penyakit ganjil stadium akhir, terjadi azotemia dan
uremia berat. Asidosismetabolik memburuk, yang secara
mencolok merangsang kecepatan pernapasan. Timbu
lhipertensi, anemi, osteodistrofi, hiperkalemia,
ensefalopatiuremik, danpruritus (gatal). Dapat terjadi
gagal jantung kongestif dan peri karditis. Tanpa
pengobatan terjadi koma dan kematian

2.1.7. Penatalaksanaan
Pada penurunan cadangan ginjal dan insufisiensi ginjal, tujuan
penatalaksanaan adalah memperlambat kerusakan nefron lebih
lanjut, terutama dengan retriksi protein dan obat-obat anti
hipertensi. Pada gagal ginjal, terapi ditujukan untuk mengoreksi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

11
Pada penyakit ginjal tahap akhir, terapi berupa dialysis atau
tranplantasi ginjal. Pada semua stadium pencegahan infeksi perlu
dilakukan. Dimana tujuan penatalaksaan adalah untuk
mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin.

1. Penatalaksanaan Medis
a. Cairan yang diperbolehkan adalah 500 samapai 600 ml
untuk 24 jam atau dengan menjumlahkan urine yang
keluar dalam 24 jam ditamnbah dengan IWL 500ml, maka
air yang masuk harus sesuai dengan penjumlahan tersebut.
b. Pemberian vitamin untuk klien penting karena diet rendah
protein tidak  cukup memberikan komplemen vitamin
yang diperlukan.
c. Hiperfosfatemia dan hipokalemia ditangani dengan
antasida mengandung alumunium atau kalsium karbonat,
keduanya harus diberikan dengan makanan.
d. Hipertensi ditangani dengan berbagai medikasi
antihipertensif dan control volume intravaskuler.
e. Asidosis metabolik pada gagal ginjal kronik biasanya
tampa gejala dan tidak memerlukan penanganan, namun
demikian suplemen makanan karbonat atau dialisis
mungkin diperlukan untuk mengoreksi asidosis metabolic
jika kondisi ini memerlukan gejala.
f. Hiperkalemia biasanya dicegah dengan penanganan
dialisis yang adekuat disertai pengambilan kalium dan
pemantauan yang cermat terhadap kandungan kalium pada
seluruh medikasi oral maupun intravena. Klien harus diet
rendah kalium kadang – kadang kayexelate sesuai
kebutuhan.

12
g. Anemia pada gagal ginjal kronis ditangani dengan epogen
(eritropoetin manusia rekombinan). Epogen diberikan
secara intravena atau subkutan tiga kali seminggu.
h. Dialisis.
i. Transplantasi ginjal.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Hitung intake dan output yaitu cairan : 500 cc ditambah
urine dan hilangnya cairan dengan cara lain (kasat mata)
dalam waktu 24 jam sebelumnya.
b. Elektrolit yang perlu diperhatikan yaitu natrium dan
kalium. Natrium dapat diberikan sampai 500 mg dalam
waktu 24 jam.
3. Penatalaksanaan Diet
a. Kalori harus cukup : 2000 – 3000 kalori dalam waktu 24
jam.
b. Karbohidrat minimal 200 gr/hari untuk mencegah
terjadinya katabolisme protein
c. Lemak diberikan bebas.
d. Diet uremia dengan memberikan vitamin : tiamin,
riboflavin, niasin dan asam folat
e. Diet rendah protein karena urea, asam urat dan asam
organik, hasil pemecahan makanan dan protein jaringan
akan menumpuk secara cepat dalam darah jika terdapat
gagguan pada klirens ginjal. Protein yang diberikan harus
yang bernilai biologis tinggi seperti telur, daging sebanyak
0,3 – 0,5 mg/kg/hari.

2.1.8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien gagal ginjal


kronik untuk mengetahui penyebab dan daerah yang terkena
menurut Doenges (1999), Suzanne C. Smeltzer (2001) adalah
sebagai berikut :

13
a. Urine : Volume kurang dari 40 ml / 24 jam ( oliguria ), warna
keruh, berat jenis kurang dari 1.015, osmolalitas kurang dari
350 m.osn/kg, klirens kreatinin agak menurun kurang 10 ml /
menit, natrium lebih dari 40 mEq/L, proteinuria.
b. Darah : BUN/kreatinin meningkat lebih dari 10 mg/dl, Ht
menurun, Hb kurang dari  7 – 8 gr/dl, SDM waktu hidup
menurun, AGD (pH menurun dan terjadi asidosis metabolic
(kurang dari 7.2), natrium serum rendah, kalium meningkat
6,5 mEq atau lebih besar, magnesium/fosfat meningkat,
kalsium menurun, protein khususnya albumin menurun.
c. Osmolalitas serum : Lebih besar dari 285 nOsm/kg, sering
sama dengan urine.
d. KUB Foto : Menunjukkan ukuran finjal/ureter/kandung
kemih dan adanya obstruksi (batu).
e. Elektrokardiografi (ECG) : Untuk melihat kemungkinan
hipertropi ventrikel kiri, tanda – tanda perikarditis, aritmia
dan gangguan elektrolit (hiperkalemia dan hipokalsemia).
f. Ultrasonografi (USG) : Menilai bentuk dan besar ginjal, tebal
korteks ginjal, kepadatan paremkim ginjal, ureter proximal,
kandung kemih serta prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mencari adanya faktor yang reversibel, juga menilai apakah
proses sudah lanjut.
g. Foto polos abdomen : Sebaiknya tampa puasa, karena
dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal, menilai bentuk
dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain.
h. Pielografi Intravena (PIV) : Pada PIV, untuk CKD tak
bermanfaat lagi olah karena ginjal tidak dapat mengeluarkan
kontras, saat ini sudah jarang dilakukan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd : Dilakukan bila dicurigai
ada obstruksi yang reversibel.

14
j. Pemeriksaan Foto Dada : Dapat terlihat tanda – tanda
bendungan paru akibat kelebihan air (fluid overload), efusi
pleura, kardiomegali dan efusi perikardial.
k. Pemerikasaan Kardiologi tulang : Mencari osteoditrofi
(terutama tulang atau jari) dan klasifikasi metastatik.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Gagal ginjal kronik (GGK)

Keperawatan adalah salah satu bentuk pelayanan profesiona anan


profesional yang sebagai bagian dari pelayanan kesehatan berbentuk
pelayanan  biologis,  psikologis, sosial dan spiritual. Secara
komprehensif   ditunjukkan pada individu, keluarga dan masyarakat sehat
maupun sakit mencakup hidup manusia.

Proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang yang


ilmiah, sistematis, dinamis dan terus menerus serta  berkesinambungan
dalam rangka memecahkan masalah kesehatan  Klien, dimulai dari
pengkajian (pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah)
diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan
dan tindakan penilaian tindakan keperawatan

1. Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan


sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi Klien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritu sosial maupun spiritual dapat ditentu dapat ditentukan. Yang perlu
dikaji dalam sistem perkemihan meliputi riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik dan prosedur diagnostic yang merupakan data yang
menunjang keadaan klinis dari Klien.

a. Riwayat kesehatan

1) Data Demografi : Umur : biasanya terjadi pada usia lebih dari 60


tahun, walaupun pada pun pada kenyataanya banyak penderita dengan
umur sebelum usia 60 tahun. Jenis kelamin: wanita mempunyai

15
insiden infeksi traktus urinarius dan pielonefritis lebih tinggi daripada
pria yang dapat berlanjut menjadi gagal ginjal kronik.

2) Riwayat Kesehatan Klien :

a) Riwayat masalah ginjal (sist l (sistem perkemihan)  

b) Klien serta telah berobat kemana dan jenis Klien serta telah
berobat kemana dan jenis obat yan obat yang dikonsumsi : seperti
penyakit ginjal, batu ginjal dan uretra, batu kandung kemih,
pembedahan sistem kemih.

c) Riwayat penyakit kronis : hipertensi, kardiovaskuler, DM,


infeksi streptokokus, obat-obatan nefrotoksik  (garamicyn)

d) Riwayat adanya trauma/injuri

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

a) Adakah keluarga yang menderita penyakit ginjal seperti


polycistis  

b) Penyakit Penyakit kronik yang lain seperti seperti DM, Batu


ginjal, ginjal, Kardiovaskuler hipertensi, kelainan bawaan.

c) Riwayat Diit

d) Kebiasaan minum : ju num : jumlah, jenis air mi is air minum

e) Kebiasaan makan : makan an : makanan sega an


segar/diawetkan, sus an, susu,  protein, kalsium

4) Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi akan mempengaruhi


tingkat pendidikan, sedangkan tingkat pendidikan akan mempengaruhi
tingkat  pengetahuan klien dan hal ini  pengetahuan klien dan hal ini
akan berpengaruh pol akan berpengaruh pola hidup dan a hidup dan
kebiasaan sehari-hari yang akan mencerminkan tingkat kesehatan
klien.

16
5) Riwayat obat-obatan yang dikonsumsi, obat-obatan yang digunakan
seperti garamicin, analgetik yang lama, obat arthritis, obat hipertensi,
obat kardiovaskuler, obat diabetes melitus.

6) Riwayat kese at kesehatan sekaran sekarang adanya dalam


perubahan :

7) Karakteristik urine

8) Pola BAK

9) Kemampuan untuk mengontrol BAK 

10) Perubahan frekuensi ahan frekuensi

11) Merasa nyeri

12) Serangan dan lamanya : kejadian setelah BAK atau selama BAK 

a) Lokasi penyebaran : pada punggung  

b) Nyeri menjalar menjalar dari abdomen abdomen bagian bawah


sampai  perineum, skortum/labia.

c) Nyeri kesulitan Bak (dysuria)

d) Karakter dan b er dan beratnya : rasa ter a : rasa terbakar dan s


ar dan sakit

e) Faktor yang meringankan : per kan : perubahan posisi

f) Faktor yang memberatkan : obat-obatan

13) Penampilan Umum pilan Umum

a) Kulit : pucat, kemerahan, kuning kelabu  

b) Edema

c) Tanda-tanda vital: nadi lemah dan halus, terjadi hipotensi


orthostatic akibat hipovolemia, nafas  pendek,  pendek, dapat
terjadi peningkatan suhu. dapat terjadi peningkatan suhu.

17
14)Tingkat kesadaran: penurunan kesadaran bias terjadi stupor sampai
dengan koma.

15) Konsentrasi: ketidakmampuan konsentrasi, keilangan memori,


kacau

16) Kemampuan Kemampuan bicara: bicara: stress, stress, perasaan


perasaan tidak berdaya. berdaya.

17) Gaya jalan: adanya kesemutan dan kram pada otot ekstrem
ekstremitas bawah mempeng bawah mempengaruhi gaya aruhi gaya
berjalan klien dengan gagal ginjal kronik.  

b. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik system


perkemihan meliputi inspeksi, akultasi, palpasi dan perkusi.

1) Mata Sering ditemukan warna konjungtiva yang pucat/putih, edema


preorbial.

2) Muka Apakah ada kah ada muka tampak sembab atau pak sembab
atau tidak. Muka sembab disebabkan karena udem .

3) Leher  Sering terjadi peningkatan vena jugularis sebagai akibat dari


peningk dari peningkatan tekanan pengisian pada sian pada atrium
kanan atrium kanan  pada kondisi gagal jantung k  pada kondisi gagal
jantung kanan.

4) Pemeriksaan Ginjal Kaji daerah abdomen pada garis midklavikula


kiri dan kanan atau daerah costovertebral angle (CVA), normal
keadaan abdomen simetris, tidak tampak masa dan tidak  ada pulsasi,
bila tampak ada masa pulsasi kemungkinan ada polikistik,
hidronefrosis ataupun nefroma. Apakah adanya bunyi vaskuler aorta
maupun arteri renalis, bila ada bunyi desiran kemungkinan adanya
RAS (Renal Arteri Stenosis), nefro scelerotic. Bila terdengar desiran,
jangan  jangan melakukan palpasi, melakukan palpasi, cedera pada
suatu aneurisme neurisme di bawah kulit terjadi sebagai akibatnya tes
CVA bila adanya nyeri tekan di duga adanya implamasi akut.

18
Keadaan normal, ginjal tidak teraba. Apabila teraba membesar dan
kenyal, kemungkinan adanya polikistik  maupun hidroneprosis.

5) Pemeriksaan Kandung Kemih Di daerah supra pubis dipalpasi


apakah ada distensi.  Normalnya   kandung kemih terletak terletak di
bawah sympisis,  pubis, tetapi setelah membesar organ ini dapat
terlihat distensi pada supra pubis, pada kondisi normal yang  berarti  
urine dapat dikeluarkan lengkap dari bendung kemih, kandung
kandung kemih tidak teraba. Bila ada obstuksi di bawah dan prodiksi
urine normal maka urine tidak dapat tidak dapat dikeluarkan, hal ini
mengakibatkan distensi kandung kemih.

2. Diagnosa Keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenal


respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan bertujuan untuk  mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan. (SDKI 2016) Berdasarkan SDKIl (2016), diagnosa
keperawatan dapat di uraikan sebagai berikut

a. Diagnosa keperawatan aktual, diagnosa ini menggambarkan


respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupanya
yang menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan.
Tanda/gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan di validasi.  

b. Diagnosa Diagnosa Keperawatan Keperawatan Risiko : Diagnosa


Diagnosa ini menggambarkan respon klien respon klien terhadap
kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang dapat menyebabkan
klien beresiko mengalami masalah kesehatan, tidak di temukan
tanda/gejala mayor dan minor klien. Namun klien memiliki faktor
risiko mengalami masalah kesehata. c. Diagnosa Keperawatan
promosi kesehatan: Diagnosa ini menggambarkan adanya keinginan
dan motivasi klien untuk meningkatkan kondisi kesehatannya ke
tingkat yang lebih baik atau otomatis. Pada Klien gagal ginjal kronik
adalah :
19
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru.

2) Perfusi Perifer tidak efektif berhubungan dengan  penurunan


konsentrasi Hb.

3) Deficit nutrisi berhubungan dengan mual muntah

4) Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme


regulasi

5) Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan ketidak


bugaran fisik 

3. Intervensi keperawatan Perencanaan adalah proses kegiatan mental


yang memberi   pedoman atau pengarahan secara tertulis kepada perawat
atau anggota tim kesehatan lainnya tentang intervensi/tindakan
keperawatan yang akan dilakukan kepada Klien. Rencana keperawatan
merupakan rencana tindakan keperawatan tertulis yang menggambarkan
masalah kesehatan Klien, hasil yang akan diharapkan, tindakan-tindakan
keperawatan dan kemajuan  Klien secara spesifik. Intervensi keperawatan
merupakan bagian dari fase  pengorganisasian  pengorganisasian dalam
proses keperawatan sebagai sebagai pedoman pedoman untuk
mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha membantu,
meringankan, memecahkan masalah atau untuk  memenuhi kebutuhan
klien (Nursalam, 2001)

4. Implementasi : Tahap implementasi keperawatan adalah inisiatif dari


rencana tindakan untuk mencapai tujuan spesifik. Tahap pelaksanaan di
mulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada nursing
order untuk membantu klien mencapai tujuan yang di harapkan. Tahap
implementasi asuhan keperawatan meliputi 3 tahap antara lain :

a. Tahap 1 : Persiapan Tahap ini menentukan perawat untuk


mengevalusi yang akan di identifikasi pada tahap perencanaan  

b. Tahap 2 : Intervensi Tahap 2 : Intervensi

20
c. Tahap ini berfokus pada tindakan perawatan yaitu kegiatan dan
pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk  memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi
tindakan independen, dependen, dan interdependen.

5. Evaluasi : Evaluasi merupakan pemikiran yang harus dilakukan


perawat untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan,
keberhasilan ini melalui tingkat keperawatan yang dilakukan, apabila
tindakan belum tercapai atau pencapai kriteria maka perawat perlu
melihat kembali pada setiap langkap atau proses keperawatan pada setiap
evaluasi, strategi dapat dilihat dari masalah yang sudah diatasi.

21
BAB III
PENGKAJIAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. S
No.RM : 01.19.91.95
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Menteng Raya
Usia : 64 Tahun
Diagnosa Medis : Chronic Kidney Disease
Tanggal Pengkajian : 17 Februari 2023
2. Identitas Keluarga Klien
Nama : Tn.L
Usia : 32 Tahun
Alamat : Jalan Menteng Raya
Status keluarga Klien : Anak
3. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : Sesak Nafas
Riwayat Kesehatan Sekarang : Klien masuk RS tanggal 14
Februari 2023. Klien dilarikan ke RS karena merasakan sesak. Klien
awalnya mengalami batuk, BAK sedikit demam dan menggigil selama
± 4 hari, sempat dirawat di Puskesmas terdekat dan sempat pulang 2
hari, kemudian masuk rumah sakit dengan keluhan yang sama yaitu
sesak,batuk dan demam. Klien sudah ±4 tahun terdiagnosa  penyakit
penyakit ginjal dan sudah sering melakukan cuci darah di Rumah Sakit
Pringadi Medan. Saat dilakukan  pengkajian  Klien mengeluh sesak
napas, mual, badan lemas, dan demam. Terpasang nasal kanul 5 lpm,
aktivitasnya juga dibantu keluarga. Hasil vital sign yaitu TD:
150/80mmHg, N: 90x/menit, RR: 28x/menit, T:38oC.
Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien memiliki riwayat Diabetes
Melitus dan Hipertensi sebelum terkena penyakit ginjal

22
Riwayat Kesehatan Keluarga : Dari Orangtua memiliki  penyakit
penyakit Diabetes Diabetes Melitus, Melitus, dan dari kakak kandung
yang pertama  juga terkena penyakit ginjal.
4. Keadaan Umum : Kondisi klien lemas, saat ini pasien tidur dengan
posisi semifowler terpasang O2, terpasang triway
5. Kesadaran Klien : Somnolen dan GCS E4M4V3
6. Pemeriksaan Tanda-tanda vital : TD: 150/80 m mHg, N: 90x/menit,
RR: 28x/menit, T: 38o C, MAP: 103,3 mmHg
7. Nyeri : Tidak merasakan nyeri
8. Status Fungsional/aktivitas d ivitas dan mobilitas (Barth s (Barthel
Indeks):
1) Mengendalikan rang an rangsangan defekasi (BAB si (BAB) skor
1 (kadang tak  ang tak  terkendali)
2) Mengendalikan rangsang berkemih (BAK) skor 0 (pakai kateter)
3) Membersihkan dir kan diri (cuci muk i (cuci muka, sisir ram a,
sisir rambut, sikat gig , sikat gigi) skor 1 i) skor 1 (mandiri)
4) Penggunaan jamban, masuk , masuk dan keluar (m eluar
(melepaskan, memakai celana, membersihkan da menyiram) skor
0 (tergantung  pertolongan orang lain)
5) Makan skor 1 (perlu ditolong memotong makan)
6) Berubah sikap dari berbaring ke duduk skor 2 (bantuan 2 orang)
7) Berpindah/berjalan s erjalan skor 2 ( kor 2 (berjalan dengan
batuan 1 atuan 1 orang)
8) Memakai baju s i baju skor 1 ( kor 1 (sebagian dibantu)
9) Naik turun tangga skor 0 (t kor 0 (tidak mampu)
10) Mandi skor Mandi skor 0 (tergantu orang 0 (tergantu orang lain)
11) Total : Total : 8 (ketergantung 8 (ketergantungan berat) an berat)
9. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
1) Ureum
2) kreatinin
3) Asam urat serum

23
a. Identifikasi etiologi gagal ginjal I
1) Analisis urin rutin
2) Mikrobiologi urin
3) Kimia darah
4) Elektrolit
5) Imunodiagnosis
2. Pemeriksaan Diagnostik 
a. Etiologi CKD dan terminal
1) Foto polos abdomen
2) USG
3) Nefrotogram.
4) Pielografi retrograde
5) Pielografi antegrade
6) Mictuating Cysto Urography (MCU)
b. Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
1) RetRogram
2) USG
10. Pemeriksaan Fisik 
1) Pemeriksaan kepala dan Leher
a) Kepala dan rambut finger print ditengah frontal terhidrasi,
Kulit kepala bersih tidak ada luka ataupun ketombe,
Penyebaran rambut merata, Rambut berwarna hitam , Rambut
mudah patah, Rambut tidak bercabang, kelihatan kusam dan
tidak ada kelainan lainnya
b) Mata Mata lengkap, simetris kanan dan kiri, Sklera berwarna
putih,  putih, Konjungtiva Konjungtiva anemis, anemis,
Palpebra Palpebra tidak ada edema, Kornea mata jernih,
Adanya reflek cahaya dikedua mata, Pupil isokor kanan dan
kiri. VOS 2/6 Pupil isokor kanan dan kiri. VOS 2/6 dan VOD
2/6
c) Hidung Terdapat pernafasan cuping hidung, Posisi septum
nasal ditengah, Lubang hidung bersih tidak ada secret, Dapat

24
membedakan bau parfum dan minyak kayu putih, dan tidak ada
kelainan lainnya
d) Mulut dan Lidah keadaan mukosa bibir kering dan pucat, tonsil
ukuran normal, uvula terletak simetris ditengah
e) Telinga Bentuk telinga sedang, simetris kanan dan kiri, daun
telinga elastis. Lubang telinga bersih tidak ada serumen
berlebih, dan fungsi pendengaran baik
f) Leher Kelenjar getah bening tidak teraba, tiroid tidak teraba,
posisi trakea ditengah dan tidak ada kelainan lain
11. Pemeriksaan thorak system system pernafasan Inspeksi, Palpasi,
Perkusi dan Auskultasi
Mengeluh sesak napas, dan mengalami batuk. Bentuk dada simetris,
irama napas cepat, pola napas abnormal, terdapat cuping hidung, ,
terdapat terdapat otot bantu pernapasan, menggunakan nasal kanul
5lpm. Vocal premitus dan ekspansi paru anterior dan posterior dada
normal, perkusi paru redup sebelah kanan, terdengar suara napas
tambahan (ronkhi)
12. Pemeriksaan jantung Inspeksi dan palpasi, Perkusi batas jantung,
Auskultasi
Pada pemeriksaan inspeksi CRT > 2 detik, tidak ada sianosis. Pada
pemeriksaan  pemeriksaan palpasi palpasi iktus kordis teraba hangat.
hangat. Perkusi batas  jantung atas ICS V kanan linea parasternal
parasternal kanan, batas  bawah ICS V kiri ke medial linea
midklavikula kiri, batas kanan ICS IV kanan linea parasternal dan
batas kiri ICS III kiri linea  paristernal.Pemeriksaan
paristernal.Pemeriksaan auskultasi: Bunyi jantung I saat di auskultasi
terdengar bunyi jantung normal dan regular, bunyi  jantung II
terdengar bunyi jantung normal dan regular, tidak ada  bunyi jantung
tambahan dan tidak ada kelainan
13. Pemeriksaan Sistem Pencernaan dan Pencernaan dan Status Nutrisi
BB sesudah sakit : 45kg, BB sebelum sakit 60kg, TB : 155cm,
IMT :18,73 kgm2 (kategori kurus), Terdapat penurunan berat  badan

25
±15 kg, Nafsu makan menurun, menurun, BAB 3x/hari, 3x/hari,
konsistensi konsistensi lunak, terakhir tanggal 17 Februari 2023 , Diet
padat , Jenis diet: Nasi tim DM 1700 RP 5 tim DM 1700 RP 50 RG ,
Porsi makan tidak habis, hanya ¼ po Porsi makan tidak habis, hanya ¼
porsi
a) Pemeriksaan abdomen
 Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada bayangan vena, tidak ada
benjolan/massa, tidak ada bekas luka operasi, tidak terpasang drain,
 Auskultasi: peris : peristaltic usus 25 ic usus 25x/menit
 Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada
pembesaran hepar, tidak nyeri pada lien dan ginjal
 Perkusi : tidak ada asites, tidak ada nyeri ketuk pada ginjal
14. Pemeriksaan Sistem Persyarafan
- Memori : panjang
- Perhatian: dapat mengulang
- Bahasa: baik
- Kognisi: baik
- Orientasi: orang, tempat, dan waktu,
- Saraf sensori: nyeri tusuk, suhu, nyeri tusuk, suhu, dan sentuhan,
Reflek dan sentuhan,
- Reflek fisiologis: patella ogis: patella normal, Achilles normal,
bisep normal, trisep normal, brankioradialis normal,
- Reflek patologis: Babinski (-) , Tidak ada keluhan pusing,
Istirahat/tidur 8 jam/hari ,
- Pemeriksaan saraf kranial
- N 1 (olfaktorius): penciuman baik, bisa membedakan bau minyak
kayu  putih denga parfum
- N II (optikus): jarak pandang VOS dan VOD VOS dan VOD 2/6 ,
- N III (okulomotorius): adanya reflek rangsangan pada pupil ,  
- N IV (troklearis): (troklearis): bisa menggerakan menggerakan bola
mata ke atas dan ke  bawah,  bawah,

26
- N V (trigeminus): (trigeminus): tidak ada kesulitan kesulitan
mengunyah mengunyah ,
- N VI (abdusen): bisa menggerakan bola mata ke kanan dan ke kiri,
- N VII (facialis): dapat VII (facialis): dapat mengekspresikan wajah
ikan wajah terhadap rasa, N rasa,
- N VIII (vestibulotroklearis): dapat mendengar suara bisikan,
- N IX (glosofaringeus): tidak ada nyeri telan,
- N X (vagus): bisa mengucap “ah” dan menelan saliva ,
- N XI (assesorius): bisa mengangkat bahu dan menoleh ,
- N XII (hipoglosus): bisa menjulurkan lidah, dan menggerakkan
lidah ke kanan dan kiri
15. Pemeriksaan Sistem Perkemihan
Kebersihan genitalia bersih, kencing sedikit, Bak dengan
menggunakan kateter produksi urin ±100 ml/hari, tidak ada
pembesaran  pembesaran kandung kemih, tidak ada nyeri tekan pada
kandung kemih
16. Balance Cairan
Input dan output tidak seimbang
(Rumus)
17. Penatalaksan Terapi
a) Levofloxacine (IV) 1 x 500 mg
b) Furosamide (IV) 3 x 10 mg
c) Ranitidine (IV) 2 x 1 mg
d) Parasetamol (IV) 3 x 1 ) 3 x 10 mg/ml
e) Amplodipin (IV) 1 x 10 mg
f) Micardis (oral) 1 x 80 mg

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1 Ds : Hipervolemi Gangguan
mekanisme regulasi
 Klien mengatakan

27
sesak nafas dan tidak
BAK selama 3 hari

Do:

 Edema pada ekstemitas


kedua kaki

 Klien tidak BAK


selama di RS atau 3
hari

2 DS : Defisit Nutrisi Ketidakmampuan


mencerna makanan
 Klien mengatakan
bahwa ia tidak nafsu
makan

DO :

 Membran mukosa
pucat

 Diet yang diberikan


hanya dihabiskan ¼
porsi

 Mual

3 DS : Intoleransi Kelemahan
Aktivitas
 Klien mengatakan
sesak nafas

 Klien merasa lemas

 Klien merasa tidak


nyaman

 Klien mengatkan

28
seluruh badan terasa
lemah

DO:

 Aktivitas klien
sepenuhnya dibantu
oleh kelurga dan
perawat

 Tekanan darah 150/80


mmHg

 Nadi 90 x/menit

 RR 28 x/menit

 Edema kedua
ekstremitas

4 DS : Resiko Kerusakan Perubahan Sirkulasi


 Kelurga Klien Integritas Kulit
mengatakan Klien
demam
 Klien mengatakan
badanya panas
DO :
 K/U somnolen
 Kulit teraba hangat
 Kulit terlibat
kemerahan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d dispnea,edema

2. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mencerna makanan d.d nyeri abdomen,


nafsu makan menurun,membran mukosa pucat
29
3. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah, merasa lemah

4. Gangguan Integritas Kulit b.d perubahan sirkulasi d.d kemerahan

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi
hasil

1 Hipervolemia b.d gangguan Tujuan :Setelah Manajemen

mekanisme regulasi d.d dilakukan tindakan Hipervolemia


dispnea,edema
keperawatan Observasi:
diharapkan
1.Identifikasi
keseimbangan
penyebab
cairan
hipervolemia
membaik
2. Monitor tanda
Kriteria Hasil
hemokosentrasi
1. Edema menurun
Terapeutik:
2. Tekanan darah
1. Batasi asupan
membaik cairan

3. Frekuensi nadi dan garam

membaik Edukasi:

1.Ajarkan cara

mengukur dan

mencatat asupan
cairan

dan haluaran cairan

Kolaborasi:

30
1. Kolaborasi
cairan

diuretik

2 Defisit Nutrisi b.d Ketidak Tujuan : Setelah Hasil


mampuan
dilakukan tindakan Manajemen
Mencerna makanan d.d nyeri nutrisi
keperawatan
abdomen, nafsu makan
diharapkan Observasi:
menurun,membran mukosa
pucat Status nutrisi 1. Identifikasi
membaik status

Kriteria Hasil nutrisi

1. Nyeri abdomen 2. Monitor asupan

menurun makanan

2. Nafsu makan 3. Monitor berat


badan
membaik
Terapeutik:
3. Porsi makanan
1. Fasilitasi
yang
menentukan
dihabiskan
pedoman diet
meningkat
Edukasi:

2. Ajarkan diet
yang

diprogramkan

Kolaborasi:

3. Kolaborasi

31
dengan ahli

gizi untuk
menentukan

jumlah kalori dan


jenis nutrisi yang

dibutuhkan jika
perlu

3 Intoleransi Aktivitas b.d Tujuan : Setelah Manajemen


Kelemahan d.d mengeluh energi
dilakukan tindakan
lelah, merasa lemah
Observasi:
keperawatan
1. Identifikasi
diharapkan
gangguan
toleransi
fungsi tubuh
aktivitas yang

meningkat mengakibatkan

Kriteria Hasil: kelelahan


1. Keluhan lelah 2. Monitor

menuruh kelelahan

2. Perasaan lemah fisik dan emosional

menurun Terapeutik:

1. Sedikan
lingkungan

nyaman dan
rendah

32
stimulus

Edukasi:

1. Anjurkan
strategi

koping untuk

mengurangi
kelemahan

2. Anjurkan tirah
baring

Kolaborasi:

1. Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara

meningkatkan
asupan

makanan

4 Gangguan Integritas Kulit b.d Tujuan : Setelah Perawatan


Perubahan sirkulasi d.d Integritas
dilakukan tindakan
kemerahan
Kulit
keperawatan
Observasi:
diharapkan
1. Identifikasi
integritas kulit
penyebab
membaik
gangguan
Kriteria Hasil: integritas

1. Kemerah

33
menurun kulit

2. Pigmentasi Terapeutik:
abnormal menurun
1. Ubah posisi tiap
2 jam

jika tirah baring

2. Gunakan
produk

berbahan
petrolium

atau minyak pada


kulit

kering

Edukasi:

1. Anjurkan
mengunakan

pelembab

D. Implementasi dan Evaluasi


Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan Keperawatan Keperawatan

17 Februari Defisit Nutrisi 1.Mengidentifikasi S:


2023
berhubungan Status nutrisi - Klien
13.00 Wib dengan mengatakan
2.Memonitor
Ketidak asupan bahwa ia tidak
mampuan

34
mencerna makanan nafsu makan,
makanan
3.Memonitor berat nyeri dibagian
ditandai dengan
badan perut
nyeri
4.Memfasilitasi O:
abdomen, nafsu
menentukan -Membran
makan menurun,
mukosa
membran mukosa pedoman diet

pucat pucat, porsi


5.Mengajarkan
makan
diet
yang dihabiskan
yang diprogramkan
hanya 3 sendok

A : Masalah
belum

teratasi

P : Lanjutkan
Intervensi

Intoleransi 1.Mengidentifikasi S:
Aktivitas gangguanfungsi
Klien
Berhubungan tubuh yang mengatakan
dengan mengakibatkan
badan terasa
Kelemahan kelelahan lemas, lelah
dibuktikan dengan
2.Memonitor O:
Mengeluh lelah,
kelelahan fisik dan - Tekanan darah
merasa lemah
meningkat, nadi
emosional
cepat
3.Menganjurkan
A : Masalah

35
strategi koping belum

untuk mengurangi teratasi

kelemahan P : Lanjutkan
Intervensi

Gangguan 1. Mengidentifikasi S:
penyebab gangguan
Integritas Kulit -Klien
Integritas kulit mengatakan
berhubungan
2. Menggunakan merasakan gatal
dengan perubahan
produk berbahan
O:
sirkulasi
Petrolium atau
-Kemerahan
dibuktikan minyak pada kulit
akibat
dengan kering
garukan
kemerahan 3. Menganjurkan
A : Masalah
Mengunakan belum
pelembab
teratasi

P : Lanjutkan
Intervensi

Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan Keperawatan Keperawatan

18 Februari Hipervolemia 1.Mengidentifikasi S:


2023
berhubungan penyebab Klien tidak
dengan
hipervolemia merasakan
gangguan

36
mekanisme 2.Memonitor sesak

regulasi dibuktikan tanda napas


hemokosentrasi
dengan O:
3.Membatasi
dispnea,edema - Keadaan
Asupan cairan Umum :

Dan garam Baik

4.Mengajarkan - Kesadaran :

Cara mengukur Compos mentis


dan
- Terpasang
mencatat asupan IVFD

cairan dan NaCl 0,5 %

haluaran cairan - TTV :

TD :120/80
mmHg

N :120
x/menit

RR :20x/menit
SB : 36 C

A : Masalah
teratasi

P:-

Intoleransi 1.Mengidentifikasi S:
status nutrisi
Defisit Nutrisi - Klien
2.Memonitor mengatakan
berhubungan

37
dengan Asupan makanan nafsu makan
sudah baik,
Ketidak mampuan 3.Memonitor
sudah tidak
mencerna makanan Berat badan
muntah dan
ditandai dengan 4.Memfasilitasi berat badan naik
nyeri 2kg
menentukan
abdomen, nafsu O:
pedoman diet
makan - Porsi makan 3x
5. Mengajarkan
menurun,membran sehari
Diet yang
dihabiskan
mukosa pucat diprogramkan
A : Masalah
teratasi

P : Hentikan
intervensi

Intoleransi 1.Mengidentifikasi S:

Aktivitas gangguan Klien


mengatakan
berhubungan fungsi tubuh
badan terasa
dengan yang
lemas, lelah
mengakibatkan
kelemahan
O:
kelelahan
dibuktikan
- Tekanan darah
2.Memonitor
dengan
meningkat
kelelahan fisik
mengeluh
A : Masalah
dan emosional
lelah, merasa belum
3.Menganjurkan
lemah teratasi
strategi koping
P : Lanjutkan

38
untuk mengurangi Intervensi

kelemahan

Gangguan 1. Mengidentifikasi S:

Integritas penyebab gangguan -Klien


mengatakan
Kulit integritas kulit
tidak merasa
berhubungan 2. Menggunakan
produk berbahan gatal
dengan
Petrolium atau O:
perubahan
minyak pada kulit
- Tidak ada
sirkulasi
kering kemerahan dan
dibuktikan perubahan warna
3. Menganjurkan
dengan A : Masalah
mengunakan
kemerahan teratasi
pelembab
P : Intervensi
dilanjutkan

Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan Keperawatan Keperawatan

20 Februari Hipervolemia 1.Mengidentifikasi S:


2023 Penyebab
berhubungan Klien tidak
hipervolemia
14.00 Wib dengan
merasakan sesak
2. Memonitor tanda
gangguan
hemokosentrasi napas
mekanisme
3.Membatasi asupan O:
regulasi dibuktikan
- Keadaan

39
dengan cairan dan Umum :

dispnea,edema garam Baik

4. Mengajarkan cara - Kesadaran :

Mengukur dan Compos mentis


mencatat
- Terpasang
Asupan cairan dan IVFD
haluaran cairan
NaCl 0,5 %

- TTV :

TD :120/80
mmHg

N :120 x/menit

RR :20x/menit
SB : 36 C

A : Masalah
teratasi

P:-

Intoleransi Aktivitas 1.Mengidentifikasi S:


berhubungan dengan
Gangguan fungsi Klien
kelemahan
dibuktikan tubuh yang mengatakan
dengan mengeluh mengakibatkan badan
lelah, merasa
lemah kelelahan terasa bugar dan
tidak lelah
2.Memonitor
kelelahan O:

fisik dan emosional - Tekanan darah


dan

40
3. Menganjurkan nadi normal serta

strategi koping untuk terlihat bugar


mengurangi
A : Masalah
kelemahan
teratasi

P : Intervensi di
hentikan

41
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

1. Pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal dapat dilakukan
dengan baik dan tidak ada mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data

2. Diagnosa asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronis di dapat 4
diagnosa berdasarkan analisa data

3. Perencanaan asuahan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronis ada
yang dapat di terapkan di rumah sakit

4. Implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronis ada
yang dapat dilakukan di rumah sakit.

5. Evaluasi pada klien dengan gagal ginjal kronis dapat dilakukan dari 4 diagnosa
tersebut semua masalah dapat teratasi dan Klien sudah di izinkan pulang oleh
dokter.

5.2 Saran

1) Bagi penulis diharapkan bagi penulis agar dapat mencari tau memberikan lebih
banyak lagi pengetahuan tentang gagal ginjal kronis sehingga penulis bisa
memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai gagal ginjal kronis,
bagaimana penyebab dan juga cara pencegahan pada penyakit tersebut.

2) Bagi instusi pendidikan menjadi sumber referensi yang baik dalam memahami
tentang gagal ginjal kronis dan juga menjadia acuan untuk asuhan keperawatan
Klien dengan gagal ginjal kronis.

3) Bagi Rumah Sakit Untuk mencegah meningkatnya gagal ginjal kronis


sebaiknya Klien diberikan informasi yang memadai mengenai gagal ginjal kronis
itu sendiri dan aspeknya. Dengan diperolehnya informasi yang cukup maka
pencegahan dapat dilakukan dengan segera

42
DOKUMENTASI

43

Anda mungkin juga menyukai